Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN

KEPERAWATAN POST SECTIO CAESARIA

BIMA MAHENDRA NAZIRANDAR


20.0601.0046

PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
BAB 1
KONSEP SECTIO CAESARIA

1. Pengertian Sectio Caesaria


Sectio Caesaria berasal dari perkataan Latin “Caedere” yang artinya memotong.
Sectio Caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Mochtar, 1998 dalam Maryunani, 2014)
Sectio Caesaria atau kelahiran sesarea adalah melahirkan janin melalui irisan pada
dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi). Definisi ini tidak termasuk
melahirkan janin dari rongga perut pada kasus rupture uteri atau kehamilan abdominal
(Pritchard dkk, 1991 dalam Maryunani, 2014)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Sectio Caesaria adalah
suatu proses persalinan melalui pembedahan pada bagian perut dan rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.

2. Jenis jenis Sectio Caesaria


Menurut Prawirohardjo (2010) Liu (2008) Oxorn dan Forte (2010)
terdapat beberapa jenis Sectio Caesaria, yaitu :
a. Sectio Caesaria klasik : pembedahan secara Sanger.
Insisi ini ditempatkan secara vertical di garis tengah uterus.
Indikasi penggunaanya meliputi :
1.) Gestasi dini dengan perkembangan buruk pada segmen bawah
2.) Jika akses ke segmen bawah terhalang oleh pelekatan ibroid uterus
3.) Jika janin terimpaksi pada posisi tranversa
4.) Pada keadaan segmen bawah vascular karena plasenta previa anteriorJika ada
karsinoma serviks
5.) Jika kecepatan sangat penting, contohnya setelah kematian ibu.
Kerugian :
1.) Hemostasis lebih sulit dengan insisi vascular yang tebal
2.) Pelekatan ke organ sekitarnya lebih mungkin
3.) Plasenta anterior dapat ditemukan selama pemasukan
4.) Penyembuhan terhambat karena involusi miometrial
5.) Terdapat lebih besar risiko rupture uterus pada kehamilan berikutnya.
b. Sectio Caesaria transperitoneal profunda (supra cervicalis = lower segmen caesarean
section).
c. Sectio Caesaria diikuti dengan histerektomi (caesarean hysterectomy = seksio
histerektomi). Pembedahan ini merupakan section caesarea yang dilanjutkan dengan
pengeluaran uterus.
Indikasi :
1.) Perdarahan akibat atonia uteri setelah terapi konservatif gagal
2.) Perdarahan yang tidak dapat dikendalikan pada kasus-kasus placenta previa
dan abruption placentae tertentu
3.) Placenta accrete
4.) Fibromyoma yang multiple dan luas
5.) Pada kasus-kasus tertentu kanker serviks atau ovarium
6.) Rutur uteri yang tidak dapat diperbaiki
7.) Sebagai metode sterilisasi kalau kelanjutan haid yang tidak dikehendaki demi
alasan medis
8.) Cicatrix yang menimbulkan cacat pada uterus
9.) Pelebaran luka insisi yang mengenai pembuluh-pembuluh darah sehingga
perdarahan tidak bias dihentikan dengan pengiatan ligature.
d. Sectio Caesaria ekstraperitoneal
Pembedahan ini dikerjakan untuk menghindari perlunya histerektomi pada kasus-
kasus yang mengalami infeksi luas dengan mencegah peritonitis generalisata yang
sering bersifat fatal.

3. Indikasi Sectio Caesaria (Ibu, Janin/Anak)


Indikasi Sectio Caesaria menurut Rasjidi (2009) yaitu :
a. Indikasi mutlak
Indikasi ibu :
1.) Panggul sempit absolut
2.) Kegagalan melahirkan secara normal karena kurang adekuatnya
stimulasi
3.) Tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi.
4.) Stenosis serviks/vagina.
5.) Plasenta previa.
6.) Disproporsi sefalopelvik.
7.) Ruptura uteri membakat.
Indikasi janin :
1.) Kelainan letak.
2.) Gawat janin
3.) Prolapsus plasenta
4.) Perkembangan bayi yang terlambat
5.) Mencegah hipoksia janin, misalnya karena preeklamsia.
b. Indikasi relatif
1.) Riwayat Sectio Caesaria sebelumnya
2.) Presentasi bokong
3.) Distosia
4.) Fetal distress
5.) Preeklamsi berat, penyakit kardiovaskuler dan diabetes
6.) Ibu dengan HIV positif sebelum inpartu
7.) Gemeli, menurut Eastman, Sectio Caesaria dianjurkan :
a.) Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu
b.) Bila terjadi interlock
c.) Distosia oleh karena tumor
d.) IUFD (Intra Uterine Fetal Death)
c. Indikasi Sosial
1.) Wanita yang takut melahirkan berdasarkan pengalaman sebelumnya
2.) Wanita yang ingin Sectio Caesaria elektif karena takut bayinya
mengalami cedera atau asfiksia selama persalinan atau mengurangi
risiko kerusakan dasar panggul
3.) Wanita yang takut terjadinya perubahan pada tubuhnya atau
sexuality image setelah melahirkan.
4. Penatalaksanaan Post Sectio Caesaria
Perawatan post Sectio Caesaria menurut Rasjidi (2009) yaitu :
a. Ruang Pemulihan
Dalam ruang pemulihan prosedur yang harus dilakukan yaitu memantau dengan
cermat jumlah perdarahan dari vagina dan palpasi fundus uteri untuk memastikan
bahwa uterus berkontraksi dengan baik.
b. Pemberian Cairan Intravena
Perdarahan yang tidak disadari di vagina selama tindakan dan perdarahan yang
tersembunyi didalam uterus atau keduanya, sering menyebabkan perkiraan kehilangan
darah menjadi lebih rendah daripada sebenarnya. Cairan intravena yang perlu
disiapkan untuk memenuhi kebutuhan klien yaitu larutan Ringer Laktat atau larutan
Kristaloid ditambah Dektrosa 5%. Bila kadar Hb rendah diiberikan transfusi darah
sesuai kebutuhan.
c. Tanda-Tanda Vital
Setelah pulih dari ansetesi, observasi pada klien dilakukan setiap setengah jam setelah
2 jam pertama dan tiap satu jam selama minimal 4 jam setelah didapatkan hasil yang
stabil. Tanda vital yang perlu dievaluasi yaitu Tekanan darah, Nadi, Jumlah urin,
Jumlah perdarahan, Status fundus uteri, Suhu tubuh.
d. Analgesik
Pemberian analgesik dapat diberikan paling banyak setiap 3 jam untuk mengurangi
nyeri yang dirasakan. Pemberian analgesik dapat berupa Meperidin 75-100mg
intramuskuler dan morfin sulfat 10-15mg intramuskuler.
e. Pengawasan fungsi vesika urinaria dan usus
Kateter vesika urinaria biasanya dapat dilepas dalam waktu 12 jam setelah operasi
dilakukan. Sedangkan untuk makanan padat dapat diberikan kurang lebih 8 jam stelah
operasi, atau jika klien tidak mengalami komplikasi.
f. Pemeriksaan laboratorium
Hematrokit secara rutin diukur pada pagi hari stelah pembedahan. Pemeriksaan
dilakukan lebih dini apabila terdapat kehilangan darah yang banyak selama operasi
atau menunjukkan tanda-tanda lain yang mengarah ke hipovoemik.
g. Menyusui
Menyusui dilakukan pada hari 0 post Sectio Caesaria. Apabila klien memutuskan
untuk tidak menyusui, dapat diberikan bebat untuk menopang payudara yang bisa
mengurangi rasa nyeri pada payudara.
h. Pencegahan infeksi pasca operasi
Infeksi panggul pasca operasi merupakan penyebab tersering dari demam dan tetap
terjadi pada 20% wanita walaupun telah diberikan antibiotik profilaksis. Sejumlah uji
klinis acak telah membuktikan bahwa antibiotik dosis tunggal dapat diberikan saat
Sectio Caesaria untuk menrunkan angka infeksi.
i. Mobilisasi
Mobilisasai dilakukan secara bertahap meliputi miring kanan dan kiri dapat dimulai
sejak 6-10 jam setelah operasi. Hari kedua post operasi penderita dapat didudukkan
selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam. Kemudian posisi tidur telentang
dapat diubah menjadi posisi setengah duduk. Selanjutnya dengan berturrut-turut
selama hari demi hari pasien dianjurkan belajar uduk selama sehari, belajar berjalan,
dan kemudian berjalan sendiri pada hari ketiga sampai hari kelima pasca operasi
Sectio Caesaria
j. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita,
meghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang
24-48 jam atau lebih.

BAB 2
MASA NIFAS

1. Masa Nifas
Masa nifas adalah suatu periode pertama setelah kelahiran. Periode ini tidak pasti, sebaguan
besar menganggapnya antara 4 minggu hingga 6 minggu. Walaupun merupakan masa yang
relatif tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh banyak perubahan
fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut dapat menyebabkan komplikasi yang serius
(Cummingham Gary, 2012)

2. Periode Masa Nifas


Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan
tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru (Mitayani, 2011)

Masa nifas / puerpenium adalah masa setelah dan berakhir kira kira 6-8 minggu. Akan tetapi
seluruh alat genetal baru pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3
bulan. (Sitti saleha, 2009)
Masa nifas dibagi dalam 3 periode :
a. Puerpenium dini : Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan
jalan
b. Puerpenium intermedial : Kepulihan menyeluruh alat alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu
c. Remote puerpenium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan. Mempunyai komplikasi. Waktu
untuk sehat sempurna bisa berminggu minggu, bulanan, atau tahunan.

3. Adaptasi Fisiologis Masa Nifas


a. Sistem Repdroduksi
 Uterus
a) Proses Involusi
Involusi adalah proses kembalinya uterus ke kondisi sebelum kehamilan,
yang dimulai sesaat setelah pengeluaran plasenta dengan kontraksi otot
uterus. Dalam 12 jam persalinan, tinggi fundus uteri kurang lebih 1 cm
diatas umbilicus dan turun 1-2 cm tiap harinya. 6 hari postpartum, fundus
uteri setinggi pertengahan antara umbilicus dan simfisis. 9 hari
postpartum, uterus tidak teraba karena masuk ke rongga pelvis 1-2
minggu postpartum, berat uterus berkisar antara 500-350 gr. Penurunan
hormon esterogen dan progesteron setelah persalinan menyebabkan
terjadinya autolisis pada jaringan uterus dalam proses pengembalian ke
kondisi sebelum hamil. Penyebab utama dari subbinvolusi adalah
tertinggalnya jaringan plasenta dan infeksi.
b) Kontraksi Uterin
Intensitas kontraksi uterin meningkat secara bermakna segera setelah
persalinan bayi, yang merupakan respon untuk segera mengurangi jumlah
volume intra uterin. Selama 1 sampai 2 jam pertama postpartum, aktivitas
uterin menurun dengan halus dan dengan progresif dan stabil
c) Afterpains
Relaksasi dan kontraksi secara bergantian dan periodik menyebabkan
kram uterus yang tidak nyaman dan disebut sebagau afterpains dan
terjadi pada awal postpartum. Afterpains lebih dirasakan ibu-ibu yang
melahirkan bayi yang besar, gemeli atau hidramnion. Menyusui dan
oksitosin injeksi dapat memperberat afterpains karena menyebabkan
kontraksi uterus lebih kuat.
d) Tempat Perletakkan Plasenta
Segera setelah plasenta dan selaput amnion keluar, terjadi vasokonstriksi
dan trombosis untuk mencegah termpat perlekatan plasenta melebar.
Pertumbuhan endometrium menyebabkan terlepasnya jaringan nekrotik
dan mencegah timbulnya jaringan scar. Hal ini akan mempengaruhi
tempat perlekatan plasenta pada kehamilan yang akan datang. Regenerasi
endometrium akan selesai pada minggu ke 3 postpartum, sedangkan pada
tempat plasenta akan pulih pada minggu ke 6 postpartum.
e) Lokhea
Pengeluaran uterus setelah melahirkan disebut sebagai lokhea.
Pengeluaran lokhea meliputi 3 tahap yang dikarakteristikkan dengan
warna, jumlah dan waktu pengeluaran.
 Lokhea Rubra
Mengandung darah, sel desidua da, bekuan darah, berwarna
merah menyala berbau amis. Pada 2 jam setelah melahirkan,
jumlah lokhea mungkin seperti saat menstruasi. Hal ini
berlangsung sampai hari ke 3-4 postpartum.
 Lokhea Serosa
Mengandung sisa darah, serum dan leukosit. Warna pink atau
kecoklatan dan berlangsung sampai hari ke 10 postpartum
 Lokhea Alba
Mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum dan
bakteri. Berwarna kekuningan hingga putih dan berlangsung
sampai minggu ke 2-6 postpartum
 Cerviks
Cerviks kembali lembut segera setelah persalinan. Cerviks atas atau segmen
bawah uterus tampak edema, tipis dan fragil selama beberapa hari setelah
postpartum. Porsio mungkin menonjol kearah vagina, tampak memar dengan
sedikit laserasi. Laktasi dapat menghambat produksi mukosa cerviks karena
menghambat produksi estrogen.
 Vagina dan Perineum
Kondisi vagina kembali seperti sebelum kehamilan terjadi pada minggu ke 6-8
postpartum. Rugae muncul kembali setelah minggu ke 4 postpartum tetapi tidak
mungkin kembali ke kondisi seperti saat sebelum menikah. Penurunan estrogen
juga menyebabkan produksi mukosa vagina berkurang sehingga lubrikasi
minimal mukosa kembali menebal setelahh ovarium kembali berfungsi.
Pada ibu dengan luka episiotomi maka hrus menjaga kebersihan daerah perineum
minimal selama 2 minggu postpartum. Proses penyembuhan luka episiotomi
sama dengan luka insisi pada tindakan bedah lainnya. Tanda tanda infeksi
menurut Davidspn (1974) yaitu (REEDA) harus selalu dipantau. Proses
penyembuhan akan terjadi setelah minggu 2-3 postpartum.
Hemoroid juga dapat ditemukan pada ibu postpartum, terutama pada ibu yang
mengedan kuat saat persalinan. Ibu mungkin mengeluh gatal, tidak nyaman atau
terdapat pendarahan selama defekasi. Hemoroid akan berkurang setelah 6 minggu
postpartum.

b. Sistem Endokrin
 Hormon Plasenta
Keadaan hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan seperti
human plasenta laktogen (hPL), human corionik gonadotropin (hCG). Estrogen
dan terendah pada minggu pertama postpartum.
 Hormon Hipofisis dan Fungsi Ovarium
Hormon prolaktin meningkat secara progresif selama kehamilan dan setelah
melahirkan akan tetap meningkat pada ibu menyusui. Kadar prolaktin akan
ditentukan oleh lama dan frekuensi menyusui, status nutrisi ibu, serta kekuatan
bayi dalam menghisap. Penurunan kadar hormon prolaktin meningkat. Pada ibu
tidak menyusui kadar prolaktin akan berkurang dan mencapai kadar seperti
sebelum kehamilan pada minggu ke 4-6 postpartum.
Ovulasi pada ibu tidak menyusui terjadi pada hari ke 27 setelah persalinan,
dengan rata rata waktu 70-75 hari. Pada ibu menyusui, menstruasi terjadi pada
minggu ke 17 pospartum. Ovulasi mungkin terjadi sebelum menstruasi pertama,
sehingga berencana yang tepat.

c. Abdomen
Abdomen pada ibu postpartum akan kembali normal hampir seperti kondisi sebelum
hamil setelah minggu ke 6 postpartum. Striae mungkin masih ada. Pengembalian tonus
otot dipengaruhi oleh tonus itu sendiri, latihan yang tepat, dan jumlah dari sel lemak.
Diaktasis rektus abdominis tetap ada.

d. Steroid yang tinggi selama kehamilan menyebabkan fungsi ginjal menjadi meningkat.
Setelah persalinan, kadar steroid berkurang dan fungsi ginjal juga menurun. Ginjal akan
kembali normal seperti sebelum hamil setelah 1 bulan persalinan.
 Komponen Urin
BUN meningkat akibat autolisis pada proses involusi. Proteinuria + 1 normal
karena pemecahan sel otot uterus selama 1 dan 2 postpartum. Ketonuria terjadi
pada ibu dengan persalinan lama yang diserat dehidrasi.
 Diuresis Postpartum
Selama 12 jam postpartum, ibu mulai kehilangan cairan yang yang bertumpuk di
ekstrasel selama kehamilan akibat dari penurunan kadar estrogen. Pengeluaran
cairan dapat mengurangi berat badan ibu postpartum sebanyak 2.25 kg.
 Utetra dan Bladder
Penekanan kepala bayi pada bladder saat persalinan dapat menyebabkan
penurunan sensitivitas syaraf destrusor terhadap volume urin yang ada di bladder.
Ditambah adanya laserasi di perineum dan episiotomi menyebabkan keinginan
untuk berkemih menjadi menurun. Hal ini menyebabkan timbulnya distensi
bladder yang dapat menghambat turunnya uterus dan memudahkan timbulnya
infeksi. Syaraf dan otot dinding bladder akan kembali normal setelah 5-7 hari
postpartum

e. Sistem Gastrointestinal
 Nafsu makan
Ibu pospartum akan merasa kelaparan setelah melahirkan karena energi yang
dikeluarkan saat peralinan
 Buang air besar
BAB spontan mungkin terjadi pada hari 2-3 postpartum. Keterlambatann ini
disebabkan oleh penurunan tonus otot kolon selama persalinan dan postpartum,
diare, kekurangan makanan, atau dehidrasi. Trauma karena persalinan pada
sistem gastrointestinal, seperti : laserasi perineum grade 3 dan 4 juga dapat
menghambat BAB secara normal

f. Payudara
 Ibu Menyusui
Saat mulai menyusui, massa berupa kantong ASI dapat teraba di payudara, hanya
berbeda dengan massa pada tumir atau karsinoma, massa pada payudara itbu
menyusui berpindah pindah dan tidak menetap. Sebelum proses menyusui
dimulai, pengeluaran payudara berupada cairan kekuningan yang disebut
kolostrum. Payudar tegang dapat terjadi setelah 48 jam menyusui dan ganguuan
putting dapat terjadi, seperti pecah pecah, kemerahan dan melepuh

g. Sistem Kardiovaskuler
 Volume darah
Perubahan volume darah dipengaruhi oleh kehilangan darah saat kehamilan.
Volume darah yang bertambah (1000-1500 ml) selama kehamilan akan berkurang
sampai 2 minggu postpartum dan kembali ke kondisi sebelum kehamilan pada
bulan ke 6 postpartum
 Cardiac Output (CO)
CO akan meningkat dibanding saat kehamilan pada 30-60 menit setelah
persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya pemutusan sirkulasi uterplasenta.
Ini akan menurun cepat pada minggu ke 2 post partum dan kembali pada kondisi
sebelum kehamilan pada 24 minggu postpartum
 Komponen Darah
1) Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht)
Selama 72 jam setelah persalinan, terdapat kehilangan plasma dalam jumlah
besar sehingga menyebabkan Hb dan Ht meningkat hingga 7 hari setelah
persalinan. Tidak terdapat destruksi sel darah merah selama periode
postpartum dan kadar sel darah merah akan kembali normal setelah minggu 8
postpartum
2) Sel Darah Putih
Leukosit normal pada ibu hamil adalah 12.000/mm pada ibu postpartum,
kadar leukosit bisa mencapai 20.000 – 25.000/mm dan ini normal.
3) Faktor Pembekuan
Faktor pembekuan dan fibrinogen akan meningkat selama kehamilan dan
masa postpartum.Jika ditambah dengan kerusakan pembuluh darah dan
immobilisasi maka hal ini akan beresiko terjadinya tromboembolisme
 Varicosites
Varicosites di ekstremitas dan anus, kadang kadang di vulva akan berkurang
segera setelah persalinan

h. Sistem Persyarafan
 Sakit kepala (Headaches) saat postpartum dapat disebabkan oleh beberapa hal,
seperti : preeklammasi (PIH), stress, kehilangan cairan serebrospinal saat
dilakukan spinal anesthesi. Tergantung pada penyebab dan tindakan, sakit kepala
akan berkurang pada hari ke 1-3 postpartum sampai beberapa minggu

i. Sistem Muskuloskeletal
 Relaksasi sendi terutama pada sendi panggul yang terjadi selama persalinan
kembali mendekat dan stabil pada minggu ke 6-8 postpartum

j. Sistem Integumen
 Kleasma gravidarum biasanya menghilang pada akhir kehamilan.
Hiperpigmentasi pada areola dan linea nigra mungkin masih ada sampai setelah
persalinan. Striae di payudara, abdomen dan tungkai mungkin berkurang tetapi
tidak hilang.
 Proses adaptasi menjadi orang tua mencakup :
a. Tanggung jawab terhadap peran baru
b. Sikap terhadap adanya peran baru
c. Penyesuaian hubungan dengan anggota keluarga yang lain

4. Adaptasi Psikologis
Banyak wanita merasa tertekan pada saat setelah melahirkan, sebenarnya hal tersebut adalah
wajar. Perubahan peran seorang ibu memerlukan apatasi yang harus dijalani. Tanggung jawab
menjadi seorang ibu semakin besar dengan lahirnya bayi. Dalam menjalani adaptasi setelah
melahirkan ibu mengalami fase fase sebagai berikut :
 Fase Taking In
Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsungan pada hari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu fokus perhatian pada diri sendiri.
Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fse ini
1. Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang di inginkan tentang
bayinya.
2. Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik. Misalnya rasa mulas,
payudara bengkak dll.
3. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
4. Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayinya dan
cenderung melihat saja tanpa membantu.
 Fase Taking Hold
Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir atas ketidakmampuannya dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif
sehingga mudah tersinggung dan gampang marah.
Tugas sebagai tenaga kesehatan adalah misalnya dengan cara mengajarkan cara
merawat bayi, cara menyusui yang benar, cara merawat luka jahitan, mengajarkan
senam nifas, memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu.
 Fase Letting Go
Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri,
merawat diri dan bayinya serta kepercayaan dirinya sudah meningkat. Pendidikan
yang kita berikan pada fase sebelumnya akan bermanfaat bagi ibu. Ibu lebih mandiri
dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.
Dukungan dari suami dan keluarga masih sangat diperlukan ibu. Suami dan keluarga
dapat membantu dalam merawat bayi, menerjakan urusan rumah tangga sehingga
tidak terlalu terbebani.

5. Pathway

Indikasi ibu Indikasi bayi

Sectio Caesarea

Luka Sectio Caesarea


Pengaruh Adaptasi post
anestesi spinal partum

Trauma jaringan

Jaringan Jaringan
terputus terbuka

Histamin dan
prostaglandin Proteksi kurang
keluar

Merangsang
area sensorik Invasi bakteri

MK : Nyeri Akut MK : Resiko infeksi


6. Pengkajian Keperawatan

8 jam pertama 8-24 jam paska 24-48 jam paska


Pengkajian
paska melahirkan melahirkan melahirkan

Tekanan darah,
nadi, respirasi,
Setiap 4 jam:
suhu.
Tekanan darah,
Jam pertama: per
nadi, respirasi,
15 menit
suhu
Jam kedua: per 30
Monitor
menit
kemungkinan
Jam ke 3-8: per 4 Setiap 8 jam:
hipotensi dan
Tanda Vital jam monitor Kelanjutan
takikardia
hipotensi dan pemeriksaan
Peningkatan laju
takikardia
jantung mungkin
Ingat: setelah
pertanda nyeri,
evaluasi suhu awal,
infeksi,
kecualikan
kehilangan darah,
temperatur dari
atau sakit jantung
penilaian tanda
vital.
Periksa warna
kulit, bantalan
kuku, dan rongga Setiap 4 jam:
mulut jika terdapat Periksa warna
abnormalitas. kulit, bantalan Setiap 8 jam:
Warna kulit Jam pertama: per kuku, dan rongga Kelanjutan
15 menit mulut seandainya pemeriksaan
Jam kedua: per 30 terdapat
menit abnormalitas.
Jam ke 3-8: per 4
jam
Cek likasi dan
kekuatan. Pastikan
kandung kemih
kosong. Jika
Setiap 4 jam:
fundus lunak atau
Cek
lembut, lakukan
lokasi dan
pemijatan fundus.
kekuatan. Setiap 8 jam:
Periksa lochia
Periksa kandung Lanjutkan
Penilaian dengan setiap
kemih kosong. penilaian dan
fundus pijatan. Jangan
Jika fundus lunak, intervensi
pijat fundus jika ia
lakukan pemijatan keperawatan
keras.
fundal. Periksa
Jam pertama: per
lochia dengan
15 menit
setiap pijatan.
Jam kedua: per 30
menit
Jam ke 3-8: per 4
jam
Periksa warna,
jumlah, bau, dan
gumpalan, di
Setiap 4 jam:
bantalan perineal.
Periksa jumlah Setiap 8 jam,
Jam pertama: per
Lochia keluaran, lanjutkan
15 menit
frekuensi, dan pemeriksaan
Jam kedua: per 30
ketidaknyamanan
menit
Jam ke 3-8: per 4
jam
Periksa jumlah
keluaran,
frekuensi, dan
Kandung Setiap 4 jam:
ketidaknyamanan Jam
kemih Periksa jumlah Setiap 8 jam:
pertama: 30
dan keluaran, Lanjutkan
menit
keluaran frekuensi, dan pemeriksaan
Jam kedua: per 1
urin ketidaknyamanan
jam
Jam ke 3-8: per 4
jam
Perineum Periksa Setiap 8 jam: Setiap 8 jam:
kemerahan, dan Periksa jumlah lanjutkan
keluaran. keluaran, pemeriksaan
Jika terdapat frekuensi, dan
episiotomy, ketidaknyamanan.
periksa garis Jika terdapat
sayatan. episiotomy,
Jam pertama: per periksa garis
30 menit sayatan.
Penilaian nyeri
mencakup 5 tanda
vital.
Jam pertama: per
Nyeri 15 menit
Jam kedua: per 30 Setiap 4 jam dan Setiap 4 jam dan
menit interval memadai interval tertentu
Jam ke 3-8: per 4 setelah pemberian setelah di berikan
jam analgetik analgetik
Selalu periksa
nyeri dengan
interval tertentu
setelah di berikan
analgetik.
Periksalah setiap
pergantian: ukuran
Payudara simetri, bentuk,
kelembutan, dan
munculnya puting
7. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon individu, keluarga


dan masyarakat tentang masalah kesehatan, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan
untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan.

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia


(status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat
secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah
(Carpenito,2000).Perumusan diagnosa keperawatan :

a) Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang
ditemukan.
b) Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak di lakukan
intervensi.
c) Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan
masalah keperawatan kemungkinan.
d) Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau masyarakat
dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.
e) Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan actual dan
resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi
tertentu.

1. SDKI, 2017
Nyeri akut bd agen pencedera fisik, luka episiotomi post partum spontan
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan kenyamanan
Kode : D.0077
2. SDKI, 2017
Risiko infeksi bd efek prosedur invasif
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
Kode : D.0142

8. Intervensi dan Rasional

Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
keperawatan
Manajemen Nyeri (I.08238)
 Identifikasi
Setelah dilakukan tindakan
PQRST
keperawatan selama 2x24
 Monitor tanda – tanda
jam, diharapkan Tingkat
Nyeri (L.08066) menurun vital pasien
dengan kriteria hasil :  Berikan lingkungan yang
Nyeri akut bd agen pencedera
 Keluhan nyeri menurun nyaman serta terhindar
fisik, luka episiotomi post
dari faktor pemicu nyeri
partum spontan (D.0077)  Ekspresi meringis
 Ajarkan dan berikan
menurun
teknik non farmakologi
 Pasien mampu
untuk mengatasi nyeri
menuntaskan aktivitas
 Kolaborasi dengan
secara mandiri
dokter untuk pemberian
obat analgetik
Pencegahan Infeksi (I.
14539)
 Monitor tanda dan
Setelah dilakukan tindakan
gejala infeksi lokal
keperawatan selama 2x24
dan sistemik
jam, diharapkan tingkat
 Pertahankan teknik
infeksi (L.14137) menurun
aseptik
dengan kriteria hasil :
Risiko infeksi bd efek prosedur  Jelaskan tanda dan
invasif (D.0142) gejala infeksi
 Nyeri menurun
 Anjurkan cara
 Kebersihan tangan
mencuci tangan
meningkat
dengan benar
 Tidak terjadi demam
 Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan dan
nutrisi

9. Daftar Pustaka

Anisah, N., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. 2015 Akademi Kebidanan
Mamba’ul ‘Ulum. Surakarta.

Budiono, dkk. (2015) Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta. Bumi Medika. Dessy, T., dkk.
(2009) Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi
Debora, O. (2012). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta:Salemba Medika.
Doenges, Marilynn, E., dkk. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk
Perencanaan Keperawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta:EGC.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.


https://id.scribd.com/document/393406572/hasil-riskesdas-2018

Martin, Reeder, G., Koniak. (2014). Keperawatan Maternitas, Volume 2.

Jakarta:EGCNurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jakarta: Medication.

Nurniati, Ermawati, Lisma. (2014). Pengaruh Senam Nifas terhadap Penurunan Tinggi
Fundus Uteri pada Ibu Post Partum di RSUP DR. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas, 3(3)

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI

World Health Organization (WHO). (2014). WHO, UNICEF, UNFPA, The World Bank.
Trends in maternal mortality: 1990 to 2013. Geneva: World Health Organization

Aprina dan Anita. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Persalinan Sectio
Caesarea . Jurnal Kesehatan, 8 (1), 90-99

Rasjidi, Imam. (2009). Manual Seksio Sesarea & Laparatomi Kelainan Adneksa. Jakarta :
C.V Sugeng Seto
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (D3) FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172 Telp (0293)
326945 web: https://fikes.unimma.ac.id/

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MATERNITAS (POST


PARTUM)

Nama Mahasiswa : BIMA MAHENDRA NAZIRANDAR


Semester/Tingkat : SEMESTER 5 / TINGKAT 3
Tempat Praktek : RS PKU MUHAMMADIYAH TEMANGGUNG
Tanggal Pengkajian : 23 SEPTEMBER 2022
Sumber Data : PASIEN DAN REKAM MEDIS
Metode Pengumpulan Data :...........................................................................

A. IDENTITAS KLIEN
1. Nama inisial klien : Ny. U
2. Umur : 31
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Bongkol RT 7 RW 1 Candisari, Bansari, Temanggung
5. Pendidikan : SMP
6. Pekerjaan : Karyawan Swasta
7. Agama : Islam
8. Tanggal masuk RS : 23 September, Jam : 03.14
9. Nomor Rekam Medis : 0312092
10. Diagnosa Medis : Post Sectio Caesaria

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


1. Nama : Tn. I
2. Umur : 35
3. Alamat : Bongkol RT 7 RW 1 Candisari, Bansari, Temanggung
4. Pekerjaan : Karyawan Swasta
5. Hubungan dengan pasien : Suami

A. DATA KESEHATAN UMUM


1. Keluhan Utama Klien : Kala 2 lama
2. Alasan datang ke RS : Advice Dokter
3. Konsumsi obat-obatan/jamu-jamuan : Tidak ada
4. Riwayat alergi : Tidak ada
5. Diet Khusus : Tidak ada
6. Penyakit bawaan : Tidak ada
7. Menggunakan alat bantu : Tidak ada

B. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA


1. HEALTH PROMOTION
a. Kesehatan umum
1) Alasan masuk rumah sakit
Pasien mengalami proses kala 2 yang lama dan nyeri pada area perut
2) Riwayat penyakit saat ini
Pasien saat ini mengeluh nyeri skala 7 setelah melakukan operasi sectio
caesaria untuk membantu persalinan
3) Tekanan darah : 100/60 mmHg
Suhu : 36,4 °C
Nadi : 90x/menit
Respirasi : 20
SPO2 : 98%

b. Riwayat penyakit dahulu


Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit terdahulu
c. Riwayat Pengobatan

No. Nama Obat Dosis Keterangan

d. Kemampuan mengontrol kesehtan


1.) Kemampuan mengontrol kesehatan
Pasien mengatakan bila saat nyeri dirasakan, pasien melakukan nafas dalam
dan mengonsumsi obat analgetik
2.) Pola hidup
Pasien mengatakan kesehariannya sebagai karyawan swasta, makan 3x
sehari, minum cukup serta istirahat yang cukup
e. Faktor sosial ekonomi
Pekerjaan : Karyawan swasta
f. Pengobatan sekarang
No Nama Obat Dosis Manfaat

1. Ranitidin 50 mg Mencegah dan mengobati gejala sakit perut

2. Cefadroxil 500 mg Mengatasi infeksi bakteri

3. Prenamia Vitamin penambah darah

4. Ceftriaxone 1 gram Membantu menghambat pertumbuhan bakteri

2. NUTRITION
a. Antropometri
1.) BB biasanya : 69 kg BB sekarang : 77 kg
2.) Tinggi badan : 147 cm
3.) IMT : 31,9 (overweight)
b. Biochemical
-
c. Clinical
Rambut tampak bersih, berwarna hitam tidak ada bekas luka
d. Diet
Pasien diberikan diet nasi di rumah sakit
e. Energy
Pasien belum mampu ke kamar mandi sendiri dan dibantu oleh keluarga
f. Factor
Tidak ada
g. Penilaian status gizi
IMT : 31,9
h. Pola asupan cairan
Pasien mengatakan sudah meminum 1 botol 600 ml
i. Cairan masuk
Air putih : 600 cc
j. Cairan keluar
Urine : -
IWL : -
k. Penilaian status cairan
l. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : -
Auskultasi : -
Palpasi : -
Perkusi : -

3. ELIMINATION
a. Sistem urinari
1.) Pola pembuangan urin
Pasien mengatakan kencing 3x sehari dan tidak ada gangguan
2.) Riwayat kelainan kandung
kemih Tidak ada
3.) Pola urine
Warna kuning, tidak kental, bau khas
4.) Distensi kandung kemih/retensi
urine Tidak ada
b. Sistem gastrointestinal
1.) Pola eliminasi
Pasien bab 1x sehari selama di rumah sakit
2.) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi
Tidak konstipasi
c. Sistem Integument
1.) Kulit (itnegritas kulit/hidrasi/ turgor/ warna/ suhu)
Kulit lembab, bersih, turgor baik, warna coklat, akral hangat

4. ACTIVITY/REST
a. Istirahat/tidur
1.) Jam tidur : 5 – 7 jam
2.) Insomnia : Tidak ada
3.) Pertolongan untuk merangsang tidur : Tidak ada
b. Aktivitas
1.) Pekerjaan : Karyawan Swasta
2.) Kebiasaan olahraga : Tidak pernah
3.) ADL
 Makan : Dibantu keluarga
 Toileting : Dibantu keluarga
 Kebersihan : Dibantu keluarga
 Berpakaian : Dibantu keluarga
4.) Bantuan ADL : Sebagian mandiri

5.) Kekuatan otot :

6.) ROM : Aktif


7.) Resiko jatuh : Tidak ada
c. Cardio respons
1.) Penyakit jantung : Tidak ada
2.) Edema ekstremitas : Tidak ada
3.) Tekanan darah dan nadi
 Berbaring : 100/60 mmHg , 90x/menit
 Duduk : -
4.) Tekanan vena jugularis : Teraba
5.) Pemeriksaan jantung :
 Inspeksi : -
 Palpasi : -
 Perkusi : -
 Auskultasi : -
d. Pulmonary respon
1.) Penyakit sistem pernapasan : Tidak ada
2.) Penggunaan O2 : Tidak terpasang
3.) Kemampuan bernafas : Spontan
4.) Gangguan pernafasan : Tidak ada
5.) Pemeriksaan paru
 Inspeksi : -
 Palpasi : -
 Perkusi : -
 Auskultasi : -

5. PERCEPTION/COGNITION
a. Orientasi/kognisi
1.) Tingkat pendidikan : SMP
2.) Kurang pengetahuan : Cukup
3.) Pengetahuan tentang penyakit : Cukup
4.) Orientasi : Sesuai
b. Sensasi Persepsi
1.) Riwayat penyakit jantung : Tidak ada
2.) Sakit kepala : Tidak ada
3.) Penggunaan alat bantu : Tidak ada
4.) Pengindraan : Normal
c. Communication
1.) Bahasa yang digunakan : Bahasa Jawa
2.) Kesulitan berkomunikasi : Tidak ada
6. SELF PERCEPTION
Self-concept / self-esteem
1.) Perasaan cemas/takut : Tidak ada
2.) Perasaan putus asa/kehilangan : Tidak ada
3.) Keinginan untuk menciderai : Tidak ada
4.) Adanya luka/cacat : Luka jahitan pasca sc

7. ROLE RELATIONSHIP
Peranan hubungan
1.) Status hubungan : Istri
2.) Orang terdekat : Suami
3.) Perubahan konflik/peran : Tidak ada
4.) Perubahan gaya hidup : Pasien sedikit bergerak
5.) Interaksi dengan orang lain : Sesuai

8. SEXUALITY
Identitas sosial
1.) Masalah/disgungsi seksual : Tidak ada
2.) Periode menstruasi : ± 7 Hari
3.) Metode KB yang digunakan : Implan

9. COPING/STRESS TOLERANCE
1.) Rasa sedih/takut/cemas : Tidak ada
2.) Kemampuan untuk mengatasi : Nafas dalam dan mengonsumsi analgetik
3.) Perilaku yang menampakkan cemas : Tidak ada

10. LIFE PRINCIPLES


Nilai kepercayaan :
1.) Kegiatan keagamaan yang diikuti : Sholat jamaah dan pengajian
2.) Kemampuan untuk berpartisipasi : Sering
3.) Kegiatan kebudayaan : Tidak ada
4.) Kemampuan memecahkan masalah : Musyawarah

11. SAFETY/PROTECTION
1.) Alergi : Tidak ada
2.) Penyakit autoimune : Tidak ada
3.) Tanda infeksi : Tidak ada
4.) Gangguan thermoregulasi : Tidak ada
5.) Gangguan/resiko : Resiko infeksi luka jahitan pasca sc

12. COMFORT
a. Kenyamanan/nyeri (PQRST)
1.) Provokes : Luka pasca SC
2.) Quality : Seperti tersayat
3.) Regio : Sekitar perut
4.) Scala : Tinggi (7-10)
5.) Time : Hilang timbul
b. Rasa tidak nyaman lainnya : Tidak ada
c. Gejala yang menyertai : Nyeri

13. GROWTH/DEVELOPMENT
1.) Perumbuhan dan perkembangan : -
2.) DDST : -
3.) Terapi bermain : -

C. DATA UMUM MATERNITAS


1. Apakah kehamilan ini direncanakan: Ya
2. Nifas hari ke: ± 7 hari
3. Menikah : 1 kali, lama 9 tahun
4. Status Obstetri: G2 P1 Ao
5. Anak sebelumnya : -
Komplikas
Tempat i dan Umur Keadaan
persalinan masalah anak kesehata
No Jenis Cara BB
dan selama sekarang n saat
Ana Kelami Lahir lahir
penolong proses ini
k n
persalinan
1. Spontan Bidan/BPM 3600gr
Perempua
n

6. Tinggi Badan : 147 cm


7. Berat Badan : 69 kg
8. Kenaikan BB selama kehamilan : 2 kg
9. Masalah kehamilan sekarang : Tidak ada
10. Alat kontrasepsi yang pernah dipakai : Implan
a. Masalah yang pernah dialami selama penggunaan kontrasepsi: Tidak ada
b. Rencana penggunaan alat konrasepsi setelah kehamilan ini : Belum merencanakan
11. Pendidikan kesehatan yang ingin ibu dapatkan selama perawatan :
....................................................................................................................
D. DATA PSIKOSOSIAL UMUM
1. Perasaan ibu tentang bayinya (identifikasi fase taking in, taking hold, letting go):
....................................................................................................................
2. Perasaan ibu terhadap rooming in (rawat gabung):
....................................................................................................................
3. Respon sibling (respon anak sebelumnya dengan kelahiran saudaranya) terhadap
kehamilan sekarang:
....................................................................................................................
....................................................................................................................

E. PEMERIKSAAN FISIK UMUM (Coret data yang tidak perlu)


1. Keadaan umum : Baik
2. Neurologis : E : 4 V : 5 M:6
3. Kesadaran : Composmentis
4. Kepala dan Leher :
a. Bagian kepala atas
 Hematom/post trauma : Tidak
 Tipe rambut : Lurus
 Distribusi rambut : Sedikit rontok
 Warna rambut : Hitam
 Alopesia (kebotakan) : Tidak
b. Mata
 Pupil isokor (diameter kedua pupil sama) : Ya
 Reflek cahaya (normal jika pupil miosis/mengecil): (+/+)
 Sklera ikterik (kekuningan) : Tidak
 Conjungtiva anemis (pucat) : (+/+)
c. Telinga
 Cerumen : Tidak
 Terpasang alat bantu dengar : Tidak
d. Malar / Pipi
 Chloasma gravidarum (bercak-bercak khas di pipi pada wanita hamil): Ada
 Acne (jerawat) : Tidak
e. Hidung :
 Nafas cuping hidung : Tidak
 Pilek : Tidak
 Terpasang alat bantu nafas : Tidak
f. Bibir dan Mulut
 Sianosis : Ya/tidak
 Sariawan : Tidak
 Gigi palsu : Tidak
 Mukosa bibir : Kering
 Gangguan gigi dan gusi : Tidak
g. Leher
 Pembesaran kelenjar tiroid (gondok): Tidak
 Limfonodi (kelenjar limfe) : Teraba
 Nadi karotis : Teraba
5. Thorak
a. Pre-kordium (lapisan luar dinding dada yang melindungi organ jantung)
 Inspeksi
 Ictus cordis terlihat di intercosta 4-5 : Tidak
 Luka parut (post operasi jantung) : Tidak
 Palpasi
 Ictus cordis teraba di intercosta 4-5 : Tidak
 Perkusi
 Redup (normal) : Ya
 Auskultasi
 Bising jantung : Tidak
 Bunyi S1 (lup) dan S2 (dup) : Reguler

b. Pulmonal
 Inspeksi
 Retraksi (normalnya tidak ada) : Tidak
 Simetris kanan dan kiri : Ya
 Ekspansi dada kanan dan kiri sama : Ya
 Palpasi
 Krepitasi (suara retakan tulang) : Tidak
 Vocal fremitus kanan kiri sama : Ya
 Perkusi
 Sonor (normal) : Ya

 Auskultasi
 Wheezing/mengi : Tidak
 Ronchi : Tidak
 Vesikuler (normal) : Ya
c. Mamae
 Inspeksi
 Kemerahan di areola/badan mamae: -
 Pembengkakan payudara: -
 Simetris kanan dan kiri: -
 Kondisi puting: -
 Kebersihan payudara: -

 Palpasi
 Nyeri :-
 Hasil perabaaan :-
 ASI keluar :-
 Benjolan dalam mamae : -
6. Abdomen
a. Inspeksi :
 Datar/cembung : Ya/tidak
 Bekas operasi Sectio Caesaria: Tidak
 Stretch mark (guratan pada abdomen wanita hamil) : Ada
 Linea nigra (garis memanjang dari pusar sampai simfisis pubis):
Ada
b. Auskultasi
 Peristaltik.......................x/menit
c. Palpasi:
 Massa : Ada
 Turgor kulit : Elastis
 Nyeri tekan di lapang abdomen: Tidak
 TFU (tinggi fundus uteri): -
 Kontraksi uterus: -
 Posisi rahim: -
 Kandung kemih: -
 DRA (diastatis recti abdominis): -
d. Perkusi:
 Timpani : Ada
7. Ekstrimitas
a. Superior (atas):
 Edema : Tidak
 Infus:
 Terpasang : Di lengan sinistra
 Jenis infus : Ringer lactat infus 500 ml
 Faktor tetesan 20 tetes/menit
 Nyeri di area tusukan infus : Ada
 Nadi radialis (pergelangan 90x/menit
 Palmar (telapak tangan) : Pucat
 Kekuatan otot: Kuat/lemah, skor : 4
 CRT (capilarry refill time) < 3 detik : Ya
 Refleks fisiologis biseps/triseps : (+/+)
 Refleks patologis : (+/+)
 Deformitas (kelainan bentuk) : Tidak
 Fraktur : Tidak
b. Inferior (bawah):
 Edema : Tidak
 Akral (bagian kaki paling bawah) : Hangat
 Kekuatan otot : Lemah
 Refleks patela : (+/+)
 Refleks patologis : (+/+)
 Tanda Homan (Homan’s sign)

8. Genitalia dan perineum


a. Jahitan di perinem : Ada
- Redness: -
- Echimosis: -
- Edema: Tidak ada
- Discharge: -
- Approximation: -
b. Kondisi genetalia: -

F. DATA LABORATORIUM ABNORMAL


TANGGAL JENIS HASIL
DAN JAM PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN INTERPRETASI

G. TERAPI YANG DIBERIKAN


TANGGAL RUTE
DAN JAM JENIS TERAPI DOSIS INDIKASI
TERAPI

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (D3) FAKULTAS


ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172 Telp (0293)
326945 web: https://fikes.unimma.ac.id/

ANALISA DATA
Nama Inisial Klien : Ny. U Diagnosa Medis : Post SC
No Rekam Medis : 03120920236971 Bangsal : Shofa 1
TANGGAL DAT
NO DAN JAM A ETIOLOGI PROBLEM
PENGKAJI DATA DATA
AN SUBYEKTI OBYEKTIF
F (GEJALA) (TANDA)
1. Jumat, 23 DS : DO : Nyeri akut bd Nyeri Akut
September  Pasien  Wajah pasien agen
2022 pukul mengatakan terlihat pencedera
09.00 WIB nyeri pada meringis saat fisik, luka
luka jalan nyeri timbul post SC
lahir atau (D.0077)
kontraksi
uterus
 P : luka post
SC
Q : Seperti
tersayat
R : Area
perut bagian
bawah
S:7
T : hilang
timbul

2. Jumat, 23 DS : DO : Risiko infeksi


September  Pasien  Terdapat luka Risiko infeksi b.d
2022 pukul mengatakan operasi pada area efek prosedur invasif
09.00 WIB nyeri pada perut (D.0142)
luka operasi  Pasien tampak
meringis
 Pasien sering menahan nyeri
mengatakan
operasi pada
tanggal 23
September
pukul 04.00
WIB

Prioritas DIagnosis Kep:


1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik, luka episiotomi post partum spontan
2. Risiko infeksi b.d efek prosedur invasif
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (D3) FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172 Telp (0293) 326945
web: https://fikes.unimma.ac.id/

FORMAT RENCANA
KEPERAWATAN
Nama Inisial Klien : Ny. U Diagnosa Medis : Post SC
No Rekam Medis : 0312092 Bangsal : Shofa 1

Tanggal Diagnosis Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


No. Rasional
Dan Jam Keperawatan
1.Jumat, 23 Nyeri akut bd agen Setelah dilakukan b.d Manajemen Nyeri
September pencedera fisik, luka tindakan (I.08238)  Untuk
2022 pukul post SC keperawatan selama  Identifikasi bahan
09.00 WIB (D.0077) 2x24 jam, PQRST pemantauan
diharapkan masalah  Monitor tanda – kondisi
nyeri akut teratasi tanda vital pasien pasien
dengan kriteria hasil
:  Berikan lingkungan  Untuk
b.d Tingkat Nyeri yang nyaman serta menghindar
(L.08066) terhindar dari faktor i pemicu
pemicu nyeri bertambahn
 Keluhan nyeri ya nyeri
menurun

 Ekspresi meringis  Ajarkan dan berikan  Untuk upaya


menurun teknik non membantu
farmakologi untuk pasien
mengatasi nyeri mengatasi
 Pasien mampu nyeri secara
menuntaskan mandiri
aktivitas secara
mandiri
 Kolaborasi dengan  Untuk
dokter untuk upaya
pemberian obat menurunkan
analgetik nyeri
2. Jumat, 23 Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan b.d Pencegahan Infeksi
September efek prosedur invasif tindakan keperawatan (I.14539)
2022 pukul (D.0142) selama 2x24 jam,
09.00 WIB diharapkan masalah  Monitor tanda dan  Untuk
risiko infeksi pasien gejala infeksi lokal mengetahui
teratasi dengan dan sistemik tanda tanda
kriteria hasil : infeksi

b.d Pencegahan  Pertahankan teknik  Mencegah


Infeksi (I.14539) aseptik terjadinya
infeksi
 Nyeri menurun

 Kebersihan
tangan meningkat  Mengetahui
 Jelaskan tanda dan
tanda dan
gejala infeksi
 Tidak terjadi gejala infeksi
demam
 Ajarkan cara
 Mengetahui
mencuci tangan
cara mencuci
dengan benar
tangan yang
benar

 Anjurkan
 Mencegah
meningkatkan
terjadinya
asupan cairan dan
kekurangan
nutrisi
nutrisi
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (D3) FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172 Telp (0293) 326945
web: https://fikes.unimma.ac.id/

FORMAT IMPLEMENTASI

Nama Inisial Klien : Ny. U Diagnosa Medis : Post SC


No Rekam Medis : 0312092 Bangsal : Shofa 1
Tanggal Diagnosis Respon
No Implementasi Paraf
& Jam Keperawatan (Data Subyektif Dan Obyektif)
1. Jumat, 23 Nyeri akut bd  Mengidentifik DS :
September agen pencedera asi PQRST Pasien mengatakan :
2022 pukul fisik, luka post  P : Luka post SC
09.30 WIB SC  Q : Seperti tersayat
(D.0077)  R : Area perut bagian bawah
 S:7
 T : Hilang timbul

DO :
 Pasien berekspresi meringis
 Pasien cenderung tidak ingin
bergerak banyak

09.35 WIB
 Memonitor DS : -
tanda vital DO :
 TD : 100/80 mmHg
 N : 90x/menit
 RR : 20x/menit
 S : 36,4 °C
 SPO 2 : 98%
09.35 WIB
 Memberikan
lingkungan DS :
yang nyaman  Pasien bersedia
serta terhindar DO : -
dari faktor
pemicu nyeri

09.40 WIB
 Mengajarkan
DS :
dan berikan
teknik non  Pasien bersedia
farmakologi DO :
untuk  Pasien melakukan relaksasi
mengatasi nafas dalam saat nyeri timbul
nyeri : terapi
relaksasi nafas
dalam
09.50 WIB DS :
 Memberikan
 Pasien bersedia
obat analgetik
DO :
sesuai advice
 Ranitidine 50 mg
dokter :
 Cefadroxil 500 mg
- Ranitidine 50
mg  Prenamia
- Cefadroxil  Tidak ada tanda tanda alergi
500 mg
- Prenamia

10.05 WIB Risiko infeksi b.d  Mengobservasi DS :


efek prosedur tanda dan
 Pasien mengatakan
invasif (D.0142) gejala infeksi
terdapat luka post SC pada
area perut bagian bawah
DO :
 Terdapat luka post SC pada
area perut bagian bawah
tertutup kassa sepanjang ± 10
cm, kondisi bersih dan kering

DS :
10.10 WIB  Menjelaskan
 Pasien mengatakan
tanda dan
mengerti apa yang
gejala infeksi
dijelaskan
DO :
 Pasien dapat menyebutkan
kembali tanda dan gejala
infeksi

 Mengajarkan
10.15 WIB cara mencuci DS :
tangan dengan  Pasien mengatakan
benar mengerti cara mencuci
tangan dengan benar
DO :
 Setelah diajarkan pasien
mampu mengulang gerakan
mencuci tangan dengan benar

 Menganjurkan
10.20 WIB pasien untuk
meningkatkan DS :
asupan cairan  Pasien mengatakan
dan nutrisi mengerti manfaat
meningkatkan asupan
cairan dan nutrisi
DO :
 Setelah dianjurkan pasien
mampu meningkatkan asupan
cairan dan nutrisi
2. Sabtu, 24 Nyeri akut bd  Mengidentifik DS :
September agen pencedera asi PQRST Pasien mengatakan :
2022 pukul fisik, luka post  P : Luka post SC
08.00 WIB SC  Q : Seperti tersayat
(D.0077)  R : Area perut bagian bawah
 S:3
 T : Hilang timbul

DO :
 Pasien sudah tidak meringis
 Pasien sudah bisa ke kamar
mandi mandiri

08.05 WIB  Memonitor DS : -


tanda vital DO :
 TD : 100/80 mmHg
 N : 90x/menit
 RR : 20x/menit
 S : 36,4 °C
 SPO 2 : 98%

08.10 WIB  Memberikan


lingkungan DS :
yang nyaman  Pasien bersedia
serta terhindar DO : -
dari faktor
pemicu nyeri

08.15 WIB  Mengajarkan


dan berikan DS :
teknik non  Pasien bersedia
farmakologi DO :
untuk  Pasien mampu melakukannya
mengatasi
nyeri : terapi
relaksasi nafas
dalam
08.20 WIB
 Memberikan DS :
obat analgetik  Pasien bersedia
sesuai advice DO :
dokter :  Ranitidine 50 mg
- Ranitidine  Cefadroxil 500 mg
50 mg  Prenamia
- Cefadroxi  Tidak ada tanda tanda alergi
l 500 mg
- Prenamia
Sabtu, 24 Risiko infeksi b.d  Mengobservasi DS :
September efek prosedur tanda dan gejala  Pasien mengatakan
2022 pukul invasif (D.0142) infeksi terdapat luka post SC pada
08.30 WIB area perut bagian bawah
DO :
 Terdapat luka post SC pada
area perut bagian bawah
tertutup kassa sepanjang ±
10 cm, kondisi bersih dan
kering

08.30 WIB DS :
 Menjelaskan
tanda dan  Pasien mengatakan
gejala infeksi mengerti apa yang
dijelaskan
DO :
 Pasien dapat menyebutkan
kembali tanda dan gejala
infeksi

08.35 WIB DS :
 Mengajarkan
cara mencuci  Pasien mengatakan
tangan dengan mengerti cara mencuci
benar tangan dengan benar
DO :
 Setelah diajarkan pasien
mampu mengulang gerakan
mencuci tangan dengan benar

08.40 WIB
 Menganjurkan DS :
pasien untuk  Pasien mengatakan
meningkatkan mengerti manfaat
asupan cairan meningkatkan asupan
dan nutrisi cairan dan nutrisi
DO :
 Setelah dianjurkan pasien
mampu meningkatkan
asupan cairan dan nutrisi
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (D3) FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172 Telp (0293)
326945 web: https://fikes.unimma.ac.id/

FORMAT EVALUASI

Nama Inisial Klien : Ny. U Diagnosa Medis : Post SC


No Rekam Medis : 0312092 Bangsal : Shofa 1

Tanggal Diagnosis Evaluasi


No Dan Keperawatan (Subjective, Objective, Assessment/Analysis, Paraf
Jam Plan)
1.Jumat, 23 Nyeri akut S:
September 2022 bd agen Pasien mengatakan :
pukul 10.30 pencedera  P : Pasien mengatakan nyeri pada luka
WIB fisik, luka post SC
post SC  Q : Seperti tersayat
(D.0077)  R : Area perut bagian bawah
 S:7
 T : Hilang timbul

O:
 Pasien masih sering meringis saat
bergerak
 TD : 100/80 mmHg
 N : 90x/menit
 RR : 20x/menit
 S : 36,4 °C
 SPO 2 : 98%

A:
 Nyeri akut bd agen pencedera fisik,
luka post SC

P : Lanjutkan intervensi
 Mengidentifikasi PQRST
 Mengobservasi reaksi verbal dan
nonverbal
 Memonitor tanda tanda vital
 Mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam
 Mengkolaborasi pemberian analgetik
dengan tepat
Jumat, 23 Risiko infeksi S :
September 2022 b.d efek  Pasien mengatakan ada luka post SC
pukul 10.30 prosedur pada area perut bagian bawah
WIB invasif O:
(D.0142)  Terdapat balutan kassa sepanjang ±
10 cm, kondisi bersih dan kering
A:
 Masalah risiko infeksi belum teratasi

P:
Lanjutkan Intervensi
 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
dan sistemik
 Pertahankan teknik aseptik
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
 Anjurkan meningkatkan asupan
cairan dan nutrisi
2.Sabtu, 24 Nyeri akut S:
September 2022 bd agen Pasien mengatakan :
pukul 08.40 pencedera  P : Pasien mengatakan nyeri pada luka
WIB fisik, luka post SC
post SC  Q : Seperti tersayat
(D.0077)  R : Area perut bagian bawah
 S:3
 T : Hilang timbul

O:
 Pasien sudah tidak meringis
 Pasien bisa ke kamar mandi mandiri
 TD : 100/80 mmHg
 N : 90x/menit
 RR : 20x/menit
 S : 36,4 °C
 SPO 2 : 98%

A:
 Nyeri akut bd agen pencedera fisik,
luka post SC sudah teratasi

P : Lanjutkan intervensi, pasien pulang


 Anjurkan teknik non farmakologi jika
nyeri timbul

Sabtu, 24 Risiko infeksi S :


September 2022 b.d efek  Pasien mengatakan nyeri pada
pukul 08.40 prosedur luka post SC sudah sedikit
WIB invasif berkurang
(D.0142)
O:
 Terdapat balutan kassa sepanjang ± 10
cm, kondisi bersih dan kering

A:
 Masalah teratasi

P:
 Intervensi dihentikan, pasien pulang

Anda mungkin juga menyukai