Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST SECTIO


CAESAREA BSC ( BEKAS SAKSIO SESAREA ) DI RUANG VK
BERSALIN RSUD DR. R. SOEDJONO SELONG LOMBOK

Disusun oleh :

Septiana Dewi, S. Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2023
A. Konsep BSC

Bekas luka SC terdiri dari dua komponen yaitu bagian hypoechoic

pada bekas luka dan jaringan parut pada miometrium yang dinilai sebagai

ketebalan miometrium residual (KMR). Ketebalan seluruh SBR diukur dengan

menggunakan transabdominal sonografi, sementara lapisan otot diukur dengan

menggunakan transvaginal sonografi (TVS). Ketebalan SBR harus dievaluasi

karena berperan penting sebagai prediktor terjadinya ruptur uteri. Hal ini

mengingat resiko ruptur uteri akan meningkat sesuai dengan jumlah pelahiran SC

sebelumnya. Bekas luka operatif SC pada uterus akan mengalami perubahan

selama proses kehamilan selanjutnya. Peningkatan lebar rata-rata 1,8 mm per

semester pada bagian bekas luka. Sedangkan kedalaman dan panjang bekas luka

mengalami penurunan dengan rata-rata 1,8 mm dan 1,9 mm per trimester.

Ketebalan myometrium residual menurun rata-rata 1,1 mm per trimester.

Section Caesarian (SC) juga akan meningkatkan resiko terjadinya

plasenta previa dan abrupsio plasenta pada kehamilan berikutnya. Peningkatan

resiko terjadinya plasenta previa dan abrupsio plasenta pada kehamilan kedua.

karena adanya respon yang berbeda terhadap bekas luka SC, terutama respon

terhadap sitokin dan mediator inflamasi, kejadian stress oksidatif. Keadaan

tersebut berdampak pada pertumbuhan dan rekonstruksi desidua basalis dan

kemampuan desidua untuk menampung dan memodulasi infiltrasi trofoblas.

Ketebalan dinding uterus wanita dengan riwayat SC lebih tipis daripada uterus

wanita dengan persalinan pervaginam (Suryawinata et al., 2019).


B. Konsep Dasar Sectio

1. Definisi Sectio Caesaria

Sectio Caessarea (SC) adalah tindakan untuk melahirkan bayi melalui

pembedahan abdomen dan dinding uterus (Nugroho, 2017). Tindakan Sectio

cassarea (SC) merupakan salah satu alternatif bagi seorang wanita dalam

memilih proses persalinan di samping adanya indikasi medis dan indikasi

non medis, tindakan SC akan memutuskan kontinuitas atau persambungan

jaringan karena insisi yang akan mengeluarakan reseptor nyeri sehingga

pasien akan merasakan nyeri terutama setelah efek anastesi habis. Rasa nyeri

dapat menimbulkan stressor dimana individu berespon secara biologis dan

hal ini dapat menimbulkan respon perilaku fisik dan psikologis (Manuaba,

2017).

2. Etiologi

Menurut Mitayani (2019), banyak faktor resiko indikasi SC pada ibu

antara lain :

a. Disproporsi Cepalo Pelvik

b. Placenta previa

c. Tumor jalan lahir

d. Hidromnion

e. Kehamilan gemeli

Sedangkan faktor dari bayi :

a. Bayi Besar

b. Mal presentasi

c. Letak lintang

d. Hidrocepalus
Etiologi berasal dari Ibu

Ibu pada primigravida dengan kelainan letak, primipara tua disertai

kelainan letak, disproporsi cepalo pelvik (disproporsi janin/panggul), ada

sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,

plasenta previa terutama pada primigravida, komplikasikehamilan yaitu

preeklampsia-eklampsia, atas permintaan kehamilan yang disertai penyakit

(Jantung, Diabetes Mellitus), gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium,

mioma uteri dan sebagainya).

Etiologi berasal dari janin

Etiologi yang berasal dari janin seperti Fetal distress/gawat janin, mal

presentasi dan mal posisi kedudukan janin, prolapses tali pusat dengan

pembukan kecil, kegangalan persalinan vakum atau ferseps ekstraksi

3. Tipe tipe Sectio Caesaria

Menurut Oxorn (2019), tipe-tipe sectio caesarea yaitu :

a. Sectio caesaria klasik

Sectio Caesarea Klasik dibuat vertikal pada bagian atas rahim.

Pembedahan dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri

kirra kira sepanjang 10 cm. Tidak dianjurkan untuk kehamilan

berikutnya melahirkan melalui vagina apabila sebelumnya telah

dilakukan tindakan pembedahan ini.

b. Sectio caesaria transperitonel profunda

Sectio Caesarea Transperitonel Profunda disebut juga low

cervical yaitu sayatan vertikal pada segmen lebih bawah rahim. Sayatan

jenis ini dilakukan jika bagian bawah rahim tidak berkembang atau tidak
cukup tipis untuk memungkinkan dibuatnya sayatan transversal.

Sebagian sayatan vertikal dilakukan sampai ke otot-otot bawah rahim.

c. Sectio Caesarea Histerektomi Sectio

Caesarea Histerektomi adalah suatu pembedahan dimana setelah

janin dilahirkan dengan Sectio Caesarea, dilanjutkan dengan

pegangkatan rahim.

d. Sectio Caesarea Ekstraperitoneal Sectio

Caesarea Ekstraperitoneal, yaitu Sectio Caesarea berulang pada

seorang pasien yang sebelumnya melakukan Sectio Caesarea. Biasanya

dilakukan di atas bekas sayatan yang lama. Tindakan ini dilakukan

dengan insisi dinding dan faisa abdomen sementara peritoneum dipotong

ke arah kepala untuk memaparkan segmen bawah uterus sehingga uterus

dapat dibuka secara ekstraperitoneum.

4. Komplikasi

a. Komplikasi pada ibu

Infeksi puerperalis, bisa bersifat ringan seperti kenaikan suhu

selama beberapa hari dalam masanifas, atau bersifat berta seperti

peritonitis, sepsis dan sebagainya. Infeksi postoperatif terjadi apabila

sebelum pembedahan sudah ada gejala-gejala yang merupakan

predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah

ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Perdarahan, bisa timbul

pada waktu pembedahan jika cabang cabang arteri uterina ikut terbuka

atau karena atonia uteri.


b. Komplikasi

komplikasi lain seperti luka kandung kencing dan embolisme

paru. suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kuatnya perut

pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa ruptur

uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio

caesarea. Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kemih, dan

embolisme paru.

c. Komplikasi baru Komplikasi yang kemudian tampak ialah kurang

kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya

bisa terjadi ruptur uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak

ditemukan sesudah Sectio Caesarea Klasik.

5. Penatalaksamnaan

a. Pemberian cairan

Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka

pemberian cairan per intavena harus cukup banyak dan mengandung

elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada

organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%,

garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung

kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai

kebutuhan.

b. Diet

Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita

flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan per oral.

Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan

pada 6 sampai 8 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : Miring kanan dan

kiri dapat dimulai sejak 6 sampai 10 jam setelah operasi, Latihan

pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini

mungkin setelah sadar, Hari kedua post operasi, penderita dapat

didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu

menghembuskannya, Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah

menjadi posisi setengah duduk (semifowler), Selanjutnya selama

berturut- turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama

sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3

sampai hari ke-5 pasca operasi.

d. Kateterisasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa

tidak enak pada penderita,menghalangi involusi uterus dan

menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih

lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.

e. Pemberian obat-obatan

Antibiotik cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat

berbeda-beda sesuai indikasi.

f. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan Obat

yang dapat di berikan melalui supositoria obat yang diberikan

ketopropen sup 2x/24 jam, melalui orang obat yang dapat diberikan

tramadol atau paracetamol tiap 6 jam, melalui injeksi ranitidin 90-75 mg

diberikan setiap 6 jam bila perlu.


g. Obat-obatan lain

Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat

diberikan caboransia seperti neurobian I vit C.

h. Perawatan luka

Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan

berdarah harus dibuka dan diganti.

i. Pemeriksaan rutin Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan

adalah suhu, tekanan darah, nadi, dan pernafasan.

j. Perawatan Payudara

Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu

memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang

mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi,

biasanya mengurangi rasa nyeri.

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin

b. Pemantauan EKG

c. JDL dengan diferensial

d. Elektrolit

e. Hemoglbin / Hematokrit

f. Golongan darah

g. Urunalisis

h. Amnio sentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasii.

Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi

i. Ultrasound sesuai pesanan


7. Patofisiologi

Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang

menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena

ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan

kehamilan yang parah, pre eklampsia dan eklampsia berat, kelainan letak

bayi seperti sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim

tertutup plasenta yang lebih dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar,

kehamilan pada ibu yang berusia lanjut, persalinan yang berkepanjangan,

plasenta keluar dini, ketuban pecah dan bayi belum keluar dalam 24 jam,

kontraksi lemah dan sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan perlu

adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea.

8. Macam Macam Lochea Berdasarkan Jumlah dan Warna Nya

(Bobak, 2018)

a. Lochea rubra : 1-3 berwarna merah dan hitam, terdiri dari sel desidua,

verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mikonium, sisa darah.

b. Lochea Sanguinolenta : 3-7 hari berwarna putih campur merah

kecoklatan.

c. Lochea Serosa : 7-14 hari berwarna kekuningan.

d. Lochea Alba : setelah hari ke-14 berwarna putih.


9. Pathway Sectio Caesarea (CS)
C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Sectio Caecarea

a. Pada pengkajian yang pertama-tama kita harus mengkaji identitas pasien

dan penanggung jawab yang meliputi: nama, umur, agama, suku bangsa,

pendidikan, status perkawinan dan alamat.

b. Alasan dirawat, disini kita mengkaji apakah ibu merasakan keluhan pada

masa nifas.

c. Kaji adanya sakit perut, perdarahan dan kekuatan untuk bergerak.

d. Kaji riwayat kesehatan ibu dan keluarga dan keadaan bayi saat ini yang

meliputi berat badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut dan lain-

lain.

e. Lakukan pengkajian riwayat obsetri dan ginekologi yang meliputi: kaji

riwayat menstruasi. Yang dimaksud dengan riwayat menstruasi adalah

menarche, siklus banyak atau sedikit, keluhan dan HPHT. Kaji juga

riwayat pernikahan, riwayat persalinan.

f. Lakukan pemeriksaan fisik dari kepala meliputi: apakah adanya edema

pada wajah, konjungtiva pucat dan lain-lain. Pada leher, kaji adanya

hiperpigementasi perlahan berkurang, kaji pembesaran kelenjar tiroid,

pembuluh limfe dan pembesaran vena jugularis.

g. Pada pengkajian payudara lakukan teknik inspeksi apakah payudara

membesar, puting susu mudah erektil, produksi kolostrum, serta kaji

adanya massa atau pembesaran pembuluh limfe.

h. Pada abdomen kaji bising usus dalam 4 kuadran, konsistensi, kekuatan

kontraksi, posisi, tinggi fundus.


i. Pola eleminasi Pada klien SC biasanya dipasang folly kateter selama

pembedahan sampai 2 hari post operasi. perlu dilakukan bleder training

karna terjadigangguan BAK. Kaji warna urine yang keluar, jumlahnya

dan baunya.Pada ibu dengan hbsag biasanya urine gelap, feses warna

tanah liat

j. Pada pengkajian genetalia, lakukan pemeriksaan uterus, kaji apakah

kondisi uterus sudah kembali dalam kondisi normal. Pemeriksaan lochea,

lakukan pemeriksaan tipe, jumlah, bau, dan komposisi lochea. Untuk

pemeriksaan serviks, kaji adanya edema, distensi, dan perubahan

strukturinternal dan eksternal. Untuk pemeriksaan vagina kaji adanya

buruga, perubahan bentuk dan perubahan mukus normal

k. Keadaan umum: observasi tingkat kesadaran

l. Tanda-tanda vital: tekanan darah, suhu, pernafasan dan nadi

m. Thorax Jantung : kaji munculnya bradikardiparu : kaji pernafasan hati:

pembesarah hepar, sirosis hepatis

n. Ekstermitas : tidak terjadi pembengkakkan, warna kulit kekuningan

2. Diagnosis keperawatan

a. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik d.d pasien tampak meringis dan

gelisah (D.0077)

b. Ansietas b.d krisis situasional d.d kontak mata buruk (D.0080)

3. Rencana Keperawatan

a. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik d.d pasien tampak meringis dan

gelisah (D.0077)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri hilang dengan

kriteria hasil :
1) Keluhan nyeri menurun.

2) Sikap protektif menurun.

3) Gelisah menurun.

4) Kesulitan tidur menurun. Intervensi

Observasi

1) Identifikasi adanya lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri.

2) Identifikasi berapa skala nyeri.

3) Identifikasi respon non verbal.

4) Identifikasi faktor Yang memperberat dan memperingan nyeri.

5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri.

7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.

8) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah

diberikan.

9) Monitor efek samping penggunaan analgetik.

Teapeutik

10) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

11) Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri.

12) Fasilitasi istirahat dan tidur.

13) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi

meredakan nyeri.

Edukasi

14) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.

15) Jelaskan strategi meredakan nyeri.


16) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.

17) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat.

18) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

Kolaborasi

19) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.

b. Ansietas b.d krisis situasional d.d kontak mata buruk (D.0080)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan

berkurang dengan kriteria hasil :

1) Verbalisasi kebingungan menurun.

2) Perilaku gelisah menurun.

3) Perilaku tegang menurun. Intervensi

Observasi

1) Identifikasi saat ansietas berubah.

2) Identifikasi kemampuan untuk mengambil keputusan.

3) Monitor tanda tanda ansietas.

Terapeutik

4) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan

kepercayaan.

5) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan.

6) Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan penuh

perhatian.

7) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.


8) Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan.

9) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan.

10) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan

datang.

Edukasi

11) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami.

12) Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan,

dan prognosis.

13) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama.

14) Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif.

15) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi.

16) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan.

17) Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat.

18) Latih teknik relaksasi.

Kolaborasi

19) Kolaborasi pemberian obat antlasietas jika perlu


DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, I, G, B, (2017).Pengantar kuliah obsterti. Jakarta: EGC

Mitayani, (2019). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Nugroho, (2017). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit dalam.


Nuha Medika: Yogjakarta

Oxorn, H. (2019). Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yayasan


Essential Medika.

Suryawinata, A., Islamy, N., Studi, P., Dokter, P., Kedokteran, F., Obstetri, B., &
Kedokteran, F. (2019). Komplikasi pada Kehamilan dengan Riwayat
Caesarian Section Complications on Pregnancy with Previous Caesarian
Section. 6, 364–369.
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Profesi Ners dengan judul Asuhan Keperawatan pada Pasien

dengan Post Sectio Caesarea BSC ( Bekas Saksio Sesarea ) di Ruang VK Bersalin RSUD
Dr. R. Soedjono Selong tanggal 26 November s/d 2 Desember 2023

telah di syahkan dan disetujui pada

Hari :
Tanggal :

Mahasiswa

( Septian Dewi, S. Kep )

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( Ns. Apriani Susmita Sari, M. Kep ) ( Hidayaturrahmi, S. Keb )

Kepala Ruangan

( Hidayaturrahmi, S. Keb )

Anda mungkin juga menyukai