Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA NY. R.

K DENGAN DIAGNOSA
POST SECTIO CAESAREA DI RUANG RAWAT INAP MERAK (NIFAS)
RSUD S.K LERIK KOTA KUPANG

OLEH:

LINDA R RIWU ROHI, S.KEP

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS CITRA BANGSA
TAHUN AJARAN 2023/2024

Profesi_Ners_UCB
LAPORAN PENDAHULUAN
SECTIO CAESAREA

A. Konsep Dasar Sectio Sacarea


1. Pengertian
Sectio caesarea (SC) adalah suatu pembedahan untuk lahirnya janin melalui satu
insisi di dinding perut (laparatomi) dinding uterus. Tindakan tersebut dilakukan untuk
mengeluarkan bayi saat terjadi indikasi seperti Prolapus tali pusat, persalinan macet,
Cephalo Pelvic Disproportion (CPD) (Nisa, 2021).
Sectio Caesarea ialah suatu cara medis dengan cara membelah secara insisi di
perut untuk mengeluarkan bayi (Molly Morita, 2018).
Persalinan sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin
dilahirkan dengan dilakukan insisi pada dinding perut dan rahim, dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Ainuhikma Lailia, 2018).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sectio caesarea
merupakan salah satu cara persalinan, yang mana janin dikeluarkan dengan dilakukan
insisi pada dinding abdomen dan dinding uterus, dengan syarat berat janin diatas 500
gram dan rahim utuh.
2. Etiologi/ indikasi:
Menurut Maryunani (2017) indikasi persalinan seksio sesarea dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Persalinan section sesarea atas indikasi ibu:
a. Proses persalinan normal yang lama atau kegagalan dalam proses persalinan.
b. Detak jantung janin melambat
c. Komplikasi pre eklamsia
d. Ibu menderita herpes
e. Putusnya tali pusat
f. Resiko luka parah pada rahim
g. Bayi dalam posisi sungsang
h. Bayi besar
i. Plasenta previa
j. Presentasi bokong akibat kehamilan
k. Presentasi bahu

Profesi_Ners_UCB
l. Ketuban pecah dini (KPD)

2. Persalinan sectio sesarea atas indikasi bayi yaitu:


a. Gawat janin
b. Tali pusat penumpang
c. Primigravida tua
d. Kehamilan dengan diabetes mellitus
e. Infeksi intra partum
f. Kehamilan kembar
g. Kehamilan dengan kelainan kongenital
h. Anomaly janin misalnya hidrosefalus
Sedangkan kontra indikasi Sectio Caesarea menurut Maryunani (2017) adalah berikut:
1. Infeksi pada peritoneum
2. Janin mati
3. Kurangnya fasilitas atau tenaga yang ahli.
3. Patofisiologi
Persalinan Sectio Caesarea (SC) adalah suatu persalinan dengan dilakukan
pembedahan pada bagian abdomen dan rahim dengan ketentuan rahim dalam kondisi
utuh atau berat janin 500gram keatas. Faktor lain selain dari ibu adalah panggul sempit
yang absolut, persalinan normal tidak terjadi juga dikarenakan kurangnya adekuat
stimulasi, adanya beberapa tumor atau benjlan di jalan lahir yang memicu adanya
kendala atau obstruksi, indikasi lain dilaksanakannya tindakan SC juga berasal dari janin
seperti kelainan letak, menyempitnya tulang belakang pada vagina, plasenta previa,
disproporsi sefalopelvik, ruptura uteri membakat gawat janin, pengembungan pada
plasenta, hipoksia janin, misalnya karena precklamsia (Fahmy dkk., 2018).
Trauma pada jaringan dan putusnya inkontinensia jaringan dapat terjadi akibat
sayatan pada perut dan rahim dan hal tersebut akan menimbulkan beberapa komplikasi
seperti saraf dan juga pembuluh pada darah sekitar bekas insisi. Tindakan itu dapat
memicu terbentuknya histamin dan prostaglandin. Kedua hal tersebut akan meyebabkan
rasa nyer yang terukur pada daerah bekas insisi. Ketika nyeri mulai terasa maka
selanjutnya dapat memicu munculnya masalah keperawatan baru seperti hambatan
mobilitas fisik. Selanjutnya pemberian ASI tidak akan maksimal jika ibu kurang
pengetahuan mengenai perawatan payudara yang disebabkan oleh kurangnya terpapar
informasi (Sofyan, 2019)

Profesi_Ners_UCB
4. Klasifikasi
Ada beberapa jenis pembedahan melalui sectio caesarea yakni sebagai berikut (Hartuti
dkk., 2019) :
a. Sectio caesarea (SC) klasik
Persalinan SC jenis klasik ini dilakukan kearah vertikal di bagian atas rahim.
Tindakan dilakukan melalui sayatan memanjang di bagian yang membesar pada
uteri (korpus) dengan ukuran 10cm. Setelah tindakan ini maka tidak dianjurkan
untuk kehamilan berikutnya.
b. Sectio caesarea (SC) transperitonel
Persalinan SC jenis transperitonel profunda adalah tindakan pemberian sayatan
memanjang yang berada di bawah rahim. Sayatan jenis ini dapat dilakukan
apabila bagian bawah rahim tebal atau juga tidak cukup berkembang untuk untuk
dapat dilakukan sayatan jenis transversal. Sebagian dari sayatan vertikal dapat
dibuat sayatan sampai ke otot-otot yang berada di bawah rahim.
c. Sectio caesarea (SC) histerektomi Persalinan SC jenis histerektomi merupakan
tindakan yang apabila bayi telah dikeluarkan atau dilahirkan maka akan deakhiri
dengan pengangkatan rahim berikutnya.
d. Sectio caesarea ekstraperioneal Persalinan SC jenis ekstraperitoneal, merupakan
tindakan pembedahan yang telah dilakukan berulang pada ibu yang dulunya telah
dilakukan persalinan melalui SC juga. Sectio caesarea jenis ini dilakukan sayatan
dengan posisi berada di atas bekas sayatan sebelumnya. Persalinan SC jenis ini
juga dibarengi 11 insisi dinding dan faisa abdomen sementara untuk peritoneum
akan dipotong ke arah kepala agar dapat memaparkan segmen bawah uterus,
sehingga uterus dapat dibuka secara ekstraperitoneum
5. Komplikasi
a. Komplikasi intraoperatif
Selama operasi sering terjadi perdarahan dikarenakan uterus berkontraksi dengan
baik. Pada keadaan tersebut harus dipersiapkan jarum infus set besar dengan
pemberian 20 unit oksitosin dengan tetesan cepat selain pemberian uterotonika
intamiometrium. Bila sayatan terlalu lateral cabang arteri uterine dapat tersayat pada
keadaan ini perlu dilakukan penjahitan yang baik. Pada saat perawatan perdarahan
dengan melakukan penjahitan harus dipikirkan kemungkinan ureter terjahit, pada

Profesi_Ners_UCB
keadaan ini perlu dilakukan visualisasi ureter. Apabila kontraksi uterus tetap buruk
perlu dierimbangkan melakukan B-Lynchsuture dan apabila tidak menolong maka
dapat dilakukan ligase arteri uterine atau hipogastrika.(Hartati dan Maryunani, 2015).
b. Komplikasi pasca operatif
Menurut Hartati (2015) beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada Post SC adalah
berikut:
1. Kerusakan organ-organ seperti vesika urinaria, uterus, perdarahan, infeksi atau
tromboemboli, dan yang lebih besar adalah kematian ibu.
2. Vena thrombosis, karena factor seperti thrombophilia.
3. Berkurangnya vaskuler bagian atas uterus sehingga dapat menyebabkan rupture
uterus.
4. Ileus dan peritonitis
5. Terjadinya aspirasi
6. Infeksi pada luka operasi
Untuk meminimalkan komplikasi pascaoperatif terdapat beberapa tahap yang dapat
dilakukan yaitu:
1. Tangani semua jaringan dengan ketelitian yang tinggi
2. Gunakan sarung tangan yang bebas debu atau serbuk
3. Rawat perdarahan
4. Hati-hati dalam pemilihan benang atau implant
5. Jaga agar tetap bersih dan kering
6. Lakukan pencegahan infeksi dengan baik
6. Penatalaksanaan Medis
Menurut Faj dkk., (2022) ada beberapa penatalaksanaan medis Post Sectio Caesarea,
yakni:
a. Pemberian Cairan
Pada 24 jam pertama biasanya ibu akan berpuasa fase setelah operasi, kebutuhan
cairan untuk perintavena harus tercukupi dan mengandung elektrolit untuk
meminimalisir terjadinya penuruna suhu tubuh secara drastis, kekurangan cairan,
dan muncul komplikasi baru pada organ tubuh lain. Jenis cairan yang dapat
diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan terapi infus R/L secara
bergantian dengan jumlah 17 tetes tergantung dengan kebutuhan ibu. Jika kadar
Hb kurang dari batas normal maka sebaiknya dilakukan transfusi darah yang
disesuaikan degan kebutuhan klien.

Profesi_Ners_UCB
b. Diet Melalui infus, cairan yang diberikan akan dihentikan apabila klien sudah
mengeluarkan gas (flatus) kemudian akan dimulai dengan diberi minum dan
makan peroral. Minum dengan jumlah yang sedikit dapat dilakukan pada rentan 6
-10 jam pasca operasi, minuman dapat berupa air mineral ataupun air teh
(Pragholapati, 2020)
c. Mobilisasi
Dianjurkan kepada ibu dengan bertahap contohnya, pada 6-10 jam setelah operasi
dianjurkan untuk miring kanan kiri. Selanjutnya latihan bernapas pada ibu
dilakukan dengan cara posisi tidur telentang sedini mungkin setelah sadar. Hari
kedua post operasi, ibu juga dapat dianjurkan untuk duduk selama 5 menit dan
perawat menganjurkan ibu untuk nafas dalam. Kemudian posisi tidur telentang
dan diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler).
d. Kateterisasi
Kateterisasi digunakan sebagai cara untuk meminimalisir rasa nyeri akibat
kandung kemih yang penuh.
e. Therapy atau obat-obatan
1. Antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka operasi.
2. Analgetik untuk mengurangi rasa nyeri.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien dan penanggung jawab:
Meliputi nama, usia, alamat, nomor rekam medis, diagnosa, tanggal masuk rumah
sakit, status perkawinan, pendidikan, agama, suku bangsa, tanggal pengkajian dan
sebagainya terkait klien dan penanggung jawab.
b. Riwayat kesehatan:
 Keluhan utama:
Keluhan utama merupakan keluhan yang dirasakan klien pada saat
pengkajian pada pasien Post Sectio Caesarea keluhan utamanya berupa
nyeri di daerah bekas operasi.
 Riwayat kesehatan dahulu:
Pada riwayat kesehatan dahulu diisi dengan riwayat penyakit yang
diderita klien yang berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit
yang mungkin dapat mempengaruhi. Selain itu juga diisi dengan riwayat

Profesi_Ners_UCB
obat yang pernah dikonsumsi yang berhubungan dengan penyakit yang
diderita.
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi apa yang dirasakan klien saat ini.
c. Riwayat Kehamilan
Meliputi masalah saat hamil, riwayat kb yang dipakai, riwayat menstruasi,
keluhan selama kehamilan.
d. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
 Tanda-tanda Vital
Meliputi suhu, tekanan darah, nadi, respirasi kesadaran dan keadaan
umum.
 Pemeriksaan Kepala
 Kepala
Pada pemeriksaan kepala meliputi bentuk kepala, kulit kepala,
apakah ada lesi atau benjolan.
 Wajah
Penampilan, ekspresi terlihat pucat atau menahan sakit,nyeri tekan,
adanya edema pada pipi atau pitting edema pada dahi dan adanya
kloasma gravidarum pada ibu post partum.
 Mata
Pada pemeriksaan mata meliputi kelengkapan dan kesimetrisan
mata, kelopak mata, konjungtiva, cornea, ketajaman pengelihatan.
Pada klien Post Op Sectio Caesarea biasanya terdapat konjungtiva
yang anemis diakibatkan oleh kondisi anemia atau dikarenakan
proses persalinan yang mengalami perdarahan.
 Hidung
Pada pemeriksaan hidung meliputi tulang hidung dan posisi septum
nasi, pernafasan cuping hidung, kondisi lubang hidung, apakah ada
secret, sumbatan jalan nafas, apakah ada perdarahan atau tidak,
apakah ada polip atau tidak.
 Telinga
Pada pemeriksaan telinga meliputi bentuk, ukuran, ketegangan
lubang telinga, kebersihan dan ketajaman pendengaran.

Profesi_Ners_UCB
 Leher
Pada pemeriksaan leher meliputi posisi trakea, kelenjar tiroid,
bendungan vena jugularis. Pada ibu post partum biasanya terjadi
pembesaran kelenjar.
 Mulut dan gigi
Pada pemeriksaan mulut dan orofaring meliputi keadaan bibir,
keadaan gigi, lidah, palatum, orofaring, ukuran tonsil, warna tonsil
 Dada/Thorak
 Inspeksi: bentuk dada, penggunaan otot bantu nafas, pola nafas.
 Palpasi: penilaian vocal fremitus.
 Perkusi: melakukan perkusi pada semua lapang paru mulai dari atas
klavikula kebawah pada setiap spasiem intercostalis.
 Auskultasi: bunyi nafas, suara nafas, suara tambahan
 Payudara
Pada pemeriksaan payudara pada ibu yang mengalami bendungan ASI
meliputi bentuk simetris, kedua payudara tegang, ada nyeri tekan, kedua
puting susu menonjol, areola hitam, warna kulit tidak kemerahan, ASI
belum keluar atau ASI hanya keluar sedikit.
 Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi lihat luka bekas operasi
apakah ada tanda-tanda infeksi di sekitar luka insisi dan tanda perdarahan
atau hematoma. Pada hari pertama, tinggi fundus uteri (TFU) kira-kira 1
jari dibawah pusat.
 Vulva vagina
Kaji apakah pasien terpasang kateter urine atau tidak.
Lochea: mengkaji lochea yang meliputi karakter, jumlah warna, bekuan
darah yang keluar dan baunya.
 Parineum: pengkajian dilakukan dengan menempatkan ibu pada posisi
senyaman mungkin dan tetap menjaga privasi dengan inspeksi adanya
tanda-tanda "REEDA".
 Anus: kaji apakah ada hemoroid atau tidak.
 Ekstremitas: pada pemeriksaan ekstermitas meliputi ada atau tidaknya
varises, oedema, reflek patella, reflek Babinski, nyeri tekan atau panas
pada betis, pemeriksaan human sign.

Profesi_Ners_UCB
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada pasien post op sectio caesarea
adalah sebagai berikut:
 Hemogblobin atau hematocrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari
kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan
 Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
 Tes golongan darah, lama pendarahan, waktu pembekuan darah
 Pemeriksaan elektrolit
 Urinalis: kultur urine, darah, vaginal, dan lochea, pemeriksaan tambahan
didasarkan pada kebutuhan individual.
 Triple Eliminasi: HIV, Hepatitis, Siphilis
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang diambil untuk ibu post section caesarea (Pokja Tim SDKI DPP PPNI,
2017) adalah:
a. Nyeri Akut b.d agen pencidera fisik (D.0007)
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan efek agen farmakologis (D.0054)
c. Konstipasi berhhubungan dengan kelemahan otot abdomen (D.0049)
d. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan efek tindakan medis (operasi)
(D.0040)
e. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (D.0142)

Profesi_Ners_UCB
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Intervensi keperawatan


keperawatan (SIKI)
(SDKI)
1 Nyeri Akut Manajemen Nyeri (I.08238)
b.d agen Observasi
pencidera  Identifikasi lokasi, karakteristik: durasi, frekuensi, kualitas,

fisik (D.0007) intensitas nyeri


 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respons nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Gangguan Dukungan Mobilisasi (I.05173)
mobilitas fisik Observasi
berhubungan  Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya

dengan efek  Identifikasi toleransi fisik saat melakukan pergerakan

agen  monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum

farmakologis melakukan atau memulai mobilisasi

Profesi_Ners_UCB
(D.0054)  monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik
 fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
 fasilitasi melakukan pergerakan, jika ada
 libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
 Anjurkan melakukan mobilisasi dini
 Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis,
duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
3 Konstipasi Manajemen Konstipasi (I.04155)
berhhubungan Observasi
dengan  Periksa tanda dan gejala konstipasi
kelemahan  Periksa pergerakan usus, karakteristik feses (konsistensi,
otot abdomen bentuk, volume, dan warna)
(D.0049)  Identifikasi faktor resiko konstipasi (mis. Obat-obatan, tirah
baring, diet rendah serat)
 Monitor tanda dan gejala ruptur usus dan/atau peritonitis
Terapeutik
 Anjurkan diet tinggi serat
 Lakukan masase abdomen, jika perlu Edukasi
 Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan
 Anjurkan peningkatan asupan cairan, jika tidak ada
kontraindikasi
 Latih buang air besar secara teratur
 Ajarkan cara mengatasi konstipasi/impaksi
Kolaborasi
 Konsultasi dengan tim medis tentang penurunan/peningkatan
frekuensi suara usus
 Kolaborasi penggunaan obat pencahar, jika perlu
4 Gangguan Manajemen Eliminasi Urine

Profesi_Ners_UCB
eliminasi Observasi
urine  Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urin
berhubungan  Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau atau
dengan efek inkontinesia urine
tindakan  Monitor eliminasi urin (mis. Frekuensi, konsistensi, aroma,
medis volume, dan warna)
(operasi) Terapeutik
(D.0040)  Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
 Batasi asupan cairan
 Ambil sampel urine tengah (midstream) untuk kultur
Edukasi
 Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
 Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
 Ajarkan cara mengambil spesimen urine midstream
 Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk
berkemih
 Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot panggul
 Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
 Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
5 Resiko infeksi Pencegahan infeksi (I.14539)
berhubungan Observasi
dengan efek  Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
prosedur Terapeutik
invasif  Batasi jumlah pengunjung
(D.0142)  Berikan perawatan kulit pada area edema
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka

Profesi_Ners_UCB
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Perawatan luka (I.14564):
Observasi
 Monitor karakteristik luka
 Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik:
 Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
 Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik,
sesuai kebutuhan
 Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
 Pasang balutan sesuai jenis luka
 Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
Edukasi:
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
 Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

Profesi_Ners_UCB
4. Implementasi keperawatan
Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan
oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan (Tim Pokja SIKI DPP
PPNI, 2017). Implementasi keperawatan yang dilakukan mengacu kepada rencana
keperawatan yang telah disusun.
5. Evaluasi keperawatan
Penilaian terakhir proses keperawatan didasarkan pada tujuan keperawatan yang
ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada
perubahan perilaku dari kriteria hasil yang telah ditetapkan yaitu terjadinya adaptasi pada
individu. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP. Evaluasi terhadap
tindakan keperawatan yang diberikan mengacu kepada tujuan dan kriteria hasil.

Profesi_Ners_UCB
DAFTAR PUSTAKA

Ainuhikma Lailia. (2018). Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesarea
dengan Fokus Studi Pengelolaan Nyeri Akut di RSUD Djojonegoro Kabupaten
Temanggung.

Faj, N., Romadhona, ri, Trisnawati, Y., Sarjana Fisioterapi Universitas Muhammadiyah
Surabaya, P., & Sakit Siti Khodijah Sepanjang Sidoarjo, R. (2022). Studi kasus
penatalaksanaan fisioterapi pada wanita pasca Sectio Caesarea. Dalam Jurnal
Keperawatan (Vol. 20).

Fahmy, W. M., Crispim, C. A., & Cliffe, S. (2018). Association between maternal death and
cesarean section in Latin America: A systematic literature review. Midwifery, 59, 88–93.
https://doi.org/10.1016/j.midw.2018.01.009

Hartati, (2015). Asuhan Keperawatan Ibu Postpartum Seksio Sesarea (Pendekatan Teori
Model Selfcare dan Comfort). Jakarta Timur : CV. Trans Info Media

Hartuti, N., Wulandari, I. A., Akademi, E., & Abstrak, P. M. (2019a). Hubungan Paritas dan
Umur Ibu Terhadap Persalinan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Bahagia
Makassar Tahun 2019. Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia, 3(2).

Maryunani, A (2017). Asuhan Ibu Nifas Dan Asuhan Ibu Menyusui. Bogor : In Media

Molly Morita, K. (2018). Pengaruh Penerapan Kolkaba Comfort Theory dalam Manajemen
Asuhan Keperawatan Terhadap Kenyamanan Pasien Post Sectio Caesarea di RS Ibnu
Sina Yarsi Sumatra Barat Bukittinggi. 8.

Nisa, A. H. (2021). Evidence Based Nursing Efektifitas Teknik Relaksasi Pernafasan dan
Teknik Foot and Hand Message Pada Pasien Pasca Persalinan Sectio Caesarea di
Ruang Teratai RSUD dr. Haryoto.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus


Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus


Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia . Jakarta : Dewan Pengurus


Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Pragholapati, A. (2020). Effect Of Progressive Muscle Relaxation Technique On Pain In Post


Sectio caesarea. Jurnal Kesehatan dr. Soebandi, 8(2), 112–122.
https://doi.org/10.36858/jkds.v8i2.216

Sofyan, K. S. (2019). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Ibu Nifas Post Sectio
Caesarea di RSUD Abdul Wahab Sjahranie.

Profesi_Ners_UCB
Nama Mahasiswa : Linda Rumyati Riwu Rohi NIM :
Hari / Tanggal : 08 Februari 2024

FORMAT PENGKAJIAN PADA IBU NIFAS


A. PENGKAJIAN
Tanggal MRS : 07 Februari 2024
Tanggal pengkajian : 09 Februari 2024 Jam : 09.30
Ruang/kelas : Nifas (Merak)
Diagnosa : P4A0AH4 Post SC a/I KPD + HDK
Jam partus : 12.00
No RM : 127021
1. Identitas
Biodata Ibu Biodata Suami
Nama : Ny R.K Nama : Tn A.W
Umur : 15-5-1985 Umur : 22-1-1982
Jenis kelamin : perempuan Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Bugis Suku/bangsa : Bugis
Status perkawinan: nikah sah Status perkawinan : nikah sah
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Alamat : Jln Ikan Kombong-Namosain-Alak
2. Keluhan Utama: pasien mengatakan nyeri pada area luka operasi
P: nyeri dirasakan karena adanya luka operasi
Q: nyeri dirasakan seperti tertusuk benda tajam (nyut-nyut)
R: nyeri pada perut di area luka operasi
S: skala nyeri 5 dari 10
T: nyeri dirasakan setiap 15-20 menit

Profesi_Ners_UCB
3. Riwayat menstruasi
Menarche usia : 14 tahun
Siklus : teratur 28 hari, Jumlah: banyak, tidak berbau, lama: 4-5 hari
HPHT : 5 Mei 2023
Perkiraan Persalinan : 12 Februari 2024

4. Riwayat obstetric yang lalu


Hamil Perkaw Riwayat Abortus premat P.biasa/ ♂ ♀ Hidup Mening Riwayat
inan Kehamilan ur P.sponta gal puer
Lalu n sebabx perium
yll
I, tahun normal tidak tidak spontan √ hidup
2018
2, tahun normal tidak tidak spontan √ hidup
2020
3, tahun normal tidak tidak spontan √ hidup
2022
Saat ini tidak tidak SC √ hidup

5. Riwayat kesehatan ibu : pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit apapun
6. Riwayat kesehatan keluarga: tidak ada riwayat penyakit keluarga
7. Riwayat kontrasepsi : tidak memakai kontrasepsi
8. Riwayat kehamilan sekarang: ibu mengatakan saat ini hamil anak ke 4, tidak ada
masalah selama kehamilan.
9. Riwayat Persalinan Sekarang: pasien datang ke ugd tanggal 19 Februari jam 10.30
dengan keluhan nyeri perut bagian bawah menjalar ke pinggang sejak malam jam
01.00, keluar lendir darah, jam 04.00 keluar air-air. Pengukuran tanda-tanda vital: TD:
164/80 mmHG, N: 77x/menit, S: 36.6, RR: 20x/menit, SPO2: 98%, pemeriksaan
Leopold I-IV: TFU 1 jari bawah PX (40cm), punggung kiri, letak kepala, kepala
sudah masuk PAP. Pemeriksaan DJJ: 138-140x/menit, kontraksi 3x dalam 10 menit,
kuat, pemeriksaan dalam: V/V tidak ada kelaianan, portio tebal, pembukaan 3-4 cm,
ketuban merembes, kepala TH (Turun Hodge), pasien direncanakan operasi SC atas
indikasi KPD + Oligo + CPD + HDK. Terapi yang diberikan adalah IVFD RL 20 tpm,
injkesi cefotaksime 1 gram/ IV, memasang kateter urine dan melakukan pemeriksaan

Profesi_Ners_UCB
darah dan crossmatch untuk persiapan transfusi. Pasien diantar ke ruang operasi jam
11.30. Post SC pasien dirawat di ruang nifas Merak, saat ini pasien dirawat di ruang
nifas Merak.
Tanggal persalinan :19 Februari 2024 Jam: 12.00 WITA
Jenis persalinan : SC
Letak : kepala
Jenis Kelamin : Laki-laki
Cukup bulan/tidak : cukup bulan
Uri lahir secara : manual
Hasil pemeriksaan uri : lengkap
Panjang tali pusat: 60 cm, Ukuran placenta: 21 cm, Tebal : 3 cm, Berat uri 500 gr.
Lama persalinan :
Kala I : mulai jam →
Kala II : mulai jam →
Kala III : mulai jam →
TOTAL
Jumlah perdarahan :± cc
Robekan jalan lahir : tidak ada
Pengobatan yang diberikan:
Kala I :
Kala II :
Kala III :
Kala IV :
Keadaan bayi : normal
Jenis kelamin : laki-laki
Lahir : Hidup/ Mati
Apgar score : 9/10
Berat badan lahir : 2900 gr, panjang badan 52 cm
10. Pola pemenuhan kebutuhan sehari- hari
Kebutuhan Dirumah Dirumah sakit
Nutrisi Makan 3x sehari, nasi lauk Makan 3x sehari, bubur dan
ikan tahu tempe lauk, menghabiskan porsi
yang disediakan oleh RS
Eliminasi BAK 4-5x sehari Hari I post SC masih
terpasang DC

Profesi_Ners_UCB
Aktifitas/istirahat Tidur 6-8 jam per
hari, Hari I post SC tidur 4-6 jam,
kualitas tidur baik kualitas tidur kurang baik
(sulit tidur) karena nyeri pada
luka operasi
Personal Hygiene Mandi 2x sehari Hari I post SC belum bisa
mandi
Kebiasaan yang Mandi malam-malam, Tidak ada
mempengaruhi terlambat makan
kesehatan
Fase Penerimaan Menerima kondisi saat ini

B. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan umum : tampak sakit sedang
Tanda-tanda vital : TD: 143/80 mmHg, nadi: 98x/mnt, RR: 20x/mnt, Suhu: 36,7
o
C.
2) Kepala : simetris
Rambut : rambut bersih, tidak berketombe
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Wajah : terdapat cloasma gravidarum, tampak meringis kesakitan,
bersikap protektif
Hidung : normal
Mulut dan bibir : mukosa membran lembab, tidak ada stomatitis atau penyakit
mulut lainnya
Gigi dan gusi : tidak ada caries, tidak ada gusi berdarah
3) Dada dan axilla : mamae tampak membesar, papila mamae menonjol, terdapat
hyperpigmentasi areola, colustrum keluar sedikit, pola napas
teratur, tidak ada penggunaan otot bantu napas
4) Paru-paru : normal, bunyi napas vesikuler kiri dan kanan
5) Jantung : irama teratur, bunyi jantung normal
6) Perut : terdapat luka operasi SC, luka tampak bersih, tidak ada pus, tidak
bengkak, tidak kemerahan.
7) Vulva & Perineum : tidak ada kelainan, bersih, ada lockea, terpasang kateter
8) Anus : tidak ada hemoroid
9) Ekstremitas : tidak ada oedema pada kedua ekstremitas
3.1.11 Pengetahuan dan Sikap Terhadap
1) Perawatan bayi: ibu mengetahui cara perawatan bayi karena ini adalah anak ke 4

Profesi_Ners_UCB
2) Laktasi : ibu mengatakan mengerti tentang pemberian ASI eksklusif selama 6
bulan dan berlanjut sampai anak berusia 2 tahun
3) Kontrasepsi : ibu mengatakan akan menggunakan kontrasepsi agar bisa mengatur
jarak kehamilan.
4) Senam nifas : ibu mengatakan tidak pernah mengikuti senam nifas

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Rentang Nilai
Tanggal Hasil Pemeriksaan
Dan jenis pemeriksaan Normal

19-2-2024/jam 11:32 WBC 9.54 3.00-15.00


Darah Lengkap
RBC 4.38 2.50-5.50

HGB 11.7 8.0-17.0

HCT 34.6 26.0-50.0

PLT 265 150-450

Triple Eliminasi HBsAg Non Reaktif Non Reaktif

HIV Non Reaktif Non Reaktif

Siphilis Non Reaktif Non Reaktif

Faal Hemostatis 9.5 detik 10-15

INR: 0.90

25.9 detik 25-43

GDS 93 mg/dl 70-140

Profesi_Ners_UCB
Terapi Obat
Tanggal Jenis terapi Rute terapi Dosis

Cefadroxil Oral 2 x 500 mg

Asamefenamat oral 3 x 500 mg

Bledstop oral 3 x 125 mg

Livron oral 2x1

Nifedipine oral 3x30 mg

Paracetamol Intra vena 3 x 1 gram

Metronidazole intravena 3x500mg

Kupang, 09 Februari 2024


Mentor

( )

Profesi_Ners_UCB
Analisa Data

No Masalah
Data Etiologi Keperawatan
.
1. Data Subjektif: Agen pencedera fisik Nyeri akut
Pasien mengatakan nyeri pada luka (prosedur operasi)
operasi
P: nyeri dirasakan kerena adanya luka
operasi
Q: nyeri dirasakan seperti tertusuk
benda tajam (nyut-nyut)
R: nyeri pada perut di area luka operasi
S: skala nyeri 5 dari 10
T: nyeri dirasakan setiap 15-20 menit
Data Objektif:
Tampak meringis, bersikap protektif,
sulit tidur
2. Data Subjektif: - Resiko infeksi
Data Objektif:
Terdapat luka operasi SC pada perut

Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi) dibuktikan
dengan pasien mengeluh nyeri pada luka operasi P: nyeri dirasakan kerena adanya luka
operasi Q: nyeri dirasakan seperti tertusuk benda tajam (nyut-nyut) R: nyeri pada
perut di area luka operasiS: skala nyeri 5 dari 10, T: nyeri dirasakan setiap 15-20
menit, tampak meringis kesakitan, bersikap protektif, sulit tidur
b. Resiko infeksi dibuktikan dengan adanya luka operasi Sectio Caesarea pada perut.

Prioritas diagonosa:

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi) dibuktikan
dengan pasien mengeluh nyeri pada luka operasi P: nyeri dirasakan kerena adanya luka
operasi Q: nyeri dirasakan seperti tertusuk benda tajam (nyut-nyut) R: nyeri pada perut
di area luka operasiS: skala nyeri 5 dari 10, T: nyeri dirasakan setiap 15-20 menit,
tampak meringis kesakitan, bersikap protektif, sulit tidur
b. Resiko infeksi dibuktikan dengan adanya luka operasi SC pada perut

Profesi_Ners_UCB
Intervensi keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan

1 Nyeri akut berhubungan Tujuan: Manajemen Nyeri (I.08238)


dengan agen pencedera fisik Observasi
(prosedur operasi) Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
dibuktikan dengan pasien keperawatan 3x24 jam tingkat nyeri intensitas nyeri
mengeluh nyeri pada luka menurun. - Identifikasi skala nyeri
operasi P: nyeri dirasakan - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
kerena adanya luka operasi Kriteria hasil :
Q: nyeri dirasakan seperti Tingkat nyeri (L.08066): Terapeutik
tertusuk benda tajam (nyut-  Keluhan nyeri menurun (5) - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
nyut) R: nyeri pada perut di  Sikap protektif menurun (5) yaitu teknik relaksasi napas dalam
area luka operasiS: skala - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu
 Meringis menurun (5)
nyeri 5 dari 10, T: nyeri ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Kesulitan tidur menurun (5)
dirasakan setiap 15-20 - Fasilitasi istirahat dan tidur.
menit, tampak meringis  Pola napas membaik (5)
kesakitan, bersikap Edukasi
protektif, sulit tidur - Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, yaitu paracetamol 1 gram per
intra vena dan asamefenamat 500 mg per oral
2 Resiko infeksi dibuktikan Tujuan Pencegahan infeksi (I.14539)
dengan adanya luka operasi Setelah dilakukan tindakan
SC pada perut keperawatan 3 x24 jam diharapkan Observasi
 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
risiko infeksi menurun (tidak ada
tanda-tanda infeksi) Terapeutik

Profesi_Ners_UCB
Kriteria hasil:  Batasi jumlah pengunjung
Tingkat infeksi (L.14137)  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
1. Tidak ada demam (menurun: 5) lingkungan pasien
2. Tidak ada kemerahan (5)
3. Nyeri menurun (5) Edukasi
4. Tidak ada bengkak (menurun: 5)  Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Perawatan luka (I.14564):

Observasi:
 Monitor karakteristik luka
 Monitor tanda-tanda infeksi

Terapeutik:
 Lakukan perawatan luka steril

Edukasi:
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
 Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri

Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian antibiotik yaitu metronidazole 500 mg
per intra vena

Profesi_Ners_UCB
Implementasi dan Evaluasi keperawatan

No Tanggal Diagnosa keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan

1 20-2- Nyeri akut berhubungan Jam 10.00 Jam 14.00


2024 dengan agen pencedera fisik
(prosedur operasi) dibuktikan 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S: pasien mengatakan masih nyeri, pasien
dengan pasien mengeluh nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri: lokasi nyeri mengatakan sulit tidur karena nyeri
pada luka operasi P: nyeri pada area perut, nyeri setiap 5-10 menit pada luka operasi, pasien mengatakan
dirasakan kerena adanya luka 2. Mengidentifikasi skala nyeri: skal 5 dari 10 paham dengan teknik relaksasi yang
operasi Q: nyeri dirasakan 3. Mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan diajarkan
seperti tertusuk benda tajam tentang nyeri: pasien belum tau bagaimana cara P: nyeri dirasakan karena adanya luka
(nyut-nyut) R: nyeri pada mengurangi dan mengontrol nyeri karena baru operasi.
perut di area luka operasiS: pertama kali operasi Q: nyeri seperti tertusuk (nyut-nyut).
skala nyeri 5 dari 10, T: nyeri 4. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk R: nyeri pada perut di area luka
dirasakan setiap 15-20 mengurangi rasa nyeri yaitu dengan teknik operasi.
menit, tampak meringis relaksasi napas dalam S: skala nyeri 4 dari10
kesakitan, bersikap protektif, 5. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa T: nyeri terus menerus dirasakan
sulit tidur nyeri yaitu dengan mengatur suhu ruangan dan setiap 5-10 menit.
mengurangi kunjungan baik keluarga maupun
petugas agar pasien bisa istirahat dan tidur. O: - pasien tampak meringis
- pasien memegang dan melindungi
Jam 13.30 area yang sakit
6. Kolaborasi pemberian analgetik yaitu melayani
paracetamol 1 gram per intravena dan A: Masalah keperawatan nyeri akut belum
asamefenamat 500mg per oral teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
2 20-2- Resiko infeksi dibuktikan Jam 10.00 Jam 14.00
2024 dengan adanya luka operasi
SC pada perut 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan S: Pasien mengatakan paham dengan
sistemik tanda-tanda infeksi, pasien
2. Membatasi jumlah pengunjung

Profesi_Ners_UCB
3. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak mengatakan paham cara mencuci
dengan pasien dan lingkungan pasien tangan dan paham cara memeriksa
4. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi yaitu kondisi luka
adanya nyeri (dolor), kemerahan (rubor),
bengkak (tumor) dan panas (calor) di area luka.
5. Mengajarkan 6 langkah mencuci tangan yang
benar O: Luka tampak bersih, tidak ada tanda-
6. Mengajarkan cara memeriksa kondisi luka yaitu tanda infeksi, pasien mampu mencuci
cuci tangan bersih dan memeriksa area luar dari tangan dengan hand sanitizer
luka
7. Menganjurkan mengkonsumsi makanan tinggi A: Masalah keperawatan resiko infeksi
kalori dan protein seperti ikan, telur dan daging. belum teratasi
8. Kolaborasi pemberian antibiotik: melayani
metronidazole 500mg per intravena dan P: Lanjutkan intervensi pencegahan
cefadroxil 500mg per oral infeksi

Profesi_Ners_UCB
Catatan Perkembangan Hari 1

Tgl/jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi (catatan perkembangan)

21-2-2024 Nyeri akut berhubungan Jam 09.30


Jam 09.30 dengan agen pencedera fisik
(prosedur operasi) dibuktikan S Pasien mengatakan masih nyeri, pasien mengatakan belum bisa tidur lama karena masih nyeri
dengan pasien mengeluh nyeri P: nyeri pada luka operasi.
pada luka operasi P: nyeri Q: nyeri seperti tertusuk (nyut-nyut).
dirasakan kerena adanya luka R: nyeri pada perut di area luka operasi.
operasi, Q: nyeri dirasakan S: skala nyeri 4 (1-10)
seperti tertusuk benda tajam T: nyeri dirasakan kurang lebih 5-10 menit.
(nyut-nyut), R: nyeri pada O - Meringis berkurang
perut di area luka operasi, S: - Skala nyeri 4
skala nyeri 4 dari 10, T: nyeri - Pasien mampu melakukan teknik relaksasi napas dalam yang diajarkan untuk mengurangi
dirasakan setiap 5-10 menit, nyeri.
tampak meringis kesakitan, - Observasi TTV: TD: 130/67 mmHg, N: 98x/menit, S: 36,7°C, RR: 20x/menit
bersikap protektif, sulit tidur A Masalah keperawatan nyeri akut

P Lanjutkan intervensi manajemen nyeri

I Jam 10.05:
1. mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. mengidentifikasi skala nyeri: 4
Jam 10.10:
1. memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri dengan teknik
relaksasi napas dalam.
2. mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri dengan mengatur suhu dan
pencahayaan ruangan.
3. memfasilitasi istirahat dan tidur dengan membatasi keluarga yang kunjung,
memberikan suasana tenang, mengurangi kunjungan petugas.
Jam 14.00:

Profesi_Ners_UCB
1. Melayani paracetamol 1 gr/intravena dan asamefenamat 500mg/oral
Jam 14.30:
S: pasien mengatakan nyeri pada luka operasi berkurang setelah diberikan suntikan dan sudah
bisa tidur
P: nyeri pada luka operasi
Q: nyeri seperti tertusuk
R: nyeri dirasakan pada perut di area luka operasi
S: 3 dari 10
T: nyeri dirasakan setiap 5-7 menit
O:
 Meringis berkurang
 pasien mampu melakukan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi nyeri
 mengobservasi TTV: TD: 128/78 mmHg, N: 98x/menit, S: 36,7°C, RR: 20x/menit

A: Masalah nyeri akut teratasi

P: lanjutkan intervensi manajemen nyeri

21-2-2024 Resiko infeksi dibuktikan Jam 09.30:


Jam 09.30 dengan adanya luka operasi
SC pada perut S Pasien mengatakan tidak ada demam, pasien mengatakan nyeri berkurang setelah rawat luka
kemarin

O Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka, hasil pemeriksaan TTV: TD: 130/67 mmHg, N:
98x/menit, S: 36,7°C, RR: 20x/menit

A Masalah keperawatan resiko infeksi

P Lanjutkan Intervensi pencegahan infeksi dan perawatan luka

I Jam 10.30
 Memonitor karakteristik luka

Profesi_Ners_UCB
 Memonitor tanda-tanda infeksi
Jam 10.35:
 Melakukan perawatan luka dengan teknik steril:
1. Menyiapkan peralatan perawatan luka.
2. Mencuci tangan 6 langkah.
3. Memakai sarung tangan steril.
4. Melepaskan balutan dan plester secara perlahan.
5. Membersihkan luka dengan cairan NaCl.
6. Memberikan salep cutimed gel
7. Memasang balutan.
8. Merapikan troli dan mencuci alat
9. Mencuci tangan 6 langkah
 Menjelaskan tanda dan gejala infeksi yaitu adanya nyeri (dolor), kemerahan (rubor),
bengkak (tumor) dan panas (calor) di area luka.
 Menganjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein seperti ikan, telur dan
daging.
 Menganjurkan pasien untuk menjaga personal hygiene
Jam 14.05:
 Melayani obat metronodazole 500mg per intravena dan cefadroxil 500mg per oral

Jam 14.15:
S: Pasien mengatakan tidak ada demam, nyeri berkurang setelah diberikan obat anti nyeri dan
setelah luka dibersihkan
O: Luka tampak bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi
A: Masalah keperawatan resiko infeksi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi pencegahan infeksi dan perawatan luka

Profesi_Ners_UCB
Catatan Perkembangan Hari 2

Tgl/jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi (catatan perkembangan)

22-2-2024 Nyeri akut berhubungan Jam 09.30


Jam 09.30 dengan agen pencedera fisik
(prosedur operasi) dibuktikan S Pasien mengatakan nyeri berkurang, pasien mengatakan sudah bisa tidur
dengan pasien mengeluh nyeri P: nyeri pada luka operasi.
pada luka operasi P: nyeri Q: nyeri seperti tertusuk (nyut-nyut).
dirasakan kerena adanya luka R: nyeri pada perut di area luka operasi.
operasi Q: nyeri dirasakan S: skala nyeri 3 dari 10
seperti tertusuk benda tajam T: nyeri dirasakan kurang lebih 5-7 menit.
(nyut-nyut) R: nyeri pada O - Meringis berkurang
perut di area luka operasiS: - Pasien mampu melakukan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi nyeri.
skala nyeri 3 dari 10, T: nyeri - Observasi TTV: TD: 130/67 mmHg, N: 98x/menit, S: 36,7°C, RR: 20x/menit
dirasakan setiap 5-7 menit, A Masalah keperawatan nyeri akut
tampak meringis kesakitan,
bersikap protektif, sulit tidur P Lanjutkan intervensi manajemen nyeri

I Jam 10.05:
1. mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. mengidentifikasi skala nyeri: 3
Jam 10.10:
1. memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri dengan teknik
relaksasi napas dalam.
2. mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri dengan mengatur suhu dan
pencahayaan ruangan.
3. memfasilitasi istirahat dan tidur dengan membatasi keluarga yang kunjung,
memberikan suasana tenang, mengurangi kunjungan petugas.
Jam 14.00:
1. Melayani paracetamol 1 gr per intravena dan asamefenamat 500mg per oral

Profesi_Ners_UCB
Jam 14.30:
S: pasien mengatakan nyeri pada luka operasi berkurang setelah diberikan suntikan dan sudah
bisa tidur
P: nyeri pada luka operasi
Q: nyeri seperti tertusuk
R: nyeri dirasakan pada perut di area luka operasi
S: 2 dari10
T: nyeri dirasakan 1-2 menit
O:
 Meringis berkurang
 pasien mampu melakukan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi nyeri
 mengobservasi TTV: TD: 128/78 mmHg, N: 98x/menit, S: 36,7°C, RR: 20x/menit

A: Masalah nyeri akut teratasi

P: lanjutkan intervensi manajemen nyeri

22-2-2024 Resiko infeksi dibuktikan Jam 09.30:


Jam 09.30 dengan adanya luka operasi
SC pada perut S Pasien mengatakan tidak ada demam, pasien mengatakan nyeri berkurang setelah rawat luka
kemarin

O Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka, hasil pemeriksaan TTV: TD: 130/67 mmHg, N:
98x/menit, S: 36,7°C, RR: 20x/menit

A Masalah keperawatan resiko infeksi

P Lanjutkan Intervensi pencegahan infeksi dan perawatan luka

I Jam 10.30
 Memonitor karakteristik luka
 Memonitor tanda-tanda infeksi

Profesi_Ners_UCB
Jam 10.35:
 Melakukan perawatan luka dengan teknik steril:
1. Menyiapkan peralatan perawatan luka.
2. Mencuci tangan 6 langkah.
3. Memakai sarung tangan steril.
4. Melepaskan balutan dan plester secara perlahan.
5. Membersihkan luka dengan cairan NaCl.
6. Memberikan salep cutimed gel
7. Memasang balutan.
8. Merapikan troli dan mencuci alat
9. Mencuci tangan 6 langkah
 Menjelaskan tanda dan gejala infeksi yaitu adanya nyeri (dolor), kemerahan (rubor),
bengkak (tumor) dan panas (calor) di area luka.
 Menganjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein seperti ikan, telur dan
daging.
Jam 14.05:
 Kolaborasi pemberian antibiotik: melayani injeksi metronidazole 500mg per intravena
dan cafadroxil 500mg per oral
Jam 14.15:
S: Pasien mengatakan tidak ada demam, nyeri berkurang setelah diberikan obat anti nyeri dan
setelah luka dibersihkan
O: Luka tampak bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi
A: Masalah keperawatan resiko infeksi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi pencegahan infeksi

Profesi_Ners_UCB
Catatan Perkembangan Hari 3

Tgl/jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi (catatan perkembangan)

23-2-2024 Nyeri akut berhubungan Jam 09.30


Jam 09.30 dengan agen pencedera fisik
(prosedur operasi) dibuktikan S Pasien mengatakan nyeri berkurang, pasien mengatakan sudah bisa tidur
dengan pasien mengeluh nyeri P: nyeri pada luka operasi.
pada luka operasi P: nyeri Q: nyeri seperti tertusuk (nyut-nyut).
dirasakan kerena adanya luka R: nyeri pada perut di area luka operasi.
operasi Q: nyeri dirasakan S: skala nyeri 2 dari 10
seperti tertusuk benda tajam T: nyeri dirasakan kurang lebih 1-2 menit.
(nyut-nyut) R: nyeri pada O - Meringis berkurang
perut di area luka operasiS: - Pasien mampu melakukan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi nyeri.
skala nyeri 2 dari 10, T: nyeri - Observasi TTV: TD: 130/67 mmHg, N: 98x/menit, S: 36,7°C, RR: 20x/menit
dirasakan setiap 1-2 menit, A Masalah keperawatan nyeri akut
tampak meringis kesakitan,
bersikap protektif, sulit tidur P Lanjutkan intervensi manajemen nyeri

I Jam 10.05:
1. mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. mengidentifikasi skala nyeri: 2

Jam 10.10:
1. memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri dengan teknik
relaksasi napas dalam.
2. mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri dengan mengatur suhu dan
pencahayaan ruangan.
3. memfasilitasi istirahat dan tidur dengan membatasi keluarga yang kunjung,
memberikan suasana tenang, mengurangi kunjungan petugas.
Jam 14.00:
1. kolaborasi pemberian analgetik: melayani paracetamol 1 gram per intravena dan

Profesi_Ners_UCB
asamefenamat 500mg per oral
Jam 14.15:
S: pasien mengatakan nyeri pada luka operasi berkurang setelah diberikan suntikan dan sudah
bisa tidur
P: nyeri pada luka operasi
Q: nyeri seperti tertusuk
R: nyeri dirasakan pada perut di area luka operasi
S: 2 dari 10
T: nyeri dirasakan 1-2 menit
O:
 Meringis berkurang
 pasien mampu melakukan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi nyeri
 mengobservasi TTV: TD: 128/78 mmHg, N: 98x/menit, S: 36,7°C, RR: 20x/menit

A: Masalah nyeri akut teratasi

P: lanjutkan intervensi manajemen nyeri

23-2-2024 Resiko infeksi dibuktikan Jam 09.30:


Jam 09.30 dengan adanya luka operasi
SC pada perut S Pasien mengatakan tidak ada demam, pasien mengatakan nyeri berkurang setelah rawat luka
kemarin

O Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka, hasil pemeriksaan TTV: TD: 130/67 mmHg, N:
98x/menit, S: 36,7°C, RR: 20x/menit

A Masalah keperawatan resiko infeksi

P Intervensi dilanjutkan

I Jam 10.30
 Memonitor karakteristik luka

Profesi_Ners_UCB
 Memonitor tanda-tanda infeksi
Jam 10.35:
 Melakukan perawatan luka dengan teknik steril:
1. Menyiapkan peralatan perawatan luka.
2. Mencuci tangan 6 langkah.
3. Memakai sarung tangan steril.
4. Melepaskan balutan dan plester secara perlahan.
5. Membersihkan luka dengan cairan NaCl.
6. Memberikan salep cutimed gel
7. Memasang balutan.
8. Merapikan troli dan mencuci alat
9. Mencuci tangan 6 langkah
Jam 14.05:
 Kolaborasi pemeberian antibiotik: melayani metronidazole 500mg per intravena dan
cefadroxil 500mg oral
Jam 14.15:
S: Pasien mengatakan tidak ada demam, nyeri berkurang setelah diberikan obat anti nyeri dan
setelah luka dibersihkan
O: Luka tampak bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi
A: Masalah keperawatan resiko infeksi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi pencegahan infeksi di rumah

Profesi_Ners_UCB
Pathway

Indikasi ibu: Indikasi janin:


KPD, CPD, partus tidak maju, plasenta Kelainan letak, gawat janin
previa, ruptur uteri, tumor jalan lahir

Profesi_Ners_UCB

Anda mungkin juga menyukai