Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA

RS PANTI WILASA CITARUM SEMARANG

DISUSUN OLEH:

MUNIATUR ROHMANIYAH

118048

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO SEMARANG

TAHUN 2021
A. KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Sectio caesarea adalah kelahiran janin melalui insisi trans abdomen pada uterus.
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram. Sectio caesaria ialah tindakan untuk
melahirkan janin dengan berat badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding
uterus yang utuh. Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding rahim. Sectio caesarea didefinisikan sebagai
persalinan fetus melalui laparotomy, lalu histerotomi ada 2 tipe umum sectio
caesarea, yaitu primer dan sekunder. Primer mengacu pada histerotomi pertama kali
dan sekunder mengacu pada uterus dengan satu atau lebih insisi histerotomi
sebelumnya. Terkadang, misalnya dikarenakan komplikasi emergensi, seperti
perdarahan hebat, histerektomi diindikasikan setelah persalinan. Jika dilakukan
bersamaan dengan section caesarea. Jika dilakukan dalam waktu singkat setelah
persalinan, disebut histerektomi postpartum. Histerektomi peripartum adalah istilah
yang lebih luas, mengkombinasikan 2 definisi dahulu (Syaiful,Yuanita & Lilis, 2020).
2. ETIOLOGI
a. Etiologi yang berasal dari ibu
1.) Plasenta previa sentralis dan lateralis
2.) Panggul sempit
3.) Disporsi sefalo-pelvik: ketidakseimbangan antara ukuran kepala dengan
panggul
4.) Partus lama
5.) Rupture uteri mengancam
6.) Distosia serviks
7.) Pre-eklamsia hipertensi
8.) Distoria jaringan lunak
b. Etiologi yang berasal dari janin
1.) Letak lintang
2.) Letak bokong
3.) Presentasi rangkap bila reposisi tidak berhasil
4.) Presentasi dahi dan muka bila reposisi dengan cara-cara lain tidak berhasil
5.) Kelainan uterus: uterus arkuatus, uterus septus, uterus duplekus
(Martowirjo, 2018)
3. KLASIFIKASI
a. Sectio caesarea klasik
Sectio caesarea klasik dibuat vertical pada bagian atas rahim. Pembedahan
dilakukan dengan sayatan menunjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10
cm. tidak dianjurkan untuk kehamilan berikutnya melahirkan melalui vagina
apabila sebelumnya telah dilakukan tindakan pembedahan ini.
b. Sectio caesarea transperitonealis profunda
Sectio caesarea transperitonel profunda disebut juga sayatan vertical pada
segmen lebih bawah Rahim. Sayatan jenis ini dilakukan jika bagian bawah rahim
tidak berkembang atau tidak cukup tipis untuk memungkinkan dibuatnya sayatan
transversal. Sebagian sayatan vertical dilakukan sampai ke otot-otot bawah rahim.
c. Sectio caesarea hysteroctomi
Sectio caesarea hysteroctomi yaitu pengangkatan uterus setelah seksio sesarea
karena atomi uteri yang tidak dapat diatasi dengan tindakan lain, pada uterus
miomatousus yang besar dan atau banyak, atau pada rupture uteri yang tidak
dapat diatasi dengan jahitan.
d. Sectio caesarea ekstraperitoneal/porro
Seksio sesarea ekstraperitoneal, yaitu seksio yang dilakukan tanpa insisi
peritoneum dengan mendorong lipatan peritoneum ke atas dan kandung kemih ke
bawah atau ke garis tengah, kemudian uterus dibuka dengan insisi di segmen
bawah.
e. Sectio caesarea vaginal
Yaitu pembedahan melalui dinding vagina atau dalam rongga uterus. Jenis seksio
ini tidak lagi digunakan dalam praktik obstetric.
(Syaiful,Yuanita & Lilis, 2020)

4. PATHWAY
5. PATOFISIOLOGI
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan
sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu
distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll,
untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang
setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek
kognitif berupa kurang pengetahuan.
Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologi yaitu produk oxsitosin yang tidak
adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan
menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotic dan
perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang
mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan
umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu
anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak
dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya
anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteria sehingga
darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang
tidak efektif akibat sekret yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup.
Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas
usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
penghancuran dengan bantuan peristaltic usus. Kemudian diserap untuk metabolism
sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun makan
peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena
reflek untuk batuk juga menurun. Makan pasien sangat berisiko terhadap aspirasi
sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga
berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi (Syaiful,Yuanita & Lilis,
2020).
6. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada klien sectio caesarea:
a. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml
b. Terpasang kateter, urine jernih dan pucat
c. Abdomen lunak dan tidak ada distensi
d. Bising usus tidak ada
e. Ketidaknyamanan untuk menghadapi situasi baru
f. Balutan abdomen tampak sedikit noda
g. Aliran lochia sedangkan bebas bekuan, berlebihan dan banyak
(Martowirjo, 2018)
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Elektroensefalogram (EEG)
Untuk membantu mendapatkan jenis dan focus kejang
b. Pmindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan
c. Uji laboratorium: fungsi lumbal, hitung darah lengkap, AGD, kadar kalsium
darah, kadar natrium darah
8. KOMPLIKASI
a. Pada ibu, infeksi puerperium (nifas) merupakan kenaikan suhu beberapa hari
dalam masa nipas, dibagi menjadi: perdarahan, trauma kandung kemih akibat
kandung kemih yang terpotong saat melakukan seksiosesaria, endometritis yaitu
infeksi atau peradangan pada endometrium, resiko ruptura uteri pada kehamilan.
b. Pada bayi bisa mengalami hypoxia, depresi pernapasan, sindrom gawat
pernapasan, trauma persalinan
c. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi mengikuti seksio sesarea, antara lain:
sekitar 2 kali peningkatan mortalitas dan morbiditas ibu secara relative terhadap
persalinan pervaginam, sebagian terkait dengan prosedur itu sendiri, dan sebagian
terkait dengan kondisi yang menjadi indikasi dilakukannya sectio sesarea
d. Infeksi (misalnya endpmyometritis postpartum, dehisensi fasia, luka dan traktus
urinarius), komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama
beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti sepsis, peritonitis
e. Komplikasi anestesi
f. Cedera operatif (misalnya laserasi uteri, buli, usus, uretra)
g. Perlambatan kembalinya fungsi usus. Narkotika post operatif dapat
memperlambat kembalinya fungsi normal usus pada beberapa pasien. Status
elektrolit dan cairan pasien harus menjadi prioritas
h. Perdarahan: perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat
(Syaiful,Yuanita & Lilis, 2020)
9. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan sectio caesarea:
a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka cairan per intravena
harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi,
dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang bisa diberikan
biasanya garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung
kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfuse darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan per oral. Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 sampai 8 pasca operasi,
berupa air putih dan air the.
c. Katerisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24-48 jam lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
d. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi miring kanan dan kiri dapat
dimulai sejak 6-10 setelah operasi, latihan pernafasan dapat dilakukan penderita
sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar, hari kedua post operasi
penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam
lalu menghembuskannya, kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah menjadi
posisi setengah duduk atau semifowler, selanjutnya selama berturut-turut, hari
demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, berjalan dan kemudian
berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.
e. Pemberian obat-obatan
Antibiotic cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda sesuai
indikasi.
f. Analgetik
Obat yang dapat diberikan melalui supositoria obat yang diberikan ketopropen
sup 2x24 jam, paracetamol tiap 6 jam, injeksi ranitidine 75-90 mh diberikan setiap
6 jam bila perlu.
g. Perawatan luka
Kondisi baluran luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah
harus dibuka dan diganti.
h. Pemeriksaan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi dan pernafasan
i. Perawatan payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak
menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa
banyak menimbulkan kompresi, biasanya mengurangi rasa nyeri.
(Ramandanty, 2019)
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas meliputi nama, tempat /tgl lahir, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, tanggal masuk rumah sakit, nomor regitrasi dan diagnose medis.
b. Keluhan utama
Keluhan utama pada post operasi section caesarea biasanya adalah nyeri dibagian
abdomen akibat luka jahitan setelah operasi, pusing dan sakit pinggang.
c. Riwayat Kesehatan
1.) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang berisi tentang pengkajian data yang dilakukan
untuk menentukan sebab dari dilakukannya operasi section caesarea seperti
kelainan letak bayi (letak sungsang dan letak lintang), faktor plasenta
(plasenta previa, solution plasenta, vasa previa), kelainan tali pusat, bayi
kembar, pre eklamsia, ketuban pecah dini yang nantinya akan membantu
membuat rencana tindakan terhadap pasien.
2.) Riwayat perkawinan
Pada riwayat perkawinan hal yang perlu dikaji adalah menikah sejak usia
berapa lama, lama perkawinan, berapa kali menikah, status pernikahan saat
ini.
3.) Riwayat KB
Riwayat KB dilakukan untuk mengetahui apakah klien pernah ikut program
KB, jenis kontrasepsi, apakah terdapat keluhan dan masalah dalam
penggunaan kontrasepsi tersebut, dan setelah masa nifas ini akan
menggunakan alat kontrasepsi apa.
d. Pola Fungsi kesehatan
1.) Pola aktivitas: aktivitas pasien terbatas, dibantu oleh orang lain untuk
memenuhi keperluannya karena mudah leth, hanya bisa beraktivitas ringan
seperti duduk di tempat tidur dan menyusui
2.) Pola eliminasi: pasien dengan post partum biasanya sering terjadi adanya
perasaan sering atau susah kencing akibat terjadinya edema dari trigono,
akibat tersebut menimbulkan inpeksi uretra sehingga menyebabkan konstipasi
karena takut untuk BAB
3.) Pola istirahat tidur: pasien pada masa nifas sering terjadi perubahan pola
istirahat dan tidur akibat adanya kehadiran sang bayi dan nyeri jahitan
4.) Pola hubungan dan peran: pasien akan menjadi ibu dan istri yang baik untuk
suaminya
5.) Pola penanggulangan stress: pasien merasa cemas karena tidak bisa mengurus
bayinya sendiri
6.) Pola sensori kognitif: pasien merasakan nyeri pada perineum karena adanya
luka jahitan akibat section caesarea
7.) Pola persepsi dan konsep diri: pasien merasa dirinya tidak seindah sebelum
hamil, semenjak melahirkan klien mengalami perubahan pada ideal diri
8.) Pola reproduksi dan sosial: terjadi perubahan seksual atau fungsi seksualitas
akibat adanya proses persalinan dan nyeri jahitan luka section caesarea
9.) Nilai- pola keyakinan sesuatu yang bernilai dalam hidupnya ( spirituality :
menganut suatu agama, bagaimana manusia dengan penciptanya ), keyakinan
akan kesehatan, keyakinan agama
e. Pemeriksaan Fisik
1.) TTV: temperature, pulse, respirasi (pernafasan), tekanan darah, apakah terjadi
perdarahan pada post partum, nadi cepat, pernapasan meningkat, suhu tubuh
turun.
2.) BB/TB: mengkaji berat badan dan tinggi badan kemudia hitung IMT.
3.) Kepala rambut: bagaimana bentuk kepala, warna rambut, kebersihan rambut
dan apakah terhadap benjolan.
4.) Mata: konjungtiva ananemis, reflek terhadap cahaya, melihat dengan jelas
5.) Telinga: biasanya bentuk simetris atau tidak, pendengaran normal, tidak ada
serumen.
6.) Mulut, gigi dan bibir: mulut bersih atau kotor, mukosa bibir kering atau
lembab.
7.) Leher: saat dipalpasi ditemukan ada atau tidak pembesaran kelenjar tiroid
8.) Thorax :
a.) tidak ada masalah, inspeksi tidak ada edema, tidak ada lesi. Palpasi tidak
ada nyeri tekan dan perkusi sonor (dag dig dug ), auskultasi dengan hasil
vasikuler jika normal atau tidak ada keluhan.
b.) Payudara: simetris kanan dan kiri, tidak ada kelainan pada payudara,
areola hitam kecoklatan, putting susu menonjol.
9.) Jantung: tidak ada masalah. Inspeksi tidak ada lesi bagian dada, palpasi
denyut aorta teraba, perkusi normal atau timpani dan auskultasi dengan hasil
normal lub dub atau tidak ada suara tambahan.
10.) Abdomen: terdapat luka jaitan post operasi di tutupi balut verban, adanya
striegravidarum.
11.) Kulit : turgor kulit baik, kondisi kulit lembab, capillary refill kembali
normal dalam 2 detik atau lebih.
12.) Genetalia: pengeluaran darah bercampur lender, pengeluaran air ketuban.
13.) Ekstremitas: pemeriksaan edema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarkan uterus, karena pre-eklamsia atau karena penyakit jantung atau
ginjal.
2. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Elektroensefalogram (EEG)
Untuk membantu mendapatkan jenis dan focus kejang
b. Pmindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan
c. Uji laboratorium: fungsi lumbal, hitung darah lengkap, AGD, kadar kalsium
darah, kadar natrium darah

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO. DX DIAGNOSA
D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur
operasi) ditandai dengan mengeluh nyeri, tekanan darah
meningkat

D.0080 Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan


ditandai dengan merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi

D.0109 Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

D.0056 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas ditandai


dengan merasa lemah

D.0142 Risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif

4. INTERVENSI

No. SDKI SLKI SIKI

1. Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri


berhubungan L.08066 I.08238
dengan agen Setalah dilakukan tindakan O:
pencedera fisik keperawatan selama 1x24 - Identifikasi lokasi,
(prosedur operasi) jam diharapkan tingkat karakteristik,
ditandai dengan nyeri menurun dengan durasi, frekuensi,
mengeluh nyeri, kriteria hasil: kualitas, intensitas
tekanan darah - Keluhan nyeri dari nyeri
meningkat cukup meningkat (2) - Identifikasi yang
(D.0077) ke cukup menurun memperberat dan
(4)
- Meringis dari cukup memperingan
meningkat (2) ke nyeri
cukup menurun (4)
T:
- Kesulitan tidur dari
- Berikan teknik
cukup meningkat (2)
nonfarmakologi
ke cukup menurun
untuk mengurangi
(4)
rasa nyeri (TENS,
- Berfokus pada diri
hypnosis, terapi
sendiri dari cukup
musik, terapi pijat,
meningkat (2) ke
aromaterapi,
cukup menurun (4)
teknik imajinasi
terbimbing,
kompres air
hangat/ dingin)
- Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemelihan strategi
meredakan nyeri

E:
- Jelaskan penyebab
dan pemicu nyeri
- Ajarkan teknik
non farmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri

K:
- Kolaborasi
pemberian
analgesik, jika
perlu

2. Ansietas Tingkat ansietas Reduksi ansietas


berhubungan L.09093 I.09314
dengan Setalah dilakukan tindakan O:
kekhawatiran keperawatan selama 1x24 - Monitor
mengalami jam diharapkan tingkat tanda-tanda
kegagalan ansietas menurun dengan ansietas (verbal
ditandai dengan kriteria hasil: dan non-verbal)
merasa khawatir - Verbalisasi khawatir
T:
dengan akibat akibat kondisi yang
- Ciptakan suasana
dari kondisi yang dihadapi dari cukup
terapeutik untuk
dihadapi meningkat (2)
menumbuhkan
(D.0080) menjadi cukup
kepercayaan
menurun (4)
- Temani pasien
- Perilaku gelisah dari
untuk mengurangi
cukup meningkat (2)
kecemasan
menjadi cukup
menurun (4) E:
- Perilaku tegang dari - Latih teknik
cukup meningkat (2) relaksasi
menjadi cukup
K:
menurun (4)
- Kolaborasi
- Pola berkemih dari
pemberian obat
cukup memburuk (2)
ansietas, jika perlu
menjadi cukup
membaik (4)

3. Defisit perawatan Perawatan diri Dukungan perawatan diri


diri berhubungan L.11103 I.11348
dengan Setalah dilakukan tindakan O:
kelemahan keperawatan selama 1x24 - Identifikasi
(D.0109) jam diharapkan perawatan kebiasaan
diri meningkat dengan aktivitas
kriteria hasil: perawatan diri
- Verbalisasi sesuai usia
keinginan - Monitor tingkat
melakukan kemandirian
perawatan diri dari
T:
cukup menurun (2)
- Sediakan
ke cukup meningkat
lingkungan yang
(4)
terapeutik (mis.
- Mempertahankan
Suasana hangat,
kebersihan diri dari
rileks, privasi)
cukup menurun (2)
- Siapkan keperluan
ke cukup meningkat
pribadi
(4)
- Fasilitasi
kemandirian,
bantu jika tidak
mampu
melakukan
perawatan diri
- Jadwalkan
rutinitas
perawatan diri

E:
- Anjurkan
melakukan
perawatan diri
secara konsisten
sesuai
kemampuan

4. Intoleransi Toleransi aktivitas Manajemen energi


aktivitas L.05047 I.05178
berhubungan Setelah dilakukan tindakan O:
dengan imobilitas keperawatan diharap - Identifikasi
ditandai dengan toleransi aktivitas gangguan fungsi
merasa lemah meningkat dengan kriteria tubuh yang
(D.0056) hasil: mengakibatkan
- Frekuensi nadi dari kelelahan
cukup menurun (2) - Monitor kelelahan
menjadi cukup fisik dan
meningkat (4) emosional
- Saturasi oksigen dari - Monitor pola dan
cukup menurun (2) jam tidur
menjadi cukup - Monitor lokasi
meningkat (4) dan
- Kemudahan dalam ketidaknyamanan
melakukan aktivitas selama melakukan
sehari-hari dari aktivitas
cukup menurun (2) T:
menjadi cukup - Sediakan
meningkat (4) lingkungan
- Dyspnea saat nyaman dan
aktivitas dari cukup stimulus
meningkat (2) - Lakukan latihan
menjadi cukup rentang gerak
menurun (4) pasif atau aktif
- Dyspnea setelah - Berikan aktivitas
aktivitas dari cukup distraksi yang
meningkat (2) menenangkan
menjadi cukup - Fasilitasi duduk di
menurun (4) sisi tempat tidur,
- Tekanan darah dari jika tidak dapat
cukup memburuk (2) berpindah atau
menjadi cukup berjalan
membaik (4)
E:
- Anjurkan tirah
baring
- Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan
menghubungi
perawat jika anda
dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan

K:
- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara
meningkatkan
asupan makanan

5. Risiko infeksi Tingkat infeksi Pencegahan infeksi


ditandai dengan L.09097 I.14539
efek prosedur Setelah dilakukan tindakan O:
invasive keperawatan diharap tingkat - Monitor tanda
(D.0142) infeksi menurun dengan gejala infeksi local
kriteria hasil: sistemik
- Kemerahan dari dari
T:
cukup menurun (2)
- Pertahankan
menjadi cukup
prinsip steril saat
meningkat (4)
tindakan
- Demam dari cukup
berlangsung
menurun (2) menjadi
cukup meningkat (4) E:
- Nyeri dari cukup - Ajarkan
menurun (2) menjadi memeriksa
cukup meningkat (4) kondisi luka

K:
- Bengkak dari cukup - Kolaborasi
menurun (2) menjadi pemberian
cukup meningkat (4) antibiotic

5. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan merupakan pelaksanaan rencana keperawatan yang
dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi dengan multidisiplin yang lain. Perawat
bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada pasien dan
berorientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dimana
tindakan dilakukan dan diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam renacana
yang sudah di buat (Patrisia, dkk. 2020).
6. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
membandingkan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap hasil yang
diharapkan. Dalam melakukan evaluasi, seharusnya memiliki pengetahuan dan
kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan,
menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang ingin dicapai serta kemampuan
dalam menghubungkan tindakan keperawatan dalam kriteria hasil (Patrisia, dkk.
2020).
DAFTAR PUSTAKA

Patrisia, dkk. 2020. Asuhan Keperawatan Dasar pada Kebutuhan Manusia: Edisi 1. Yayasan Kita
Menulis.

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Ramandanty, P, V. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Operasi Sectio Caesaria Diruang
Mawar Rsud A. W Sjahranie Samarinda.

Tjokroprawiro, Askandar. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo Surabaya. Surakarta :
Airlangga University Press

Yunita, Syaiful & Lilis, Fatmawati. 2020. ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU BERSALIN.
Surabaya: Jakad Media Publishing.

Anda mungkin juga menyukai