Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KASUS TYPOID DI RUANG ANAK TANGGAL 20 s/d 25


NOVEMBER 2023 RSUD DR. R. SOEDJONO SELONG LOMBOK
TIMUR-NTB

Disusun Guna Memenuhi Tugas Stase


Keperawatan Anak

Disusun Oleh :

Nama : Mardiana, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan Asuhan Keperawatan pada kasus Typoid diruang Anak


RSUD.Dr. R. Soedjono Selong Lombok Timur-NTB tanggal 20 s/d 25 November
2023 telah di syahkan dan disetujui pada

Hari :
Tanggal :

Mahasiswa

(Mardiana, S.Kep)

Pembimbing Akademik Pembimbing klinik

(Ns.Supriadi,. M.Kep) (Ns. Zikrullah,,S.kep)

Kepala Ruangan

(Ns. Zikrullah,,S.kep)
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep dasar Typoid


1. Definisi
Thypoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella (Smeltzer & Bare. 2012. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta:
EGC). Thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella Thypi (Mansjoer, Arif. 2009. Kapita Selekta Kedokteran,
Jakarta : Media Aesculapius.).
Demam thypoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri salmonella
thypi dan bersifat endemic yang termasuk dalam penyakit menular
( Cahyono,2010). Sedangkan menurut Elsevier 2013, demam thypoid adalah
infeksi sistemik yang disebabkan oleh salmonella thypi.
Jadi, demam thypoid merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh bakteri gram negative (bakteri salmonella thypi) yang merupakan sistem
pertahan tubuh dan masuk melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
2. Etiologi
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri salmonella thypi.
Bakteri salmonella thypi adalah berupa basil gram negative, bergerak rambut
getar, tidak berspora, dan mempunyai tiga antigen yaitu O ( Somatik yang
terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagella), dan antigen
VI. Dalam serum penderita terdapat zat (agglutinin) terhadap ketiga macam
antigen tersebut. Kuman tubuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada
suhu 15-41 oc (optimum 37oc) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus
lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan
atau minuman yang terkontaminasi, fomitus dan lain sebagainya.
Penyebab penyakit thypoid adalah kuman salmonella thyposa
salmonella parathypi A,B, dan C memasuki saluran pencernaan. Penularan
salmonella thypi dapat ditularkan berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F
yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly
(lalat), dan melalui Feses.
Penyebab lain dari penyakit thypoid adalah :
a. Makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri salmonella thypi
b. Makanan mentah atau belum masak
c. Kurangnya sanitasi dan higienitas
d. Daya tahan tubuh yang menurus
3. Patofisiologi
Bakteri salmonella thypi bersama makanan atau minuman masuk
kedalam tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana
asam (pH < 2) banyak bakteri yang mati. keadaan-keadaan seperti
alkorhidiria,gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor histamine H 2,
inhibitor pompa proton atau antasida dalam jumlah besar, akan mengurangi
dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di usus
halus, bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan kemudian menginvasi sel
mukosa dan menembus dinding usus, tepatnya di ileum dan jejunum. sel-sel
M, sel epitel khusus yang melapisi peyer’s patch, merupakan tempat
internalisasi salmonella thypi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus,
mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesentrika bahkan ada yang melewati
sirkulai sistemik sampai kejaringan RES di organ hati dan limpa. salmonella
thypi mengalami multiplikasi di dalam sel fagosit mononuclear di dalam
folikel limfe, kelenjar limfe mesentrika, hati dan limfe (Soedarmo,Suwarmo S
Poorwo,dkk.2012.Buku Ajar Infeksi & Pediatric Tropics. Jakarta : IDAI).
Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang
lamanya ditentukan oleh jumlah dan virulansi kuman serta respon imun
pejamu maka salmonella thypi akan keluar dari habitnya dan melalui duktus
torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini organisme dapat
mencapai organ manapun, akan tetapi tempat yang disukai oleh salmonella
thypi adalah hati, limpa, sumsum tulang belakang, kandung empedu dan
peyer’s patch dari ileum terminal. Kandung empedu dapat terjadi baik secara
langsung dari darah dan penyebaran retrograde dari empedu. Ekskresi
organisme di empedu dapat menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan
oleh tinja. Peran endotoksin dalam pathogenesis demam thypoid tidak jelas,
hal tersebut terbukti dengan tidak terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi
penderita melalui pemeriksaan limulus. Diduga endotoksin dari salmonella
thypi menstimulasi magrofag di dalam hati, limpa, folikel, limfoma usus halus
dan kelenjar limfe mesenterika untuk memproduksi sitokinin dan zat-zat lain.
Produk dari magrofag inilah yang dapat menimbulkan nekrosis sel, sistem
vascular tidak stabil, demam, depresi sumsum tulang belakang, kelainan pada
darah dan menstimulasi sistem imunologik (Soedarmo,Suwarmo S
Poorwo,dkk.2012.Buku Ajar Infeksi & Pediatric Tropics. Jakarta : IDAI).
4. Anatomi dan fisiologi
Sistem pencernaan /sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zatzat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi
kedalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat
dicerna atau merupakan sisaproses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan
terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus,
usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan dan juga meliputi organ-
organ yang terletak diluar saluran pencernaan yaitu: pankreas, hati dan
kandung empedu.
a. Mulut

Merupakan suaturongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada


manusia. Mulut biasanya terletak dikepala dan umumnya merupakan
bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir dianus. Mulut
merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari
mulut dilapisi olehselaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa
yang terdapat dipermukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri
darimanis, asam, asin dan juga pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf
olfaktorius di hidung dan juga lebih rumit, terdiri dari berbagai macam
bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan dikunyah
oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecilyang
lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus
bagianbagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan
mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim
(misalnya lisozim), yang memecah protein dan juga menyerang bakteri
secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara
otomatis.

b. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut kedalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan prosesperistaltik.
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Esofagus
dibagi menjadi tiga bagian:
1) Bagiansuperior (sebagian besar adalah otot rangka).
2) Bagiantengah (campuran otot rangka dan otot halus).
3) Sertabagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
c. Lambung Merupakan organ otot berongga yang besar dan juga berbentuk
seperti kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu:
1) Kardia.
2) Fundus.
d. Antrum.
Makanan masuk kedalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam
keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung
kedalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan,
yang berkontraksi secara ritmikuntuk mencampur makanan dengan enzim-
enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3zat penting:
1) Lendir Lendir melindungi sel-sel lambung darikerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini,bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
2) Asam klorida(HCl) Asam klorida menciptakan suasana yang
sangatasam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein.
Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengancara membunuh berbagai bakteri.
3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
e. Usus Halus (usus kecil)
Usus halus /usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak
diantara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah
yang mengangkut zat-zat yang diserap kehati melalui vena porta. Dinding
usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan juga
lemak. Lapisan usus halus meliputi, lapisan mukosa (sebelah kanan),
lapisan otot melingkar (Msirkuler), lapisan otot memanjang (M
longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar). Usus halus terdiri dari tiga
bagian yaitu usus dua belas jari duodenum), usus kosong (jejenum) dan
usus penyerapan (ileum). Villi usushalus terdiri dari pipa berotot (>6cm),
pencernaan secara kimiawi, penyerapan makanan. Terbagi /usus 12 jari
(duodenum), usus tengah (jejenum), usus penyerapan (ileum).
1) Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usushalus yang
terletak setelah lambung dan juga menghubungkannya ke usus kosong
(jejenum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usushalus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir
diligamentumTreitz. Usus duabelas jari merupakan organ
retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat
sembilan. Pada usus duabelas jari terdapat duamuara saluran yaitu dari
pancreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa
Latin duodenumdigitorum, yang berarti dua belas jari. Lambung
melepaskan makanan kedalam usus duabelas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk kedalam
duodenum melalui sfingter pylorus dalam jumlah yang bisa dicerna
oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal
kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
2) Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejenum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah
bagian dari usus halus, diantara usus dua belas jari (duodenum) dan
jugausus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh
usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong.
Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan
mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus
dan juga terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari
usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari,
yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat
dibedakan dengan usus penyerapan, yaitu sedikitnya selgoblet dan
plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus
penyerapan secara makroskopis.
3) Usus Penyerapan (ileum)
Usus penyerapan /ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan
terletak setelah duodenum dan juga jejunum, dan dilanjutkan oleh usus
buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan
berfungsi menyerap vitamin B12 dan juga garam-garam empedu.
f. Usus Besar (Kolon)
Usus besar /kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus
besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon
desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rectum).
Banyaknya bakteri yang terdapat didalam ususbesar berfungsi mencerna
makanan beberapa bahan dan juga membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri didalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,
seperti vitaminK. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri didalam ususbesar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air dan terjadilah diare.
g. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu /sekum (Bahasa Latin : caecus, “buta”) dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian
kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia,
burung, dan juga beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivore memiliki
sekum yang besar, sedangkan karnivora ekslusif memiliki yang kecil,
yang sebagian /seluruhnya digantikan oleh umbai cacing. 7. Umbai Cacing
(Appendix) Umbai cacing /apendiks adalah organ tambahan pada usus
buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis /radang umbai cacing.
Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
membentuk nanah didalam rongga abdomen /peritonitis (infeksi rongga
abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing adalah ujung buntu
tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari
caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, umbai cacing berukuran
sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. walaupun lokasi
apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda-beda
diretrocaecal /dipinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organvestigial
(sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi
dalam sistem limfatik. Operasi membuang umbaicacing dikenal sebagai
appendiktomi. 8. Rektum dan Anus Rektum adalah sebuah ruangan yang
berawal dari usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir dianus.
Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpang ditempat yang lebih
tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan juga
tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air
besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan
material didalam rectum akan memicu sistem sarafyang menimbulkan
keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, seringkali
material akan dikembalikan ke ususbesar, dimana penyerapan air akan
kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama,
konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang
lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan juga anak yang lebih
muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk
menunda BAB. Anus merupakan lubang diujung saluran pencernaan,
dimana bahan limba keluar dari tubuh. Sebagian besar anus terbentuk dari
permukaan tubuh (kulit) dan juga sebagian lainnya dari usus. Pembukaan
dan juga penutupan anus diatur oleh otot spinter. Feses dibuang dari tubuh
melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi
utamaanus
5. Manifestasi Klinis
Menurut ngastiyah (2007:237), demam thypoid pada anak biasanya lebih
ringan daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari
jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika memelalui minuman
yang terlama 30 hari. Selama inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal,
perasaan tidak enak badan, nyeri, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak
bersemangat, kemudian gejala klinis yang biasanya ditemukan, yaitu :
a. Demam
pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris
remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan mreningkat
lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu tubuh
berangsur-angsur turun dan normal kembali.
b. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-
pecah ( ragaden). lidah tertutup selaput putih kotor ( coated tongue ),
ujungnya dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat ditemukan
keadaan perut kembung. Hati dan Limpa membesar disertai nyeri dan
peradangan.
c. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen.
Jarang terjadi supor, koma atau gesilah (kecuali penyakit berat dan
terhambat mensapatkan pengobatan). Gejala lain yang juga dapat
ditemukan pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseol,
yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dari kapiler kulit, yang
ditemukan pada minggu pertama demam, kadang-kadang ditemukan pula
trakikardi dan epistaksis.
d. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan
tetap berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua
setalah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut
teori relaps terjadinya karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang
tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun obat zat anti.
6. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Anti Biotik (Membunuh Kuman) :
a) Klorampenicol
b) Amoxicilin
c) Kotrimoxasol
d) Ceftriaxon
e) Cefixim
f) Antipiretik (Menurunkan panas) :
g) Paracetamol
b. Keperawatan
1) Observasi dan pengobatan
2) Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam atau
kurang lebih dari selam 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk
mencegah terjadinya komplikasi perforasi usus.
3) Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan
pasien.
4) Pasien dengan kesadarannya yang menurun, posisi tubuhnya harus
diubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi
pneumonia dan dekubitus.
5) Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang
terjadi konstipasi
6) Diet
a) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
b) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
c) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi
tim
d) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari (Smeltzer & Bare. 2010. Keperawatan Medikal
Bedah III. Jakarta: EGC).
h. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah perifer lengkap Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula
leukositosis atau kadar leukosit normal. Leukositosis dapatterjadi
walaupun tanpa disertai infeksi sekunder
1) Pemeriksaan SGOT dan SGPT SGOT dan SGPT sering meningkat,
tetapi akan kembali normal setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan
juga SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus
2) Pemeriksaan uji widal Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya
antibody terhadap bakteri salmonella typhi. Ujiwidal dimaksudkan
untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum penderita demam
tifoid. Akibat adanya infeksi oleh salmonella typhi maka penderita
membuatantibody (agglutinin)
3) Kultur
a) Kulturdarah : bisa positif pada minggu pertama
b) Kultururine : bisa positif pada akhir minggu kedua
c) Kulturfeses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
4) Anti salmonella typhi igM Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mendeteksi secara dini infeksi akut salmonella typhi, karena
antibodyigM muncul pada hari ke3 dan 4 terjadinya demam. (Nurarif
& Kusuma, 2015)
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Meliputi nama,alamat,umur,jenis kelamin,pekerjaan, suku/bangsa,agama,
status perkawinan,tanggal masuk rumah sakit, no RM dan diagnose
masuk.
b. Keluhan utama
Keluhan utama demam thypoid adalah panas atau demam yang tidak turun
–turun, nyeri perut,pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta
penurunan kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella thypi ke
dalam tubuh.
d. Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah mengalami demam thypoid.
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga pernah menderita penyakit keturunan seperti
DM,hipertensi, dll.
f. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola nutrisi dan metabolism
Klien mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah
saat makan sehingga makanan hanya sedikit bahkan tidak makan sama
sekali.
2) Pola eliminasi
Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama.
Sedangkan eliminasi urin tidak mengalami gangguan,hanya warna
kuning kecoklatan. Klien dengan demam thypoid terjadi peningkatan
suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dn merasa haus,
sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
3) pola aktivitas dan latihan
aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar
tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien di bantu.
4) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan dengan peningkatan
suhu tubuh.
5) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit
pada anaknya.
6) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan
umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suara waham
pada klien.
7) Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di
rumah sakit dan klien harus bed rest total.
8) Pola penanggulangan stress
Biasanya orang tua akan nampak cemas.
g. Pemeriksaan fisik
1) keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38-40 0C, muka
kemerahan.
2) Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran.
3) Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan,nafas cepat dan dalam gambaran
seperti bronchitis.
4) Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relative, hemoglobin
rendah.
5) Sistem intugumen
kulit kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat, rambut agak
kusam.
6) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor(khas),
mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak
enak, peristaltik meningkat.
7) Sistem muskuluskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
8) Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan hati dan limpa membesar dengan konsistensi
lunak serti nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut
kembung serta pada auskultasi peristaltic usus meningkat.
2. Kemungkinan Diagnosa Yang Muncul
a. Hipovolemia ( D0023 )
b. Devisit nutrisi ( D0019 )
c. Hiportermia ( D0131 )
d. Nyeri ( D0077 )
3. Intervensi

No Diagnose Tujuan dan Intervensi


keperawatan kriteria hasil
1 Hipovolemia Tujuan : Setelah manajemen hipovolemia
dilakukan Obsevasi :
pengkajian selama 1. Periksa tanda dan gejala
1 x 24 jam masalah hipovolemia (mis. Frekuensi nadi
hipovolemia dapat meningkat, madi teraba
teratasi. lemah,tekanan darah menurun,
Kriteria Hasil : turgor kulit menurun,membrane
1. Turgor mukosa kering,hematokrit
kulit meningkat,haus,lemah)
2. Output 2. Monitor intake dan output cairan
urine Terapeutik :
3. Berat 1. Hitung kebutuhan cairan
badan 2. Berikan asupan cairan
4. Perasaan 3. Berikan posisi modified
lemah Trendelenburg
5. Membran Edukasi :
mukosa 1. Anjurkan memperbanyak asupan
6. Kadar Hb cairan oral
7. Kadar Ht 2. Anjurkan mengindari perubahan
8. Suhu posisi mendadak
tubuh Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonic (mis. RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis ( mis.glukosa 2,5%, Nacl
0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid
(mis. Albumin,plasmenata)
4. Kolaborasi pemberian produk darah
5. Pemantauan cairan
2 Devisit Nutrisi Tujuan : Setelah Manajemen Nutrisi
dilakukan Observasi :
pengkajian 1 x 24 1. Identifikasi status nutrisi
jam masalah devisit 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
nutrisi dapat makanan
teratasi. Kriteria 3. Identifikasi makanan yang disukai
Hasil : 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan
1. Berat jenis nutrient
badan 5. Monitor asupan makanan
2. Nafsu Terapeutik :
makan 1. Lakukan oral hygiene sebelum
3. Membran makan, jika perlu
mukosa 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
4. Diare 3. Sajikan makanan secara menarik
5. Verbalisasi dan suhu yang sesuai
keinginan 4. Berikan makanan tinggi serat untuk
untuk mencegah konstipasi
meningkat 5. Berikan makanan tingi kalori dan
kan nutrisi tinggi protein
6. Pengetahu 6. Berikan suplemen makanan,jika
an tentang perlu
standar Edukasi :
asupan 1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
nutrisi 2. Ajarkan diet yang diprogramkan
yang tepat 3. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan, jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

3 Hipotermi Tujuan :Setelah Manajemen Hipotermia


dilakukan Observasi :
pengkajian 1x 24 1. Monitor suhu tubuh
jam masalah 2. Identifikasi penyebab hipotermia
hipotermia dapat 3. Monitor tanda dan gejala akibat
teratasi Kriteria hipotermia
Hasil Terapeutik :
1. Pucat 1. Sediakan lingkungan yang hangat
2. Vaso (mis. atur suhu ruangan)
kons 2. Lakukan penghangatan aktif
triksi eksternal
perif 3. Lakukan penghangatan aktif
er internal
3. Peng Edukasi :
isian Anjurkan makan/minum hangat
kapil
er
4. Teka
nan
dara
h
4 Nyeri akut Tujuan : Setelah Manajemen Muntah
dilakukan Observasi
pengkajian selam 1. Identifikasi karakteristik muntah
1x24 jam masalah ( mis. warna konstitensi,adanya
nyeri akut dapat darah, waktu, frekuensi dan durasi)
teratasi Kriteria 2. Periksa volume muntah
Hasil : 3. Identifikasi factor penyebab
1. Gelisah muntah
2. Kesulitan Monitor efek manajemen
tidur muntah secera menyeluruh
3. Muntah Terapeutik :
4. Mual 1. Kontrol faktor lingkungan
penyebab muntah
2. Kurangi atau hilangkan keadaan
penyebab muntah
3. Atur posisi untuk mencegah
aspirasi
4. Bersihkan mulut dan hidung
5. Berikan kenyamanan selama
muntah
Edukasi
1. Anjurkan membawah kantong
plastic untuk menampung muntah
2. Anjurkan memperbanyak istirahat
3. Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis untuk
mengelolah muntah
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiemetic,
jika perlu

4. Implementasi
Implementasi yang merupakan kompnen dari proses keperawatan adalah
kategori dari prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang dperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan
keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan.
Namun demikian, di banyak lingkungan perawatan kesehatan, implementasi
mungkin dimulai secara lansung setelah pengkajian ( potter & perry, 2005 ).
5. Evaluasi
Evalusi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan
criteria hasl, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya,
klien akan masuk kembalike dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian
ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi ditujukan untuk : 1) Melihat dan
menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan. 2) Menentukan apakah
tujuan keperawatan telah tercapai atau belum. 3) Mengkaji penyebab jika
tujuan asuhan keperawatan belum tercapai (Asmadi, 2008)
DAFTAR PUSTAKA

Aru W. Sudoyo.(2009) Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed V.Jilid III. Jakarta: Interna
Publishing.
Departemen Kesehatan RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Depkes
RI, Jakart.
Nugroho, Susilo, (2011). Pengobatan Demam Tifoid. Yogyakarta: Nuha Medika.
Mansjoer, Arif. (2009). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius.
Simanjuntak, C. H, (2009). Demam Tifoid, Epidemiologi dan Perkembangan
Penelitian. Cermin Dunia Kedokteran No. 83.).
Smeltzer & Bare. (2012). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC.
Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. (2012). Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis.
Jakarta: IDAI).
Widodo,D.(2007).Buku Ajar Keperawatan Dalam.Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai