Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN DEMAM TYPOID

PADA NY “ S “ DI RUANGAN IBIS


RS BHAYANGKARA
MAKASSAR

RAHMAT SAPII
4123012

Ci lahan Ci Institusi

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2024
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Typhoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang

disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella

paratyphi B, salmonella typhi C. Penyakit ini mempunyai tanda – tanda

khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3

minggu disertai gejala demam, nyeri perut, dan erupsi kulit. Penyakit ini

termasuk dalam penyakit daerah tropis dan penyakit ini sangat sering di

jumpai di Asiatermasuk di Indonesia. ( Widodo Djoko, 2009 )

Dewasa ini, perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran telah

banyak menyelamatkan nyawa manusia. Penyakit – penyakit yang selama

initidak terdiagnosis dan terobati, sekarang sudah banyak teratasi. Tetapi

untuk memperbaiki taraf kesehatan secara global tidak dapat

mengendalkan hanya pada tindakan kuratif, karena penyakit yang

memerlukan biaya mahal itu sebagian besar dapat dicegah dengan pola

hidup sehat dan menjauhi pola hidup beresiko. Artinya para pengambil

kebijakan harus mempertimbangkanuntuk mengalokasi dana kesehatan

yang lebih menekankan pada segi preventif dari pada kuratif. ( Muttaqin

Arif, 2011 )

Didunia pada tanggal 27 September 2011 sampai dengan 11

Januari2012 WHO mencatat sekitar 42.564 orang menderita Typhoid dan

214 orangmeninggal. Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak usia

pra sekolah maupun sekolah akan tetapi tidak menutup kemugkinan juga

menyerang orang dewasa.


Demam Typhoid atau tifus abdominalis banyak ditemukan

dalam kehidupan masyarakat kita, baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Penyakitini sangat erat kaitannya dengan kualitas kebersihan pribadi dan

sanitasi lingkungan seperti lingkungan kumuh, kebersihan tempat-tempat

umun yangkurang serta perilaku masyarakat yang tidak mendukung untuk

hidup sehat.

Di Indonesia penyakit ini bersifat endemik. Telaah kasus di

rumah sakit besar di Indonesia kasus Demam Typhoid menunjukan

kecenderunganmeningkat dari tahun ke tahun. ( Sudoyo, 2006 )

Kasus tertinggi Demam typhoid adalah di Kota Semarang yaitu

sebesar 4.973 kasus (48,33%) dibanding dengan jumlah keseluruhan

kasus demam typoid di kabupaten atau kota lain di Jawa Tengah.

Dibandingkan jumlah kasus keseluruhan PTM lain di Kota Semarang

sebesar 3,19%. Sedangkan kasus tertinggi kedua adalah Kabupaten

Sukoharjo yaitu 3.164 kasus (14,25%) dan apabila dibandingkan dengan

jumlah keseluruhan PTM lain di Kabupaten Sukoharjo adalah sebesar

10,99%. Kasus ini paling sedikitdijumpai di Kabupaten Semarang yaitu 4

kasus (0,01%).

Rata-rata kasus Demam typhoid di Jawa Tengah adalah 635,60

kasus. ( Dinkes Jateng, 2011)

Sedangkan kasus Demam Typhoid di RS PKU Muhammadiyah

Surakarta periode 1 januari 2011 sampai dengan 30 april 2012 sejumlah

1.007 kasus. Dalam periode ini kasus demam typhoid di RS PKU

MuhammadiyahSurakarta masuk sepuluh besar dalam tindakan medis.


Masalah yang timbul pada pasien demam typhoid yaitu

kemungkinan pada usus halus anatara lain, perdarahan usus, perforasi

usus. Prioritas pada luar usus antara lain, bronkopnemonia, typhoid

ensefalopati, miningitis. Komplikasi yang berat dapat menyebabkan

kematian pada penderita demam typhoid.

2. Anatomi fisiologi sistem

Menurut (Sodikin, 2011), anatomi pada pasien typhoid yaitu terjadi melalui

sistem pencernaan manusia, seperti pada gambar yang terlampir. Sistem

pencernaan manusia terdiri dari :

1. Mulut

Mulut adalah bagian pertama dari sistem pencernaan manusia, dinding

kavum oris memiliki struktur untuk fungsi mastikasi (pengunyahan), dimana

makanan akan dipotong-potong, atau dihancurkan oleh gigi.

2. Lidah

Lidah manusia tersusun atas otot yang pada bagian atas dan sampingnya

dilapisi dengan mukosa, lidah pada neonates relative pendek dan lebar. Lidah

manusia berfungsi membolak-balikkan makanan sehingga makanan yang

dihancurkan lembut secara merata. Lidah juga berfungsi membantu menelan

makan.

3. Gigi

Gigi manusia memiliki ukuran yang berbeda-beda, disetiap gigi manusia

mempunyai bagian yaitu mahkota, yang terlihat diatas gusi, leher yang

ditutupi oleh gusi dan akar yang ditahan oleh soket tulang. Fungsi gigi untuk

mengunyah makanan.
4. Esofagus/kerongkongan

Esofagus merupakan tuba otot dengan ukuran 8-10 cm dari kartilago krikoid

sampai bagian kardia lambung. Panjangnya bertambah selama 3 tahun

setelah kelahiran, selanjutnya kecepatan pertumbuhan lebih lambat

mencapai panjang dewasa 23-30cm. Kerongkongan atau esofagus berfungsi

menyalurkan makanan dari mulut ke mulut ke lambung. Secara anatomis

didepan esofagus adalah trakea dan kelenjar tiroid, jantung, serta diafragma,

sedangkan dibagian belakangnya adalah kolumna vertebralis.

5. Lambung

Lambung berbentuk lebar dan merupakan bagian yang dapat berdilatasi dari

saluran cerna. Bentuk lambung bervariasi tergantung dari jumlah makanan

yang didalamnya, adanya gelombang peristaltik, tekanan dari organ lain, dan

postur tubuh. Posisi dan bentuk lambung juga sangat bervariasi, biasanya

memiliki bentuk “J”, dan terletak dikuadran kiri atasabdomen. Fungsi utama

lambung adalah menyiapkan makanan untuk dicerna di usus, memecah

makanan, penambahan cairan setengah cair dan meneruskannya ke

duodenum. Makanan disimpan didalam lambunglalu dicampur dengan asam,

mucus, dan pepsin, kemudian dilepaskan pada kecepatan terkontrol kedalam

duodenum. Secara mekanisme lambung juga mencerna makanan secara

kimiawi.

6. Usus kecil

Usus kecil terbagi menjadi duodenum, jejenum, dan ileum. Usus kecil memiliki panjang

sekitar 300-350cm saat lahir, mengalami peningkatan sekitar 50% selama tahun pertama

kehidupan, dan berukuran 6 meter saat dewasa. Duodeum merupakan bagian terpendek

dari usus kecilyaitu sekitar 7,5-10cm dengan diameter 1-1,5cm. Dinding usus terbagi

menjadi 4 lapisan diantarannya yaitu mukosa, sub mukosa, muskuler, dan serosa

(peritonel).
7. Pankreas

Pankreas merupakan suatu organ yang terdiri dari dua jaringan besar yaitu

asini yang menghasilkan enzim-enzim pencernaan dan pankreas yang

menghasilkan hormon. Pankreas melepaskan enzim pencernaan kedalam

duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah.

Ada tiga hormon yang dihasilkan oleh pankreas yaitu :

a. Insulin, berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah

b. Glucagon, berfungsi menaikkan kadar gula dalam darah

c. Somatostatin, berfungsi menghalangi pelepasan keduan hormon

lainnya (insulin dan glucagon).

8. Kandung dan Saluran Empedu

Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, yang

selanjutnya bergabung membentuk duktus hepatikus umum. Saluran ini

bergabung dengan sebuah saluran yang berasal dari kandung empedu (duktus

sistikus) untuk membentuk saluran empedu umum, dan masuk kedalam

duodenum.

Ada dua fungsi penting dalam empedu diantarannya:

a. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dalam tubuh, terutama

hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan

kelebiihan kolesterol.

b. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak


9. Usus Besar

Usus besar terdiri dari :

a. Transversum

b. Kolon asendens (kanan)

c. Kolon desendens (kiri)

d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).

Apendiks (usus halus) merupakan suatu ronjolan kecil yang berbentuk seperti

tabung, yang terletak dikolon asendens dengan usus halus.

Usus besar menghasilkan lendir dan berfungsi menyerap air dan elektrolit dari

tinja. Ketika mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan ketika mencapai

rektum berbentuk padat. Banyaknya bakteri yang terdapat didalam usus besar

berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu menyerap zat-zat gizi.

Bakteri didalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting seperti

vitamin K.

10. Rektum dan Anus

Rektum merupakan sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar

(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rektum kosong karena

tinja disimpan ditempat yang lebih tinggi yaitu pada desendens. Jika kolon

desendens penuh maka tinja masuk kedalam rektum dantimbul keinginan

untuk buang air besar. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan

keinginan untuk buang air besar, tetapi bayi dan anak yang lebih muda

mengalami kekurangan pengendalian otot yang penting untuk menunda

buang air besar.

Anus merupakan lubang diujung saluran, dimana bahan limbah berhenti di

anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dariusus.

Suatu cincin berotot (Sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.
3. Pengertian

Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus, yang disebabkan

oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella

paratyphi C, paratifoid biasanya lebih ringan, dengan gambaran klinis sama. (

Widodo Djoko, 2009 )

4. Klasifikasi

Menurut WHO ada beberapa klasifikasi demam tifoid dengan perbedaan gejala

klinis diantaranya :

1). Demam tifoid akut non komplikasi, ditandai dengan adanya demam

berkepanjangan abnormalis, diare pada anak-anak, sakit kepala, malaise, dan

anoreksia.

2). Demam tifoid dengan komplikasi, kondisi penderita dapat berkembang menjadi

komplikasi parah, tergantung pengobatan serta keadaan klinisnya hingga 10%

pasien dapat mengalami komplikasi, seperti melena, perforasi usus, dan adanya

nyeri pada abdomen.

3). Keadaan karier, terjadi pada 1-5 % pasien tergantung usia dan ini bersifat kronis.

5. Etiologi

Demam Typhoid merupakan penyakit yang ditularkan melalui makanan dan

minuman yang tercemar oleh bakteri Salmonella typhosa. Seseorang yang sering

menderita penyakit demam typhoid menandakan bahwa ia mengonsumsi makanan

dan minuman yang terkontaminasi bakteri ini.


6. Patofisiologi

Bakteri Salmonella typhi akan masuk kedalam tubuh melalui oral bersama

degan makanan atau minuman yang terkontaminasi. Sebagian bakteri akan

dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung. Sebagian bakteri salmonella yang

lolos akan segera menuju ke usus halus tepatnya di ileum dan jejenum untuk

berkembang biak. Jika sistem imun humoral mukosa (IgA) tidak lagi baik dalam

merespon, maka bakteri akan menginvasi kedalam sel epitel usus halus (terutama

sel M) dan ke lamina propia. Di lamona propia bakteri akan difagositosis oleh

makrofag. Bakteri yang lolos dapat berkembang biak didalam makrofag dan masuk

ke sirkulasi darah (bakterimia I). bakterimia I dianggap sebagai masa inkubasi yang

dapat terjadi selama 7-14 hari, bakteri ini juga dapat menginvasi bagian usus yang

bernama plak payer. Setelah menginvasi plak payer, bakteri dapat melakukan

tranlokasi ke dalam folikel limfoid intestine dan aliran limfe mesenterika dan

beberapa bakteri melewati sistem retikuloendotial di hati dan limpa. Pada fase ini

bakteri juga melewati organ hati dan limpa. Di hati dan limpa, bakteri meninggalkan

makrofag yang selanjutnya berkembang biak di sinusoid hati. Setelah dari, bakteri

akan masuk ke sirkulasi darah untuk ke dua kalinya (bakterimia II).

Ketika bacteremia II, makrofag mengalami hiperaktivasi dan saat makrofag

memfagositosis bakteri, maka terjadi pelepasan mediator inflamasi salah satunya

dalam sitokin. Pelepasan sitokin ini yang menyebabkan demam, malaise, myalgia,

sakit kepala, dan gejalatoksimia. Plak payer dapat mengalami hyperplasia pada

minggu pertama dan dapat terus berlanjut hingga terjadi nekrosis di minggu kedua.

Lama kelamaan dapat timbul ulserasi yang pada akhirnya dapat terbentuknya ulkus

diminggu ketiga. Terbentuknya ulkus ini dapat menyebabkan perdarahan dan

perforasi. Hal ini meupakan salah satu komplikasi yang cukup berbahaya dari

demam tifoid (Levani & Prastya, 2020).


Makanan & Minuman tercemar
Salmonella thypi

Usus halus dan kolon Konstipasi


Mual muntah dan
diare

RES ; hati dan limpa


diare

Resiko
ketidakseimbangan
Bakteremia sekunder Pirogen endogen
cairan

Nausea
Hepatomegali Hipertermia

Perut membesar Intoleransi


dan merasa lemah aktifitas

Usus Perdarahan
dan perforasi

Nyeri akut

Resiko infeksi
7. Tanda dan gejala

Demam tifoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella enterica, terutama

serotype Salmonella Typhi. Masa inkubasi 7-21 hari, inkubasi terpendek 3 hari dan

terlama 60 hari, rata-rata masa inkubasi 14 hari dengan gejala klinis sangat bervariasi

dan tidak spesifik seperti demam, sakit kepala, abdomen terasa nyeri atau

ketidaknyamanan, perut membesar, erupsi kulit (Zainurakhma, 2021).

Pada munggu pertama gejala yang muncul yaitu demam, nyeri kepala, anoreksia,

mual, muntah, diare, konstipasi dan suhu badan meningkat (39 – 41o C), disertai denyut

jantung yang lambat dan kelelahan, epistaksis, konstipasi, diare. Setelah minggu kedua

gejala

makin jelas berupa demam remiten, lidah nampak kering dan dilapisi selaput tebal,

pembesaran hati dan limpa, perut kembung dan nyeri tekan pada abdomen bagian kanan

bawah, kemudian demam turun berangsur- angsur pada minggu ketiga.

Menurut Rahmat dkk (2019) manifestasi klinis demam tifoid pada anak tidak khas

dan sangat bervariasi, tetapi biasanya didapatkan trias tifoid, yaitu :

1). demam lebih dari 5 hari (demam enteric).

2). gangguan pada saluran cerna.

3). Diare atau konstipasi.

4). Hepatomegali atau slenomegali.

5). Dapat disertai atau tanpa adanya gangguan kesadaran

6). Serta bradikardia relatif

Umumnya perjalanan penyakit ini berlangsung dalam jangka waktu pendek dan

jarang menetap lebih dari 2 minggu.


8. Pemeriksaan Diagnostik

Beberapa pemeriksaan diagnostik yang perlu dilakukan dalam

menegakkan diagnosa demam tifoid, diantaranya :

1). Pemeriksaan leukosit : jumlah leukosit normal, leukopenia, leukositosis.

2). Anemia ringan, LED meningkat, SGOT, SGPT dan fosfat alkali

meningkat.

3). Minggu pertama biakan darah S. Typhi positif, dalam minggu

berikutnya menurun.

4). Biakan tinja positif dalam minggu kedua dan ketiga.

5). Kenaikan titer reaksi widal 4 kali lipat pada pemeriksaan ulang

memastikan diagnosis. Pada reaksi widal titer agglutinin O dan H

meningkat sejak minggu kedua. Titer reaksi widal di atas 1:200 diantanya

: pengobatan dini dengan antibiotic, gangguan pembentukanantibody dan

konsumsi kortikosteroid, waktu pengambilan, darah endemic, dan riwayat

vaksin (Zainurakhma, 2021).

9. Penatalaksaan

a. Medik

Adapun penatalaksanaan medis menurut (Jainurakhma, 2021).yaitu

pemberian terapi antimikroba antaranya :

1). Kloramfenikol 4 x 500 mg sehari poral atau iv (14-21 hari).

2). Tiamfenikol 4 x 500 mg sehari oral.

3). Kotrimoksazol 2 x 2 tablet sehari oral (1 tablet = sulfametoksazol 400mg

ditambah trimethoprim 80 mg) atau dosis yang sama iv, dilarutkan dalam 250

ml cairan infus.
4). Ampisilin 100 mg/kg BB sehari oral atau iv, dibagi dalam 3 atau 4 dosis.

5). Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sa,pai 7 hari bebas demam.

6). Floroquinolon dosis harian 15 mg/kg BB, dengan lama pemberian 5-7

hari.

7). Ceftiaxon dosis harian 75 mg/kg BB, dengan lama pemberian 10-14 hari.

Pemberian cephalosporins (cefixime, ceftriaxone) dan azithromycin

merupakan alternative pengobatan yang diberikan untuk mengurangi

kerentanan terhadap penggunaan ciprofloxacin.

8). Antipiretik seperlunya

9). Vitamin B kompleks dan vitamin C

b. Keperawatan

1). Tirah baring atau bed rest yang bertujuan untuk mengurangi resiko

terjadinya komplikasi (perdarahan usus atau perforasi usus) terhadap

penderita demam tifoid. Seluruh aktivitas pasien selama dirawat dilakukan

ditempat tidur.

2). Diit lunak rendah serat atau diit padat rendah selulosa (pantang sayur dan

buahan, dengan serat kasar), kecuali komplikasi pada intestinal. Dengan

pemberian diit ini, diharapkan terpenuhinya kebutuhan nutrisi dengan

mencegah kekambuhan pasien.

3). Kontrol suhu tubuh dengan melakukan kompres pada anak.

4). Mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas demam, melatih kekuatan otot dan

kemandirian pasien setelah demam hilang.

5). Memberikan promosi kesehatan bagi pasien dan keluarga, diantaranya

tentang diet sehat penderita demam tifoid,serta pencegahankekambuhan

bagi penderita demam tifoid.


6). Melatih pencegahan degan mengajarkan pentingnya cuci tangan dengan

sabun di air yang mengalir, terutama sebelum makan, setelah buang air

kecil dan buang air besar, menjaga kebersihan diri, menghindari jajan

makanan sembarangan, memasak air hingga

7). mendidh 1 menit sebelum dikonsumsi dan hindari makanan mentah(Zainurakhma,

2021).

10. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan yang

mencangkup pengumpulan data yang sistematis, verifikasi data, pengorganisasian

data, interprestasi data, dan melakukan dokumentasi data. Pengkajian adalah

pengumpulan data secara sistematis untuk menentukan status kesehatan pasien dan

mengidentifikasi masalah kesehatan actual atau potensial. Pengkajian juga

merupakan kumpulan informasi subjektif dan objektif pasien yang menjadi dasar

rencana perawatan. Keefektifan dari perencanaan keperawatan terhadap klien

tergantung kepada kelengkapandata pengkajian serta interprestasi yang akurat dari

informasi data yang diterima. Tindakan keperawatan yang salah dan keputusan yang

tidak tepat terhadap klien merupakan akibat dari pengkajian yang tidak lengkap serta

tidak akurat. (Siregar, 2021). Adapun langkah-langkah pada pengkajian adalah

sebagai berikut :

a. Identitas Klien

Meliputi nama, usia, berat badan, jenis kelamin, alamat rumahagama dan

nama orang tua.

b. Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit sekarang meliputi sejak kapan munculnya demam,

gejala lain yang menyertai peningkatan suhu tubuh seperti mual


muntah, nafsu makan menurun, nyeri otot dan abdomen dan lain-lain, apakah

anak menggigil, gelisah dan apa upaya yang harus di lakukan.

Riwayat penyakit dahulu yang perlu ditanyakan adalah riwayat penyakit

yang pernah di derita oleh anak maupun keluarga terutama orang tua. Apakah

dalam keluarga pernah memiliki riwayat penyakit keturunan atau pernah

menderita penyakit kronis sehingga harus dirawatdi rumah sakit.

Riwayat tumbuh kembang yaitu yang berhubungan denan pertumbuhan

serta perkembangan anak sesuai dengan kebutuhan anak sekarang yang

meliputi motoric kasar, motorik halus, perkembangan kognitif atau bahasa

serta kemandiran. Tanyakan kepada orang tua apakah anak mendapatkan

imunisasi lengkap sesuai dengan usia serta jadwal pemberian dan efek

samping dari pemberian imunisasi seperti panas, alergi dan sebagainya.

c. Pemeriksaan Fisik

1) Pola pengkajian

Pengkajian pola fungsi kesehatan menggunakan pola Gordon dimanapendekatan

dapat memungkinkan perawat untuk mengumpulkan data secara sistematis dengan

cara mengevaluasi pola fungsi kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada

masalah khusus. Model konsep dan tipologi pola kesehatan fungsional menurut

Gordon :

a) Pola persepsi manajemen kesehatan

Menggambarkan persepsi, pemeliharaan serta penanganan

kesehatan. Persepsi terhadap arti kesehatan dan penatalaksanaan

kesehatan, kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan tentang

praktek kesehatan.
b) Pola nutrisi metabolik

Menggambarkan nutrisi, balance cairan dan elektrolot, nafsu makan,

pola makan, diet, fluktasi BB dalam 6 bulan terakhir, adanya mual

muntah, masalah penyembuhan luka, dan makanan kesukaan.

c) Pola persepsi manajemen kesehatan

Menggambarkan persepsi, pemeliharaan serta penanganan

kesehatan. Persepsi terhadap arti kesehatan dan penatalaksanaan

kesehatan, kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan tentang

praktek kesehatan.

d) Pola nutrisi metabolik

Menggambarkan nutrisi, balance cairan dan elektrolot, nafsu makan,

pola makan, diet, fluktasi BB dalam 6 bulan terakhir, adanya mual

muntah, masalah penyembuhan luka, dan makanan kesukaan.

e) Pola eliminasi

Meliputi pola fungsi ekskresi, kandung kemih dan kulit, kebiasaan

serta masalah defekasi, masalah miksi, penggunaan kateter, frekuensi

defekasi dan miksi, karakteristik urin dan feses, pola input cairan,

infeksi saluran kemih, aspirasi berlebih dan lain-lain.

f) Pola latihan aktivitas

Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernapasan, dan

sirkulasi. Pentingnya latihan atau gerakan dalam keadaan sehat dan

sakit, kekuatan otot dan ROM, riwayat penyakit jantung, frekuensi,

irama, bunyi serta kedalaman napas.


g) Pola kognitif perseptual

Menjelaskan persepsi sensori kognitif. Yang meliputi pengkajian

fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau, dan

kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif didalamnya

meliputi kemampuan daya ingat klien terhadap peristiwa yang telah

lama terjadi ataupun baru terjadi serta kemampuan orientasi klien

terhadap waktu, tempat, dan nama orang atau benda. Tingkat

pendidikan, persepsi nyeri dan penanganan nyeri, kemampuan untuk

menilai nyeri dengan skala 0-10, adanya penggunaan alat bantu

dengar, melihat, kehilangan fungsi dan bagian tubuh, tingkat

kesadaran, orientasi klien, adanya gangguan penglihatan,

pendengaran, persepsi sensori, penciuman dan lain-lain.

h) Pola istirahat dan tidur

Menggambarkan pola tidur, istirahat dan persepsi tentangenergy.

Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah tidur.

i) Pola konsep diri persepsi diri

Menggambarkan sikap persepsi tentang kemampuan dan sikap

tentang diri sendiri. Kemampuan konsep diri antaranya gambaran

diri, harga diri, peran, identitas dan ide diri sendiri.

j) Pola peran hubungan

Menggambarkan dan mengetahui hubungan peran anak terhadap

anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien.

k) Pola reroduksi seksual

Menggambarkan riwayat penyakit, dan pemeriksaan genital.


l) Pola koping stress

Menggambarkan kemampuan untuk mengalami stress dan

penggunaan sistem pendukung. Penggunaan obat untukmenangani

stress, interaksi dengan orang terdekat, menangis, kontak mata,

metode koping, efek penyakit terhadap tingkat stress.

11. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi sehingga meningkatnya suhu

tubuh

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia mual.

12. Perencanaan keperawatan

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI SIKI

1. Hipertemi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia

infeksi sehingga meningkatnya keperawatan selama 3x24 - observasi

suhu tubuh jam di harapkan, kriteria a. Identifikasi penyebab

hasil : hipertermia

a. Suhu tubuh membaik b. Monitor suhu tubuh

atau kembali normal c. Monitor kadar elektrolit

b. Badan tidak teraba dalam tubuh

panas d. Monitor komplikasi

c. Tidak kekurangan - Edukasi

cairan dalam tubuh a. Anjurkan tirah baring

b. Kurangi aktivitas fisik

- Kolabosi
a. Pemberian cairan elektrolit

2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan

nutrisi kurang dari keperawatan di harapkan, - Observasi

kebutuhan tubuh kriteria hasil : a. monitor status hidrasi

berhubungan dengan a. asupan cairan meningkat b. monitor berat badan harian

anoreksia mual. b. tanda tanda vital membaik c. monitor berat badan

c. berat badan kembali sebelum dan sesudah dialisis

normal d. monitor hasil pemeriksaan

d. nafsu makan kembali laboratorium

normal - edukasi

a. anjurkan pasien tetap

makan walau hanya sedikit

b. anjurkan pasien makan,

makanan yang bergizi tinggi

- kolaborasi

a. kolaborasi pemberian

diuretik, jika perlu


ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TYPOID
PADA NY “ S “ DI RUANGAN IBIS
RS BHAYANGKARA
MAKASSAR

RAHMAT SAPII
4123012

Ci lahan Ci Institusi

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2024
1. PENGKAJIAN

2. Identifikasi pasien

Nama : Ny. S

Umur : 60 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Agama : Islam

Alamat : Jl Rappocini raya lr.2

No. Medical Record 457695


Tanggal masuk Rs : 10 Januari 2024

Tanggal pengkajian : 11 Januari 2024

Diagnosa Keperawatan : Demam Thypoid

3. Identifikasi penanggung jawab

Nama : Tn.I

Umur : 37 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Pendidikan : SMA
Pekerjaan : wiraswasta

Hubungan dengan pasien : anak

Agama : islam

Alamat : Jl Rappocini raya lr.2


2. RIWAYAT KEPERAWATAN

a. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN

- Keluhan utama

1. Pasien mengatakan sudah mengalami panas dingin sudah 5 hari, mual muntah dan sakit badan

serta susah tidur dan nafsu makan berkurang

2. karakteristiknya

3. waktunya : pasien mengatakan waktunya panas pada malam hari, dan pada siang hari suhu

badannya kembali normal

- Riwayat penyakit sekarang

1. Kronologi penyakit saat ini : Pada saat pengkajian pada tanggal 12 januari 2024, pasien

mengatakan panas, dingin, mual muntah, susah tidur, nafsu makan berkurang, badan terasa sakit

TD: 110/70

S :36

P : 20x/m

N : 70x/m

2. Pengaruh penyakit : Pasien mengatakan sangat khawatir terhadap penyakitnya sekarang

3. Bagaimana sifat gejala : Pasien mengatakan penyakitnya sering hilang timbul

4. lokalisasi gejala : pada seluruh badan

5. bagaimana berat ringannya : pasien mengatakan sedang


6. lamanya keluhan berlangsung : pasien mengatakan dari sebelum masuk RS badannya tetap panas

dingin

7. upaya yang dilakukan : pasien mengatakan tidak ada upaya yang dilakukan selain dibawah ke

RS

8. harapan pasien terhadap pelayanan kesehatan : pasien mengatakan dengan berobat di RS dapat

membuatnya kembali pulih dan sehat

- riwayat penyakit masa lalu

1. penyakit masa anak-anak : pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit ini sebelumnya

2. alergi : pasien mengatkan tidak ada alergi

3. pengalaman sakit/dirawat sebelumnya : pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah di rawat

4. pengobatan terakhir : pasien mengatakan tidak pernah

b. RIWAYAT PENYAKIT KELURGA

genogram

G1

GII

60 Thn
GIII
Ket :

GI : Kakek dan nenek pasien dari ayah serta ibu pasien yang keduanya sudah meninggal

GII : Ayah pasien adalah anak pertama dari tiga bersaudara,ibu pasien adalah

anak pertama dari tiga bersaudara

GIII : Pasien adalah anak pertama dari tiga bersaudara

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

1. dengan siapa pasien tinggal : pasien mengatakan tinggal bersama keluarga inti

2. apakah ada anggota keluarga menderita penyakit yang sama : pasien mengatakan tidak ada

3. apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular : pasien mengatakan tidak

ada

4. bagaiamana efek yang terjadi pada keluarga bila salah satu anggota keluarga sakit : pasien

mengatakan merasakan sedih dan takut

c. PENGKAJIAN FUNGSI GORDON

1. merokok ? alkohol ? Pasien mengatakaan tidak merokok atau mengonsumsi alkohol

2. pemeriksaan kesehatan rutin ? Pasien mengatakan tidak melakukannya

3. pendapat pasien tentang kesehatan pada saat ini ? pasien mengatakan sangat cemas dengan

kesehatannya sekarang
4. persepsi pasien tentang tingkat sembuhnya ? pasien berharap cepat sembuh dan bisa

melakukan aktivikas kembali

pola aktivitas dan latihan

1. rutinitas mandi : pasien mengatakan setelah sakit sudah tidak pernah mandi
2. kebersihan hari-hari : baik

3. aktivitas sehari-hari : pasien mengatakan aktivitas selama di rumah sakit hanya berbaring

dan main handphone

4. kemampuan perawatan diri

Aktivitas 0 1 2 3 4

Mandi 

Berpakaian/berdandan 

Mobilisasi di tempat 

Tidur 

Pindah 

Ambulasi 

Makan dan minum 

Ket :

0 : mandiri

1 : dibantu sebagian

2 : perlu dibantu orang lain

3 : perlu dibantu orang lain dan alat

4 : tergantung atau tidak ammpu


pola istirahat dan tidur

1. pola istirahat dan tidur : pasien mengatakan tidak bisa tidur, karna panas

2. Waktu tidur, lama tidur, kualitas? : Pasien mengatakan hanya bisa tidur 3-4 jam itupun

3. Insomnia, somnambulisme? Pasien mengatakan tidak bisa tidur, pasien mengatakantidak


ada somnabulisem

Pola nutrisi metabolik

1. apa yang dimakan ? pasien mengatakan sering makanan yang disediakan oleh RS

2. bagaimana pola pemenuhan nutrisi klien ? : pasien mengatakan tidak mengetahui

3. adakah suplemen yang dikonsumsi ? : pasien mengatakan tidak ada

4. jumlah makan minum yang masuk ? : pasien mengatakan tidak mengetahui

5. adakah nyeri telan? : pasien mengatakan tidak merasakan nyeri

6. frekuensi BB 6 bulan terakhir naik/turun ? : pasien mengatakan tidak mengetahui

7. diet khusus atau makanan pantangan, nafsu makan, mual muntah, kesulitan menelan : pasien

mengatkan semenjak sakit nafsu makanan menurun, sering mual muntah dan tidak nyeri pada

saat menelan

Pola eliminasi

1. kebiasaan BAB : pasien mengatakan BAB normal

2. kebiasaan BAK : pasien mengatakan normal

Pola kognitif dan perceptual

1. nyeri : pasien mengatakan tidak merasakan nyeri

2. fungsi panca indra ?


 Penglihatan : Baik
 Pendengaran : pasien dapat mendengar dengan jelas
 Pengecapan : pasien mampu membedakan rasa asam,manis,dan pahit
 Penghirupan : pasien mampu mencium aroma terapi

3. kemampuan bicara : pasien mampu berbicara dengan jelas

4. kemampuan membaca : pasien mengatakan bisa membaca

Kemampuan konsep diri

1. bagimana pasien memandang dirinya : pasien mengatakan bahwa dia mengagumi dirinya

2. hal apa yang disukai mengenai dirinya : pasien mengatakan dia adalah seseorang yang ramah

dan itu sangat dia sukai pada dirinya sendiri

3. apakah pasien dapat mengidentifikasi kekuatan atau kelemahan yang ada pada dirinya :

pasien mengatakan tdak tau akan hal itu

4. hal apa yang dapat dilakukan oleh pasien secara baik : pasien mengatakan bahwa dia

berkomunikasi dengan orang lain dapat dilakukannya dengan sangat baik

Pola koping

1. masalah utama saat masuk RS ( keuangan dll ) : pasien dan kakak pasien mengatakan tidak
ada permasalahan tentang keuangan atau hal lainnya

2. kehilangan/perubahan yang terjadi sebelumnya : pasien mengatakan tidak ada


kehilangan dan perubahan yang terjadi sebelumnya
3. takut pada kekerasan : pasien mengatakan takut kepada kekerasan dalam bentuk atau apapun
4. pandangan tentang masa depan : pasien mengatakan sangat mengharapkan masa depan yang
baik
5. koping mekanisme yang digunakan saat terjadi masalah :
Pola seksual-reproduksi

1. masalah menstruasi : pasien mengatakan tidak ada maslah


2. papsmear terakhir : pasien mengatakan tidak pernah melalukan papsmear
3. perawatan payudara tiap hari :pasien mengatakan kadang melakukannya
4. apakah ada kesukaran dalam berhubungan seksual : pasien mengatakan tidak pernah
melakuaknnya karna belum menikah
5. apakah penyakit sekarang mengganggu fungsi seksual : pasien mengatakan tidak

Pola peran berhubungan

1. peran pasien dalam keluarga dan masyarakat : pasien mengatakan berperan sebagai
masyarakat biasa

2. apakah pasien punya teman dekat : pasien mengatkan mempunyai beberapa teman dekat

3. siapa yang dipercaya untuk membantu pasien jika ada kesulitan : pasien mengatakan bahwa
keluarganya yang selalu membantu

4. apakah klien takut dalam kegiatan masyarakat : pasien mengatakan tidak takut

Pola nilai kepercayaan

1. apakah pasien penganut suatu agama : pasien menganut agama islam

2. menurut agama pasien bagaimana hubungan manusia dengan penciptanya : menurut pasien
segala apa yang terjadi itu kehendak tuhan, termasuk sehat dan sakitnya seseorang

3. dalam keadaan sakit apakah pasien mengalami hambatan dalam ibadah : Pasien mengatakan
walaupun sedang sakit selalu beriktiar lahirbatin untuk kesembuhannya, pasien mengatakan
selama sakit jarang melakukan ibadah
3. PEMERIKSAAN FISIK

A. KEADAAN UMUM
1. Kesadaran :
2. Kondisi Secara Umum :
3. Tanda-Tanda Vital :
- Td : 110/70
-N : 70x/M
-R : 20x/M
-S 38
4. Pertumbuhan Fisik :
- Tb 158
- Bb 55
- Postur Tubuh : Tegak
5. Keadaan Kulit
- Warna : Putih
- Tekstur : Lembab
- Kelainan Kulit : Tidak Ada

B. Pemeriksaan Cepalo Kaudal


a. Kepala
Bentuk : bentuk kepala simetris
Keadaan Kulit : baik dan bersih
Pertmbuhan Rambut : baik
b. Mata
Kebersihan : baik
Penglihatan : baik
Pupil : baik
Refleks : refleks pupil terhadap cahaya baik
Sklera : tidak ada
Konjungtiva : nampak pucat
c. Telinga
Bentuk : simetris kanan dan kiri
Kebersihan : baik
Sekret : tidak ada
Fungsi : sangat baik
Nyeri Telinga : tidak ada

d. Hidung
Fungsi : baik
Polip : tidak ada
Sekret : tidak ada
Nyeri : tidak ada

e. Mulut
Kemampuan Bicara : sangat baik
Keadaan Bibir : kering
Selaput Mukosa : normal
Warna Lidah : merah muda
Gigi : letak rapi kondisi baik

f. Leher
Bentuk : normal
Gerakan : normal
Pembesaran thyroid : tidak ada
Kelenjar getah bening : tidak ada
Tonsil : normal
Jvp :-
Nyeri telan : tidak ada
g. Dada
 Inspeksi
Bentuk dada : tidak ada
Kelainan bentuk : tidak ada
Retraksi otot dada : normal
Pergerakan selama pernafasan :
Jenis pernafasan :
 Auskultasi
suara pernafasan : normal
bunyi jantung : normal
suara abnormal : tidak ada
 Perkusi
Batas jantung :
Paru : kiri dan kanan normal
 Palpasi
Simetris : normal
Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
Massa : tidak ada mmsa
Pernafasan : 70x/m

h. Abdomen
 Inspeksi
Simetris : simetris
Warna kulit : tidak ada massa
 Auskultasi : bising usus normal
 Perkusi
Udara : tidak ada
Cairan : tidak ada penumpukan cairan
Massa/tumor : tidak ada massa
 Palpasi
Ukuran organ : tidak ada pembesaran hepar dan lien
Massa : tidak ada massa

i. Genetalia, Anus, Rektum


 Inspeksi
Terpasang alat bantu : tidak terpasang alat bantu
Kelainan genetalia : tidak ada kelainan
j. Ekstermitas
 Atas
Kelangkapan : lengkap
Kelainan jari : normal
Tonus otot : normal
Kesimetrisan gerak : normal
Kekuatan otot : normal
Gerakan bahu : normal
Gerakan bahu : normal
Siku : normal
Pergelangan tangan : normal

Jari-jari :
 Bawah
Kelengkapan : lengkap
Edema perifer : tidak ada
Kekuatan otot : normal
Bentuk kaki : normal
Varises : tidak ada
Gerakan otot : normal
Gerakan panggul : normal
Lutut : normal
Pergelangan kaki : normal
Jari-jari : normal
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


7.43 10^3/uL 4.00-10.00
- WBC
3.57 10^6/uL 4.00-5.50
- RBC
10.2 g/dL 11.0-16.00
- HGB
30.4 37,0-54,0
- HCT %
151 10^3/uL 150-400
- PLT

5. TERAPI YANG DIBERIKAN

No Hari/Tgl Nama Obat Dosis Cara Manfaat


Pemberian
1. kamis - Cairan RL 60 tetes/menit IV -Untuk mengantikan cairan
11-1- yang hilang di dalam tubuh
2024

- Anbacim inj 5ml IV -Mengobati segala infeksi


bakteri
- paracetamol tab 3x1 Oral -untuk mengurangi demam

- ranitidine inj 3ml IV - Untuk mengurangi mual


2. jumat -Anbacim inj 5ml IV - Mengobati segala infeksi
12-1- bakteri
2024 - paracetamol tab 3x1 Oral - untuk mengurangi demam

- ranitidine inj 3ml IV - Untuk mengurangi mual


DATA FOKUS

NAMA : Ny S
USIA : 60 tahun
RUANGAN : IBIS

NO. RM : 457695

DATA OBJEKTIF DATA SUBJEKTIF


- Pasien nampak pucat - pasien mengatakan sudah 5 hari
- pasien nampak lemas panas dingin
- pasien mual muntah - pasien mengatakan susah tidur
- pasien mengatakan nafsu makan
berkurang
ANALISA DATA
Nama : Ny S
Usia : 60 Tahun
Ruangan : IBIS
No. Rm 457695

No Data Etiologi Masalah Keperawatan


1. DS Bakteri salmonella Hipertermia berhubungan
-Pasien mengatakan panas dingin thipy dengan infeksi sehingga
Selama 5 hari meningkatnya suhu tubuh
DO Mengeluarkan
- Bibir nampak kering endotoksin
- Suhu tubuh 38,5
- Nadi 115x/m Merangsang sitesis
dan pelepasan zat
pirogen oleh leukosit

demam

2. DS Disfungsi usus Ketidakseimbangan


- Pasien mengatakan nafsu makan
nutrisi kurang dari
berkurang Anoreksia
- Sering mual kebutuhan tubuh

- pasien mengatakan, dia merasakan Kekurangan cairan berhubungan dengan


lemas
anoreksia mual.
DO
- konjungtiva pucat
- muntah
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. hipertemia berhubungan dengan infeksi sehingga meningkatnya suhu tubuh

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia mual.
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama : Ny Febriyani
Usia : 28 Tahun
Ruangan : Kolibri
No. rm 329238

No Diagnosa Rencana Keperawatan Rasional


1. Hipertermia Observasi - mengetahui dan memonitor ttv
berhubungan - monitor ttv pasien
dengan infeksi - berikan cairan oral - menyimbangkan kebutuhan
sehingga - lakukan pendinginan cairan klien
meningkatnya suhu eksternal ( kompres ) - menurunkan suhu dengan
tubuh - anjurkan tirah baring tehnik non farmakologis
- kolaborasi pemberian - meminimalisir kegiatan pasien
cairan dan elektrolit - menurunkan suhu tubuh
dengan farmakologis

2. Ketidakseimbangan Observasi - untuk mengetahui kekurangan


nutrisi kurang dari - monitor status nutrisi nutrisi pasien
kebutuhan tubuh
berhubungan - monitor berat badan - membantu untuk
dengan anoreksia harian mengidentifikasi malnutrisi
mual pada pasien khususnya berat
badan kurang dari normal

- kaji penurunan nafsu - agar dapat dilakukan


makan intervensi dalam pemberian
makanan pada pasien
- jelaskan pentingnya - dengan pengetahuan yang
makanan dalam proses baik tentang nutrisi akan
penyembuhan memotivasi meningkatkan
pemenuhan nutrisi
IMPLEMETASI
Hari Pertama

Tanggal/jam Diagnosa Implementasi Evaluasi Ttd

12-1-2024 hipertemia - Memonitoring suhu tubuh S : Pasien mengatakan


- Kompres hangat dia merasa panas
berhubungan dengan
09.00 - Memonitoring pengeluaran O : Keadaan umum
infeksi sehingga
urine lemah, akral hangat
meningkatnya suhu - memberikan cairan oral (febris+), Td : 100/70,
- memberikan pasien cairan N :128x/m, S: 38,5, P:
tubuh
infus melalui intravena 22X/m
A : Permasalahan
Hipertermia
P : Lanjutkan intervensi

- monitoring suhu tubuh


- Kompres hangat
- Memonitoring
pengeluaran urine
- memberikan cairan
oral
- memberikan pasien
cairan infus melalui
intravena
15.00 Ketidakseimbangan - memonitor status nutrisi S: Pasien mengatakan
nutrisi kurang dari mual dan lemas
kebutuhan tubuh - memonitor berat badan O : Keadaan umum
berhubungan harian lemas dan pucat, Td:
dengan anoreksia 110/70, N :70x/m, S
mual. :38,5 R:20x/m
- mengkaji penurunan nafsu A : Mual muntah
makan P : Lanjutkan intervensi
- memonitor status
- menjelaskan pentingnya nutrisi
makanan dalam proses - memonitor berat badan
penyembuhan harian
-mengkaji penurunan
nafsu makan
Hari kedua

Tanggal/jam Diagnosa Implementasi Evaluasi Ttd


13-1-2024 hipertemia berhubungan - Memonitoring suhu S : Pasien
tubuh mengatakan dia
dengan infeksi sehingga
09.00 - Kompres hangat merasa panas,
meningkatnya suhu tubuh
- Memonitoring lemas dan merasa
pengeluaran urine mual
- memberikan cairan O : Keadaan umum
oral lemah, akral hangat
- memberikan pasien (febris+), Td :
cairan infus melalui 110/80, N :120x/m,
intravena S: 36, P: 22X/m
A : Permasalahan
Hipertermia
P : Lanjutkan
intervensi
- monitoring suhu
tubuh
- Kompres hangat
- Memonitoring
pengeluaran urine
- memberikan
cairan oral
- memberikan
pasien cairan infus
melalui intravena

15.00 Ketidakseimbangan nutrisi - memonitor status S: Pasien


kurang dari kebutuhan nutrisi mengatakan mual
tubuh berhubungan dengan - memonitor berat berkurang dan
anoreksia mual. badan harian lemas
- mengkaji penurunan O : Keadaan umum
nafsu makan lemas dan pucat,
- menjelaskan Td: 110/70, N
pentingnya makanan :100x/m, S :36,
dalam proses R:20x/m
penyembuhan A : Mual muntah
P : Lanjutkan
intervensi
- memonitor status
nutrisi
- memonitor berat
badan harian
-mengkaji
penurunan nafsu
makan
Hari ketiga

Tanggal/jam Diagnosa Implementasi Evaluasi Ttd


14-1-2024 hipertemia - memotoring suhu S: pasien mengatakan
tubuh badan sudah tidak
berhubungan dengan
09.00 panas
infeksi sehingga
O : Keadaan umum
meningkatnya suhu sudah membaik
A : Masalah teratasi
tubuh
P : Hentikan intervensi

15.00 Ketidakseimbangan memonitor status S: Pasien mengatakan


nutrisi kurang dari nutrisi sudah tidak mual dan
kebutuhan tubuh sudah mulai makan
berhubungan - memonitor berat O : Keadaan umum
dengan anoreksia badan harian membaik
mual. A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai