PENDAHULUAN
1
Menurut Ari F. Syam (2005) dalam penelitiannya di RSCM Jakarta
menyebutkan bahwa kebanyakan penderita perdarahan saluran makan bahagian
atas disebabkan oleh varises esophagus sekitar (33,5 %). Tingginya angka
penderita varises esophagus dikarenakan adanya hubungan antara varises
esophagus dengan munculnya penyakit sirosis hati di Indonesia.3
Berdasarkan hasil penelitian di Jakarta didapati bahwa jumlah kematian
akibat perdarahan saluran makan bagian atas berkisar 26%. Insiden perdarahan
SMBA dua kali lebih sering pada pria dari pada wanita dalam seluruh
tingkatan usia; tetapi jumlah angka kematian tetap sama pada kedua jenis
kelamin. Angka kematian meningkat pada usia yang lebih tua (>60 tahun) pada
pria dan wanita.2,4
1.2 Tujuan
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mulut
1. Mulut adalah permulaan saluran pencernaan. Fungsi rongga mulut:
Mengerjakan pencernaan pertama dengan jalan mengunyah
Untuk berbicara
Bila perlu, digunakan untuk bernafas.
3
Mengandung otot-otot yang diperlukan dalam proses mengunyah dan
bicara, disebelah luar pipi dan bibir diselimuti oleh kulit dan disebelah
dalam diselimuti oleh selaput lendir (mukosa).
3. Gigi
Terdapat 2 kelompok yaitu gigi sementara atau gigi susu mulai
tumbuh pada umur 6-7 bulan dan lengkap pada umur 2 ½ tahun
jumlahnya 20 buah dan gigi tetap (permanen) tumbuh pada umur 6-
18 tahun jumlahnya 32 buah.
Fungsi gigi: gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring untuk
memutuskan makanan yang keras dan liat dan gigi geraham untuk
mengunyah makanan yang sudah dipotong-potong.
4. Lidah
Fungsi Lidah:
Untuk membersihkan gigi serta rongga mulut antara pipi dan gigi
Mencampur makanan dengan ludah
Untuk berbicara
Untuk mengecap manis, asin dan pahit
Untuk merasakan dingin dan panas. Bagian lidah yang berperan
dalam mengecap rasa makanan adalah papilla. Papilla ini merupakan
bentukan dari saraf-saraf sensorik (penerima rangsang).6
5. Kelenjar ludah
Kelenjar parotis, terletak disebelah bawah dengan daun telinga
diantara otot pengunyah dengan kulit pipi. Cairan ludah hasil
sekresinya dikeluarkan melalui duktus stesen kedalam rongga mulut
melalui satu lubang dihadapannya gigi molar kedua atas. Saliva yang
disekresikan sebanyak 25-35 %.
Kelenjar Sublinguinalis, terletak dibawah lidah salurannya menuju
lantai rongga mulut. Saliva yang disekresikan sebanyak 3-5 %
Kelenjar Submandibularis, terletak lebih belakang dan kesamping
dari kelenjar sublinguinalis. Saluran menuju kelantai rongga mulut
4
belakang gigi seri pertama. Saliva yang disekresikan sebanyak 60-70
%.
6. Ada 2 jenis pencernaan didalam rongga mulut:
Pencernaan mekanik
Pencernaan kimiawi
B. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam
lengkung faring terdapat tonsil yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,
didepan ruas tulang belakang.7
C .Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan atau esofagus adalah tabung (tube) berotot pada
vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke
dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltik. Sering jugadisebut esofagus(dari
bahasa Yunani: οiσω, oeso – “membawa”, dan έφαγον, phagus –
“memakan”). Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang
belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian :
Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
Berta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
D. Gaster (lambung)
5
Lambung terletak pada epigastrium dan terdiri dari mukosa,
submukosa, lapisan otot yang tebal, dan serosa. Mukosa ventriculus
berlipat-lipat atau rugae. Secara anatomis ventriculus terbagi atas
kardiaka, fundus, korpus, dan pilorus. Sphincter cardia mengalirkan
makanan masuk ke dalam ventriculus dan mencegah refluks isi
ventrikulus memasuki oesophagus kembali. Di bagian pilorus ada
sphincter piloricum. Saat sphincter ini berrelaksasi makanan masuk ke
dalam duodenum, dan ketika berkontraksi sphincter ini mencegah
terjadinya aliran balik isi duodenum (bagian usus halus) ke dalam
ventriculus.8
Lapisan epitel mukosa lambung terdiri dari sel mukus tanpa sel
goblet. Kelenjar bervariasi strukturnya sesuai dengan bagiannya.
Pada bagian cardiac kelenjar terutama adalah sel mukus. Pada bagian
fundus dan corpus kelenjar mengandung sel parietal yang
mensekresi HCl dan faktor intrinsik, dan chief cell mensekresi
pepsinogen. Bagian pilorus mengandung sel G yang mensekresi
gastrin.
Mukosa lambung dilindungi oleh berbagai mekanisme dari efek
erosif asam lambung. Sel mukosa memiliki permukaan apikal
spesifik yang mampu menahan difusi asam ke dalam sel. Mukus dan
HCO3 dapat menetralkan asam di daerah dekat permukaan sel.
Prostaglandin E yang dibentuk dan disekresi oleh mukosa lambung
melindungi lambung dan duodenum dengan merangsang
peningkatan sekresi bikarbonat, mukus lambung, aliran darah
mukosa, dan kecepatan regenarasi sel mukosa. Aliran darah mukosa
yang bagus, iskemia dapat mengurangi ketahanan mukosa.9
Fungsi utama lambung adalah sebagai tempat penampungan
makanan, menyediakan makanan ke duodenum dengan jumlah
sedikit secara teratur. Cairan asam lambung mengandung enzim
pepsin yang memecah protein menjadi pepton dan protease. Asam
lambung juga bersifat antibakteri.10
6
Gambar 2.2 Anatomi lambung
E. Usus halus
Usus halus adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak
di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan
otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M
Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar ). Usus halus terdiri
dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong
(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
F. Usus dua belas jari (Duodenum)
7
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus
halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus
kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di
ligamentum Treitz.Usus dua belas jari merupakan organ
retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat
sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari
pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa
Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari. Lambung
melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam
duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna
oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada
lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.11
8
Gambar 2.3 Aliran darah
a. Esofagus
Suplai arteri bagian abdominal oeshophagus berasal dari
arterial gastrica sinistra, suatu cabang truncus coeliacus, dan
arteria phrenica sinistra. Drainase vena dari vena submukosa
bagian oeshopagus tersebut ke sistem vena porta melalui vena
gastrica sinistra dan ke dalam sistem vena sistemik melalui vena
oeshopagealis dan memasuki vena azygos.
b. Lambung
Lambung memiliki banyak suplai arterial yang berasal dari
truncus coeliacus dan percabangannya. Sebagian besar darah
disuplai oleh anastomosis yang terbentuk sepanjang curvatura
minor oleh arteria gastrica dextra dan sinistra, dan sepanjang
curvatura major oleh arterial gastro-omentalis dextra dan
sinistra. Fundus dan tubuh atas menerima darah dari arteria
gastrica brevis dan posterior.
Vena gastrica sejajar dengan arteri pada posisi dan
perjalanannya. Vena gastrica dextra dan sinistra bermuara
kedalam vena porta; vena gaatrica brevis dan vena gastro-
omentalis sinistra bermuar ke dalam vena lienalis, yang
9
menyatukan vena mesenterica superior (SMV) untuk
membentuk vena porta. Vena gastro-omentalis dextra bermuara
ke dalam SMV. Vena prepylorik naik pada pylorus ke vana
gastrica dextra. Karena vena tersebut jelas pada orang yang
hidup.
Pembuluh darah gastrica menyertai arteri sepanjang
curvatura major dan minor. Pembuluh darah tersebut
mendrainase limf dari permukaan anterior dan posteriornya ke
arah kurvaturanya; di tempat ini terletak nodi lymphatici gastrici
dan gastro-omentales. Pembuluh eferen dari nodus nodus
tersebutmenyertai arteri besar ke nodi lymphatici coeliaci.
c. Duodenum
Arteria duodenum berasal dari truncus coeliacus dan
arteria mesenterica superior. Truncuc coeliacus, melalui arteria
gastroduodenalis dan cabangnya, arteria pancreaticoduodenalis,
10
yang memperdarahi duodenum di sebelah proksimal tempat
masuknya ductus biliaris ke dalam bagian desendens duodenum.
Arteria mesenterika superior, melalui cabangnya, arteria
pancreaticoduodenalis inferior, memperdarahi duodenum di
sebelah distal tempat masuknya ductus biliaris. Arteria
pancreaticoduodenalis terletak pada lengkeng di antara duodenum
dan caput pancreatis serta memperdarahi kedua structur tersebut.
Anastomosis arteria pancreaticoduodenalis superior dan inferior,
yang terjadi kira-kira setinggi tempat masuknya ductus biliaris
terbentuk di antara arteria coeliacus dan mesenterica superior.
Suatu transisi penting pada suplai darah saluran pencernaan
terjadi di sini; di proksimal, orad (ke arah mulut) yang
memanjang ke dan meliputi bagian abdominal oeshopagus, darah
di suplai ke saluran pencernaan oleh truncus coeliacus; di sebelah
distal aborad (menjauh dari mulut) yang memanjang ke flexura
coli sinistra, darah di suplai oleh vena mesenterica anterior.
Vena vena di abdomen mengikuti arteri dan bermuara ke
dalam vena porta, beberapa secara langsung dan yang lain tidak
langsung, melalui vena lienalis dan mesenterica superior.11
2.3 Definisi
Perdarahan saluran makan bagian atas ( PSMBA ) adalah
perdarahan saluran makanan proksimal dari ligamentum Treitz.
Yang termasuk organ-organ saluran cerna di proximal Ligamentum
Trietz adalah esofagus, lambung (gaster), duodenum dan sepertiga
proximal dari jejunum.12
2.4 Etiologi
Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas ( PSMBA )
adalah pecahnya varises esofagus, gastritis erosif, tukak peptik,
gastropati kongestif, sindroma Mallory-Weiss dan keganasan.12
11
a. Pecahnya varises esophagus
Esophagus bagian bawah merupakan saluran kolateral
penting yang timbul akibat sirosis dan hipertensi portal. Vena
esophagus daerah leher mengalirkan darah ke vena azigos dan
hemiazigos dan dibawah diafragma vena esophagus masuk
kedalam vena gastrika sinistra. Hubungan angara vena porta dan
vena sistemik memungkinkan pintas dari hati pada kasus
hipertensi porta. Aliran kolateral melalui vena esophagus
menyebabkan terbentuk varises esophagus (vena varikosa
esophagus). Vena yang melebar ini dapat pecah, menyebabkan
perdarahan bersifat fatal.
b. Perdarahan tukak peptik (ulkus peptikum)
Perdarahan merupakan penyulit ulkus peptikum yang
paling sering terjadi, sedikitnya ditemukan pada 15-25% kasus
selama perjalanan penyakit. Walaupun ulkus disetiap tempat
dapat mengalami perdarahan, namun tempat perdarahan tersering
adalah dinding posterior bulbus duodenum, karena ditemppat ini
dapat terjadi erosi arteri pankreatikoduodenalis atau arteri
gastroduodenalis.
c. Medication-Induced Ulcer
Berbagai macam pengobatan berperan penting dalam
perkembangan daripada penyakit peptic ulcer dan perdarahan
saluran cerna bahagian atas akut. Paling sering, aspirin dan
NSAIDs dapat menyebabkan erosi gastroduodenal atau ulcers,
khususnya pada pasien lanjut usia.13
d. Esofagitis
Esofagitis yang dapat menyebabkan perdarahan ialah
esofagitis refluks kronis. Esofagitis refluks kronis merupakan
bentuk esofagitis yang paling sering ditemukan secara klinis.
Gangguan ini disebabkan oleh sfingter esophagus bagian bawah
yang bekerja dengan kurang baik dan refluks asam lambung atau
12
getah alkali usus ke dalam esophagus yang berlangsung dalam
waku yang lama. Sekuele yang terjadi akibat refluks adalah
peradangan, perdarahan, dan pembentukan jaringan parut dan
striktur.
e. Sindroma Mallory-Weiss
Hematemesis atau melena yang secara khas mengikuti
muntah muntah berat yang berlangsung beberapa jam atau hari,
dapat ditemukan satu atau beberapa laserasi mukosa lambung
mirip celah, terletak memanjang di atau sedikit dibawah
esofagogastrikum junction.
f. Keganasan
g. Angiodisplasia
13
2.5 Faktor Resiko
1. Usia
Perdarahan SCBA sering terjadi pada orang dewasa dan risiko
meningkat pada usia >60 tahun. Penelitian pada tahun 2001-2005
dengan studi retrospektif di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
terhadap 837 pasien yang memenuhi kriteria perdarahan SCBA
menunjukkan rata-rata usia pasien laki-laki adalah 52,7 ± 15,82 tahun
dan rata-rata usia pasien wanita adalah 54,46 ± 17,6.26 Usia ≥ 70
tahun dianggap sebagai faktor risiko karena terjadi peningkatan
frekuensi pemakaian OAINS dan interaksi penyakit komorbid yang
menyebabkan terjadinya berbagai macam komplikasi.
2. Jenis Kelamin
14
menunjukkan adanya ulkus.Jenis-jenis OAINS yang sering dikonsumsi
adalah ibuprofen, naproxen, indomethacin, piroxicam, asam
mefenamat, diklofenak.
4. Penggunaan Antiplatelet
5. Merokok
6. Alkohol
7. Riwayat Gastritis
15
8. Diabetes mellitus (DM)
Beberapa penelitian menyatakan bahwa DM merupakan
penyakit komorbid yang sering ditemui dan menjadi faktor risiko
untuk terjadinya perdarahan. Namun, belum ada penelitian yang
menjelaskan mekanisme pasti yang terjadi pada perdarahan SCBA
yang disebabkan oleh diabetes mellitus.
9. Infeksi bakteriHelicobacter pylori
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif berbentuk
spiral yang hidup dibagian dalam lapisan mukosa yang melapisi
dinding lambung. Beberapa penelitian di Amerika Serikat
menunjukkan tingkat infeksi H.pylori <75% pada pasien ulkus
duodenum. Dari hasil penelitian di New York 61% dari ulkus
duodenum dan 63% dari ulkus gaster disebabkan oleh infeksi H.pylori.
10. Chronic Kidney Disease
Patogenesis perdarahan saluran cerna pada chronic kidney
disease masih belum jelas, diduga faktor yang berperan antara lain efek
uremia terhadap mukosa saluran cerna, disfungsi trombosit akibat
uremia, hipergastrinemia, penggunaan antiplatelet dan antikoagulan,
serta heparinisasi pada saat dialysis.
11. Hipertensi
Hipertensi menyebabkan disfungsi endotel sehingga mudah terkena
jejas. Selain itu hipertensi memperparah artherosklerosis karena plak
mudah melekat sehingga pada penderita hipertensi dianjurkan untuk
mengkonsumsi obat-obat antiplatelet.
12. Chronic Heart Failure
Penelitian yang ada mengatakan bahwa chronic heart failure
dapat meningkatkan faktor risiko perdarahan SCBA sebanyak 2 kali
lipat.2
2.6 Patogenesis
16
1. Sirosis Hati
Penyebab varises esofagus merupakan yang terbanyak di
Indonesia, disebabkan oleh penyakit sirosis hati. Sirosis hati di Indonesia
masih banyak disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B dan hepatitis C.
Varises esofagus adalah vena collateral yang berkembang sebagai hasil
dari hipertensi sistemik ataupun hipertensi segmental portal. Saat ini,
faktor-faktor terpenting yang bertanggung jawab atas terjadinya
perdarahan varises adalah: tekanan portal, ukuran varises, dinding varises
dan tegangannya, dan tingkat keparahan penyakit hati.
Pada gagal hepar seperti sirosis hepatis kronis, kematian sel dalam
hepar mengakibatkan peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya
terbentuk saluran kolateral dalam submukosa esophagus dan rektum serta
pada dinding abdomen anterior untuk mengalihkan darah dari sirkulasi
splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini,
maka vena tersebut menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh
darah dan timbul varises. Varises bisa pecah, mengakibatkan perdarahan
gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat mengakibatkan kehilangan darah
tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke jantung dan penurunan curah
jantung. Jika perdarahan menjadi berlebihan, maka akan mengakibatkan
penurunan perfusi jaringan.
Dalam berespon terhadap penurunan curah jantung, tubuh
melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba mempertahankan
perfusi. Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejala utama yang
terlihat. Jika volume darah tidak digantikan, penurunan perfusi jaringan
mengakibatkan disfungsi seluler. Sel-sel akan berubah menjadi
metabolisme anaerob dan terbentuk asam laktat. Penurunan aliran darah
akan mengakibatkan/ memberi efek pada seluruh sistem tubuh dan tanpa
suplai oksigen yang mencukupi sistem tersebut akan mengalami
kegagalan.5
2.Ulkus peptikum
17
Ulkus ini dikatakan berkaitan dengan pemakaian NSAID dan
infeksi H.Pylori. tukak peptik biasanya terdapat dilambung, duodenum,
esofagus dan divertikulum. Hebat tidaknya tergantung kaliber pembuluh
darah yang terkena.
3.Stress Gastritis
Stress gastritis/ulcera ini terjadi pada cedera kepala yang
menyebabkan tejanan intrakranial meningkat (ulkus cushsing) dan luka
bakar (ulkus curling) dan pasien dengan ventilator. Faktor presdiposisi
yang bisa mengganggu keseimbangan antara barrier mukosa protektif
lokal (mukus, bikarbonat. prostaglandin) dengan faktor agresif (asam
lambung, pepsin) akan menyebabkan erosi mukosa yang difus. Keadaan
ini dapat terjadi pada : renjatan, trauma multiple, ARDS, sepsis,.
Pencegahan dengan menjaga hemodinamik untuk memastikan aliran darah
mukosa dan HRA antagonis untuk mengurangi asam lambung.
18
Terkumpulnya darah dalam volume banyak dalam waktu singkat akan
menimbulkan refleks muntah sebelum komponen darah tersebut
bercampur dengan asam lambung (sehingga muntah darah segar). Hal ini
berbeda dengan perdarahan yang memberi kesempatan darah yang keluar
terpapar lengklap dengan asam lambung sehingga membentuk hematin
hitam. Perdarahan yang masif, terutama yang berasal dari duodenum,
kadang tidak terpapar asam lambung dan keluar peranum dalam bentuk
darah segar (hematochezia) atau merah hati (maroon stool).2
2.8 Diagnosis
Diagnosis perdarahan SCBA dibuat berdasarkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, inspeksi dengan pemasangan nasogastric tube (NGT),
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan endoskopi.
a) Anamnesa
Dalam anamnesis yang perlu ditekankan adalah:
- waktu terjadinya perdarahan,
- perkiraan darah yang keluar,
- riwayat perdarahan sebelumnya,
- riwayat perdarahan dalam keluarga,
- ada tidaknya perdarahan di bagian tubuh lain,
- penggunaan obat-obatan terutama anti inflamasi non
steroid,penggunaan obat antiplatelet,
- kebiasaan minum alkohol,
- kemungkinan adanya penyakit hati kronik, diabetes mellitus,
demam tifoid, gagal ginjal, hipertensi dan riwayat transfusi
sebelumnya
19
tekanan sistolik turun >10 mmHg menandakan telah banyak kehilangan
darah.
20
2.9 Terapi
1. Non-Endoskopi
- Kumbah lambung
Kumbah lambung lewat pipa nasogastrik dengan air suhu kamar.
Prosedur ini diharapkan mengurangi distensi lambung dan
memperbaiki proses hemostatik, namun demikian manfaatnya dalam
menghentikan perdarahan tidak terbukti. Kumbah lambung ini sangat
diperlukan untuk persiapan pemeriksaan endoskopi dan dapat dipakai
untuk membuat perkiraan kasar jumlah perdarahan.
- Pemberian vitamin-K
Pemberian vit-K pada pasien dengan penyakit hati kronis yang
mengalami PSMBA diperbolehkan, dengan pertimbangan pemberian
tersebut tidak merugikan dan relatif murah.
- Vasopressin
Vasopressin dapat menghentikan PSMBA lewat efek vasokonstriksi
pembuluh darah splanknik, menyebabkan aliran darah dan tekanan
vena porta menurun.
Terdapat dua bentuk sediaan, yakni pitresin yang mengandung
vasopressin murni dan preparat pituitary gland yang mengandung
vasopressin dan oxcytocin.
Pemberian vasopressin dilakukan dengan mengencerkan sediaan
vasopressin 50 unit dalam 100 ml dekstrose 5 %, diberikan 0,5 – 1
mg/menit/iv selama 20-60 menit dan dapat diulang tiap 3-6 jam, atau
setelah pemberian pertama dilanjutkan per infus 0,1-0,5 U/menit.
21
12-24 jam atau sampai perdarahan berhenti. Oktreotide dosis bolus 100
mcg/iv dilanjutkan per infus 25 mcg/jam selama 8-24 jam atau sampai
perdarahan berhenti.
2. Endoskopis
Ditujukan pada perdarahan tukak yang masih aktif atau tukak dengan
pembuluh darah yang tampak. Metode terapinya meliputi :
- Contact thermal (monopolar atau bipolar elektrokoagulasi, heater
probe).
- Noncontact thermal (laser).
- Nonthermal (misalnya : suntikan adrenalin, polidokanol, alkohol,
cyanoacrylate, atau pemakaian klip).
Keberhasilan terapi endoskopi dalam menghentikan perdarahan bisa
mencapai di atas 95% dan tanpa terapi tambahan lainnya perdarahan ulang
frekuensinya sekitar 15-20%.12
3. Terapi Radiologi
Terapi angiografi perlu dipertimbangkan bila perdarahan tetap
berlangsung dan belum bisa ditentukan asal perdarahan, atau bila terapi
endoskopi dinilai gagal dan pembedahan sangat beresiko. Tindakan
hemostasis yang bisa dilakukan dengan penyuntikan vasopressin atau
22
embolisasi arterial. Bila dinilai tidak ada kontraindikasi dan fasilitas
dimungkinkan, pada perdarahan varises dapat dipertimbangkan TIPS
(Transjugular Intrahepatic Portosystemic Shunt).12
4. Pembedahan
Pembedahan pada dasarnya dilakukan bila terapi medic, endoskopi
dan radiologi dinilai gagal. Ahli bedah seyogyanya dilibatkan sejak awal
dalam bentuk tim multidisipliner pada pengelolaan kasus perdarahan
PSBA untuk menentukan waktu yang tepat kapan tindakan bedah
sebaiknya dilakukan.12
2.10 Prognosis
Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis pemberita seperti Faktor
umur, kadar hemoglobi (Hb), tekanan darah selama perawatan, dan lain-lain.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa angka kematian penderita dengan
perdarahan saluran makan bagian atas dipengaruhi oleh faktor kadar hemoglobin
(Hb) waktu dirawat, terjadi / tidaknya perdarahan ulang, keadaan hati, seperti
ikterus dan encepalopathy.14
Prognosis cukup baik apabila dilakukan penangan yang tepat. Mengingat
tingginya angka kematian dan sukarnya dalam menanggulangi perdarahan saluran
makan bagian atas maka perlu dipertimbangkan tindakan yang bersifat preventif.
23
BAB III
LAPORAN KASUS
Anamnesa Pribadi
Umur : 64 Tahun
Agama : Islam
24
Pekerjan : Wiraswasta
Suku : Jawa
Anamnesa Penyakit
Os juga mengeluhkan sulit tidur dan nafsu makan yang menurun sehingga
berat badannya menurun dan merasa lemas.
RPK :(-)
Anamnesa Umum
- Merasa capek/lemas : ya
- Menggigil : tidak
25
- Nafsu makan : menurun
- Tidur : terganggu
- Malas : ya
- Demam : sesekali
- Pening : ya
Anamnesa Organ
1.Cor
2. Sirkulasi perifer
3. Tractus respiratorius
26
4. Tractus Digestivus
A. Lambung
- Sendawa : ya
- Anoreksia : ya
- Mual : ya
- Hematemesis : ya - Dysphagia : ya
B. Usus
- Flatulensi :tidak
- Obstipasi : ya ( sudah 7 hari)
- Haemorrhoid : tidak
27
- Kolik : tidak - Oedema : tidak
- Polakisuria : tidak
6. Sendi
7. Tulang
8. Otot
9. Darah
28
- Pembengkakan kelenjar : tidak - Penyakit darah : tidak
10.Endokrin
A. Pankreas
- Poliuri : tidak
B. Tiroid
C. Hipofisis
- Akromegali : tidak
-G/P/Ab :: 0/0/0
29
- Paralisis : tidak
- Penciuman : normosmia
14. Psikis
- Gelisah : ya
- Pekerjaan : Wiraswasta
- Hygiene : Baik
Anamnesa intoksikasi : -
Anamnesa makanan :
- Ikan: ya - Daging : ya
Anamnesa family :
30
- Penyakit-penyakit family : -
Status Praesens
Keadaan Umum :
Temperatur : 36,7 °C
Keadaan Penyakit
- Edem : tidak
Keadaan Gizi
BB :38 kg TB = 160 cm
31
=38/(160-100) x 100% = 63,3% Kesan : Underweight
Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
a. Muka
- Kuning : tidak
b. Mata
c. Telinga
d. Hidung
32
- Bentuk : normal
e. Bibir
f. Gigi
- Karies : ya - Jumlah :6
g. Lidah
h. Tonsil
- Beslag : tidak
2. Leher
Inspeksi
Palpasi
33
- Sakit/nyeri tekan : tidak - Kosta servikalis : tidak
3. Thorax depan
Inspeksi
Palpasi
- Fremissement : tidak
a. Lokalisasi : -
b. Kuat angkat: -
c. Melebar :-
d. Iktus negatif :-
Perkusi
o Relatif : ICR V
o Absolut : ICR VI
o Gerakan bebas : 2 cm
o Batas jantung :
34
Atas : ICR II parasternalis sinistra
Auskultasi
- Paru-paru
o Suara tambahan:
o Suara katup :
M1 > M2 A2 > A1
P2 > P1 A2 > P2
o Suara tambahan :
Gesek pericardial/pleurocardial :-
4. Thorax belakang
Inspeksi
35
Palpasi
- Fremissement : tidak
Perkusi
o Gerakan bebas : 2 cm
Auskultasi
36
5. Abdomen
37
Inspeksi
- Bengkak : tidak
- Venektasi/pembentukan vena : tidak
- Gembung : ya
- Sirkulasi kolateral : tidak
- Pulsasi : tidak
Palpasi
Perkusi
- Pekak hati : ya
- Pekak beralih : tidak
Auskultasi
6. Genitalia
- Luka : TDP - Nanah : TDP
7. Extremitas
a. Atas
38
- Tes Rumpelit : tidak | tidak
- Reflex :
Biceps : ++ | ++
Triceps : ++ | ++
b. Bawah
- Reflex :
KPR : ++ | ++
APR : ++ | ++
Struple : ++ | ++
Darah
Hb 6,5g/dl
Hitung Eritrosit 2,2 x106 /µL
Leukosit 7900µL
Hitung Jenis leukosit
Eosinofil 1%
Basofil 0%
N.Stab 0%
39
N.Seg 61%
Limfosit 29%
Monosit 13%
LED 19 mm/jam
Warna -
Reduksi -
Protein -
Bilirubin -
Urobilinogen -
Sedimen -
Eritrosit -
Leukosit -
Silinder -
Epitel -
Kejernihan -
pH -
Berat jenis -
Glukosa -
Nitrit -
8. Resume
Anamneses
40
Keluhan utama : Hematemesis
- Malaise (+)
- Nausea (+)
- Nyeri et regio epigastrium (+) dan hipochondrium
sinistra (-)
- Riwayat Melena (+)
- Insomnia (+)
- Anoreksia (+)
- BAB (-) sudah 7 hari
RPT : Osteoporosis
RPK :-
Status Present
41
Mentis Ikterus : tidak BB = 38 kg
Tekanan Darah : Sianosis : tidak RBW =
120/70mmHg Dyspnoe : tidak BB/(TB-100)
Nadi : 70 x/menit Edema : tidak x 100%
Nafas:22x/menit Eritema : tidak = 38/ (160-
Suhu : 36,7°C Turgor : baik 100) x 100%
Gerakan aktif : =63,3%
normal Kesan :
Sikap paksa : underweight
tidak
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Laboratorium
Urine
Darah
Hb 6,5g/dl
Hitung Eritrosit 2,2 x106 /µL
Leukosit 7900µL
Hitung Jenis
42
leukosit 1%
Eosinofil 0%
Basofil 0%
N.Stab 61%
N.Seg 29%
Limfosit 13%
Monosit 19 mm/jam
LED
Glukosa Darah 84 mg/dl
Sewaktu
Bilirubin Total 2.34 mg/dl
Bilirubin Direct 0,45 mg/dl
Alkali Phosfat 173 mg/dl
Ureum 56 mg/dl
Kreatinin 0,20 mg/dl
Asam Urat 9,0 mg/dl
Elektrolit
Natrium 139 meq/l
Kalium 4,2 meq/l
Chlorida 102 meq/l
Diagnosa Banding :
Diagnosa Sementara
43
Terapi :
2. Diet: M2
3. Medikamentosa :
- NGT
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Lansoprazol 1 vial/12 jam
- Inj. Ondansentron 4mg/8 jam
- Sukralfat syrup 3 x 1
- Transfusi WB 2 kantong
Pemeriksaan Usul :
Darah Rutin
Urine rutin
LFT
RFT
Endoskopi
USG abdomen
44
BAB IV
DISKUSI KASUS
45
- penggunaan obat-obatan
Os lupa nama obat
terutama anti inflamasi
non steroid, penggunaan
obat antiplatelet,
- kebiasaan minum
alkohol, Menurut pengakuan Os tidak
- kemungkinan adanya pernah minum alkohol
penyakit hati kronik,
diabetes mellitus,
demam tifoid, gagal
ginjal, hipertensi dan
riwayat transfusi
sebelumnya
46
4 Tatalaksana Ranitidin dan sucralfat NGT
Pemberian terapi nyeri ulu IVFD RL 20 gtt/i
hati Inj. Lansoprazol 1 vial/ 12 jam
Pemberian ceftriaxone Inj. Ondansentron 4 mg/8 jam
untuk mencegah Sukralfat syrup 3x1 C
terjadinya infeksi Transfusi WB 2 kantong
Vitamin K untuk terapi
perdarahan
Ditranex untuk fibrinolitik
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
47
DAFTAR PUSTAKA
48
6. Dubey, S., 2008. Perdarahan Gastrointestinal Atas. Dalam: Greenberg,
M.I., et al. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan Greenberg Vol 1. Jakarta:
Penerbit Erlangga
7. Sherwood, L. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi ke-6.
Jakarta: EGC
8. Faradillah, Firman, dan Anita. 2009. Gastro Intestinal Track Anatomical
Aspect. Surakarta : Keluarga Besar Asisten Anatomi FKUNS.
9. Porter, R.S., et al., 2008. The Merck Manual of Patient Symptoms. USA:
Merck Research Laboratories
10. Guyton, AC dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi KedokteranEd: ke-9.
Jakarta: EGC
11. Keith L. Moore. 2013. Anatomi Berorientasi Klinis Ed: ke 5. Jakarta :
Erlangga
12. Aru W.Sudoyo, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed: ke 5.
Jakarta: Interna publishing.
13. Jutabha, R., et al. 2003. Acute Upper Gastrointestinal Bleeding. Dalam:
Friedman, S.L., et al. Current Diagnosis & Treatment in Gastroenterology
2 ed. USA: McGraw-Hill Companies, 53 – 67.
14. Astera IWM, Wibawa IDN, 1999. Tata Laksana Perdarahan Saluran
Makan Bagian Atas: dalam Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam.
Jakarta: EGC. Hlm 53-62.
49