PERDARAHAN GASTROINTESTINAL
Oleh :
Hanifah Astrid Ernawati
G99131041
G99131057
Pratiwi Prasetya P.
G99131064
Irene Yunita P.
G99131043
G99131024
Pembimbing :
dr. Sulistyani K, M.Sc., Sp. Rad
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdarahan saluran cerna sering ditemukan di masyarakat. Gejalanya dapat
bermacam-macam dari perdarahan yang tidak terlihat hingga perdarahan masif. Hal
yang paling cepat harus ditemukan adalah menentukan beratnya perdarahan.
Hematemesis menunjukkan perdarahan dari saluran cerna bagian atas, proksimal dari
ligamentum Treitz. Melena adalah akibat perdarahan saluran cerna bagian atas,
meskipun demikian perdarahan dari usus halus atau kolon bagian kanan, juga dapat
menimbulkan melena. Sedangkan Hematoskezia adalah perdarahan segar yang keluar
lewat anus/rektum. Hal ini merupakan manifestasi klinis perdarahan Saluran Cerna
Bagian Bawah (SCBB) yang paling sering. Sumber perdarahan pada umumnya
berasal dari anus, rektum, atau kolon bagian kiri (sigmoid atau kolon descendens),
tetapi juga dapat berasal dari usus kecil atau saluran cerna bagian atas (SCBA) bila
perdarahan tersebut berlangsung masif (sehingga sebagian volume darah tidak sempat
kontak dengan asam lambung) dan masa transit usus yang cepat.
Perdarahan Saluran Cerna adalah salah satu penyakit yang sering dijumpai.
Berbagai kondisi pasien yang datang dengan perdarahan saluran cerna bermacammacam dari yang berkondisi stabil hingga keadaan gawat darurat.
Dewasa ini insidensi perdarahan saluran cerna telah menurun, tetapi angka
kematian dari perdarahan akut saluran cerna, masih berkisar 3 % hingga 10 %, dan
belum ada perubahan selam 50 tahun terakhir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
I.
Mulut
1. Mulut adalah permulaan saluran pencernaan. Fungsi rongga mulut:
Mengerjakan pencernaan pertama dengan jalan mengunyah
Untuk berbicara
Bila perlu, digunakan untuk bernafas.
2. Pipi dan bibir
memutuskan makanan yang keras dan liat dan gigi geraham untuk
mengunyah makanan yang sudah dipotong-potong.
4. Lidah
Fungsi Lidah:
Untuk membersihkan gigi serta rongga mulut antara pipi dan gigi
Mencampur makanan dengan ludah
Untuk berbicara
Untuk mengecap manis, asin dan pahit
Untuk merasakan dingin dan panas.
%
6. Ada 2 jenis pencernaan didalam rongga mulut:
Pencernaan mekanik
Pencernaan kimiawi
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut
histologi. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
Lapisan epitel mukosa lambung terdiri dari sel mukus tanpa sel goblet.
Kelenjar bervariasi strukturnya sesuai dengan bagiannya. Pada bagian cardiac
kelenjar terutama adalah sel mukus. Pada bagian fundus dan corpus kelenjar
mengandung sel parietal yang mensekresi HCl dan faktor intrinsik, dan chief
cell mensekresi pepsinogen. Bagian pilorus mengandung sel G yang
mensekresi gastrin.
Mukosa lambung dilindungi oleh berbagai mekanisme dari efek erosif asam
lambung. Sel mukosa memiliki permukaan apikal spesifik yang mampu
menahan difusi asam ke dalam sel. Mukus dan HCO3 dapat menetralkan asam
di daerah dekat permukaan sel. Prostaglandin E yang dibentuk dan disekresi
oleh mukosa lambung melindungi lambung dan duodenum dengan
merangsang peningkatan sekresi bikarbonat, mukus lambung, aliran darah
mukosa, dan kecepatan regenarasi sel mukosa. Aliran darah mukosa yang
bagus, iskemia dapat mengurangi ketahanan mukosa.4
V. Usus halus
3. Ileum
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar
2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan
oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit
basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam
empedu.3
VI.
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
Kolon asendens (kanan)
Kolon transversum
Kolon desendens (kiri)
Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus
besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini
penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya
terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan
terjadilah diare. 5
VII.
Sekum
Sekum (Bahasa Latin: caecus, buta) dalam istilah anatomi adalah suatu
kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari
usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil.
Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora
eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan
oleh umbai cacing. 2
IX.
Rektum
Rektum (Bahasa Latin: regere, meluruskan, mengatur) adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir
di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi,
yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum
akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan
defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke
usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak
terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. 2
X.
Anus
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah
keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan
sebagian lainnya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
sphincter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar
BAB), yang merupakan fungsi utama anus. 2
XI.
Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting
seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan
erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna
XII.
Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan
memiliki
berbagai
fungsi,
beberapa
diantaranya
berhubungan
dengan
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan
kolesterol. 5
a. Sistem Arteri
i. Truncus Coeliacus
Dibawah hiatus aorticus, setinggi V Th XII
b. Sistem Vena
i. Vena Porta
v. iliaca communis dx et sn
Sistem Arteri
Sistem Vena
B.
Penyebab
Pecahnya varises esofagus
Perdarahan ulkus peptikum
Gastritis erosiva
Tidak ditemukan
Lain lain
Total
Jumlah kasus
280 kasus
225 kasus
219 kasus
38 kasus
45 kasus
807 kasus
Persentase
33.4 %
26.9 %
26.2 %
4.5 %
9%
100 %
kompensasi
untuk
mencoba
mempertahankan
disfungsi
seluler.
Sel-sel
akan
berubah
menjadi
Laserasi
seringkali
juga
menyebabkan
perdarahan
arteri
d. Manifestasi Klinik
Saluran cerna bagian atas merupakan tempat yang sering mengalami
perdarahan. Dari seluruh kasus perdarahan saluran cerna sekitar 80%
sumber perdarahannya berasal dari esofagus,gaster dan duodenum.7
coffee ground.
Melena: Kotoran (feses) yang berwarna gelap yang dikarenakan
kotoran bercampur asam lambung, biasanya mengindikasikan
perdarahan saluran cerna bagian atas, atau perdarahan daripada
usus-usus ataupun colon bagian kanan dapat juga menjadi sumber
lainnya.
Penampilan klinis lainnya yang dapat terjadi adalah anemia,
sinkope,
gambaran
instabilitas
klinis
hemodinamikkarena
dari
komorbid
hipovolemik
seperti
penyakit
dan
hati
yang keluar
Riwayat perdarahan sebelumnya
Riwayat perdarahan dalam keluarga
Ada tidaknya perdarahan dibagian tubuh lain
Penggunaan obat-obatan terutama antiinflamasi nonsteroid dan
antikoagulan
6. Kebiasaan minum alkohol
7. Mencari kemungkinan adanya penyakit hati kronis, demam
berdarah, demam tifoid, GGK, DM, hipertensi, alergi obatobatan
8. Riwayat transfusi sebelumnya
b. Pemeriksaan Fisik
Adanya stigmata penyakit hati kronik, suhu badan dan perdarahan
di tempat lain, tanda-tanda Langkah awal menentukan beratnya
perdarahan
dengan
memfokuskan
status
hemodinamiknya.
Pemeriksaan meliputi:
Tekanan darah dan nadi posisi baring
Perubahan ortostatik tekanan darah dan nadi
Ada tidaknya vasokonstriksi perifer ( akral dingin )
Kelayakan nafas
Tingkat kesadaran
Produksi urin.
Perdarahan akut dalam jumlah besar melebihi 20 %
volume
100x/menit )
Tekanan diastolik ortostatik turun > 10 mmHg atau sistolik
Kesadaran menurun
Anuria atau oliguria
1.
2.
3.
4.
c. Pemeriksaan penunjang
Kelengkapan pemeriksaan yang perlu diperhatikan13 :
Elektrokardiagram (terutama pasien berusia > 40 tahun)
BUN, kreatinin serum
Elektrolit (Na, K, Cl)
Pemeriksaan lainnya :
1) Endoskopi
Dalam
prosedur
diagnosis
ini
pemeriksaan
endoskopi
gastropati kongestif
Duodenum :Ulkus,erosi,tumor,divertikulitis
SCBA
dengan
frekuensi
sekitar
50%.Walaupun
relative
tidak
berubah.
Hal
ini
dikarenakan
Gambar 6. Gambaran endoskopi pada pasien duodenal ulcer dengan test H.Pylori
positif tetapi tidak ada riwayat penggunaan NSAIDs (Vakil, N., 2010)
Gambar 7. Gambaran endoskopi dari esophageal varices (Shah, V.H., et al., 2010)
Gambar 8. Gambaran endoskopi pada pasien Mallory-Weiss Tear (Savides, T.J., et al.,
2010)
2) Angiography
Angiography
menatalaksana
dapat
digunakan
perdarahanberat,
untuk
khususnya
mendiagnosa
ketika
dan
penyebab
klinik
umumnya
Aspirasi nasogatrik
Rasio (BUN/kreatinin)
Auskultasi Usus
Perdarahan SCBA
pada Hematemesis dan atau melena
Berdarah
Meningkat > 35
hiperaktif
Perdarahan SCBB
Hematokezia
Jernih
< 35
Normal
Penatalaksanaan
Stabilisasi Hemodinamik pada Perdarahan Saluran Cerna
Pada kondisi hemodinamik tidak stabil, berikan infus cairan kristaloid
(misalnya cairan garam fisiologis dengan tetesan cepat dengan menggunakan dua
jarum berdiameter besar (minimal 16 G) dan pasang monitor CVP (central venous
pressure); tujuannya memulihkan tanda-tanda vital dan mempertahankan tetap stabil.
Biasanya tidak sampai memerlukan cairan koloid (misalnya dekstran) kecuali pada
kondisi hipoalbuminemia berat. Secepatnya kirim pemeriksaan darah untuk
menentukan darah golongan darah, kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit,
leukosit. Adanya kecurigaan diatesis hemoragik pelu ditindaklanjuti dengan
melakukan test rumple-leed, pemeriksaan waktu perdarahn, waktu pembekuan,
retraksi bekuan darah, PPT dan aPTT.
Kapan transfusi darah diberikan sifatnya sangat individual tergantung dengan
jumlah darah yang hilang, perdarahan masih aktif atau sudah berhenti, lamanya
perdarahan berlangsung, dan akibat klinik perdarahan tersebut. Pemberian transfusi
darah dapa perdarahan saluran cerna dipertimbangkan pada keadaan berikut ini :
1. Perdarahan dalam kondisi hemodinamik tidak stabil
absolut atau polidoklonal umumnya tidak dianjurkan karena bahaya timbulnya tukak
atau perforasi akibat nekrosis jaringan dilokasi penyuntikan. Keberhasilan terapi
endoskopi dalam menghentikan perdarahan bisa mencapai di atas 95% dan tanpa
terapi tambahan lainnya perdarahan ulang frekuensinya sekitar 15-20%.
Hemostasis endoskopi merupakan terapi pilihan pada perdarahan karena varises
esofagus.Ligasi varises merupakan pilihan pertama untuk mengatasi perdarahan
varises esofagus.Dengan ligasi varises dapat dihindari efek samping akibat
pemakaian sklerosan, lebih sedikit frekuensi terjadinya ulserasi dan striktur. Ligasi
dilakukan mulai distal mendekati kardia bergerak spiral setiap 1-2 cm. Dilakukan
pada varises yang sedang berdarah atau bila ditemukan tanda baru mengalami
perdarahan seperti bekuan yang melekat, bilur-bilur merah, noda hematokistik, vena
pada vena. Skleroterapi endoskopi sebagai alternative bila ligasi endoskopi sulit
dilakukan karena perdarahan yang massif, terus berlangsung, atau teknik tidak
memungkinkan. Sklerosan yang bisa digunakan antarla lain campuran sama banyak
polidokanol 3%, NaCl 0,9% dan alkohol absolut. Campuran dibuat sesaat sebelum
skleroterapi dikerjakan. Penyuntikan dimulai dari bagian paling distal mendekati
kardia dilanjutkan ke proksimal bergerak spiral sampai sejauh 5cm. Pada perdarahan
varises lambung dilakukan penyuntikan cyanoacrylate, skleroterapi untuk varises
lambung kurang baik.13
Radiologi
Angiografi perlu pertimbangkan bila perdarahan tetap berlangsung dan belum
bisa ditentukan asal perdarahan, atau bila terapi endoskopi dinilai gagal dan
pembedahan sangat berisiko.Tindakan hemostasis yang bisa dilakukan dengan
penyuntikan vasopressin atau embolisasi arterial. Bila dinilai tidak ada kontra indikasi
dan fasilitas dimungkinkan, pada perdarahan varises dapat dipertimbangkan TIPS
(Trans Jugular Intrahepatic Porto Systemic Shunt). 13
Arteri Splenicus
Pembedahan
Pembedahan pada dasarnya dilakukan bila terapi medik, endoskopi dan
radiologi dinilai gagal. Ahli bedah seyogyanya dilibatkan sejak awal dalam bentuk
tim multi disipliner pada pengelolaan kasus perdarahan SCBA untuk menentukan
waktu yang tepat kapan tindakan bedah baiknya dilakukan. 13
pengobatan.Setelah
letak
perdarahan
terlokalisir,
pilihan
bermanifestasi
sebagai
hematoskezia,
sehingga
dapat
f. Laboratorium
Segera harus dinilai adalah kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit,
dan kalau sarana lengkap waktu protrombin. Laboratorium lain sesuai
indikasi. Penilaian hasil laboratorium harus disesuaikan dengan keadaan
klinis yang ada. Penilaian kadar hemoglobin dan hematokrit, misalnya
pada perdarahan akut dan masif, akan berdampak pada kebijakan pilihan
jenis darah yang akan diberikan pada proses resusitasi.
g. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
Pemeriksaan ini sangat tergantung pada keadaan klinis pasien waktu
masuk rumah sakit, penyebab atau lesi sumber perdarahan, perjalanan
penyakit pasien dan tidak kalah pentingnya adalah sarana diagnostik
penunjang yang tersedia. Secara teori, modalitas sarana pemeriksaan
anoskopi, sigmoidoskopi, kolonoskopi, enteroskopi, barium enema (colon
in loop), angiografi/artereriografi, blood flow scintigraphy, dan operasi
laparatomi eksplorasi dapat digunakan untuk mengidentifikasi lesi sumber
perdarahan dan diagnosis penyakitnya. Tidak jarang modalitas diagnostik
ini dapat dipakai sekaligus untuk terapi (endoskopi terapeutik, embolisasi
pada waktu arteriografi). Masing-masing modalitas diagnostik ini
mempunyai kelebihan dan kekurangan dibandingkan modalitas lainnya.
Misalnya pada perdarahan yang berlangsung masif, peran kolonoskopi
akan terhambat oleh sulitnya memperoleh lapang pandang yang akurat
untuk menilai di mana dan apa sumber perdarahannya. Sedangkan
arteriografi lebih mudah untuk mendapatkan lokasi sumber perdarahan
(kalau perlu sekaligus terapinya). Mulai dari diagnostik (terlebih lagi pada
waktu terapi) sudah diperlukan kerja sama tim (internis, internis konsultan
gastroenterologi, ahli bedah, radiologis, radiologis interventional, dan
anestesi) yang optimal sehingga langkah diagnostik (dan terapi) dapat
selaras untuk kepentingan pengobatan pasien seutuhnya. Pada keadaan
eksplorasi
diagnostik
sumber
perdarahan
relatif
tidak
hasil
yang
diharapkan
dicapai
bila
menghadapi
kasus
Kolonoskopi
Pada keadaan yang bersifat elektif dengan persiapan yang
optimal, pemeriksaan ini dapat dengan relatif mudah mengidentifikasi
sumber perdarahan di seluruh bagian kolon sampai ileum terminal.
Push Enteroskopi
Pemeriksaan ini dilakukan melalui SCBA dan melewati
ligamentum Treitz serta dapat mengidentifikasi perdarahan pada usus
kecil. Sarana ini masih sangat jarang di Indonesia.
Barium Enema (colon in loop)
Pada keadaan perdarahan akut dan emergensi, pemeriksaan ini
tidak mempunyai peran. Bahkan kontras yang ada akan memperlambat
rencana pemeriksaan kolonoskopi (kontras barium potensial dapat
menyumbat saluran pada skop) atau skintigrafi (kontras barium akan
mengacaukan interpretasi) bila diperlukan. Serta tidak ada tambahan
manfaat terapeutik. Tetapi pada keadaan yang elektif, pemeriksaan ini
mampu mengidentifikasi berbagai lesi yang dapat diprakirakan sebagai
sumber perdarahan (tidak dapat menentukan sumber perdarahan).
Angiografi/Arteriografi
Injeksi zat kontras lewat kanul yang dimasukkan melalui arteri
femoralis dan arteri mesenterika superior atau inferior, memungkinkan
visualisasi lokasi sumber perdarahan. Dengan teknik ini biasanya
perdarahan arterial dapat terdeteksi bila lebih dari 0,5 ml per menit.
Arteriografi dapat dilanjutkan dengan embolisasi terapeutik pada
pembuluh darah yang menjadi sumber perdarahan.
proses
operasi
secara
langsung
dapat
dapat
dilakukan
identifikasi
sumber
perdarahan
per
Penatalaksanaan
perdarahan
SCBB
tentunya
akan
bervariasi
keadaan
perdarahan
akut,
adanya
gangguan
dan
angiodisplasia.
Hanya
harus
diwaspadai
efek
Kolitis Infeksi
Hematoskezia terjadi bersamaan dengan klinis tanda infeksi SCBB, seperti
diare dan nyeri perut. Pengobatannya baku sesuai dengan penyebab dasar.
Jarang perdarahan ini menimbulkan gangguan hemodinamik.
BAB III
KESIMPULAN
A. SIMPULAN
Identifikasi letak perdarahan adalah langkah awal yang paling
penting dalam pengobatan.Setelah letak perdarahan terlokalisir, pilihan
pengobatan dibuat secara langsung dan kuratif. Meskipun metode
diagnostik untuk menentukan letak perdarahan yang tepat telah sangat
meningkat dalam 3 dekade terakhir, 10-20% dari pasien dengan
perdarahan saluran cerna bagian bawah tidak dapat dibuktikan sumber
perdarahannya. Oleh karena itu, masalah yang kompleks ini
membutuhkan evaluasi yang sistematis dan teratur untuk mengurangi
persentase kasus perdarahan saluran cerna yang tidak terdiagnosis dan
tidak terobati.
B. SARAN
Sebaiknya sebagai tenaga kesehatan, terutama dokter layanan
primer yang akan menjadi lini pertama pelayanan kesehatan, memiliki
pengetahuan, kemampuan dalam pemanfaatan pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan radiologis guna membantu menegakkan diagnosis
dan memberikan penanganan yang optimal bagi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Makanan
Diet
Sehat,
sistem
pencernaan
manusia.
Available
from: