PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Perdarahan saluran cerna dapat bermanifestasi klinis mulai dari yang
seolah ringan, misalnya perdarahan tersamar sampai pada keadaan yang
mengancam hidup. Hematemesis adalah muntah darah segar (merah segar)
atau hematin (hitam seperti kopi) yang merupakan indikasi adanya
perdarahan saluran cerna bagian atas atau proksimal ligamentum Treitz.
Melena (feses berwarna hitam) biasanya berasal dari perdarahan saluran
cerna bagian atas, walaupun perdarahan usus halus dan bagian proksimal
kolon dapat juga bermanifestasi dalam bentuk melena. Hematokezia atau
darah segar keluar per anus biasanya berasal dari perdarahan saluran cerna
bagian bawah (kolon). Maroon stools (feses berwarna merah hati) dapat
berasal dari perdarahan kolon bagian proksimal (ileo-caecal).1
Perdarahan saluran cerna bagian atas dapat disebabkan oleh
perdarahan esophagus sebanyak lebih kurang 70-75%, perdarahan tukak
peptik, gastritis erosiva (terutama akibat OAINS), gastropati hipertensi
portal, esophagitis, tumor, angiodisplasia. Sedangkan perdarahan saluran
cerna bagian bawah dapat disebabkan oleh colitis, tumor, diverticulosis,
inflammatory bowel disease dan hemoroid.1
Pengelolaan dasar pasien perdarahan saluran cerna sama seperti
perdarahan pada umumnya, yaitu meliputi pemeriksaan awal, resusitasi,
diagnosis dan terapi. Konsensus Nasional PGI-PEGI-PPHI menetapkan
bahwa pemeriksaan awal dan resusitasi pada kasus perdarahan wajib dan
harus bisa dikerjakan pada setiap lini pelayanan kesehatan masyarakat
sebelum dirujuk ke pusat layanan yang lebih tinggi. Tegaknya diagnosis
penyebab perdarahan sangat menentukan langkah terapi yang diambil.1
Perdarahan gastrointestinal akut terjadi sekitar 300.000 kasus di
rumah sakit di USA setiap tahunnya. Selain itu, 5% dari semua pasien
yang dirawat di unit perawatan intensif (ICU) akan mengalami perdarahan
saluran cerna bagian atas yang signifikan sebagai komplikasi dari penyakit
utama yang dialami pasien.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
2. Faring
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan esfagus. Berasal
dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat
tonsil yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit
dan
merupakan
pertahanan
terhadap
infeksi,
disini
terletak
3. Esofagus
Kerongkongan atau esofagus adalah tabung (tube) berotot pada
vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut
ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltik. Esofagus bertemu dengan faring pada
ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi. Esofagus dibagi
menjadi tiga bagian:
4. Gaster
Gaster terletak pada epigastrium dan terdiri dari mukosa, submukosa,
lapisan otot yang tebal, dan serosa. Mukosa ventriculus berlipat-lipat
atau rugae. Secara anatomis ventriculus terbagi atas kardiaka, fundus,
korpus, dan pilorus. Sphincter cardia mengalirkan makanan masuk ke
dalam ventriculus dan mencegah refluks isi ventrikulus memasuki
oesophagus kembali. Di bagian pilorus ada sphincter piloricum. Saat
sphincter ini berrelaksasi makanan masuk ke dalam duodenum, dan
Lapisan epitel mukosa lambung terdiri dari sel mukus tanpa sel
goblet. Kelenjar bervariasi strukturnya sesuai dengan bagiannya.
Pada bagian cardiac kelenjar terutama adalah sel mukus. Pada
bagian fundus dan corpus kelenjar mengandung sel parietal yang
mensekresi HCl dan faktor intrinsik, dan chief cell mensekresi
pepsinogen. Bagian pilorus mengandung sel G yang mensekresi
gastrin.
5. Usus halus
2. Jejunum
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa,
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah
bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni
berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat
dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan
plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus
penyerapan secara makroskopis. Jejunum diturunkan dari kata sifat
jejune yang berarti lapar dalam bahasa Inggris modern. Arti
aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti kosong.
3. Ileum
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang
sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8
6. Kolon
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari
feses.
Usus besar terdiri dari :
Kolon transversum
7. Sekum
Sekum (Bahasa Latin: caecus, buta) dalam istilah anatomi adalah
suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian
kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia,
burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki
sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum
yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai
cacing.
9. Rektum
Rektum (Bahasa Latin: regere, meluruskan, mengatur) adalah
sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena
10. Anus
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan
tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Pembukaan dan
penutupan anus diatur oleh otot sphincter. Feses dibuang dari tubuh
melalui proses defekasi (buang air besar BAB), yang merupakan
fungsi utama anus.
11. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa
hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian
posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua
belas jari). Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
10
12. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia
dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan
dengan pencernaan. Organ ini memainkan peran penting dalam
metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk
penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat.
Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah
medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepatatau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya
akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini
mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang
lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena
porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam
hati, dimana darah yang masuk diolah. Hati melakukan proses tersebut
dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi,
darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
11
2.2.
12
terdapat
ketidaksamaan
dalam
pengelolaan
dan
pengelolaan
perdarahan
SCBA
telah
banyak
3. Hematokezia atau darah segar keluar per anus biasanya berasal dari
perdarahan saluran cerna bagian bawah (kolon).
4. Maroon stools (feses berwarna merah hati) dapat berasal dari
perdarahan kolon bagian proksimal (ileo-caecal).
Cara praktis membedakan antara perdarahan saluran cerna
bagian atas dan saluran cerna bagian bawah, yaitu:
Manifestasi klinis pada
Perdarahan SCBA
Hematemesis dan/atau
umumnya
Aspirasi nasogastrik
Rasio BUN/kreatinin
Auskultasi usus
melena
Berdarah
>35
Hiperaktif
Perdarahan SCBB
Hematokezia
Jernih
<35
Normal
14
15
Penggunaan
kortikosteroid
saja
tidak
meningkatkan
16
17
4. Diagnosis1,10
Setelah keadaan pasien cukup stabil maka dapat dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lebih seksama.
a. Anamnesis
Pada anamnesis yang perlu ditanyakan adalah riwayat penyakit
hati kronis, riwayat dispepsia, riwayat mengkonsumsi NSAID, obat
rematik, alkohol, jamu jamuan, obat untuk penyakit jantung, obat
stroke. Kemudian ditanya riwayat penyakit ginjal, riwayat penyakit
paru dan adanya perdarahan ditempat lainnya. Riwayat muntahmuntah sebelum terjadinya hematemesis sangat mendukung
kemungkinan adanya sindroma Mallory Weiss.
Dalam anamnesis yang perlu ditekankan :
1. Sejak kapan terjadinya perdarahan dan berapa perkiraan darah
2.
3.
4.
5.
yang keluar
Riwayat perdarahan sebelumnya
Riwayat perdarahan dalam keluarga
Ada tidaknya perdarahan dibagian tubuh lain
Penggunaan obat-obatan terutama antiinflamasi nonsteroid dan
antikoagulan
6. Kebiasaan minum alkohol
18
100x/menit )
Tekanan diastolik ortostatik turun > 10 mmHg atau sistolik
hemodinamik
tidak
stabil
ialah
bila
ditemukan:
19
20
lokasi
perdarahan
dan
penyebab
perdarahannya.
2) Angiography
Angiography dapat digunakan untuk mendiagnosa dan
menatalaksana
perdarahan
berat,
khususnya
ketika
21
22
secara
titrasi
dinaikkan
sampai
maksimal
diketahui
dapat
23
dilaporkan
24
25
26
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Perdarahan saluran cerna dibagi menjadi dua, yaitu perdarahan
saluran cerna bagian atas dan perdarahan saluran cerna bagian bawah.
Perdarahan saluran cerna bagian atas adalah perdarahan saluran
pencernaan proksimal dari ligamentum Treitz. Sedangkan perdarahan
saluran cerna bagian bawah adalah perdarahan yang berasal dari usus di
sebelah bawah ligamentum Treitz.
Penyebab perdarahan SCBA yang sering dilaporkan adalah
pecahnya varises esophagus, gastritis erosive, tukak peptic, gastropati
kongestif, sindrom Mallory-Weiss dan keganasan. Hampir 80% pasien
perdarahan saluran cerna bagian bawah dalam keadaan akut berhenti
dengan sendirinya dan tidak berpengaruh pada tekanan darah, seperti pada
perdarahan hemoroid, polip kolon, kanker kolon atau kolitis.Gejala klinis
dapat berupa hematemesis, melena, hematokezia dan maroon stools.
Seperti dalam menghadapi pasien-pasien gawat darurat lainnya
dimana dalam melaksanakan prosedur diagnosis tidak harus selalu
melakukan anamnesis yang sangat cermat dan pemeriksaan fisik yang
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, Aru W dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna
Publishing.
2. Papadakos, Peter J et al. 2005. Critical Care: The Requisites in
Anesthesiology. Philadephia; Elsevier Mosby.
3. Sherwood, L. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi ke-6. Jakarta:
EGC.
4. Price S. Wilson L. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Ed 6. Vol 1. Jakarta: EGC.
5. Guyton, AC dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed: ke-9 .
Jakarta: EGC.
6. Scottish Intercollegiate Guidelines Network. 2008. Management of Acute
Upper
and
Lower
Gastrointestinal
Bleeding.
Diakses
dari
28