Rhinosinusitis
Kelompok 3
DEFINISI DAN KLASIFIKASI
– inflamasi hidung dan sinus paranasal yang ditandai dengan dua gejala atau
lebih, salah satunya termasuk hidung tersumbat atau obstruksi atau kongesti
disertai dengan nyeri wajah dan/atau penurunan sensitivitas pembau
American Academy of Otolaryngic Allergy (AAOA) dan American Rhinologic Society (ARS)
Rinosinusitis akut (RSA) - gejala berlangsung sampai 4 minggu dan Gejala timbul
mendadak
Rinosinusitis akut berulang (Recurrent acute - Gejala dan tanda sesuai dengan RSA
rhinosinusitis). - Memburuk setelah 5 hari atau menetap selama lebih dari
10 hari.
– Rhinoinusitis maksilaris adalah kejadian yang paling sering. Data dari Depkes RI
tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada
urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817
penderita rawat jalan di rumah sakit
ETIOLOGI
(Peter A.Hilger)
FAKTOR RISIKO
Endoskopi Radiologi
Transiluminasi
nasal
Pemeriksaan penunjang lainnya
1. Anamnesis
a. riwayat didapatkan 2 gejala mayor atau 1 gejala mayor
dengan 2 gejala minor
b. perjalanan penyakit apakah sudah berlangsung selama
lebih dari 12 minggu
2.Pemeriksaan fisik
a. rinoskopi anterior dan posterior
b. Tanda khas : pus di meatus medius atau di meatus
superior
c. Pada rinosinusitis akut, mukosa edema dan hiperemis
3.Naso-endoskopi
sangat penting dalam evaluasi rinosinusitis pada acute bacterial
rhinosinusitis (ABRS)
4.CT-scan
mampu memberi gambaran sinus pada rinosinusitis kronis yang
gejalanya tidak sesuai dengan pemeriksaan klinis.
(Mangunkusumo, 2010)
DIAGNOSIS BANDING
TATALAKSANA
rinosinusitis • <10 hari
akut viral
• oral (pseudoefedrin
dan fenilefrin)
dekongestan • topikal
(pseudoefedrin HCl)
Rujuk Sp.THT-
KL
TATALAKSANA
Rinosinusitis
bakterial
akut
• Tanpa demam
Gejala >38º C
• Tanpa nyeri
sedang hebat
kortikosteroi • betametason
d topikal
Tidak Ada
Perbaikan?
perbaikan?
teruskan
Rujuk
selama 7-14
Sp.THT-KL
hari
TATALAKSANA
rinosinusitis
bakterial
akut
• Demam
Gejala berat >38º C
• Nyeri hebat
KS topikal + NaCl
rinosinusitis Evaluasi selama
0,9% +
kronis 4 minggu
antihistamin
Tidak Ada
Perbaikan?
perbaikan?
teruskan
Rujuk
selama 7-14
Sp.THT-KL
hari
RINOSINUSITIS MAKSILARIS
RINOSINUSITIS ETHMOIDAL
RINOSINUSITIS FRONTALIS
KOMPLIKASI
– Komplikasi Orbita
– Paling sering disebabkan oleh sinusitis ethmoid
– Ryan Chandler (1970) membagi komplikasi orbita menjadi 5, yaitu selulitis preseptal, selulitis orbita,
abses subperiosteal, abses orbita, dan trombosis sinus kavernosus.
– Gejala dan tanda: Ditemukan adanya edema periorbita, selulitis orbita, dan nyeri berat pada mata.
– Komplikasi Intrakranial
– Penyebaran infeksi ke intrakranial dapat menimbulkan meningitis, abses ekstradural, dan trombosis
sinus kavernosus.
– Gejala dan tanda: Sakit kepala (tajam, progresif, terlokalisasi), paresis nervus kranial, dan perubahan
status mental pada tahap lanjut.
(Gianonni, 2006).
Komplikasi lainnya
(Mangunkusumo, 2010)
PENCEGAHAN
– Secara umum, prognosis sinusitis yaitu tergantung dari pengobatan yang diberikan.
Prognosis sinusitis akut yaitu sekitar 40 % akan sembuh secara spontan tanpa
pemberian antibiotik. Sedangkan prognosis untuk sinusitis kronik yaitu jika dilakukan
pengobatan yang dini maka akan mendapatkan hasil yang baik pula.
Ad vitam : bonam
Ad fungsionam :dubia ad bonam
Ad sanantionam : dubia ad bonam
INTEGRASI ISLAM
– Salah satu yang disunnahkan oleh Rasulullah SAW dalam rangkaian kesucian
menyempurnakan wudhu adalah melakukan istinsyaq dan istintsar.
Tindakan istinsyaq dan istintsar bermanfaat untuk membersihkan hidung dari
lendir dan kotoran-kotoran yang ada pada rongga hidung dan apa yang ada
disepanjang salurannya. Tindakan ini memiliki analogi kesamaan dengan nasal
irrigation.
Nasal irrigation dengan menggunakan larutan garam steril dapat membantu
pengobatan peradangan, maka istinsyaq dan istintsar dapat memberikan manfaat
dalam pencegahan gangguan pada hidung dan saluran pernafasan tersebut dengan
menggunakan air yang bersih (suci dan menyucikan) untuk melakukannya.
Benninger, M.S., 2008. Rhinosinusitis. In: Browning G.G., et al. Scott-
Brown's Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery. 7th ed. Great
Britain: Hodder Arnold, 1439-1445.
Mangunkusumo, E., Soetjipto, D., 2010. Sinus Paranasal. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 150-153.