7. Prinsip Diagnostik
a. Anamnesis Gambar 3. Gambaran Foto Waters dan CT Scan
Adanya penyebab infeksi baik kuman potongan koronal yang memperlihatkan sinusitis
maksilaris.
maupun virus,riwayat alergi atau kelainan
3. Endoskopi Nasal
anatomis di dalam rongga hidung dapat Pemeriksaan endoskopi nasal merupakan
dipertimbangkan dari riwayat penyakit yang pemeriksaan tambahan yang sangat berguna dalam
lengkap. Untuk Rinosinusitis akuy gejala yang ada memberikan informasi tentang penyebab
mungkin cukup jelas karena berlangsung akut Rinosinusitis kronis. Dengan endoskopi nasal dapat
(mendadak) dan seringkali didahului oleh infeksi diketahui lebih jelas kelainan di dalam rongga
akut saluran nafas atas. Pada anak infeksi hidung, termasuk memeriksa ostium sinus dan
saluran nafas atas merupakan predisposisi pada kelainan pada kompleks ostiomeatal.6
80% Rinosinusitis akut anak. Penderita dengan
latar belakang alergi mempunyai riwayat yang 8. Alur Diagnostik dan Sistem Rujukan
khas terutama karakteristik gejala pilek Rinosinusitis Akut
sebelumnya,riwayat alergi dalam keluarga serta
adanya faktor lingkungan yang mempengaruhi.6
b. Pemeriksaan Fisik
Pada Rinosinusitis akut dapat terlihat
adanya hiperemi dan daerah sembab sekitar
hidung dan orbita. Pada anak gejala ini lebih
terlihat jelas terutama pada Rinosinusitis akut
berat atau dengan komplikasi. Gejala nyeri tekan
di daerah sinus terutama sinus frontal dan maksila
kadang dapat ditemukan,akan tetapi nyeri tekan
di sinus tidak selalu identik dengan sinusitis.
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior dapat
dijumpai adanya kelainan-kelainan di rongga
hidung yang berkaitan dengan Rinosinusitis Rinosinusitis Kronis
seperti hiperemi, sekret, udem, krusta, septum
deviasi, polip atau tumor. Sedangkan rinoskopi
posterior adalah pemeriksaan untuk melihat
rongga hidung bagian belakang dan nasofaring.
Melalui pemeriksaan ini dapat diketahui kelainan
yang terdapat di belakang rongga hidung dan
nasofaring seperti post nasal drip.6
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Transiluminasi
Merupakan pemeriksaan yang
sederhana terutama untuk menilai adanya
kelainan pada sinus maksila. Pemeriksaan ini
dapat memperkuat diagnosis Rinosinusitis
apabila terdapat perbedaan hasil transiluminasi
antara sinus maksila kiri dan kanan.
2. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan yang dapat dilakukan
adalah foto sinus paranasal (Water’s, Caldwel
dan lateral), CT scan dan MRI. Foto sinus
paranasal cukup informatif pada Rinosinusitis
akan tetapi CT scan merupakan pemeriksaan
radilogis yang mempunyai nilai objektif yang
tinggi. Indikasi pemeriksaan CT scan adalah
untuk evaluasi penyakit lebih lanjut apabila
pengobatan medikamentosa tidak memberi
10. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Antibiotik yang dipilih adalah golongan
penisilin seperti amoksisilin. Antibiotika golongan
penisilin seperti Ampisilin 4x500mg, Amoksisilin
3x500mg, Eritromisin 4x500mg, Kotrimoksasol
2x1tablet, dan Doksisiklin 2x100mg/hari. Jika
diperkirakan kuman telah resisten atau memproduksi
beta-laktamase, maka dapat diberikan amoksisilin- Gambar 4 . Gambaran hasil prosedur Caldwell – Luc.
klavulanat atau jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada
sinusitis antibiotik diberikan selam 10-14 hari 11. Prognosis
meskipun gejala klinik sudah hilang.
Prognosis untuk penderita sinusitis akut yaitu
Vasokonstriktor lokal dan dekongestan lokal
untuk memperlancar drainase sinus sepeti Solusio sekitar 40 % akan sembuh secara spontan tanpa
efedrin 1-2% tetes hidung, Solusio Oksimetasolin HCl pemberian antibiotik. Terkadang juga penderita bisa
0,05% semprot hidung (untuk anak-anak memakai mengalami relaps setelah pengobatan namun
0,025%), dan Tablet pseudoefedrin 3x60mg (dewasa). jumlahnya sedikit yaitu kurang dari 5 %.Prognosis
Analgetika untuk menghilangkan rasa nyeri seperti untuk sinusitis kronik yaitu jika dilakukan pengobatan
Parasetamol 3x500mg dan Metampiron 3x500mg. yang dini maka akan mendapatkan hasil yang baik.7
Pada sinusitis kronik diberikan antibiotik yang
sesuai untuk kuman negatif gram dan anaerob. Selain
12. Komplikasi
dekongestan oral dan topikal, terapi lain dapat
1. Komplikasi orbita
diberikan jika perlukan seperti analgetik, mukolitik,
Sinusitis ethmoidalis merupakan penyebab
steroid oral/topikal, pencucian rongga hidung dengan
komplikasi pada orbita yang tersering. Terdapat lima
NaCl atau pemanasan (diatermi).
tahapan :
Antihistamin tidak rutin diberikan, karena sifat
a. Peradangan atau reaksi edema yang ringan.
antikolinergiknya dapat menyebabkan sekret jadi lebih
Terjadi pada isi orbita akibat infeksi
kental. Bila ada alergi berat sebaiknya diberikan
sinusethmoidalis didekatnya. Keadaan ini
antihistamin generasi ke-2. Imunoterapi dapat
terutama ditemukan pada anak, karena
dipertimbangkan jika pasien menderita kelainan alergi
laminapapirasea yang memisahkan orbita dan
yang berat.7
submukosa yang diikuti oleh reepitelisasi dan massa yang berwarna pucat yang berasal dari
pembentukan kelenjar baru. Juga terjadi peningkatan meatus medius dan mudah digerakkan.1,11
penyerapan natrium oleh permukaan sel epitel yang c. Pemeriksaan Penunjang
berakibat retensi air sehingga terbentuk polip.1
Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak
Teori lain mengatakan karena
ketidakseimbangan saraf vasomotor terjadi terlihat pada pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi
peningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan tampak dengan pemeriksaan nasoendoskopi.
regulasi vascular yang mengakibatkan dilepasnya Pada kasus polip koanal juga sering dapat dilihat
sitokin-sitokin dari sel mast, yang akan menyebabkan tangkai polip yang berasal dari ostium asesorius
edema dan lama-kelamaan menjadi polip.1 sinus maksila.1,11
Bila proses terus berlanjut, mukosa yang Foto polos sinus paranasal (posisi Waters,
sembab makin membesar menjadi polip dan kemudian AP, Cadwell dan lateral) dapat memperlihatkan
akan turun ke rongga hidung dengan membentuk penebalan mukosa dan adanya batas udara-
tangkai.1 cairan di dalam sinus, tetapi kurang bermanfaat
pada kasus polip. Pemeriksaan tomografi
5. Manifestasi Klinis computer (TK, CT Scan) sangat bermanfaat untuk
Gejala utama dari polip nasi adalah melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus
sumbatan hidung yang menetap dengan derajat yang paranasal apakah ada proses radang, kelainan
bervariasi tergantung dengan lokasi dan ukuran polip.
anatomi, polip atau sumbatan pada kompleks
Umumnya, penderita juga mengeluh rinore cair dan
post nasal drip. Anosmia atau hiposmia dengan osteomeatal.1,11
gangguan pengecapan juga merupakan gejala polip
nasi. Rinoskopi anterior dan posterior dapat 7. Penatalaksanaan
menunjukkan massa polipoid yang berwarna keabuan Tujuan utama penatalaksanaan kasus polip
pucat yang dapt berjumlah satu atau multipel dan nasi ialah menghilangkan keluhan-keluhan, mencegah
paling sering muncul dari meatus media dan prolaps komplikasi dan mencegah rekurensi polip. Pemberian
ke kavum nasi.9 kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi disebut
Polip nasi hampir selalu ditemukan bilateral juga polipektomi medikamentosa. Dapat diberikan
dan jika ditemukan unilateral diperlukan pemeriksaan topical atau sistemik. Polip tipe eosinofilik memberikan
histopatologi untuk menyingkirkan kemungkinan respons yang lebih baik terhadap pengobatan
keganasan. Polip nasi tidak sensitif terhadap sentuhan kortikosteroid intranasal dibandingkan polip tipe
dan jarang berdarah.10 neutrofilik.1,12
Pembagian polip nasi menurut Mackay dan Untuk polip edematosa, dapat diberikan
Lund (1997), yaitu: pengobatan kortikosteroid:
• Stadium 0: Tidak ada polip, atau polip masih Oral, misalnya prednison 50 mg/hari atau
beradadalam sinus deksametason selama 10 hari, kemudian dosis
• Stadium 1 : Polip masih terbatas di meatus media diturunkan perlahan-lahan (tappering off).
• Stadium 2 : Polip sudah keluar dari meatus media, Suntikan intrapolip, misalnya triamsinolon asetonid
tampak di rongga hidung tapi belum memenuhi rongga atau prednisolon 0,5 cc, tiap 5-7 hari sekali, sampai
hidung polipnya hilang.
• Stadium 3: Polip yang masif Obat semprot hidung yang mengandung
kortikosteroid, merupakan obat untuk rinitis alergi,
6. Prinsip Diagnostik sering digunakan bersama atau sebagai lanjutan
a. Anamnesis pengobatn kortikosteroid per oral. Efek sistemik
Keluhan utama penderita polip nasi dalah obat ini sangat kecil, sehingga lebih aman.
hidung rasa tersumbat dari yang ringan sampai Kasus polip yang tidak membaik dengan
berat, rinore mulai yang jernih sampai purulen, terapi medikamentosa atau polip yang sangat masih
hiposmia atau anosmia. Mungkin disertai bersin- dipertimbangkan untuk terapi bedah. Dapat dilakukan
bersin, rasa nyeri pada hidung disertai rasa sakit
ekstraksi polip (polipektomi) menggunakan senar polip
kepala di daerah frontal. Bila disertai infeksi
sekunder mungkin didapati post nasal drip dan atau cunam dengan analgesi local, etmoidektomi
rinore purulen. Gejala sekunder yang dapat timbul intranasal atau etmoidektomi ekstranasal untuk polip
ialah bernafas melalui mulut, suara sengau, etmoid, operasi Caldwell-Luc untuk sinus maksila.
halitosis, gangguan tidur dan penurunan kualitas Yang terbaik ialah bila tersedia fasilitas endoskop
hidup. maka dapat dilakukan tindakan BSEF (Bedah Sinus
Dapat menyebabkan gejala pada saluran Endoskopi Fungsional) atau FESS.1,9,12
napas bawah, berupa batuk kronik dan mengi,
terutama pada penderita polip dengan asma. 8. Prognosis
Selain itu, harus ditanyakan riwayat rhinitis alergi,
Polip hidung sering relaps, oleh karena itu
asma, intoleransi terhadap aspirin dan alergi obat pengobatannya juga perlu ditujukan terhadap
lainnya serta alergi makanan.1,11 etiologinya, misalnya alergi. Terapi yang paling ideal
b. Pemerisaan Fisik pada rinitis alergi adalah menghindari kontak dengan
Polip nasi yang masif dapat menyebabkan alergen penyebab dan eliminasi.
deformitas hidung sehingga hidung tampak mekar Secara medikamentosa, dapat diberikan
karena pelebaran batang hidung. Pada antihistamin dengan atau tanpadekongestan yang
berbentuk tetes hidung yang bisa mengandung
pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat sebagai kortikosteroid atau tidak. Alergi inhalan dengan gejala
yang berat dan sudah berlangsung lama dapat Riwayat Penyakit Keluarga :
dilakukan imunoterapi dengan cara desensitisasi dan Tidak ada keluarga yang memiliki
hiposensitisasi, yang menjadi pilihan apabila keluhan serupa dengan pasien
pengobatan cara lain tidak memberikan hasil yang
memuaskan.12 Riwayat keluarga dengan alergi atau
asma tidak ada
LAPORAN KASUS Riwayat keluarga yang menderita
Identitas Pasien keganasan tidak ada
Nama : Ny. G
Riwayat Kebiasaan, Sosial, Ekonomi:
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 61 tahun Pasien adalah seorang mantan buruh
Alamat : Pariaman pabrik karet yang sudah berheti sejak
Suku Bangsa : Minangkabau tahun 2009
Pasien adalah seorang perokok dengan
Keluhan Utama : konsumsi rokok setengah bungkus per
Hidung terasa semakin tersumbat sejak 1 bulan hari selama kurang lebih 20 tahun (IB
sebelum masuk rumah sakit. sedang)
Massa Perlengk - -
etan
Palpasi Terapi :
1) Bentuk : Tidak ada Cetriaxone 2x1 g
pembesaran KGB Ciprofloxacin 2x1
2) Ukuran : Tidak ada Rencana FESS dan polipektomi
pembesaran KGB
3) Konsistensi : Tidak ada Prognosis :
pembesaran KGB - Quo ad vitam : Bonam
4) Mobilitas : Tidak ada - Quo ad sanam : Bonam
pembesaran KGB
DISKUSI
Diagnosis Utama : Pasien adalah seorang perempuan berusia
Rinosinusitis kronik dengan polip nasal bilateral 61 tahun yang datang dengan keluhan utama hidung
terasa semakin tersumbat sejak 1 bulan sebelum
Diagnosis Tambahan :- masuk rumah sakit. Keluhan tersebut disertai dengan
gangguan penciuman, adanya rasa penuh pada
Pemeriksaan Anjuran : wajah. Adanya sumbatan hidung dan sekret dengan
Xray sinus paranasal: pada pasien tidak atau tanpa adanya nyeri atau sensasi penuh atau
dilakukan gangguan penciuman merupakan poin diagnosis dari
CT Scan: rinosinusitis.6 Sinusitis adalah suatu keadaan inflamasi
hidung. Umumnya penyakit ini disertai atau dipicu
oleh rinitis sehingga sering disebut Rinosinusitis. 1
Beberapa faktor predisposisi terjadinya
sinusitis antara lain ISPA akibat virus, bermacam
rinitis terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada
wanita hamil, polip hidung, kelainan anatomi seperti
deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan
kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi
gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia seperti pada
sindrom Kartagener.1,3,8 Pada pasien ini didapatkan
beberapa faktor predisposisi, antara lain polip hidung,
riwayat batuk pilek berulang yang dicurigai ISPA.
Riwayat ISPA digali dari anamnesis berupa adanya
riwayat batuk pilek berulang. Sedangkan polip nasal
ditemukan pada pemeriksaan fisik rinoskopi anterior
dengan temuan adanya massa bulat yang lunak dan
mudah digerakkan berwarna putih mengkilap pada
kedua kavum nasi.
Pasien adalah perempuan berumur 61 tahun.
Polip nasi dapat mengenai semua ras dan
frekuensinya meningkat sesuai dengan bertambahnya
usia. Polip nasi biasanya terjadi pada rentang usia 30
tahun sampai 60 tahun..10
Pada pasien ditemukan riwayat batuk pilek
berulang. Selain berkaitan dengan mekanisme
terjadinya rinosinusitis akibat iritasi mukosa secara
kronis, keadaan tersebut juga dapat mendasari
terjadinya polip hidung. Peranan infeksi pada
pembentukan polip hidung belum diketahui dengan
pasti tetapi ada keragu-raguan bahwa infeksi dalam
hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan
bersamaan dengan adanya polip. Polip hidung
biasanya dapat terbentuk sebagai akibat reaksi
hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung.
Polip berasal dari pembengkakan lapisan permukaan
mukosa hidung atau sinus, yang kemudian menonjol
dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat.
Polip banyak mengandung cairan interseluler dan sel
radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak mempunyai
ujung saraf atau pembuluh darah.1,2,6 Hal ini yang
membuat massa yang tampak pada kavum nasi
pasien tersebut berkonsistensi lunak dan mudah 10. Newton, JR. Ah-See, KW. A Review of nasal
digoyang. polyposis. Therapeutics and Clinical Risk
Pada pasien dilakukan pemeriksaan CT Management 2008:4(2) 507–512
scan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat 11. Drake Lee AB. Nasal Polyps. In: Scott
kelainan pada sinus maupun kompleks ostiomeatal. Brown’s Otolaryngology, Rhinology. 5th Ed
Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna untuk melihat Vol 4 (Kerr A, Mackay IS, Bull TR ests)
polip yang terdapat pada hidung pasien. Butterworths. London, 1987: 142-53
Pada pasien akan direncanakan dua jenis 12. Darusman, Kianti Raisa. Referat: Polip Nasi.
terapi bedah sekaligus, yakni FESS dan polipektomi. Fakultas Kedokteran Universitas Trisaksi.
FESS bertujuan untuk membuka obstruksi sinus. 2002
Salah satu indikasi dari FESS adalah sinusitis kronik
yang disertai dengan polip.8 Polipektomi bertujuan
untuk mengangkat polip yang merupakan penyebab
dari sumbatan pada sinus.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J,
Restuti RD (ed). Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher.
Jakarta : Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2012 : 96-
100.
2. Arivalagan, Privina. The Picture Of Chronic
Rinosinusitis in RSUP Haji Adam Malik in
Year 2011. E – Jurnal FK-USU Volume 1 No.
1 Tahun 2013.
3. Posumah, AH . Gambaran Foto Waters Pada
Penderita Dengan dugaan Klinis Sinusitis
Maksilaris Di Bagian Radiologi Fkunsrat/Smf
Radiologi Blu Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 1,
Nomor 1, Maret 2013, hlm. 129-134
4. Anonim, Sinusitis, dalam ; Arif et all, editor.
Kapita Selekta Kedokteran, Ed.3, Penerbit
Media Ausculapius FK UI, Jakarta 2001, 102
– 106.
5. Adams GL, Boies LR, Higler PH. Hidung dan
sinus paranasalis. Buku ajar penyakit tht.
Edisi keenam. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 1994.h.173-240