Anda di halaman 1dari 6

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 1

Artikel Penelitian

Hubungan Frekuensi Kekambuhan Dermatitis Seboroik


dengan Kualitas Hidup pada Pasien di Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUP Dr. M. Djamil Padang

Ririn Lausarina1, Satya Wydya Yenny2, Ennesta Asri3

Abstrak

Dispepsia Dermatitis seboroik merupakan kelainan kulit kronis papuloskuamosa yang sering terjadi pada kulit
kepala, daerah folikel sebasea di wajah dan dada. Gambaran klinis yang tampak dari luar menimbulkan gangguan
pada fisik, psikis, kehidupan sosial dan aktivitas sehari-hari pasien. Dermatitis seboroik dapat bertahan selama
bertahun-tahun melalui kekambuhan dan remisi pada penyakit tersebut. Penyakit kulit ini mengharuskan pasien
menanggung beban selama bertahun-tahun bahkan seumur hidupnya sehingga diduga dapat mempengaruhi kualitas
hidupnya. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross-sectional. Pengambilan sampel dilakukan
dengan metode total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan pengambilan data sekunder melalui rekam medik
pasien dan menggunakan instrumen Dermatology Life Quality Index kepada 31 pasien yang menjadi sampel penelitian
untuk penilaian kualitas hidup. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji Kruskal-Wallis
Test (α=0,05). Hasil penelitian menunjukkan 38,7% pasien mengalami frekuensi kekambuhan dermatitis seboroik yang
dikategorikan sering. Hampir setengah dari responden (41,9%) merasakan dermatitis seboroik memberikan sedikit
pengaruh terhadap kualitas hidupnya. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara frekuensi kekambuhan dermatitis seboroik dengan kualitas hidup pada pasien di Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUP Dr. M. Djamil Padang (p = 0,031).
Kata kunci: dermatitis seboroik, kekambuhan, kualitas hidup

Abstract

Seborrheic dermatitis is a skin disorder with chronic papulosquamous, often occurs on the scalp, sebaceous follicle
area of the face and chest. The clinical features that appear from the outside have physical impact, psychological,
social life and daily activities of the patient. Seborrheic dermatitis may persist for many years through the recurrence
and remission of the disease. This skin disorder requires the patient to having impact of the disease for many years
and even for a lifetime, so it will affect the quality of life. This is an analytic research with cross sectional method.
Sampling techniques using total sampling. The data were collected by collecting the secondary data from patient’s
medical record and using the Dermatology Life Quality Index to 31 patients who become the research sample for
quality of life assessment. Data was analyzed by using univariate and bivariate analyse with Kruskal-Wallis Test
(α=0,05). The result of this research shows that 38.7% patient are grouped in the frequent relaps. Almost half of the
respondents (41.9%) felt a little affect the quality of life. The result of this research shows that there is a significant
correlation of relapse frequency of seborrheic dermatitis and quality of life on patients in Dermatovenerology Polyclinic
of Dr. M. Djamil Hospital Padang (p = 0.031).
Keywords: seborrheic dermatitis, relapse, quality of life

Affiliasi penulis : 1. Profesi Dokter FK UNAND (Fakultas Kedokteran Dispepsia adalah kumpulan gejala penyakit
Universitas Andalas Padang), 2. Bagian Kulit dan Kelamin FK
saluran cerna bagian atas yang mengenai lebih dari
UNAND/RSUP Dr. M. Djamil Padang, 3. Bagian Kulit dan Kelamin FK
UNAND/RSUP Dr. M. Djamil Padang 29% individu dalam suatu komunitas dan gejalanya
bervariasi pada setiap individu.1,2 Kumpulan gejala ini
Korespondensi :Ririn Lausarinai, email: lausarinaririn@gmail.com dikenal dengan istilah sindroma dispepsia yang terdiri
Telp: 081261989159
atas keluhan rasa tidak nyaman di perut bagian atas,
mual, muntah, kembung, cepat merasa kenyang, rasa
perut penuh, dan sendawa.3
PENDAHULUAN Dispepsia merupakan gangguan yang sering
ditemui dimasyarakat dan menjadi salah satu alasan
tersering penderita melakukan konsultasi ke dokter

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 2

umum.4 Diperkirakan sekitar 30% kasus dijumpai pada Tingkat Pertama (FKTP) yaitu puskesmas, salah
praktek dokter umum dan 60% kasus pada praktek satunya gastritis.16 Sementara ketimpangan yang
gastroenterologi.3 Data dari pustaka Negara Barat terjadi adalah pasien gastritis tersebut belum
prevalensi dispepsia sekitar 7-41%, tetapi hanya 10- mendapatkan pemerikaan endoskopi, sedangkan untuk
20% yang mencari pertolongan medis. 3 Populasi diagnosis pasti gastritis harus berdasarkan
Amerika Serikat yang terkena dispepsia adalah 25% pemeriksaan endoskopi dan histopatologi.15 Menurut
dari total penduduknya per tahun dan hanya 5% dari data dari Dinas Kesehatan tersebut pada tahun 2015,
jumlah penderita tersebut yang mengunjungi dokter jumlah pasien yang mengalami gastritis 13.453 untuk
layanan primer.5 kasus baru dan 11.882 untuk kasus lama, dengan
Penyebab keluhan yang timbul pada penderita angka kejadian gastritis terbanyak adalah di Pukesmas
sindroma dispepsia belum diketahui secara pasti, Andalas, Kecamatan Padang Timur dengan total kasus
namun banyak faktor yang berhubungan dengan 3091 terdiri atas kasus lama dan kasus baru masing-
prevalensi dispepsia tersebut, salah satunya adalah masing 895 dan 2196 kasus.17 Penderita sindroma
faktor psikologis seperti stres.6,7 Secara fisiologis dispepsia hanya boleh dirujuk ke rumah sakit atau ke
saluran cerna sangat responsif terhadap stimulus emosi fasilitas kesehatan tingkat lanjutan jika terdapat alarm
dan stres, hal ini berkaitan dengan adanya hubungan symptoms.18,19 Berdasarkan ulasan diatas, peneliti
saluran cerna melalui Brain-Gut-Axis (BGA).8 Kejadian menjadikan Puskesmas Andalas sebagai lokasi
dispepsia di Kabupaten Tegal mengalami peningkatan penelitian dan sampelnya ialah pasien gastritis, dengan
pada orang yang mengalami stres dan terdapat kata lain merupakan pasien sindroma dispepsia.
hubungan antara gejala dispepsia dan stres psikologis Data mengenai kualitas hidup penderita
dengan persentase 55,6 %.9,10 sindroma dispepsia berdasarkan faktor stres di Provinsi
Dispepsia merupakan kelainan yang tidak Sumatera Barat, khususnya Kota Padang belum ada.
mengancam jiwa, namun gejala yang sering timbul Maka dari itu, peneliti merasa perlu melakukan
seperti nyeri perut dan gangguan pencernaan penelitian ini untuk dapat mengetahui hubungan stres
membutuhkan kunjungan medis berulang, yang akan dengan kualitas hidup penderita sindroma dispepsia.
meningkatkan biaya kesehatan dan mempengaruhi Namun, peneliti tidak mengkaji penyebab terjadinya
kualitas hidup pasien.11,12 Studi berdasarkan populasi sindroma dispepsia, hanya menilai dari gejala klinis
yang dilakukan Reshetnikov dkk didapatkan hasil pasien.
bahwa dispepsia sangat mengurangi kualitas hidup
penderitanya.13 METODE
Penelitian yang dilakukan di RSUP M Djamil
pada tahun 2011, didapatkan frekuensi terbanyak Jenis penelitian ini adalah analitik dengan
penderita dispepsia fungsional yang memiliki kualitas rancangan cross sectional yaitu subyek penelitian
hidup baik adalah pada pasien dispepsia derajat ringan diobservasi sebanyak satu kali dan variabel diukur
55,6% dan frekuensi terbanyak penderita dispepsia langsung pada pemeriksaan tersebut.20 Variabel
fungsional yang memiliki kualitas hidup buruk adalah independennya adalah stres pada penderita sindroma
pada pasien dispepsia derajat sedang 73,9%. 14 dispepsia dan variabel dependennya adalah kualitas
Dampak dispepsia dapat terlihat dari cukup tingginya hidup. Penelitian dilakukan dari bulan Mei-Agustus
angka absensi yaitu sekitar 30% penderita dispepsia 2016 di Puskesmas Andalas, Padang, Sumatera Barat.
dilaporkan tidak masuk kerja atau sekolah ketika gejala Populasi penelitian ini adalah penderita
dispepsia menyerang.6 Hal ini akan menyebabkan sindroma dispepsia yang datang berkunjung untuk
pasien dispepsia berobat ke pelayanan kesehatan berobat ke Puskesmas Andalas pada bulan Mei–
dikarenakan gejala yang sering timbul dan waktu Agustus 2016.
kekambuhan penyakit bervariasi antara satu individu Sampel penelitian yang dipilih adalah penderita
dengan individu lainnya. Berdasarkan penjelasan sindroma dispepsia yang memenuhi kriteria inklusi dan
diatas, kemungkinan keadaan ini berhubungan dengan tidak memiliki kriteria eksklusi. Kriteria inklusi subjek:
stres yang dialami pasien, sehingga akan memberikan penderita yang sudah didiagnosis menderita sindroma
dampak buruk terhadap kualitas hidup penderita dispepsia dan bersedia menjadi subjek penelitian
sindroma dispepsia. dengan menandatangani lembar persetujuan ikut serta
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota yang telah disediakan. Kriteria eksklusi subjek: pasien
Padang berdasarkan laporan seluruh puskesmas yang yang sudah terdiagnosis menderita penyakit kronik atau
ada di Kota Padang, diagnosis kerja sindroma memiliki gejala klinik seperti hipertensi, diabetes
dispepsia tidak termasuk dalam kategori 10 jenis melitus, sirosis hepatis, gagal ginjal, Irritable Bowel
keluhan terbanyak. Hal ini dikarenakan puskesmas Syndrome (IBS), dan keganasan; penderita yang
menggunakan istilah “gastritis”. Gastritis merupakan memiliki gangguan jiwa berat dan perilaku yang tidak
suatu proses inflamasi yang terjadi pada mukosa dan terkontrol; penderita yang menggunakan steroid dan
submukosa lambung.15 Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) jangka lama;
Berdasarkan ketentuan JKN (Jaminan hamil; missing data apabila kuesioner tidak diisi
Kesehatan Nasional) terdapat 155 penyakit yang harus seluruhnya.
bisa ditangani oleh dokter umum di Fasilitas Kesehatan Data diperoleh dengan cara wawancara
menggunakan kuesioner. Kuesioner yang digunakan

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 3

adalah pedoman skor dispepsia untuk menentukan


derajat dispepsia, kuesioner DASS 42 yang berkaitan
dengan stres untuk menentukan stres dan kuesioner
SF-36 untuk menentukan kualitas hidup.21,22,23
Data dianalisis secara statistik berdasarkan
variabel yang dinilai menggunakan sistem
komputerisasi yaitu analisis univariat dan bivariat.
Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel independen dan
variabel dependen. Analisis bivariat dilakukan untuk
menganalisis hubungan antara variabel independen
dan variabel dependen. Hubungan dua variabel
tersebut dianalisis dengan menggunakan uji Chi-
Square dan dikatakan bermakna bila p < 0.05.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 4

HASIL Pada penelitian ini didapatkan frekuensi


dispepsia terbanyak di Puskesmas Andalas adalah
Penelitian ini dilakukan terhadap 108 orang dispepsia derajat sedang sebanyak 55 orang, dan
pasien sindroma dispepsia yang melakukan kunjungan frekuensi dispepsia terendah adalah dispepsia derajat
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, baik pasien ringan sebanyak 20 orang.
baru maupun pasien berulang yang telah dilakukan 3. Distribusi Penderita Sindroma Dispepsia
pemeriksaan oleh dokter Puskesmas Andalas Padang Berdasarkan Tingkat Stres
pada tanggal 18 Mei 2016 - 08 Agustus 2016. Selama
periode tersebut jumlah responden yang memenuhi
kriteria sebanyak 97 orang.
1. Karakteristik Responden Tidak Stres
Stres 77,3%
Tabel 1 Distribusi frekuensi karakteristik penderita
22,7%
sindroma dispepsia berdasarkan usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan dan pekerjaan di Puskesmas
Andalas
No Karakteristik f % Gambar 2 Distribusi frekuensi penderita sindroma
1 Usia dispepsia berdasarkan tingkat stres
a. 15-24 th 16 16,5 Berdasarkan gambar 2 dapat dilihat bahwa dari
b. 25-34 th 19 19,6 97 orang penderita sindroma dispepsia sebagian besar
c. 35-44 th 22 22,7 mengalami stres, yaitu sebanyak 75 orang (77,3%) dan
d. 45-54 th 35 36,1
yang tidak mengalami stres hanya sebagian kecil yaitu
e. 55-64 th 4 4,1
f. >65 th 1 1 berjumlah 22 orang (22,7%).
Jumlah 97 100
2 Jenis Kelamin 4. Distribusi Kualitas Hidup Penderita Sindroma
a. Laki-laki 31 32 Dispepsia
b. Perempuan 66 68
Jumlah 97 100 Kualitas
3 Tingkat pendidikan Hidup Kualitas
a. Rendah 30 30,9 Baik Hidup
b. Tinggi 67 69,1 7,2% Buruk
Jumlah 97 100
92,8%
4 Pekerjaan
a. Bekerja 47 48,5
b. Tidak bekerja 50 51,5
Jumlah 97 100
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa Gambar 3 Distribusi frekuensi kualitas hidup penderita
frekuensi sindroma dispepsia paling banyak berada sindroma dispepsia
pada rentang usia 45-54 tahun berjumlah 35 orang Berdasarkan gambar 3 dapat dilihat bahwa
(36,1%) dan paling sedikit rentang usia >65 tahun sebagian besar penderita memiliki kualitas hidup buruk
sebanyak 1 orang (1%). Responden terdiri dari 31 yaitu sebanyak 90 orang (92,8%) dan kualitas hidup
orang (32%) laki-laki dan 66 orang (68%) perempuan. baik hanya sebagian kecil yaitu 7 orang (7,2%).
Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar
responden memiliki tingkat pendidikan tinggi (69,1%). 5. Distribusi Kualitas Hidup Penderita Sindroma
Berdasarkan pekerjaan yang dimiliki responden, angka Dispepsia Berdasarkan 8 Skala Fungsional
kejadian sindroma dispepsia lebih tinggi pada orang Kuesioner SF-36
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Penderita
yang tidak bekerja (51,5%) dibandingkan yang bekerja
Sindroma Dispepsia Berdasarkan 8 Skala Fungsional
(48,5%). Kuesioner SF-36
Persentase
2. Distribusi Penderita Sindroma Dispepsia Kualitas Frekuensi
Total (%) Total
Berdasarkan Derajat Dispepsia Hidup
Baik Buruk Baik Buruk
FF 92 5 97 94,8 5,2 100
KF 49 48 97 50,5 49,5 100
Sedang NT 54 43 97 55,7 44,3 100
56,7% KSU 24 73 97 24,7 75,3 100
Berat V 62 35 97 63,9 36,1 100
22,7% FS 73 24 97 75,3 24,7 100
KE 47 50 97 48,5 51,5 100
Ringan KM 80 17 97 82,5 17,5 100
20,6% Keterangan:
FF=Fungsi Fisik, KF=Keterbatas Fisik, NT=Nyeri
Gambar 1 Distribusi frekuensi penderita sindroma Tubuh, KSU=Kesehatan Secara Umum, V=Vitalitas,
dispepsia berdasarkan derajat dispepsia FS=Fungsi Sosial, KE=Keterbatasan Emosional,
KM=Kesehatan Mental

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 5

dan tak langsung. Kerugian langsung seperti biaya


Berdasarkan tabel didapatkan bahwa kualitas medis untuk kunjungan ke dokter, tes diagnostik dan
hidup buruk terdapat pada aspek kesehatan secara pengobatan. Perkiraan biaya kesehatan tahunan untuk
umum (75,3%), keterbatasan emosional (51,5%), dispepsia di Swedia adalah US$ 55 ribu per 1000
keterbatasan fisik (49,5%), dan nyeri tubuh (44,3%). penduduk.5 Sedangkan kerugian tak langsung dapat
berupa tingginya angka absen kerja atau penurunan
6. Hubungan Stres dengan Kualitas Hidup produktivitas kerja.29
Penderita Sindroma Dispepsia Berdasarkan studi yang dilakukan Jones dkk
Tabel 3 Hubungan stres dengan kualitas hidup
(2005) pasien dispepsia memiliki skor dispepsia yang
penderita sindroma dispepsia
tinggi, skor stres yang tinggi dan skor kualitas hidup
Kualitas Hidup
Tingkat Total *p yang sangat rendah dibandingkan orang yang sehat. 30
Baik Buruk
Stres value
f % f % f %
Tidak 4 4,1 18 18,6 22 22,7 KESIMPULAN
Stres
0,045
Stres 3 3,1 72 74,2 75 77,3 Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan
Total 7 7,2 90 92,8 97 100 kesimpulan bahwa karakteristik penderita sindroma
* Fisher's Exact Test dispepsia banyak terjadi pada rentang usia 45-54
tahun, berjenis kelamin perempuan, tingkat pendidikan
Pada tabel uji silang terdapat satu sel yang
tinggi dan tidak bekerja. Derajat dispepsia terbanyak
memiliki frekuensi harapan (expected count) kurang
adalah dispepsia derajat sedang. Mayoritas penderita
dari 5. Oleh karena itu, digunakan uji alternatif Chi-
sindroma dispepsia mengalami stres dan memiliki
Square, yaitu Fisher's Exact Test.
kualitas hidup buruk serta terdapat hubungan yang
Hasil uji statistik menggunakan Fisher's Exact
bermakna antara stres dengan kualitas hidup penderita
Test diperoleh nilai p= 0,045 (p<0,05). Berdasarkan
sindroma dispepsia.
hasil tersebut dapat disimpulkan secara statistik bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara stres dengan
kualitas hidup pada pasien sindroma dispepsia.
DAFTAR PUSTAKA
PEMBAHASAN
Penelitian yang dilakukan ini belum pernah 1. Schmidt-Martin D, Quigley EMM. The definition of
dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain, namun dyspepsia. In: Duvnjak M, editor. Dyspepsia in
hubungan stres dan kualitas hidup ini pernah dilakukan clinical practice. New York: Springer. 2011.
terhadap pasien gagal ginjal kronik (GGK), maka sesuai 2. Mahadeva S, Yadav H, Everett SM, Goh KL.
dengan penelitian Cecilia (2011) dinyatakan bahwa Economic Impact of Dyspepsia in Rural and Urban
terdapat korelasi yang kuat dengan arah negatif antara Malaysia: A Population-Based Study. J
stres dengan kualitas hidup responden dimana semakin Neurogastroenterol Motil. 2012; 18(1): 43–57.
tinggi tingkat stres maka semakin rendah kualitas hidup 3. Djojodiningrat D. Dispepsia fungsional. In: Setiati S,
responden tersebut (r= -0,751).24 Penelitian serupa juga Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setyohadi B,
dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. 6 th
Semarang (2013) didapatkan hasil terdapat hubungan ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
antara tingkat stres dengan kualitas hidup pasien Penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas
penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa Indonesia. 2014a. hlm. 1805-10.
dengan p value= 0,014 (p < 0,05).25 4. Jones RH, Lydeard SE, Hobbs FD, Kenkre JE,
Jika dikaitkan antara gangguan psikologis dan Williams EI, Jones SJ, Repper JA, et al. Dyspepsia
kualitas hidup pasien, hal ini sesuai dengan penelitian in England and Scotland. Gut. 1990; 31: 401-405.
Masoumi dkk (2015) yang menerangkan bahwa 5. Hu WH, Wong WM, Lam CL, Lam KF, Hui WM, Lai
gangguan psikologis dapat mempengaruhi kualitas KC, Xia HXH, et al. Anxiety but not depression
hidup pada pasien dengan dispepsia. 26 Gangguan determines health care-seeking behaviour in
psikologis yang mempengaruhi kualitas hidup sebagian chinese patients with dyspepsia and irritable bowel
besar pada penderita dispepsia dapat berupa stres syndrome: A population-based study. Aliment
emosional atau masalah terkait asupan makanan dan Pharmacol Ther. 2002; 16: 2081–88.
minuman.27 6. Mahadeva S, Goh KL. Epidemiology of functional
Stres psikologis yang terjadi secara akut dyspepsia: A global perspective. World J
maupun kronik merupakan salah satu faktor pencetus Gastroenterol. 2006; 12(17): 2661-66.
terjadinya kekambuhan dispepsia.28 Hal ini 7. Ghoshal UC, Singh R, Chang FY, Hou X, Wong
menunjukkan bahwa gejala gangguan pencernaan BCY, Kachintorn U (2011). Epidemiology of
seperti nyeri perut berulang yang sering dialami pasien uninvestigated and functional dyspepsia in asia:
merupakan faktor utama yang mempengaruhi kualitas Facts and fiction. Journal of Neurogastroenterology
hidup mereka.26 and Motility, 17: 235-44.
Gangguan gastrointestinal fungsional ini dapat 8. Firmansyah MA, Makmun D, Abdullah M. Role of
menyebabkan kerugian diantaranya kerugian langsung digestive tract hormone in functional dyspepsia.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 6

The Indonesian Journal of Gastroenterology 22. Damanik ED. Pengujian reliabilitas, validitas,
Hepatology and Digestive Endoscopy. 2013; 14 analisis item dan pembuatan norma Depression
(1): 39-43. Anxiety Stress Scale (DASS): Berdasarkan
9. Suryaningsih V. Hubungan stres dengan kejadian penelitian pada kelompok sampel Yogyakarta dan
dispepsia (uninvestigated dyspepsia) di Bantul yang mengalami gempa bumi dan kelompok
kabupaten tegal provinsi jawa tengah (tesis). sampel Jakarta dan sekitarnya yang tidak
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. 2013. mengalami gempa bumi (tesis). Fakultas Psikologi
10. Khademolhosseini F, Mehrabani D, Zare N, Salehi Universitas Indonesia, Depok. 2006.
M, Heydari ST, Beheshti M, Firoozi MS. 23. Nazir KA, Kalim H, Radi B. Penilaian kualitas hidup
Prevalence of dyspepsia and its correlation with pasien pasca bedah pintas koroner yang menjalani
demographic factors and lifestyle in shiraz, rehabilitasi fase III. J Kardiol Ind. 2007; 28 (3): 189-
southern iran. Middle East Journal of Digestive 96.
Diseases. 2010; 2(1): 24-30. 24. Cecilia. Hubungan tingkat stres dengan kualitas
11. Babaeian M, Naseri M, Kamalinejad M, Ghaffari F, hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
Emadi F, Feizi A, Yekta NH et al. Herbal remedies hemodialisa di rsup dr. m. djamil padang (skripsi).
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. 2011.
for functional dyspepsia and traditional iranian
25. Ardila I, Sulistyaningsih DR. Hubungan tingkat
medicine perspective. Iran Red Crescent Med J. stres dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal
2015; 17(11): 1-8. kronik yang menjalani hemodialisa di rumah sakit
12. Halling K, Kulich K, Carlsson J, Wiklund I. An umum daerah kota semarang (skripsi). Fakultas
international comparison of the burden of illness in Psikologi Universitas Gunadarma. J Keperawatan
patients with dyspepsia. Dig Dis. 2008; 26: 264-73. dan Kebidanan. 2014; 1 (10): 569-77.
13. Reshetnikov OV, Kurilovich SA, Simonova GI, 26. Masoumi SJ, Mehrabani D, Moradi F, Zare N,
Pylenkova ED, Maliutina SK. Quality of life at Saberi-Firouzi M, Mazloom Z (2015). The
dyspepsia and irritable bowel syndrome: prevalance of dyspepsia symptoms and its
Population-based studies. Eksp Klin correlation with the quality of life among qashqai
Gastroenterol. 2010; 3: 27-31. turkish migrating nomads in fars province, southern
14. Cardina M. Hubungan derajat dispepsia dengan iran. Pak J Med Sci, 31(2): 325–330.
kualitas hidup pada penderita dispepsia di RSUP M 27. Filipović BF, Randjelovic T, Ille T, Markovic
Djamil Padang pada tahun 2011 (skripsi). Fakultas O, Milovanović B, Kovacevic N, Filipović BR (2013).
Kedokteran Universitas Andalas. 2013. Anxiety, personality traits and quality of life in
15. Hirlan (2014). Gastritis. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo functional dyspepsia-suffering patients. Eur J Intern
AW, Simadibrata M, Setyohadi B, editors. Buku Med, 24 (1): 83-86.
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. 6th ed. Jakarta: 28. Ratnasari N (2012). Dispepsia kronik. Mediafkugm,
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit dalam 11 (29): 22-25.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2014. 29. Cahyanto ME, Ratnasari N, Siswanto A (2014).
hlm. 1768-71. Symptoms of depression and quality of life in
16. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. functional dyspepsia patients. J Med Sci, 46 (2): 88-
Info bpjs kesehatan. Edisi XI. Jakarta: BPJS 93.
Kesehatan. 2014. 30. Jones MP. Evaluation and treatment of dyspepsia.
17. Dinas Kesehatan Kota Padang. Laporan Data In: Mayberry J, editor. Gastroenterology update:
Kesakitan Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun Evidence-based reviews for continuing professional
2015. 2015. development. Abingdon: Radcliffe Publishing. 2004.
18. Djojodiningrat D. Pendekatan klinis penyakit hlm. 101-8.
gastrointestinal. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW,
Simadibrata M, Setyohadi B, editors. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. 6th ed. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2014b.
hlm. 1729-36.
19. Shaukat A, Wang A, Acosta RD, Bruining DH,
Chandrasekhara V, Chathadi KV, et al. The role of
endoscopy in dyspepsia. J Gie. 2015; 82 (2): 227-
32.
20. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi
penelitian klinis. Jakarta: Sagung Seto. 2014.
21. Murni AW. Plasma cortisol levels in dyspepsia with
psychosomatic patients.
http://repository.unand.ac.id/18327/1/PLASMA%20
CORTISOL%20LEVELS%20IN%20DYSPEPSIA.p
df. 2006.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)

Anda mungkin juga menyukai