NEFROLITHIASIS
Oleh:
Khairunnisa Salsabila 1840312262
Preseptor:
Dr. dr. H. Yefri Zulfikar Sp.B Sp.U
PADANG
2019
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2
1.4 Metode Penulisan
Penulisan case ini menggunakan metode penulisan tinjauan kepustakaan
merujuk pada berbagai literatur.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
4
sering didapatkan dalam jumlah besar. Lemak ini membentuk sebagian iemak
retroperitoneal.4
Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nephron yang berjumlah 1-1,2 juta
buah pada tiap ginjal. Nefron adalah unit fungsional ginjal. Setiap nefron terdiri
dari kapsula bowman, kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung
henle dan tubulus kontortus distal, yang mengosongkan diri keduktus pengumpul.
Unit nephron dimulai dari pembuluh darah halus / kapiler, bersifat sebagai
saringan disebut Glomerulus, darah melewati glomerulus/ kapiler tersebut dan
disaring sehingga terbentuk filtrat (urin yang masih encer) yang berjumlah kira-
kira 170 liter per hari, kemudian dialirkan melalui pipa/saluran yang disebut
Tubulus. Urin ini dialirkan keluar ke saluran Ureter, kandung kencing, kemudian
ke luar melalui Uretra. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut
(terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian
mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa
cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan
menggunakan mekanisme osmosis dan difusi. Hasil akhir yang kemudian
diekskresikan disebut urin.5,6
5
Setiap ginjal memiliki sisi medial cekung, yaitu hilus tempat masuknya
syaraf, masuk dan keluarnya pembuluh darah dan pembuluh limfe, serta keluarnya
ureter dan memiliki permukaan lateral yang cembung. Sistem pelvikalises ginjal
terdiri atas kaliks minor, infundibulum, kaliks major, dan pielum/pelvis renalis
Ginjal mendapatkan aliran darah dari arteri renalis yang merupakan cabang
langsung dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena dialirkan melalui vena
renalis yang bermuara ke dalam vena kava inferior. Sistem arteri ginjal adalah end
arteries yaitu arteri yang tidak mempunyai anastomosis dengan cabang–cabang
dari arteri lain, sehingga jika terdapat kerusakan salah satu cabang arteri ini,
berakibat timbulnya iskemia/nekrosis pada daerah yang dilayaninya.7
6
B. Matriks Core
Kondisi metastable dipngaruhi oleh suhu, PH larutan, adanya koloid
didalam urine, konsentrasi solute dalam urine, laju aliran urine, atau adanya
korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu. Lebih
dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu calsium, meskipun patogenesis
pembentukan batu hampir sama,tetapi suasana di dalam saluran kemih yang
memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak sama, misal batu asam urat
mudah terbentuk dalam suasana asam, sedangkan batu magnesium ammonium
fosfat terbentuk karena urine bersifat basa. 8,9
7
Asam Urat
Batu Infeksi Magnesium Amonium Fosfat
Karbonat Apatit
Amonium urat
Penyebab Genetik Sistin
Xantin
2,8-Dihydroxyadenine
Batu obat-obatan Indinavir
8
Batu pada kaliks ginjal memberikan rada nyeri ringan sampai berat karena
distensi dari kapsul ginjal. Begitu juga baru pada pelvis renalis, dapat
bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya gejala batu
saluran kemih merupakan akibat obstruksi aliran kemih dan infeksi. Keluhan yang
disampaikan oleh pasien tergantung pada posisi atau letak batu, besar batu, dan
penyulit yang telah terjadi.9
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang.
Nyeri ini mungkin bisa merupakan nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik
terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter
meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan
peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi
peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri ini
disebabkan oleh karena adanya batu yang menyumbat saluran kemih, biasanya
pada pertemuan pelvis ren dengan ureter (ureteropelvic junction), dan ureter.
Nyeri bersifat tajam dan episodik di daerah pinggang (flank) yang sering
menjalar ke perut, atau lipat paha, bahkan pada batu ureter distal sering ke
kemaluan. Mual dan muntah sering menyertai keadaan ini.7 Nyeri non kolik
terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi
pada ginjal. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah
kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda
tanda gagal ginjal, retensi urine, dan jika disertai infeksi didapatkan demam-
menggigil.7
2.7 Diagnosis
2.7.1 Anamnesis
Keluhan utama bervariasi mulai dari tanpa adanya keluhan aau
asimptomatik, sakit pinggang ringan sampai kolik, disuria, hematuria,
retensio urin, anuria. Keluhan dapat juga disertai penyulit dan tanda
tanda komplikasi seperti infeksi dan gagal ginjal.11
2.7.2 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi status generalis dan status lokalis. Untuk
pemeriksaan khusus urologi:
9
A. Pemeriksaan sudut kosto vertebra : meliputi nyeri tekan, nyeri
ketok dan pembesaran ginjal
B. Pemeriksaan ballotement ginjal
C. Pemeriksaan supra simpisis: nyeri tekan, teraba batu, buli-buli
penuh
2.7.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang dilakukan untuk mengkonfirmasi anamnesis dan
pemeriksaan fisik serta menentukan rencana terapi. Pemeriksaan
penunjang yang bisa dilakukan adalah laboratorium dan pencitraan.
Pemeriksaan Laboratorium yang direkomendasikan EAU ( European
Association of Urology ) Urolithiasis guidelines 2016.10
Urin Darah
10
opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen. Jika PIV belum
dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan
fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi
retrograd.
Pada pemeriksaan PIV digunakan kontras untuk membantu melihat
keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Pasien dipersiapkan lalu di suntik
kontras, pengambilan foto dilakukan pada waktu waktu tertentu setelah
penyntikan kontras, seperti menit ke-5, ke-15, ke-30, hingga ke -90 serta
setelah pasien berkemih.
Pada menit ke 5 mulai dinilai fungsi ekskresi pada ginjal dilihat dari
kontras yang mulai terlihat, setelah 30 menit dapat dinilai adanya
hidronefrosis atau tidak pada ginjal, pelebaran ureter, pengisian buli. Dapat
dinilai apakah ada additional shadow pada buli atau feeling defect.
Kemudian dinilai keadaan setelah pasien berkemih untuk melihatfase
sistogram
3. Ultrasonografi USG
Dahulu pemeriksaan USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani
pemeriksaan PIV, yaitu pada keadaan-keadaan: alergi terhadap bahan
kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada wanita yang sedang hamil.
Namun kini pemeriksaan USG mulai menjadi modalitas utama dikarenakan
harga yang murah, mudah dilakukan dan tidak invasif. Pemeriksaan USG
dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli yang ditunjukkan
sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengkerutan ginjal.
4. Pemeriksaan CT-Scan
Pemeriksaan ini bisa dilakukan untuk melihat lebih jelas lokasi dari batu
jika diperlukan.
2.8 Diagnosis Banding
Kolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih lanjut,
misalnya distensi usus dan pionefrosis dengan demam. Oleh karena itu, jika
dicurigai terjadi kolik ureter maupun ginjal, khususnya yang kanan, perlu
dipertimbangkan kemungkinan kolik saluran cerna, kandung empedu, atau
11
apendisitis akut. Selain itu pada perempuan perlu juga dipertimbangkan
adneksitis. Bila terjadi hematuria, perlu dipertimbangkan kemungkinan keganasan
apalagi bila hematuria terjadi tanpa nyeri. Selain itu, perlu juga diingat bahwa
batu saluran kemih yang bertahun-tahun dapat menyebabkan terjadinya tumor
yang umumnya karsinoma epidermoid, akibat rangsangan dan inflamasi. Pada
batu ginjal dengan hidronefrosis, perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor
ginjal mulai dari jenis ginjal polikistik hingga tumor Grawitz.13
2.9 Penatalaksanaan 10,11,13
Penatalaksanaan pada nefrolithiasis bisa dilakukan secara konservatif dan
aktif. Secara konservatif dilakukan pada batu di kaliks yang asimptomatik, kurang
dari 10 mm. Dilakukan pemantauan setiap 6 bulan sampai satu tahun dengan
BNO, IVP atau USG untuk melihat perkembangan batu. Namun, jika ada
pertambahan ukuran dari batu maka interval follow up perlu diperketat dan
intervensi dilakukan jika batu tumbuh lebih dari 5 mm.
Terapi Konservatif atau Terapi Ekspulsif Medikamentosa (TEM) Terapi
dengan mengunakan medikamentosa ini ditujukan pada kasus dengan batu yang
ukuranya masih kurang dari 5mm, dapat juga diberikan pada pasien yang belum
memiliki indikasi pengeluaran batu secara aktif. Terapi konservatif terdiri dari
peningkatan asupan minum dan pemberian diuretik; pemberian nifedipin atau
agen alfa blocker, seperti tamsulosin; manajemen rasa nyeri pasien, khusunya
pada kolik, dapat dilakukan dengan pemberian simpatolitik, atau
antiprostaglandin, analgesik; pemantauan berkala setiap 1- 14 hari sekali selama 6
minggu untuk menilai posisi batu dan derajat hidronefrosis. 10, 15
12
Indikasi untuk pengeluaran batu secara aktif:
- Batu pada pasien risiko tinggi.
- Obstruksi yang timbul akibat batu
- Infeksi
- Batu yang simptomatik ( adanya nyeri, hematuria)
- Batu lebih dari 15 mm
- Batu kurang dari 15 mm jika observasi bukan pilihan
- Pilihan Pasien
- Komorbidiitas
13
beberapa kali tindakan. ESWL tidak boleh digunakan oleh penderita darah
tinggi, kencing manis, gangguan pembekuan darah dan fungsi ginjal, wanita
hamil dan anak anak, serta berat badan berlebih (obesitas). 16
2. Endourologi
Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan
kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan
langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau
melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat
dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidraulik, energi
gelombang suara, atau dengan energi laser. Tindakan endourologi yaitu PNL
(Percutaneous Nephro Lithotripsy). pada PNL dilakukan pengeluaran batu
yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi
ke sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau
dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.15
European Urology Association tentang urolithiasis merekomendasikan
PNL sebagai pengobatan utama untuk batu ginjal berukuran >20mm,10
sementara ESWL lebih disukai sebagai lini kedua pengobatan, karena ESWL
sering membutuhkan beberapa perawatan, dan memiliki risiko obstruksi
ureter, serta kebutuhan adanya prosedur tambahan. Ini adalah alasan utama
untuk merekomendasikan bahwa PNL adalah baris pertama untuk mengobati
pasien nefrolitiasis.
3. Bedah Terbuka Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang
memadai untuk tindakan tindakan endourologi, laparoskopi, maupun
ESWL,pengambilan batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka.
Pembedahan terbuka itu antara lain adalah: pielolitotomi atau nefrolitotomi
untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di
ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau
pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah
(pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis, atau mengalami pengkerutan
14
akibat batu saluran kemih yang menimbulkan obstruksi atau infeksi yang
menahun. 15
2.10 Prognosis
Prognosis Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu,
letak batu, dan adanya infeksi serta obstruksi. Makin besar ukuran suatu
batu, makin buruk prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan
obstruksi dapat mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan
jaringan dan adanya infeksi karena faktor obstruksi akan dapat
menyebabkan penurunan fungsi Ginjal.15
BAB 3
15
ILUSTRASI KASUS
3.2 Anamnesa
Keluhan Utama
Nyeri punggung kanan sejak enam bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
- Nyeri punggung kanan sejak enam bulan yang lalu. Nyeri dirasakan
hilang timbul dan menjalar dari punggung ke bagian depan. Nyeri
semakin terasa ketika sedang istirahat.
- Mual (-) Muntah (-)
- Riwayat buang air kecil berdarah (-) keruh (+) keluar batu dalam enam
bulan ini (-) Jumlah BAK sedikit dan pekat. Nyeri saat BAK (-)
- Riwayat demam (+) tidak terlalu tinggi hilang timbul sejak 3 bulan,
menggigil (+)
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat pernah keluar batu 20 tahun yang lalu
- Riwayat penyakit asam urat tidak ada
- Riwayat DM dan HT tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama seperti pasien.
Riwayat Kebiasaan
- Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga.
- Pasien menyatakan kebiasaan minum air putih kurang dari 2 Liter
sehari nya.
- Riwayat konsumsi protein yang tinggi tidak ada
16
- Nafas : 18 kali/menit
- Suhu : Afebris
- VAS :2
Status Internus
- Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
- Kulit dan kuku : Turgor kulit baik, tidak sianosis
- Kelenjer Getah Bening : Tidak ditemukan pembesaran
- Kepala : Tidak ditemukan kelainan
- Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik.
- Hidung : Tidak ditemukan kelainan
- Telinga : Tidak ditemukan kelainan
- Leher : JVP 5-2 cmH2O
- Paru :
Inspeksi : Simetris, kiri = kanan
Palpasi : Fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
- Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari medial línea mid
clavicula sinistra RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur (-),
Gallop (-)
- Regio Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-)
Palpasi : Muscle rigid (-), nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Status Lokalis (Regio Flank)
17
Pasien duduk: Nyeri tekan sudut murphy : +/-
Nyeri Ketok CVA : +/-
Pasien berbaring : Ballotement +/-
Nyeri tekan Supra simfisis : (-)
Teraba batu : (-)
Buli- buli penuh : (-)
18
Eritrosit : 0-1 / LPB
Silinder : negatif /LPK
Kristal : negatif /LPK
Epitel gepeng : Positif /LPK
Protein : Negatif
Glukosa : Negatif
Bilirubin : Negatif
Urobilinogen : Positif
Kesan : Lukosituria
19
Gambar 1. Gambaran BNO
BNO: Tampak gambaran radioopaq di paravertebra dextra setinggi proyeksi L2-
L4 dengan ukuran 6 cm x 8 cm
20
Nefrolithiasis Dextra
Pionefrosis
3.7 Tatalaksana
Rencana Nefrektomi Dextra
3.8 Prognosis
Dubia ad Bonam.
21
BAB 4
DISKUSI
Telah dirawat seorang pasien wanita usia 41 tahun di bangsal bedah RSUP
DR M Djamil Padang dengan diagnosis Nefrolithiasis dextra dan Pionefrosis
Dextra yang direncakan untuk Nefrektomi. Diagnosis ditegakan berdasarkan hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan
penunjang.
Dari hasil anamnesis ditemukan keluhan utama nyeri pada punggung
kanan sejak enam bulan yang lalu. Nyeri punggung tersebut menjalar ke depan
dan tidak ada penjalaran nyeri ke perut bagian bawah ataupun kemaluan
menunjukan bahwa kemungkinan kelainan yang terjadi berada pada bagian
proksimal. Nyeri punggung khas pada gangguan ginjal, namun hal tersebut harus
dibedakan dengan nyeri perut kanan bawah untuk menyingkirkan diagnosis lain
pada abdomen contohnya apendisitis. Nyeri bersifat difus, adanya referred pain,
dan nyeri dikatakan bersifat hilang timbul dan semakin terasa ketika beristirahat
menunjukkan khas nyeri visceral akibat gangguan organ visceral.
Nyeri yang timbul pada pasien ini bisa merupakan nyeri kolik ataupun
bukan nyeri kolik. Nyeri kolik timbul akibat dari usaha dinding otot polos di
organ untuk mengeluarkan batu, sedangkan nyeri non kolik timbul akibat adanya
peregangan kapsul ginjal dan respon inflamasi. Pasien tidak mengeluhkan adanya
mual dan muntah.
Selanjutnya dilakukan anamnesis mengenai perubahan pada buang air
kecil. Pasien menyatakan tidak ada keluar darah pada urin, tidak ada nyeri ketika
berkemih, namun ada riwayat keluar batu sebanyak dua buah pada saat pasien
berumur 21 tahun.
Pasien mengeluhkan jumlah BAK yang sedikit, keruh dan berwarna pekat.
Dari BAK yang sedikit dan pekat dicurigai adanya diuresis yang kurang baik itu
akibat intake yang kurang ataupun ekskresi yang sedikit. Keruh pada BAK
mengarahkan kepada kecurigaan Piuria atau leukosituria. Pasien juga merasakan
demam yang hilang timbul, tidak terlalu tinggi, dan disertai rasa menggigil sejak
22
tiga bulan yang lalu. Hal ini mengarahkan kecurigaan adanya infeksi akibat
obstruksi yang terjadi yaitu pionefrosis.
Faktor risiko berupa genetik, penyakit metabolik yaitu asam urat dan
hiperparatiroid tidak ditemukan pada pasien, juga tidak ada komorbid seperti
hipertensi dan diabetes. Dari gaya hidup pasien tidak ditemukan adanya konsumsi
protein hewani yang tinggi, namun pasien mengakui kurangnya intake cairan
sebelum pasien mengetahui penyakit yang dialaminya.
Pada pemeriksaan fisik status generalis pasien merasakan nyeri yang tidak
terlalu megganggu, dan dari status lokalis ditemukan adanya nyeri tekan sudut
murphy kanan yaitu sudut yang dibentuk antara costa 12 dengan musculus erector
spina dan nyeri ketok pada costovertebra angle. Pada pemeriksaan ballotement
juga ditemukan perabaan pantulan ginjal yang kenyal padat. Penemuan
pemeriksaan fisik ini mengkonfirmasi adanya peradangan pada ginjal dan
hidronefrosis pada ginjal kanan.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan
diagnosis pasti. Dilakukan pemeriksaan labor darah yang menunjukkan danya
leukositosis sebagai tanda infeksi dan juga leukosituria 40-60 per lapangan
pandang yang menandakan adanya piuria sehingga pasien ditegakkan diagnosis
adanya Pionefrosis akibat obstruksi pada ginjal. Dilakukan BNO dan IVP pada
pasien untuk melihat batu pada ginjal apakah bersifat radioopak atau radiolusen.
Dari BNO ditemukan adanya gambaran radioopak setinggi paravertebra lumbal
kanan dua hingga empat, berbentuk segi empat dengan ukuran enam sentimeter
kali delapan sentimeter. Dari IVP dapat dilihat adanya gangguan pada ginjal
kanan, yaitu berupa tidak adanya sekresi kontras oleh ginjal sehingga di dapatkan
diagnosis batu ginjal dextra dengan pionefrosis dan juga non fuctioning ginjal
kanan.
Rencana terapi yang diberikan adalah Nefrektomi. Indikasi dilakukan
nefrektomi adalah batu yang besar dan ginjal kanan yang sudah tidak bisa
dipertahankan, serta ginjal kontralateral yang masih berfungsi dengan baik
sehingga perlu dilakukan nefrektomi pada ginjal dextra.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Hanley JM, Saigal CS, Scales CD, Smith AC. Prevalences of kidney stone in
the United States. Journal European Association of Urology[internet].
2012[diakses tanggal 15 Jan 2019]; 62(1):160-5.Tersedia dari:
http://journal.unnes.ac.id/index.php/kem as
2. Depkes. Laporan riset kesehatan dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;2013.
3. Krisna DNP. Faktor risiko kejadian penyakit batu ginjal di wilayah kerja
Puskesmas Margasari kabupaten Tegal tahun 2010 [skripsi]. Semarang:
Universitas Negeri Semarang; 2011.
5. Robbins SL, Kumar V, Cotran RS, penyunting. Ginjal dan Sistem Penyalurnya.
Dalam: Robbins Buku Ajar Patologi. Edisi ke-7. New York: Elsevier; 2007.
hlm.602-3.
6. Longo DL, Kasper DL, Hauser SL, Loscalzo J, Fauci AS, Jameson JL
penyunting. Neprhrolithiasis. Dalam: Harrison’s Principles of Internal
Medicine. Edisi ke-18. USA: The McGraw-Hill Companies; 2012.
7. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR, penyunting. Abdomen. Dalam: Clinically
Oriented Anatomy. Edisi ke-6.USA: Lippincott Williams & Wilkins, Wolters
Kluwer business; 2010. hlm. 292-300.
24
10. Turk, C., et al. EAU Guidelines on Diagnosis and Conservative Management
of Urolithiasis. Eur Urol, 2017. 69: 468. Diakses pada 15 Januari 2018. Tersedia
dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26318710
13. Martha.E.B.T. Angka kejadian batu ginjal di RSUP Prof Dr.R.D. Kandou
Manado periode januari 2010-desember 2012. Eclinic [internet]. 2014 [diakses
tanggal 26 Marco Manza Adi Putra dan Ahmad Fauzi | Nefrolitiasis Majority |
Volume 5 | Nomor 2 | April 2016 ]. Tersedia dari:
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ecli nic/article/view/3722
15. Margaret Sue, David S, Dean G, Gary Curhan, Cynthia J, Brian R, et al.
Medical management of kidney stone: AUA guideline [internet]. USA:
American Urological Association; 2014 [diakses tanggal 14 Jan 2019]. Tersedia
dari: https://www.auanet.org/common/pdf/education/clinical-guidance/Medical
Management-of-Kidney-Stones.pdf
25