Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

DAKRIOADENITIS

ss
Pendahuluan
Sistem lakrimal terdiri dari glandula lakrimal dan
saluran lakrimal. Glandula lakrimal yang berada
di atas bola mata ini menghasilkan air mata
yang berfungsi untuk membasahi dan
mengkilapkan permukaan kornea, menghambat
pertumbuhan mikroorganisme, dan memberikan
nutrisi pada kornea
Air mata ini akan mengalir melewati mata dan kemudian
ke duktus lakrimal. Lubang kecil dari tiap ujung palpebra
medial merupakan tempat masuknya air mata ke saluran
lakrimal, yang kemudian ke sakus lakrimal yang ada pada
sisi hidung dan diteruskan ke duktus nasolakrimal dan
kemudian ke dalam hidung
Ketika saluran lakrimal ini tersumbat atau disebut
dakriostenosis, air mata akan menggenang di dalam
mata dan jatuh ke pipi. Air mata yang tersumbat pada
sistemlakrimal juga akan menyebabkan infeksi dan
mencetuskan serangan ulang matamerah. Keadaan
ini juga akan menyebabkan perubahan kulit dari
pelpebra inferior karena terus berkontak dengan air
mata
 Untukmencegah terjadinya efek yang lebih buruk dari
tersumbatnya duktus nasolakrimalis, maka perlu
dilakukan penatalaksanaan segera sesuai dari
penyebab penyumbatan duktus nasolakrimal.
Anatomi dan Fisiologi Sistem
Lakrimalis
Apparatus Lakrimalis
 Apparatus lakrimalis mencakup struktur-
struktur yang terlibat dalam produksi dan
drainase air mata
 Terdiri dari :
1. Aparatus Sekretorius Lakrimalis
2. Aparatus Eksretorius Lakrimalis
Etiologi
Etiologi dari dakriostenosis bisa didapat dari
kelainan kongenital, diantaranya agenesis
punctum dan kanalikuli dan obstruksi duktus
nasolakrimal. Pada orang dewasa biasanya
disebabkan oleh berbagai faktor, di
antaranya abnormalitas punctum, adanya
sumbatan padad kanalikuli, plak lakrimal,
obat – obatan, infeksi, trauma, neoplasma,
sumbatan duktus nasolakrimal, stenosis
involusi, dan dakriolith.
Manifestasi Klinis
Dakriostenosis akan menyebabkan epifora
atau mata berair (watery eye) walaupun
penderita dalam keadaan tidak sedang
menangis. Keadaan ini umumnya terjadi
unilateral, tetapi bila bilateral, biasanya
bersifat asimetris. Pada beberapa
penderita dapat berkembang menjadi
infeksi sekunder yang ditandai dengan
adanya sekret mukopurulen atau purulen.8
Etiologi
1. Kongenital :
Agenesis punctum dan kanalikuli
Obstruksi duktus nasolakrimal

2.Didapat :
a.Abnormalitas Punctum
b.Sumbatan Kanalikuli :
Plak Lakrimal
Obat ± obatan
Infeksi
Penyakit inflamasi
Trauma
Neoplasma
Pathofisiologi
1.Kongenital :
a.Agenesis pungtum dan kanalikuli
b.Terdapat membran yang memblok katup Hasner
yang menutupi duktus nasolakrimal pada hidung

2. Didapat
a. Abnormalitas pungtum
termasuk pungtum yang terlalu kecil (oklusi dan
stenosis) atau terlalu besar (biasanya iatrogenik),
dan pungtum yang mengalami malformasi atau
tersumbat oleh bagian lain disekitar pungtum.

b. Sumbatan kanalikuli
Sumbatan bisa terjadi pada kanalikuli komunis,
superior atau inferior. Hal ini disebabkan karena :
 Plak lakrimal
Plak pungtum dan kanalikuli bisa dalam berbagai
ukuran dan bentuk. Plak ini awalnya bertujuan untuk
menyumbat aliran lakrimal dalam pengobatan mata
kering.

 Obat–obatan
Obat–obatan yang biasanya menyebabkan obstruksi
kanalikuli adalah obat kemoterapi sistemik (5-
Fluorouracil, Docetaxel, Idoxuridine). Obat–obatan ini
disekresi dalam air mata dan ini akan mengakibatkan
inflamasi dan jaringan parut pada kanalikuli. Jika kondisi
ini dapat dideteksi dini – sebelum obstruksi komplit – stent
bisa dipasang untuk meregangkan kanalikuli yang
menyempit dan juga untuk mencegah penyempitan
lebih lanjut selama pemakaian obat kemoterapi.
Obstruksi kanalikuli juga terjadi akibat penggunaan obat
topikal (Phospholine iodine, serine), namun jarang
terjadi.
 Infeksi
Berbagai infeksi dapat menyebabkan obstruksi
kanalikuli, biasanya obstruksi terjadi pada infeksi
konjungtiva difus (virus vaccinia, virus herpes
simpleks). Infeksi kanalikuli terisolasi (kanalikulitis) bisa
juga menyebabkan obstruksi.

 Penyakit inflamasi
Keadaan inflamasi seperti pemfigoid, sindrom Steven
Johnson, dan juga penyakit Graft sering
menyebabkan bagian pungtum dan kanalikuli rusak.
Namun, oleh karena adanya penyakit mata kering
yang terjadi pada saat yang sama, penderita
biasanya tidak mengalami epiphora.
 Trauma
Trauma pada kanalikuli bisa menyebabkan kerusakan
permanen kanalikuli jika tidak ditanggulangi secara cepat
dan tepat

c. Sumbatan duktus naso lakrimal terjadi karena :


 Stenosis involusi
Penyebab terjadinya proses ini tidak diketahui namun ada
penelitian patologi klinik yang mengatakan kompresi lumen
duktus nasolakrimal terjadi akibat infiltrat inflamasi dan
edema. Ini mungkin terjadi akibat infeksi yang tidak
diketahui atau kemungkinan penyakit autoimun.
 Dakriolith
Dakriolith ataupun pembentukan cast dalam sakus lakrimal
bisa menyebabkan obstruksi duktus nasolakrimal. Dakriolith
terdiri dari sel epithelial, lemak dan debris amorphous
dengan atau tanpa kalsium. Kapur pengendapan di
dalam sakus lakrimal akibat gangguan keseimbangan air
atau peradangan sakus lakrimal yang biasanya
disebabkan infeksi jamur.
 Penyakit sinus
Pada penderita sebaiknya ditanyakan riwayat operasi
sinus karena kerusakan pada duktus nasolakrimal
kadang–kadang terjadi apabila ostium sinus maksilaris
bagian anterior dibesarkan.
 Trauma
Fraktur nasoorbital bisa mengenai duktus nasolakrimal.
Trauma juga bisa terjadi saat rhinoplasty atau operasi
sinus endoskopi.
 Penyakit inflamasi
Penyakit granuloma termasuk sarkoidosis, Wegener
granulomatosis, dan Lethal midline granuloma bisa
juga menyebabkan obstruksi duktus nasolakrimal.
Apabila diduga adanya penyakit sistemik, biopsi sakus
lakrimal atau duktus nasolakrimal harus dilakukan
sewaktu dacriosistorinostomi.
 Plak lakrimasi
Prosesnya menyerupai cara plak bermigrasi dari pungtum
ke kanalikuli dan menyebabkan obstruksi kanalikuli. Plak
pada pungtum dan kanalikuli yang terlepas bisa
bermigrasi dan menyumbat duktus lasolakrimal. Bagian–
bagian dari stent silikon yang menetap karena tidak
dibuang dengan benar juga bisa menyebabkan obstruksi
duktus nasolakrimal.
 Neoplasma
Neoplasma harus dipikirkan kemungkinannya pada semua
penderita obstruksi duktus nasolakrimal. Pada pasien
dengan presentasi atypical termasuk usia muda dan jenis
kelamin laki–laki, pemeriksaan lebih lanjut diperlukan. Bila
ada discharge pendarahan di pungtum atau distensi sakus
lakrimal di atas tendon kantus medial sangat mengarah
pada neoplasma. Riwayat keganasan terutama yang
berasal dari sinus atau nasofaring, juga sangat perlu
dilakukan pemeriksaan lanjut.
Pathofisiologi Didapat
1. Abnormalitas punctum
Kongenital 2. Sumbatan kanalikuli (Plak
1. Agenesis punctum & kanalikuli Lakrimal,Obat-obatan,Infeksi
2. Obstruksi duktus nasolakrimal Penyakit inflamasi,Trauma
Neoplasma)

Obstruksi nasolakrimal
(dakriostenosis)

Hambat sistem drainase

Epifora/watery eye

Bila terjadi infeksi

Terdapat secret mukopurulen


atau purulent
komplikasi
1.Dakriosistitis Inflamasi pada sakus lakrimalis
dengan edema, eritem, dan nyeri tekan di daerah
sekitar duktus mengalami penyumbatan.
2. Perisistitis Peradangan pada jaringan sekitar
duktus yang tersumbat.
3. Mukocele Massa subkutan berwarna kebiruan
dibawah tendon kantus media.
4. Selulitis periorbita Peradangan didaerah
ipsilateral mata.
Pemeriksaan penunjang
1. Test Anel
 Untuk menentukan fungsi ekskresi sistem lakrimal
 Dasar : - Pungtum diperlebar dengan dilatator -
Jarum anel yang berada pada semprit
dimasukkan horizontal melalui kanalikuli lakrimal
sampai masuk sakus lakrimal
 Nilai : Bila terlihat adanya reaksi menelan berarti
garam fisiologik masuk tenggorokan
menunjukkan fungsi sistem ekskresi lakrimal
normal. Bila tidak ada refleks menelan dan
terlihat garam fisiologik keluar melalui pungtum
lakrimal atas berarti fungsi apparatus lakrimal
tidak ada atau duktus nasolakrimal tertutup.
2. Test Fluoresin pada fungsi sistem lakrimal
 Tujuan : tes untuk melihat fungsi saluran
ekskresi sistem lakrimal
 Dasar : air mata masuk hidung melalui sistem
ekskresi lakrimal. Air mata dengan fluoresin
akan masuk ke dalam sistem lakrimal dan
terlihat di hidung dengan warna hijau
 Nilai : Bila terlihat zat warna fluoresin pada
kertas tisu berarti sistem ekskresi lakrimal baik.
3.Pemeriksaan dengan sonde
 Tujuan: pemeriksaan untuk menentukan letak
penyumbatan saluran ekskresi air mata
 Dasar : setiap saluran mempunyai ukuran
tersendiri. Hambatan alat menunjukkan letak
penutupan atau panjang saluran yang terbuka
 Nilai : bila panjang sonde yang masuk: - 8 mm
berarti kanalikuli lakrimal baik - 10-12 mm berarti
kanalikuli lakrimal sampai pada sakus lakrimal
baik - 16 mm berarti penyumbatan pada
bagian atas duktus nasolakrimal - 20 mm pada
anak atau 35 mm pada orang dewasa berarti
sonde sampai pada dasar hidung
4. Pemeriksaan radiologis
 membantu mengkonfirmasi lokasi stenosis atau
obstruksi, perlambatan aliran air mata fungsional dan
melihat patologi paranasal.
 Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan, antara
lain :
a. Dakriosistografi (DCG)
Menilai anatomi kanalikuli, sakus dan duktus
nasolakrimal. Baik untuk menentukan lokasi stenosis
atau obstruksi dan sangat berguna untuk
membedakan stenosis presakus dan post sakus.
b. Nukleur Lakrimal Sintigrafi Menggunakan technitium
99m pertechnetate yang diteteskan kedalam sakus
konjungtiva, dan diambil foto dengan kamera gama.
c. Computer Tomografi (CT)
d.Magnetic Resonance Imaging (MRI) – jarang
dilakukan

Anda mungkin juga menyukai