PAPER
Disusun oleh :
NAMIRA LARASSATI PULUNGAN
190131117
Supervisor :
Prof. Dr. dr. Rodiah R. Lubis, M.Ked(Oph), SpM(K)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih,
berkat, dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“CYSTOID MACULAR EDEMA”. Penulisan makalah ini adalah salah satu
syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan
Profesi Dokter di Departemen Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Prof.
Dr. dr. Rodiah R. Lubis, M.Ked(Oph), SpM(K) selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan dalam penyelesaian makalah ini. Dengan demikian
diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam sistem
pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk perbaikan dalam penulisan makalah selanjutnya.
i
PAPER NAMA : NAMIRA LARASSATI
DAFTAR ISI
BAB 1...........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................4
BAB 2...........................................................................................................5
2.1 Anatomi dan Fisiologi Retina ....................................................................5
2.2 Cystoid Macular Edema (CME) ...............................................................7
2.2.1 Definisi .........................................................................................................7
2.2.2 Etiologi .........................................................................................................7
2.2.3 Patofisiologi .................................................................................................8
2.2.4 Diagnosis ....................................................................................................10
2.2.5 Tatalaksana .................................................................................................13
BAB III ......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................17
ii
PAPER NAMA : NAMIRA LARASSATI
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA PULUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA NIM : 190131117
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Anatomi Retina ...................................................................................................6
Gambar 2 Patofisiologi CME...............................................................................................8
Gambar 3 Funduskopi ........................................................................................................11
Gambar 4 Gambaran OCT pada CME. ..............................................................................12
Gambar 5 Gambaran FFA ..................................................................................................13
3
PAPER NAMA : NAMIRA LARASSATI
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA PULUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA NIM : 190131117
BAB 1
PENDAHULUAN
4
PAPER NAMA : NAMIRA LARASSATI
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA PULUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA NIM : 190131117
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
dengan fotoreseptor
7. lapisan inti luar inti sel fotoreseptor
8. membran pembatas luar
9. lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut
10. epitel pigmen retina1
6
PAPER NAMA : NAMIRA LARASSATI
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA PULUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA NIM : 190131117
Sel-sel retina (sel fotoreseptor, bipolar, dan ganglion) bertanggung jawab untuk
menginterpretasikan informasi visual dari lingkungan ke otak. Foton cahaya diubah
menjadi sinyal saraf melalui proses transduksi. Proses ini dapat disederhanakan menjadi
empat tahap: fotoresepsi, transmisi ke sel bipolar, transmisi ke sel ganglion, dan transmisi
sepanjang saraf optik.3
2.2.1 Definisi
Cystoid Macular Edema (CME) merupakan sekuel patologis umum retina dan
terjadi dalam berbagai kondisi patologis seperti peradangan intraokular, oklusi vena
retina sentral atau cabang, retinopati diabetik dan paling sering setelah ekstraksi katarak.
Studi histologis menunjukkan bahwa ruang cystoid yang berorientasi radial yang terdiri
dari cairan bening secara oftalmoskopi sering terdeteksi secara klinis di area makula.
Kista ini tampaknya merupakan area retina di mana sel-sel telah bergeser akibat cairan.6
2.2.2 Etiologi
Kondisi patologis yang dapat menyebabkan edema makula yaitu:
1. Gangguan inflamasi: operasi intraokular, sindrom uveitik, prosedur laser
2. Penyakit pembuluh darah retina: retinopati diabetik, oklusi vena retina,
retinopati hipertensi
3. Penyakit vaskular koroid: neovaskularisasi koroid
4. Makulopati traksi: membran epiretinal, sindrom traksi vitreomakularcular
5. Reaksi obat: epinefrin, analog prostaglandin, asam nikotinat, tamoxifen,
glitazones
6. Distrofi retina bawaan: retinitis pigmentosa
7. Ablasi retina: eksudatif, regmatogenous
8. Tumor intraokular: melanoma koroid
9. Kelainan kepala saraf optik: papilopati diabetes/hipertensi, neuroretinitis,
lubang saraf optik/colobomas
10. Idiopatik10,13
7
PAPER NAMA : NAMIRA LARASSATI
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA PULUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA NIM : 190131117
2.2.3 Patofisiologi
CME disebabkan oleh akumulasi kistik cairan intraretina di pleksiform luar dan
lapisan inti dalam retina sebagai akibat rusaknya sawar darah-retina. CME dapat menjadi
konsekuensi serius dari berbagai prosedur dan kondisi mata, termasuk operasi katarak,
penyakit radang mata, penyakit pembuluh darah retina, dan gangguan traksi. CME
bukanlah penyakit itu sendiri, melainkan titik akhir dari berbagai proses yang mengarah
pada akumulasi cairan di makula.7
Retina resisten terhadap pergerakan cairan dan makromolekul dari vitreous ke
koroid, berfungsi sebagai barier relatif. Namun, sejumlah kecil cairan merembes ke dalam
jaringan interstisial retina karena tekanan intraokular. Sel-sel epitel pigmen retina
membuang kelebihan cairan dari retina ke koroid melalui transpor aktif, sedangkan sel-
sel Müller retina mengeluarkan cairan dari jaringan interstisial retina. Kelebihan cairan
terakumulasi di bawah retina neurosensori setelah akumulasi intraretinal, yang biasanya
diserap oleh Retinal Pigment Epithelium (RPE) yang sehat. Sel RPE berfungsi seperti
sistem limfatik jaringan lain, untuk mempertahankan perlekatan retina, bersama dengan
tekanan osmotik koroid, dan menjaga ruang subretina tetap kering. Karakteristik
histologis membran pembatas internal dan eksternal dapat menjelaskan pembentukan
kista pada lapisan retina tertentu pada CME. Bagian sinaptik dari lapisan pleksiform luar
dan dalam juga bertindak sebagai penghalang resistensi yang tinggi terhadap pergerakan
cairan, menghasilkan cairan dari pleksus kapiler menengah dan dalam yang terakumulasi
di lapisan nuklir bagian dalam, menghasilkan konfigurasi seperti kista.8
2.2.4 Diagnosis
1. Anamnesis
Diagnosis CME dapat ditegakkan dari anamnesis dengan adanya gejala
klinis berupa pandangan kabur, mikropsia, dan metamorfopsia. Adanya
riwayat penyakit sistemik seperti diabetes mellitus dan hipertensi. Adanya
riwayat operasi katarak, ataupun penggunaan obat-obatan seperti
latanoprost.1,2
2. Funduskopi
Dalam funduskopi, hilangnya depresi fovea adalah tanda CME yang
paling sering. Ruang cystoid intra-retina dapat dideteksi dan area
perifoveal dapat muncul dengan warna kekuningan. Pembengkakan kepala
saraf optik dapat dideteksi. Dalam kasus CME kronis, ruang cystoid
menyatu dengan kista foveal.10
10
PAPER NAMA : NAMIRA LARASSATI
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA PULUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA NIM : 190131117
11
PAPER NAMA : NAMIRA LARASSATI
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA PULUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA NIM : 190131117
Gambar 4 Gambaran OCT pada CME. Terlihat adanya struktur kistoid pada makula
12
PAPER NAMA : NAMIRA LARASSATI
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA PULUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA NIM : 190131117
Gambar 5 A: Gambaran FFA normal, B: Gambaran FFA pada CME. Bercak-bercak putih di sekitar makula
menandakan adanya cairan di dalam lapisan retina
2.2.5 Tatalaksana
1. Nonsteroidal Anti-inflammation Drugs (NSAID)
Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) adalah salah satu kelas obat yang
paling sering diresepkan, dan mereka secara rutin digunakan karena sifat
analgesik, antipiretik, dan antiinflamasinya. Karena mereka adalah
penghambat kuat enzim siklooksigenase (COX), mereka mengurangi
sintesis prostaglandin pro-inflamasi (PG), yang perperan penting dalam
patogenesis CME. NSAID telah digunakan secara luas secara sistemik
selama beberapa dekade dan baru-baru ini tersedia dalam bentuk formulasi
oftalmik topikal.17
13
PAPER NAMA : NAMIRA LARASSATI
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA PULUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA NIM : 190131117
2. Kortikosteroid
Steroid juga menghambat produksi prostaglandin, tetapi pada tingkat yang
lebih tinggi dalam jalur biokimia, dengan menghambat enzim fosfolipase
A2, yang mengkatalisis konversi lipid membran menjadi asam arakidonat.
Kasus resisten CME pasca operasi dan sebagian besar kasus CME uveitik
memerlukan konsentrasi makula yang lebih tinggi dari agen
kortikosteroid, biasanya dapat dicapai dengan injeksi sub-Tenon posterior.
Kasus lebih lanjut tidak responsif terhadap injeksi kortikosteroid sub-
Tenon mungkin memerlukan konsentrasi obat intraokular dicapai hanya
dengan pengiriman sistemik atau intravitreal.
3. Carbonic Anhidrase Inhibitor (CAI)
Inhibitor karbonat anhidrase dapat mengubah polaritas sistem transpor
ionik di epitel pigmen retina melalui penghambatan karbonat anhidrase
dan -glutamil transferase. Akibatnya terjadi peningkatan transpor cairan
melintasi epitel pigmen retina dari ruang sub-retina ke koroid dengan
pengurangan edema. Inhibitor karbonat anhidrase juga telah terbukti
memiliki efek langsung lainnya baik pada fungsi sel epitel pigmen retina
dan retina dengan menginduksi pengasaman ruang sub-retina, penurunan
potensial berdiri serta peningkatan daya rekat retina.13
4. Laser Photocoagulation
Dalam perawatan laser fokal dalam kasus edema makula fokal,
diperkirakan bahwa fotokoagulasi mikroaneurisma langsung di sekitar
area makula mengurangi kebocoran dari MA dengan konsekuensi
penurunan edema makula. Namun, dalam teknik perawatan laser grid,
mekanisme ini mungkin hanya berfungsi sebagian, sehingga mekanisme
lain yang mungkin telah diusulkan:
i. Oksigen meningkat melalui bekas luka laser.
ii. Penurunan vasokonstriksi autoregulasi
iii. Penurunan seluruh area kebocoran abnormal
iv. Restorasi sawar RPE19
5. Vitrectomy
Ini adalah prosedur bedah mikro intraokular yang melibatkan penyisipan
instrumen melalui sayatan yang sangat kecil di pars plana ke dalam rongga
vitreous. Vitrektomi melalui pendekatan pars plana adalah prosedur yang
14
PAPER NAMA : NAMIRA LARASSATI
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA PULUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA NIM : 190131117
15
PAPER NAMA : NAMIRA LARASSATI
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA PULUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA NIM : 190131117
BAB III
KESIMPULAN
16
PAPER NAMA : NAMIRA LARASSATI
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA PULUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA NIM : 190131117
DAFTAR PUSTAKA
17
PAPER NAMA : NAMIRA LARASSATI
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA PULUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA NIM : 190131117
18