PAPER
Disusun oleh :
NAMIRA LARASSATI PULUNGAN
190131117
Supervisor :
MEDAN
2021
PAPER NAMA : NAMIRA LARASSATI
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA PULUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 190131117
SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih,
berkat, dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“PEMERIKSAAN REFRAKSI SUBJEKTIF”. Penulisan makalah ini adalah
salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program
Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Mata, Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
Vanda Virgayanti, M.Ked(Oph), SpM selaku pembimbing yang telah memberikan
arahan dalam penyelesaian makalah ini. Dengan demikian diharapkan makalah ini
dapat memberikan kontribusi positif dalam sistem pelayanan kesehatan secara
optimal.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk perbaikan dalam penulisan makalah selanjutnya.
i
PAPER NAMA : NAMIRA LARASSATI
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA PULUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 190131117
SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
BAB 1 ..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
BAB 2 ..........................................................................................................3
2.1 Pemeriksaan Refraksi Subjektif...............................................................3
2.1.1 Astigmatic dial .............................................................................................3
2.1.2 Stenopeic Slit ...............................................................................................4
2.1.3 Cross Cylinder ..............................................................................................5
2.1.4 Tes Duokrom ...............................................................................................6
2.1.5 Binocular Balancing.....................................................................................8
2.1.6 Best Visus Sphere ........................................................................................9
ii
PAPER NAMA : NAMIRA LARASSATI
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA PULUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 190131117
SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
iii
PAPER NAMA : NAMIRA LARASSATI
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA PULUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 190131117
SUMATERA UTARA
BAB 1
PENDAHULUAN
1
PAPER NAMA : NAMIRA LARASSATI
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA PULUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 190131117
SUMATERA UTARA
2
PAPER NAMA : NAMIRA LARASSATI
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA PULUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 190131117
SUMATERA UTARA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
PAPER NAMA : NAMIRA LARASSATI
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA PULUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 190131117
SUMATERA UTARA
4
PAPER NAMA : NAMIRA LARASSATI
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA PULUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 190131117
SUMATERA UTARA
lakukan fogging dan defogging pada sampai koreksi terbaik tercapai. Kemudian slit
diputar perlahan sampai pasien merasakan ketajaman penglihatan terbaik pada
meridian dengan koreksi terbaik. Pada posisi ini, sekali lagi dilakukan fogging dan
defogging pada mata dengan step interval 0,50 dioptri hingga pasien mencapai
akuitas terbaik. Kekuatan lensa harus diperhatikan pada sumbu tersebut. Kemudian
posisi slit kembali diputar 90 derajat dari posisi sebelumnya dan prosedur diulangi.7
Gambar 2 Stenopeic slit. Gambar di kanan menunjukkan penempatan lensa spheris di depan stenopeic slit
secara berurutan untuk menentukan ketajaman visual terbaik
5
PAPER NAMA : NAMIRA LARASSATI
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA PULUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 190131117
SUMATERA UTARA
4. Perbaiki sumbu terlebih dahulu. Posisikan sumbu lensa silinder silang 45 ° dari
meridian utama dari lensa silinder koreksi. Tentukan pilihan flip yang diinginkan,
dan putar sumbu lensa silinder ke arah sumbu yang sesuai dari lensa silinder silang.
Ulangi hingga 2 pilihan flip tampak sama.
5. Perbaiki kekuatan lensa silinder. Sejajarkan sumbu lensa silinder silang dengan
meridian utama dari lensa silinder koreksi. Tentukan pilihan flip yang disukai, dan
tambahkan atau kurangi kekuatan lensa silinder sesuai dengan posisi lensa silinder
silang yang diinginkan. Imbangi perubahan posisi dari lingkaran yang paling tidak
membingungkan dengan menambahkan setengah lensa spheris ke arah yang
berlawanan tiap kali kekuatan lensa silinder diubah.
6. Perbaiki lensa spheris, sumbu lensa silinder, dan kekuatan lensa silinder hingga
tidak diperlukan perubahan lebih lanjut.6
Gambar 3 Jackson cross cylinder. A, Phoropter. B, Lensa uji manual. C, Lensa uji manual berputar.
sebagai penentuan titik akhir dalam refraksi.8 Pemeriksaan ini didasarkan pada
prinsip aberasi kromatik aksial yaitu cahaya dengan panjang gelombang lebih
pendek akan dibiaskan lebih banyak oleh optik mata dibandingkan cahaya dengan
panjang gelombang yang lebih panjang. Pemeriksaan tes duokrom menggunakan
sebuah warna merah (panjang gelombang 620 nm) dan warna hijau (panjang
gelombang 535 nm) dengan kecerahan yang sama. Warna merah-hijau tersebut
membuat latar belakang grafik secara vertikal tampak terbagi menjadi dua. Akibat
adanya proses aberasi kromatik pada mata, gelombang dengan panjang gelombang
yang lebih pendek (hijau) akan difokuskan di depan gelombang dengan panjang
gelombang yang lebih panjang (merah), kemudian mata biasanya fokus dekat
dengan pertengahan spekrum, antara panjang gelombang hijau dan merah.1,9
7
PAPER NAMA : NAMIRA LARASSATI
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA PULUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 190131117
SUMATERA UTARA
penglihatan sferis yang benar. Apabila huruf pada tampilan hijau tampak lebih
jelas, tambahkan lensa +0,25 D hingga mendapatkan keseimbangan dan
perhatikan kekuatan sferis tambahan yang diperlukan untuk mendapatkan
keseimbangan. Apabila huruf pada tampilan merah lebih jelas, tambahkan lensa
sferis −0,25 D hingga mendapatkan keseimbangan dan perhatikan kekuatan sferis
tambahan yang diperlukan untuk mendapatkan sebuah keseimbangan. Jika lebih
dari ± 0,50 D yang diperlukan untuk menyeimbangkan kejelasan huruf pada
duokrom menunjukkan bahwa tes duokrom ini tidak dapat dipercaya pada pasien
tersebut dan hasilnya harus diabaikan.1,9
buram, +0,25D ditambahkan pada satu mata dengan gambar bayangan yang jernih
kemudian lakukan perbandingan ulang. Jika sudah terdapat gambaran bayangan
yang sama buram maka kedua mata telah seimbang. Bila tidak ada lensa yang
menghasilkan tingkat keburaman yang imbang pada kedua mata, pasangan lensa
yang menghasilkan gambar sedikit lebih baik didepan mata dominan dipilih.
Setelah keseimbangan binokular tercapai maka prisma dilepaskan dan lensa
pemburam dikurangi dari kedua mata tiap 0,25D untuk memberikan waktu yang
cukup bagi pasien beradaptasi terhadap perubahan lensa dan Kekuatan lensa yang
akan dipilih adalah yang dapat menghasilkan ketajaman penglihatan terbaik tanpa
melibatkan akomodasi.1,9
9
PAPER NAMA : NAMIRA LARASSATI
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA PULUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 190131117
SUMATERA UTARA
10
PAPER NAMA : NAMIRA LARASSATI
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA PULUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 190131117
SUMATERA UTARA
BAB III
KESIMPULAN
Mata dengan sifat emetropia adalah mata tanpa adanya kelainan refraksi
pembiasan sinar mata dan berfungsi normal. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar
oleh kornea atau perubahan panjang bola mata, maka sinar normal tidak dapat
terfokus pada makula. Keadaan ini disebut ametropia yang dapat berupa miopia,
hipermetropia, atau astigmatisma. Prosedur dalam menemukan dan mengoreksi
kesalahan bias disebut dengan refraksi. Pemeriksaan refraksi terdiri dari dua
metode, yaitu objektif dan subjektif. Pemeriksaan subjektif terdiri dari 3 tahap
yaitu verifikasi subjektif refraksi, penyempurnaan fraksi pembiasan dan
menyeimbangkan binokular subjektif. Teknik yang dapat digunakan yaitu
astigmatic dial, stenopeic slit, cross cylinder, tes duokrom, dan binocular balance.
11
PAPER NAMA : NAMIRA LARASSATI
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA PULUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 190131117
SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
12