PAPER
NON-ARTERITIC ANTERIOR
ISCHEMIC OPTIC NEUROPATHY
Disusun oleh:
Supervisor:
dr. Fithria Aldy, M.Ked(Oph), Sp.M(K)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan dan ketersediaan waktu bagi
penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Fithria
Aldy, M.Ked(Oph), Sp.M(K), selaku supervisor yang telah memberikan arahan
dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah ini berjudul “NON-ARTERITIC ANTERIOR ISCHEMIC OPTIC
NEUROPATHY” dimana tujuan penulisan makalah ini ialah untuk memberikan
informasi mengenai berbagai hal mengenai penyakit ini. Dengan demikian
diharapkan karya tulis ini dapat memberikan kontribusi positif dalam proses
pembelajaran serta diharapkan mampu berkontribusi dalam sistem pelayanan
kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis dengan senang hati akan menerima segala bentuk kritikan yang
bersifat membangun dan saran-saran yang akhirnya dapat memberikan manfaat
bagi makalah ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
i
PAPER NAMA : REINA R TARIHORAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100015
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2. Tujuan Penulisan......................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3
2.1. Anatomi ...................................................................................... 3
2.1.1. Lapisan Retina................................................................. 3
2.1.2. Nervus Optikus................................................................ 4
2.1.3. Lesi Saraf Optik.............................................................. 7
2.2. Neuropati Iskemia Optik........................................................... 9
2.2.1. Definisi............................................................................ 9
2.2.2. Epidemiologi................................................................... 9
2.2.3. Patofisiologi.................................................................... 10
2.2.4. Manifestasi Klinis........................................................... 11
2.2.5 Diagnosis......................................................................... 14
2.2.6. Diagnosa Banding........................................................... 14
2.2.7. Penatalaksanaan.............................................................. 15
2.2.8. Prognosis......................................................................... 16
BAB 3 KESIMPULAN .................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 18
LAMPIRAN
ii
PAPER NAMA : REINA R TARIHORAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100015
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Lapisan Retina.................................................................................. 3
Gambar 2 Jaras Nervus Optikus....................................................................... 4
Gambar 3 Vaskularisasi Nervus Optikus.......................................................... 6
Gambar 4 Defek Visual.................................................................................... 7
Gambar 5 Small Optic Disk.............................................................................. 12
Gambar 6 Edema diskus optik............................................................................ 13
iii
PAPER NAMA : REINA R TARIHORAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100015
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1
PAPER NAMA : REINA R TARIHORAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100015
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
2
PAPER NAMA : REINA R TARIHORAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100015
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI
2.1.1 Lapisan Retina
3
PAPER NAMA : REINA R TARIHORAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100015
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
Selubung meningeal
Piamater, arachnoid, dan duramater melapisi otak dan
berlanjut ke nervus optikus. Di kanalis optik duramater menempel
langsung ke tulang sekitarnya. Ruang subarachnoid dan ruang
subdural merupakan kelanjutan dari bagian otak juga. 6,9
5
PAPER NAMA : REINA R TARIHORAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100015
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
6
PAPER NAMA : REINA R TARIHORAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100015
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
7
PAPER NAMA : REINA R TARIHORAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100015
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
menyebabkan tekanan pada setiap sisi kiasma dan ateroma dari carotis
atau arteri communican posterior. 6,8,9
4. Lesi saluran optik
Ditandai dengan hemianopia homonim terkait dengan reaksi
pupil kontralateral (Reaksi Wernicke). Lesi ini biasanya diahului oleh
atrofi optik pada sebagian akhir nervus optikus dan mungkin
berhubungan dengan kelumpuhan saraf ketiga kontralateral serta
hemiplegik ipsilateral. Penyebab umum lesi ini diantaranya lesi sifilis,
tuberkulosis, dan aneurisma dari serebeli atas atau arteri serebral
posterior. 6,8,9
5. Lesi badan genikulatam lateral
Lesi ini mengakibatkan hemianopia homonim dengan refleks
pupil minimal, dan mungkin berakhir dengan atrofi optik parsial. 6,8,9
8
PAPER NAMA : REINA R TARIHORAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100015
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
2.2.2 Epidemiologi
NAION merupakan neuropati optik yang umum ditemukan pada
pasien usia diatas 50 tahun. Estimasi insiden di Amerika Serikat sekitar
0.54/100.000 kasus dalam semua usia dan 2.3-10.2 setiap 100.000 orang
yang usianya lebih dari 50 tahun.8 Prevalensi NAION di Amerika Serikat
9
PAPER NAMA : REINA R TARIHORAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100015
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
2.2.3 Patofisiologi
kritis. Pada beberapa orang menghasilkan iskemia kepala saraf optik dan
pengembangan NAION. NAION sangat sering diasosiasikan dengan
umur, diabetes, hipertensi, dan suplai vaskular, maka oklusi arteri kecil
lebih sering digunakan untuk mekanisme dari NAION. Aliran darah ke
nervus optik dipertahankan oleh adanya mekanisme autoregulasi yang
meliputi input otonom ke pembuluh darah, dan adanya pengeluaran
substansi vasoaktif seperti endotelin dan nitrit oxide (NO). Adanya
gangguan pada mekanisme autoregulasi ini akan menginduksi
arteriosclerosis, dan vasospasme. Dalam kondisi seperti ini, penurunan
tekanan perfusi pada kapiler yang mensuplai nervus optik disebabkan
oleh adanya penurunan dari tekanan darah, peningkatan tekanan mata,
dan adanya penyempitan pada arteri karotid internal dan/atau arteri
optalmik.18
12
PAPER NAMA : REINA R TARIHORAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100015
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
visus ketajaman penglihatan bervariasi dari yang ringan sampai tidak ada
persepsi cahaya. Defek lapangan pandang biasanya terjadi pada bagian nasal.
Pada angiografi fluorescein fundus, diskus optik dengan edema pada NAION
selalu menunjukkan bahwa pewarna bocor dari kapiler di diskus saraf optik
dan pewarnaannya terlambat. Kebocoran fluorescein mungkin terjadi karena
stasis vena yang disebabkan oleh penekanan pada kapiler. Peningkatan
permeabilitas kapiler juga menjadi penyebab kebocoran tersebut.
Peningkatan permeabilitas kapiler dikarenakan anoksia yang terjadi pada
kapiler yang merupakan faktor terpenting terjadi perkembangan edema
diskus optic pada NAION. Oleh karena itu, ada perubahan sekunder dan
primer yang terjadi yang mengakibatkan edema diskus optic pada pasien
dengan NAION.
2.2.5. Diagnosis
13
PAPER NAMA : REINA R TARIHORAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100015
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
2.2.7. Penatalaksanaan
15
PAPER NAMA : REINA R TARIHORAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100015
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
2.2.8.Prognosis .
BAB 3
16
PAPER NAMA : REINA R TARIHORAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100015
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
KESIMPULAN
NAION adalah iskemik saraf optik intraocular yang terjadi secara tiba-tiba
dan bersifat ireversibel. Gejala yang timbul adalah penurunan tajam penglihatan
dan gangguan lapang pandang yang terjadi secara tiba-tiba pada sebelah atau
kedua mata tanpa disertai rasa sakit. NAION biasa terjadi pada pasien usia diatas
50 tahun dengan pravalensi antara 3 sampai 10 per 100.000 penduduk. Penyebab
paling umum adalah hilangnya perfusi sementara atau hipoperfusi pada kepala
saraf optic yang diperdarahi oleh arteri siliaris posterior.
Pasien datang dengan keluhan hilangnya penglihatan secara
mendadak pada sebelah mata selama beberapa jam sampai beberapa hari yang
bersifat progresif. Pasien juga mengeluhkan gangguan lapang pandang tanpa rasa
sakit. Pada pemeriksaan fisik, akan didapatkan penurunan visus, diskromatopsia,
defek pupil aferen, adanya edema diskus optik, perdarahan peripapiler, dan pada
pemeriksaan funduskopi ditemukan cup-disc ratio (CD-rasio) yang rendah. Pada
pemeriksaan visus ketajaman penglihatan bervariasi dari yang ringan sampai
tidak ada persepsi cahaya. Defek lapangan pandang biasanya terjadi pada bagian
nasal.
Diagnosis dari NAION ini majoritas hanya secara klinis, berdasarkan
usia, adanya faktor risiko terjadi vaskulopati, pola dari hilang penghilatan, dan
adanya diskus yang membengkak. Terapi NAION tidak spesifik, dapat diberikan
aspirin untuk memperbaiki aliran darah ke mata dan kortikosteroid untuk
mengurangi pembengkakan dan inflamasi. Dapat juga dilakukan tindakan
dekompresi selubung nervus optic untuk menurunkan tekanan di nervus optic
dan neuroprotector seperti Citikolin, Levodopa dan Brimonidin. Hampir semua
pasien NAION tidak mengalami kehilangan penglihatan, bila terjadi kehilangan
penglihatan dapat berlangsung dalam 6 minggu. . Kekambuhan pada mata yang
sama terjadi kira-kira 6% kasus.
17
PAPER NAMA : REINA R TARIHORAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100015
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
DAFTAR PUSTAKA
18
PAPER NAMA : REINA R TARIHORAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100015
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
19
PAPER NAMA : REINA R TARIHORAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100015
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
20
PAPER NAMA : REINA R TARIHORAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100015
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN