PAPER
RETINOPATI DIABETIK
Disusun oleh:
REINA ROMAULI TARIHORAN
NIM: 140100015
Supervisor:
dr. Fithria Aldy, M.Ked(Oph), Sp.M(K)
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini dengan
judul “Retinopati Diabetik”.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dokter
pembimbing penulis dr. Fithria Aldy, M. Ked(Oph), Sp.M(K) yang telah
meluangkan waktunya dan memberikan bimbingan serta masukan dalam
penyusunan paper ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari
kesempurnaan baik isi maupun susunan bahasa, untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan paper
selanjutnya.
Paper ini diharapkan bermanfaat bagi yang membaca dan dapat menjadi
referensi dalam pengembangan wawasan di bidang medis.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 4
2.1. Anatomi Mata............................................................................ 4
2.1.1. Retina.............................................................................. 4
2.2. Retinopati Diabetik................................................................... 7
2.2.1. Definisi............................................................................ 7
2.2.2. Epidemiologi................................................................... 7
2.2.3. Klasifikasi........................................................................ 8
2.2.4. Faktor Resiko.................................................................. 12
2.2.5. Patofisiologi.................................................................... 13
2.2.6 Diagnosis......................................................................... 15
2.2.7 Penatalaksanaan............................................................... 19
2.2.7.1 Penatalaksanaan dengan medikasi....................... 20
2.2.7.2 Penatalaksanaan dengan pembedahan................. 20
2.2.8. Prognosis......................................................................... 21
BAB 3 KESIMPULAN .................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 23
LAMPIRAN
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Struktur Retina........................................................................ 5
Gambar 2.2 Gambaran funduskopi : pembuluh darah retina...................... 7
Gambar 2.3. NPDR...................................................................................... 9
Gambar 2.4. Retinopati Diabetik................................................................. 11
Gambar 2.5. Klasifikasi retinopati diabetik proliferatif............................... 12
Gambar 2.6. Mikroaneurisma dan hemorrhages pada backround
diabetic retinopathy................................................................ 16
Gambar 2.7. Tatalaksana retinopati diabetes dengan laser.......................... 21
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
diabetik proliferatif. 4
Berdasarkan program skrining, grading dan perawatan mata pasien DM
yang dilakukan oleh organisasi Helen Keller International (HKI) di Indonesia
pada tahun pada tahun 2009-2012 bekerja sama dengan Rumah Sakit Cipto
1
Mangunkusumo (RSCM) di Jakarta, dari 8 juta orang dewasa usia 20-79 tahun
yang mengalami kebutaan di Jakarta, terdapat sekitar 10% diantaranya menderita
DM.3
Klasifikasi retinopati diabetik adalah non proliferative diabetic retinopaty
(NPDR) dan proliferative diabetic retinopaty (PDR). Bila tidak mendapatkan
terapi yang tepat, NPDR akan berkembang menjadi PDR.4
2
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami
tentang Retinopati Diabetik. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
melengkapi persyaratan kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Retina terdiri dari dua lapisan utama yaitu epitel pigmen retina luar
dan lapisan saraf bagian dalam. Retina terdiri dari sepuluh lapisan yaitu:6
4
yang mengandung pigmen melanin yang terletak di
bagian luar retina.
2. Lapisan sel batang dan kerucut : Ini adalah organ untuk sensasi
visual.
3. Membran limitan eksternal : Terletak di antara sel
batang, sel kerucut dan lapisan nukleus luar.
4. Lapisan nukleus luar : Terdiri dari inti batang dan kerucut.
5
Gambar 2.1. Struktur retina6
kavernosa.7
Arteri, arteriol dan vena di lapisan superfisial retina dekat
permukaan vitreos dapat dilihat melalui oftalmoskop. Gambaran Arteri retina
biasanya cerah merah, memiliki strip refleks merah terang akan tetapi
menjadi lebih pucat pada usia lanjut. Vena retina berwarna merah gelap
dengan strip refleks sempit. Diameter vena biasanya 1,5 kali lebih besar dari
diameter arteri dengan rasio arteri : vena adalah 2 : 3.5,7
6
Gambar 2.2 Gambaran funduskopi : pembuluh
darah retina8
2.2.2 Epidemiologi
7
meningkat sejalan dengan lama nya terkena diabetes dan usia pasien.
Retinopati diabetik jarang ditemukan pada anak anak dibawah usia 10
tahun. Resiko terjadinya diabetes meningkat setelah pubertas.10
Tingkat prevalensi retinopati untuk semua orang dewasa dengan
diabetes berusia 40 tahun ke atas di Amerika serikat adalah 28,5% ( 4,2
juta orang ), di seluruh dunia, tingkay prevalensi diperkirakan 34,6% ( 93
juta orang ). Perkiraan tingkat prevalensi untuk retinopati diabetik yang
mengancam penglihatan (VTDR) di America serikat adalah 4,4% ( 0,7 juta
orang . Diseluruh dunia tingkat prevalensi ini telah dierkirakan 10,2 % (28
juta orang)11
2.2.3 Klasifikasi
Klasifikasi retinopati diabetik dibagi menjadi dua kelas utama :
non proliferatif dan proliferatif. Kata proliferatif mengacu pada ada atau
tidaknya neovaskularisasi (pertumbuhan pembuluh darah abnormal) pada
retina. Penyakit awal tanpa neovaskularisasi disebut retinopati diabetik non
proliferatif (NPDR). Ketika penyakit ini berkembang, ia dapat berkembang
menjadi retinopati proliferatif (PDR) yaitu disertai dengan
neovaskularisasi dan memiliki potensi yang lebih besar untuk terjadi
gangguan visual yang serius12.
8
merupakan penyebab umum hilangnya penglihatan pada orang
dengan retinopati diabteik. Resolusi dari cairan dapat meninggalkan
endapan. Sedimen ini terdiri dari lipid, endapan yang kuning disebut
eksudat keras. Sebagai NPDR yang sedang berlangsung
menyebabkan pembuluh darah yang terkena menjadi terhambat.
Obstruksi ini dapat menyebabkan infark pada lapisan serabut saraf
yang menghasilkan flutty, bercak putih yang disebut cotton wool
spot (CWS).12
9
b. NPDR ringan sampai sedang :Terdapat satu atau lebih tanda berupa
dilatasi vena derajat ringan perdarahan, eksudat keras, eksudat lunak
atau IRMA.
c. NPDR berat : Terdapat satu atau lebih tanda berupa perdarahan dan
mikroaneurisma pada 4 kuadran retina, dilatasi vena pada 2 kuadran,
atau IRMA ekstensif minimal pada 1 kuadran.
d. NPDR sangat berat : Ditemukan dua atau lebih tanda pada retinopati
NPDR berat.
dapat tumbuh secara abnormal keluar dari retina meluas sampai ke vitreus,
merah, abu abu atau hitam. Apabila perdarahan terus berulang dapat
terbentuk jaringan fibrosis atau sikatriks pada retina. Oleh karena retina
hanya berupa lapisan tipis yang terdiri dari beberapa lapis sel saja maka
sikatriks dan jaringan fibrosis yang terbentuk dapat menarik retina sampai
10
sama dengan jaringan fibrosis dapat meluas ke chamber anterior. Keadaan
tersebut dapat mebnghambat aliran keluar dari aqueous humor sehingga
menimbulkan glaukoma neovaskular yang ditandai dengan meningkatnya
tekanan intraokular. Kebutaan dapat terjadi apabila ditemukan pembuluh
darah baru yang meliputi satu per empat daerah diskus, adanya perdarahan
preretina, pembuluh darah baru yang terjadi dimana saja
(neovascularization elsewhere) yamg disertai perdarahan atau terdapat
perdarahan di lebih separuh pada daerah diskus atau vitreus.9
11
Gambar 2.4 Diabetik retinopati
vitreus.9
12
A B
C D
E F
Gambar 2.5 A, Mild NPDR; B, Moderate NPDR; C, Severe NPDR; D, Very severe
NPDR; E, Early PDR; F, High risk PDR13
13
2.2.4. Faktor Resiko14,15,16
1. Durasi Diabetes
Pada pasien yang didiagnosis sebelum usia 30 tahun, insiden retinopati
diabetik setelah 10 tahun adalah 50% dan setelah 30 tahun menjadi 90%,
retinopati diabetik jarang berkembang dalam waktu 5 tahun sejak
terdiagnosa diabetes atau sebelum pubertas.
2. Metabolik Kontrol yang Buruk
Kontrol glukosa darah yang ketat dapat mencegah atau menunda
perkembangan dari retinopati diabetik.
3. Kehamilan
Kehamilan kadang kadang dikaitkan dengan perkembangan retinopati
diabetik, faktor prediktif termasuk keparahan retinopati pra-kehamilan
yang lebih besar, kontrol diabetes pra-kehamilan yang buruk, kontrol yang
dilakukan terlalu cepat selama tahap awal kehamilan, dan pre-eklampsia.
4. Hipertensi
Hipertensi sangat umum pada pasien dengan diabetes tipe 2, harus
dikontrol ketat dengan tekanan darah <140/80 mmHg. Kontrol ketat sangat
bermanfaat pada penderita diabetes tipe 2 dengan makulopati.
5. Nefropati
Nefropati jika sudah parah dikaitkan dengan memburuknya retinopati
diabetik. Sebaliknya, pengobatan penyakit ginjal (misalnya transplantasi
ginjal) dapat dikaitkan dengan peningkatan retinopati dan respons yang
lebih baik terhadap fotokoagulasi.
6. Lain lain (merokok, usia )
2.2.5 Patofisiologi
14
Banyak stimulator dan inhibitor angiogenik telah diidentifikasi, faktor
reduktase.17
2. Faktor Vasoproliferatif
Retina dan epitel pigmen melepaskan faktor vasoproliferatif seperti
VEGF, yang menginduksi neovaskularisasi. VEGF memiliki peran langsung
dalam kelainan vaskular retina proliferatif yang ditemukan pada diabetes.
Percobaan pada hewan telah menunjukkan bahwa VEGF berkolerasi dengan
pengembangan dan regresi neovaskularisasi. Konsentrasi VEGF dalam aquous
dan vitreus langsung berkolerasi dengan keparahan retinopati. VEGF adalah
faktor vasopermeabilitas yang kuat dan bertanggung jawab untuk DME.
Beberapa kontrol klinik telah menunjukkan kemajuan pengobatan anti VGEF
untuk DME. Ada sitokin vasoaktif lain yang dilepaskan di mata diabetes. Ini
termasuk faktor pertumbuhan jaringan beta (TGFβ) dan faktor pertumbuhan
jaringan ikat (CTGF). Komponen inflamasi hasil dari makrofag dan aktivasi
komplemen. Aktivasi komplemen menghasilkan peningkatan neutrofil, yang
kemudian menyebabkan kerusakan endotel dan protein keluar dari kapiler.
Deposisi matriks ekstraseluler dapat dipicu oleh efek kaskade komplemen pada
sel sel neighboring dan mengakibatkan penebalan choriocapilaris dan brunchs
15
membran.17
3. Trombosit dan viskositas darah
2.2.6 Diagnosis11
1. Anamnesis
Retinopati diabetik biasanya asimtomatis untuk jangka waktu yang lama.
Hanya pada stadium akhir dengan adanya keterlibatan makula atau hemorrhages
vitreus maka pasien akan menderita kegagalan visual dan buta mendadak. Gejala
klinis retinopati diabetik proliferatif dibedakan menjadi dua yaitu gejala subjektif
dan gejala obyektif (pemeriksaan fisik).
2. Pemeriksaan Fisik
Gejala objektif pada retina yang dapat dilihat yaitu :
16
lapisan nuklear dalam dan merupakan lesi awal yang dapat dideteksi secara
klinis. Mikroaneurisma berupa titik merah yang bulat dan kecil, awalnya
tampak pada temporal dari fovea. Perdarahan dapat dalam bentuk titik,
garis, dan bercak yang biasanya terletak dekat mikroaneurisma di polus
posterior.
Gambar 2.6
Mikroaneurisma dan hemorrhages pada backround diabetic retinopathy
17
Edema retina awalnya terjadi antara lapisan pleksiform luar dan lapisan
nukleus dalam.
Pembuluh darah baru (neovaskularisasi) pada retina biasanya terletak
dipermukaan jaringan. Tampak sebagai pembuluh yang berkelok-kelok,
dalam, berkelompok dan ireguler. Mula–mula terletak dalam jaringan
retina, kemudian berkembang ke daerah preretinal kemudian ke badan
kaca. Pecahnya neovaskularisasi pada daerah-daerah ini dapat
menimbulkan perdarahan retina, perdarahan subhialoid (preretinal)
maupun perdarahan badan kaca.
Tabel 2.1. Perbedaan antara NPDR (non proliferative diabetic retinopathy) dan
PDR (proliferative diabetic retinopathy)
NPDR PDR
Pelepasan retina secara traksi (-) Pelepasan retina secara traksi (+)
18
3. Pemeriksaan Penunjang
2. Fluorescein Angiography
juga menurun.16
Angiografi dapat mengidentifikasi non perfusi kapiler makula di
fluorescein juga dapat mendeteksi area nonperfusi kapiler retina yang tidak
retinopati diabetik.16
3. USG
2.2.7 Penatalaksanaan
20
retinopati diabetes sering tertunda sampai mulai berkembang menjadi PDR
atau saat DME terjadi.18,19
21
2. Scatter laser, atau panretinal photocoagulation, dapat digunakan
untuk mengecilkan pembuluh darah yang abnormal. Pada prosedur ini daerah
retina yang jauh dari makula dilaser dengan scatter, sehingga membuat
pembuluh darah baru yang abnormal menyusut dan menjadi skar. Sehari
setelah prosedur ini dilakukan, penglihatan akan menjadi kabur. Beberapa
akan kehilangan penglihatan di bagian tepi atau penglihatan pada malam hari.
22
2.2.8 Prognosis
Pada mata yang mengalami edema makular dan iskemik yang
bermakna akan memiliki prognosis yang lebih buruk dengan atau tanpa terapi
laser, daripada mata dengan edema dan perfusi yang relatif baik.21
BAB 3
KESIMPULAN
23
Diagnosis ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan yaitu
pemeriksaan tekanan intraokular, pemeriksaan gonioskopi, pemeriksaan
funduskopi menyeluruh, namun bisa juga dilakukan beberapa tes tambahan
seperti Color and red-free fundus photography, Optical Coherence Tomography
(OCT), Fluorescein Angiography (FA) dan Usg.
Terapi yang paling penting adalah mencegah NPDR menjadi PDR
dengan mengontrol kadar gula darah dengan ketat. Terapi laser juga bisa
digunakan pada pasien mikroaneurisma kausatif. Ada juga tersedia beberapa
obat seperti suntikan triamcinolone intravitreous dan antibodi terhadap VEGF
seperti lucentis atau avastin. Vitrektomi bisa dilakukan pada pasien dengan
ablasi retina.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas HS dan Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata Edisi kelima. Badan
Penerbit FK UI : Jakarta. 2015.
2. Riordan-Eva P, Cunningham E. Vaughan & Asbury’s General
Ophthalmology, 17th Edition [Internet]. 2014.
3. Harahap AAL, Hiswani, Lubis SN. Karakteristik Penderita Retinopati
Diabetik yang Dirawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan tahun
2013-2016. Medan 2015.
4. Fitriani, Sihotang DS, Delfi. Prevalensi Retinopati Diabetik. Jurnal
Kesehatan Prima. 2017; 11(2):137-140.
5. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi ke-22. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta. 2013
24
Nomeclature. Thieme Medical Publishers : New York. 2009. pp. 534
9. Pandelaki K. Retinopati Diabetik. Ilmu Penyakit Dalam.Interna
Publishing: Jakarta.2014. pp 2400-2406
10. American Academy of Opthalmology. Retina and Vitreous. Basic and
Clinical science. 2016. pp 109-132
11. American Academy of Opthalmology and Preferred Practice Pattern.
Diabetic Retinopathy. Basic and Clinical science. USA.2011. pp 06-21
12. Vislisel J dan Oetting T. Diabetic Retinopathy. University of Lowa Health
Care. Opthalmology and Visual Science. USA.2010. pp 1-7
13. Khurana AK. Comprehensive Opthalmology. Edisi ke 4. New Delhi New
Age International. 2007.
14. Tanto C, Liwang F, Hanifati S, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi
Keempat. Media Aesculapis : Jakarta. 2014. pp. 383-384, 394-396.
15. Kanski JJ. Clinical Opthalmology A Systemic Approach
edisi 8. China.2016. pp 520-537
25
1