DISUSUN OLEH:
1. Sarah Cinthya Margaretha 1261050072
2. Priscilla Charmelita Sikone 1261050091
3. Pri Sella 1261050135
4. Luh Inten Prameswari 1261050175
5. Hana Sintya Panggabean 1261050193
6. Joshua Partogi Simamora 1261050209
7. Yola Fabyola Wartojo 1261050235
8. Tommy Winardi 1261050269
9. Maulia Rahma 1261050296
PEMBIMBING:
Dr. dr. Gilbert W. S. Simanjuntak, Sp.M(K)
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
Laser pada Retinopati Diabetik. Referat ini bertujuan untuk mengetahui mengenai definisi,
indikasi, efeksamping, prosedur dari terapi panretinal fotokoagulasi laser pada pasien dengan
retinopati diabetikum. Referat ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteraan klinik
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr. Gilbert W. S.
Simanjuntak, Sp.M(K), khususnya sebagai pembimbing dan semua staff pengajar di SMF Ilmu
Penyakit Mata RSU UKI, serta teman-teman di kepaniteraan klinik atas bantuan dan
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ujian ini masih terdapat kekurangan
yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun guna menambah ilmu dan pengetahuan penulis dalam ruang lingkup ilmu
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................................ i
Kata Pengantar ................................................................................................................ ii
Daftar Isi ......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... ................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 2
2.1 Definisi dan Klasifikasi Retinopati Diabetik ............................................................. 2
2.2 Etiologi dan Gejala Klinis Retinopati Diabetik ......................................................... 4
2.3 Penatalaksanaan Retinopati Diabetik ......................................................................... 5
2.3.1 Definisi Panretinal Fotokoagulasi ..................................................................... 5
2.3.2 Indikasi dan Efek Samping Panretinal Fotokoagulasi ...................................... 5
2.3.3 Prosedur Panretinal Fotokoagulasi ................................................................... 6
2.3.4 Post Operatif Panretinal Fotokoagulasi ............................................................ 8
BAB III KESIMPULAN................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes mellitus tipe 1 (insulin-dependent) dan Diabetes mellitus tipe 2 (non insulin-
dependent). Hiperglikemia kronik, hipertensi, hiperkolesterolemia dan merokok merupakan
faktor risiko timbul dan berkembangnya retinopati. Orang muda dengan DM tipe 1 baru
mengalami retinopati paling sedikit 3-5 tahun setelah awitan penyakit sistemik ini. Pasien DM
tipe 2 dapat sudah mengalami retinopati pada saat diagnosis ditegakkan.
a. Retinopati Nonproliferatif
b. Retinopati Proliferatif
Ciri yang berisiko tinggi ditandai oleh pembuluh darah baru pada diskus optikus yang
meluas lebih dari sepertiga diameter diskus, sembarang pembuluh darah baru pada diskus
optikus yang disertai perdarahan vitreus. Pembuluh-pembuluh baru yang rapuh berproliferasi
ke permukaan posterior vitreus. Apabila pembuluh tersebut berdarah, perdarahan vitreus yang
masif dapat menyebabkan penurunan penglihatan mendadak.
Pada mata retinopati diabetik proliferative dan adhesi vitroretinal persisten, jaringan
neovaskular yang menimbul dapat mengalami perubahan fibrosa dan membentuk pita-pita
fibrovaskular rapat, yang menyebabkan traksi vitreoretina. Hal ini dapat menyebabkan ablatio
retina akibat traksi progresif. Ablatio retina dapat ditandai atau ditutupi oleh perdarahan
vitreus. Retinopati proliferative berkembang pada 50% pasien diabetes mellitus tipe 1 dalam
15 tahun sejak onset penyakit sistemiknya.
Indikasi tindakan panretinal fotokoagulasi adalah untuk tatalaksana iskemik retina dan
neurovaskularisasi retina apapun penyebabnya, walaupun hal ini disebabkan paling banyak
oleh diabetik retinopati.
Oleh karena PRP menyebabkan kerusakan jaringan retina, prosedur ini juga
menyebabkan beberapa gejala penglihatan seperti defek lapang pandang perifer, berkurangnya
penglihatan saat malam hari, penglihatan warna berkurang, dan penurunan sensitivitas kontras.
Efek samping lainnya adalah efusi koroid atau terlepasnya koroid yang dapat menyebabkan
miopia sementara atau peningkatan tekanan intraokuler. Komplikasi yang berat adalah luka
bakar salah arah atau berlebihan yang menyebabkan kerusakan makula, perdarahan dari
koriokapiler, atau iatrogenic neovaskularisasi koroid.
2.3.3. Persiapan Untuk Panretinal Photocoagulation
1. Anestesia
Pasien menerima anesthesia sebagai prosedurnya. Sebagian pasien yang akan menjalani
prosedur laser retina dibawah anestesi local seperti tetes mata, Proparacaine. Sedangkan di lain
pasien membutuhkan injeksi lidokain untuk di subkonjungtiva, peribulbar atau retrobulbar.
Untuk memonitor anestesi atau general anestei biasanya digunakan untuk bayi premature (
dengan retinopathy premature ), anak-anak, dan pasien dengan masalah yang lainnya.
2. Peralatan
Sumber laser disambungkan melalui kabel fiberoptik ke sistem penyalur dengan tipikal
yang berbeda. Laser diberikan ke eksternal retina, antara melalui kornea ( transcorneal ) atau
sclera ( transcleral ). Penghantaran ke transcorneal melibatkan slit lamp atau Laser Indirect
Ophthalmoscope (LIO). Dengan menggunakan sistem penghantar slit lamp, laser ditembakkan
menuju retina dengan menggunakan kontak lensa dimana ditempatkan di permukaan kornea
pasien. Dengan menggunakan sistem penghantar LIO, lensa kondensasi oftalmoskop tidak
langsung binocular non-kontak seperti lensa 28 D atau 20 D , digunakan untuk mefokuskan
laser ke dalam retina.
Penghantar transkleral dengan menggunakan probe laser transskelar diode ke dalam sclera
untuk mengobati retina atau badan siliaris.
Laser juga bisa dihantarkan secara internal ( dari dalam mata ), biasanya dengan
menggunakan prosedur vitrectomy. Sebuah probe endolaser yang dimasukkan ke dalam rongga
vitreous, dan laser ditembakkan langsung menuju retina. Prosedur ini dilihat dengan
menggunakan lensa viterctomy di bawah mikroskop operasi.
3. Posisi pasien
Dengan menggunakan sistem penghantar slit lamp, prosedur dilakukan dengan pasien
dalam posisi duduk. Dengan menggunakan endolaser dan sistem penghantar transklearal,
pasien dalam posisi supine. Dengan menggunakan LIO, pasien bisa duduk atau supine.
4. Pencegahan komplikasi
Kacamata proteksi laser yang layak diperlukan untuk staf yang ikut serta dalam prosedur
tersebut. filter aman untuk laser ( spesifik untuk setiap gelombang panjang dari laser ) pada
sistem penghantar harus selalu aktif selama dilakukannya prosedur.
Pasien harus dalam posisi yang benar dan sesuai instruksi pada saat prosedur. Blok retrobulbar
atau anestesi umum mungkin dapat dilakukan. Prosedur harus dilakukan atau diawasi oleh
oftalmologist yang berpengalaman untuk mencegah kesalahan teknis yang menghasilkan
segala komliasi dari prosedur.
5. Teknik
Pada saat menggunakan sistem penghantar slit lamp, kontak lensa slit lamp tersebut
digunakan untuk memfokuskan berkas sinar laser ke dalam retina. Dengan menggunakan
sistem oftalmoskop tidak langsung, lensa indirek digunakan untuk memfokuskan cahaya laser
ke dalam retina. Dengan menggunakan endolaser, laser menyelidiki di dalam kavitas vitreous
( biasanya dengan menggunakan operasi vitrectomy ), dan cahaya laser secara diterapkan pada
retina.
Jika menggunakan Headlamp pasien dalam posisi tertidur atau duduk. Dokter menggunakan
tipikal headlamp indirect dengan menggunakan laser yang di pasang coaxially. Lensa tangan
digunakan untuk melihat retina dan memfokuskan laser ke retina. Kepala dokter bergerak
dengan tujuan untuk mengendalikannya.
Kedua metode tersebut membuat sekitar 1500-5000 luka bakar berukuran khas di 1-4
sesi pengobatan (bervariasi dengan protokol pengobatan). Menurut protokol DRS
menggunakan PRP laser argon-type standar, pengaturan termasuk luka bakar yang berkisar
sekitar 200 sampai 500 dalam ukuran, durasi pulsa 100 milidetik, dan 200-250 mW daya di
balik setiap api laser. Tujuannya adalah untuk menghasilkan luka bakar yang berwarna abu-
abu; hindari luka bakar putih. Bergantung pada protokol yang digunakan, semua pengaturan
mungkin disesuaikan untuk efek yang diinginkan.
https://www.aao.org/munnerlyn-laser-surgery-center/laser-treatment-of-proliferative-nonproliferative-
https://www.aao.org/munnerlyn-laser-surgery-center/laser-treatment-of-proliferative-nonproliferative-
6. Tambahan
Sistem penghantar laser konvensional untuk retinal fotokoagulasi dihantarkan ke lokasinya
secara individu di dalam retina. Sistem penghantar laser semiautomatic yang terbaru seperti
Pattern Scanning Laser ( PASCAL ) telah dibuat untuk memproduksi lokasi yang banyak di
dalam retina pada jumlah waktu yang sama seperti sistem penghantar laser konvensional. Ini
membuat prosedur kurang menjemukkan dan konsumsi waktunya, membuat pasien lebih
nyaman.
Teknologi terbaru telah dikembangkan untuk kerusakan retina minimal, menghantarkan
laser dalam mikropulses ( micropulse laser). Mikropulses ini telah terbukti mengakibatkan
kerusakan retina yang sedikit.
2.3.4. Post Operasi
Komplikasi
Walaupun telah terbukti keamanannya, seperti semua prosedur operasi lainnya, reinal
fotokoagulasi, terkadang dapat dikatikan dengan komplikasi. Sebelum menjalani retinal
photokoagulasi, pasien harus sepenuhnya diberikan informasi, yang meliputi berikut ini :
Komplikasi segment anterior seperti korneal atau lenticular opacification.
Kehilangan visual transient
Fovea Fotokoagulasi
Edema macular
Hemorrhage
Choroidal Effusion
Perubahan penglihatan warna
Cacat bidang visual dan masalah penglihatan malam hari
Hemaralopia
DAFTAR PUSTAKA
1. Boesoirie SF. Keberhasilan terapi fotokoagulasi laser pada pasien retinopati diabetik di
rumah sakit mata cicendo Bandung periode januari-desember 2004.
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/10/keberhasilan_terapi_fotokoagulasi_laser.pdf
2. http://ophthalmologica.perdami.or.id/index.php/journal/article/view/2/2 diunduh pada
tanggal 4/9/2017
3. http://eyewiki.aao.org/Panretinal_Photocoagulation#Indications_and_Evidence diunduh
pada tanggal 4/9/2017
4. Yannis M. Paulus, MD; Mark S. Blumenkranz, MD. Proliferative and Nonproliferative
Diabetic Retinopathy. American Academy Of Ophthalmology. 2013. Diunduh dari :
https://www.aao.org/munnerlyn-laser-surgery-center/laser-treatment-of-proliferative-
nonproliferative- . 4 September 2017
5. Sejal Jhawer, Peter A.Karth, MD. Panretinal Photocoagulation. American Academy of
Ophthalmology. 2016. Diunduh dari : http://eyewiki.aao.org/Panretinal_Photocoagulation.
4 September 2017
6. John R. Minarcik, MD. Daniel M. Berinstein, MD. Panretinal Photocoagualation: Practical
Guidelines and Considerations. Retinal Physician. 2010. Diunduh dari :
http://www.retinalphysician.com/issues/2010/may-2010/panretinal-photocoagulation-
practical-guidelines . 4 September 2017