Anda di halaman 1dari 32

KELENJAR AIR MATA DAN KELAINANNYA

M Naufal Awal Mustari


NIM : 140611065
 
Preseptor :
 
 dr. Halimatussakdiah Tj,
Sp.M
BAGIAN ILMU MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
ACEH UTARA
1 2018
DEFENISI
Air mata merupakan suatu komponen yang
sangat penting dalam tubuh.
Air mata dibutuhkan untuk menjaga keadaan
bola mata agar tetap dalam kondisi basah,
membilas bola mata ketika adanya iritasi,
hingga sebagai suatu system imun dengan sifat
antimikroba.
Air mata sendiri diproduksi oleh suatu kelenjar
yang berada didaerah superotemporal orbita
yang disebut sebagai kelenjar lakrimal
2
Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu :
Sistem produksi atau glandula lakrimal.
Glandula lakrimal terletak di temporo antero
superior rongga orbita.
Sistem ekskresi, terdiri atas pungtum lakrimal,
kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal dan duktus
naso lakrimal. Sakus lakrimal terletak di
bagian depan rongga orbita. Air mata dari
duktus lakrimal akan mengalir ke dalam
rongga hidung di dalam meatus inferior.

3
4
Volume terbesar air mata dihasilkan oleh
kelenjar lakrimal yang terletak di fossa
glandula lakrimalis di kuadran temporal
atas orbita.
Kelenjar ini dibagi oleh kornu lateral
menjadi lobus orbita yang lebih besar dan
lobus palpebra yang lebih kecil, masing-
masing dengan sistem duktusnya yang
bermuara ke forniks temporal superior

5
1,5 Air mata membentuk lapisan tipis
setebal 7-10 mikrometer yang menutupi
epitel kornea dan konjungtiva. Fungsi
lapisan ultra-tipis ini adalah :
Membuat kornea menjadi permukaan optik
yang licin dengan meniadakan
ketidakteraturan minimal di permukaan
epitel.
Membasahi dan melindungi permukaan
epitel kornea dan konjungtiva yang lembut.

6
Menghambat pertumbuhan mikroorganisme
dengan pembilasan mekanik dan efek
antimikroba.
 Menyediakan kornea sebagai substansi
nutrien yang diperlukan

7
KELAINAN PADA KELENJAR AIR MATA
Dakrioadenitis

Merupakan radang akut kelenjar lakrimal. Kondisi ini


langka terjadi,
paling sering terlihat pada anak sebagai komplikasi
parotitis, infeksi virus Epstein-Barr, campak, atau
influenza. Pada dewasa berhubungan dengan gonore.
Dakrioadenitis dapat berjalan akut ataupun kronik

8
9
- Keluhan :
1. Nyeri hebat di daerah glandula
lakrimal (bagian temporal atas
rongga orbita)
2. Nyeri apabila mata bergerak
3. Kelopak mata bengkak
 4. Belekan

10
Faktor Risiko :
1. Infeksi virus : parotitis, herpes zoster, virus ECHO, dan
virus stomegali. Pada anak dapat terlihat sebagai
komplikasi infeksi kelenjar air liu, campak, influenza.
2. Infeksi bakteri :staphylococcus aureous, streptokokus,
gonokokus,retrograde konjungtivitis.
3. Infeksi jamur :histoplasmosis, aktinomises,
blastomikosis,
nokardiosis, dan sporotrikosis.
4. Sarkoid dan idiopati.
5. Penyakit Hodgkin, tuberkulosis, mononucleosis
infeksiosa, leukemia
limfatik, dan limfosarkoma.

11
Diagnosis Klinis : Penegakan diagnosis
dilakukan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
Diagnosis Banding :
1. Kalazion
2. Konjungtivitis
3. Adenovirus
4. Selulitis preseptal
5. Selulitis orbita
 6. Keganasan kelenjar lakrimal
12
Penatalaksanaan :
 1. Konservatif : Kompres hangat
2. Medikamentosa : Jika terdapat
infeksi bakteri, berikan antibiotik
sistemik.
3. Bedah : Jarang diperlukan drainase
infeksi secara bedah. Namun bila
terlihat abses, maka diperlukan insisi.

13
Dakriosistitis
Merupakan infeksi pada sakus lakrimalis. Sering
terjadi pada bayi dan wanita pascamenopause.
 Paling sering unilateral dan selalu sekunder akibat
obstruksi duktus nasolakrimalis.
Obstruksi pada anak-anak biasanya akibat tidak
terbukanya membran nasolakrimal. Pada banyak
kasus dewasa, penyebab obstruksi akibat saluran
yang tertekan, misal akibat adanya polip hidung

14
15
Keluhan :
 1. Mata berair
2. Belekan (bertahi mata)
3. Sakit, bengkak, dan nyeri pada
daerah sakus lakrimalis (pada bentuk
akut)
4. Demam

16
Faktor Penyebab :
1. Stafilokokus
2. Pneumokokus
3. Streptokokus
4. Neiseria Catarrkalis
 5. Pseudomonas (penyebab paling
berbahaya)

17
Faktor Risiko :
1. Bayi (infeksi kronik yang
mengakibatkan obstruksi duktus
nasolakrimalis)
2. Anak (Infeksi Haemophilus influenza)
3. Wanita pascamenopause
4. Trauma yang mengakibatkan
terjadinya obstruksi pada duktus
lakrimalis.
18
Pemeriksaan fisik :
1. Mata berair (satu-satunya tanda pada
bentuk kronik)
 2. Terlihat pembengkakan kantung air mata
dan merah di daerah sakus
lakrimal, dan nyeri tekan di daerah sakus
3. Substansi purulen dapat diperas dari
sakus lakrimalis
 4. Daerah kantung air mata berwarna
merah meradang
19
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium sederhana dilakukan untuk
menentukan penyebab infeksi.
Penyebab infeksi dapat ditemukan secara
makroskopis dengan pemulasan sediaan
hapus konjungtiva yang diambil setelah
memeras sakus lakrimalis.

20
Penatalaksanaan :
1. Pengurutan daerah sakus sehingga nanah
bersih dari dalam kantung dan kemudian diberi
antibiotik lokal dan sitemik.
2. Penyembuhan spontan terjadi setelah
dakriolit terlepas. (memiliki risiko berulang)
3. Pada dakriosititis pada anak akibat infeksi
Haemophilus influenza perlu dilakukan terapi
secara agresif, sebab berisiko menimbulkan
selulitis orbita. Dapat diberikan antibiotik atau
tetes mata sulfonamide 4 – 5 kali sehari.
21
4. Bila terlihat fluktuasi dengan abses pada
sakus lakrimal maka dilakukan insisi.
5. Bila kantung lakrimal telah tenang dan
bersih, maka dilakukan pemasokan pelebaran
duktus nasolakrimal.
6. Bila sakus tetap meradang dengan adanya
obstruksi duktus lakrimal maka dilakukan
tindakan pembedahan dakriosistorinostomi
atau operasi Toti

22
Prognosis
 Ad vitam, menunjuk pada pengaruh penyakit
terhadap proses kehidupan : dubia ad bonam
Ad functionam, menunjuk pada pengaruh
penyakit terhadap fungsi organ atau fungsi
manusia dalam melakukan tugasnya : dubia ad
bonam.
Ad sanationam, menunjuk pada penyakit yang
dapat sembuh total sehingga dapat beraktivitas
seperti biasa : dubia ad bonam.

23
Lacrimal Gland Neoplasm
Lacrimal gland neoplasm merupakan suatu
keadaan klinis yang jarang ditemukan.
Diantara semuanya, tumor epitel yang paling
sering dijumpai adalah lacrimal gland
pleomorphic adenoma (LGPA), yang
merupakan suatu tumor jinak kelenjar
lakrimal.

24
Pada penegakan diagnosis, presentasi klinis
kejadian tumor-lacrimal gland neoplasm
sangatlah bervariasi pada tiap-tiap pasien.

Lacrimal gland neoplasm bisa saja didapati


sebagai suatu penyakit yang asimptomatis, namun
terkadang dapat dirasakan bengkak pada daerah
superiolateral orbita, dengan diikuti adanya gejala
proptosis, diplopia dan adanya massa yang teraba
jelas

25
Pada pemeriksaan fisik dapat digunakan untuk alat
bantu diagnosis kejadian lacrimal gland neoplasm.

Pada inspeksi dapat terlihat pergesaran bola mata


dengan atau tanpa proptosis, yang merupakan
manifestasi klinis utama pada kasus lacrimal gland
neoplasm (terjadi pada 75% kasus).

Presentasi klinis ini secara karakteristik berupa


pergeseran bola mata non-axial kearah
inferomedial (nonaxial with inferomedial globe
displacement).

26
Tatalaksana yang dianjurkan pada kasus-kasus
pleomorphic adenoma adalah eksisi total pada
tumor dan pada jaringan-jaringan sekitar,
biasanya dilakukan lateral orbitotomy.

Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan,


biopsi preoperatif ataupun reseksi dapat
meningkatkan resiko rekurensi tumor (bahkan
dalam beberapa tahun berikutnya)

27
Pengobatan pada Lacrimal Gland
Neoplasm bisa juga dengan terapi radiasi
untuk lesi limfoid.
Antineoplastic agents sering diberikan
dengan anjuran dari onkologist, biasanya
dibutuhkan pada penyakit sistemik.

28
Prognosis pada kasus ini terbilang baik
pada lesi-lesi yang telah dilakukan eksisi
total dengan kapsul yang intak. Rekurensi
rasio dalam 5 tahun setelah dilakukan
eksisi hanya terjadi pada 3% kasus
dengan eksisi total dan 32% dalam 15
tahun pada kasus dengan eksisi
inklompit.

29
Insufisiensi dan hipersekresi kelenjar lakrimal
Hiposekresi tidak dapat diobati, perawatannya hanya
ditujukan untuk mencari bahan pengganti air mata. Biasanya
akan memberikan keluhan panas dan rangsangan menahun.

Air mata buatan dipergunakan sebagai pengganti seperti


0,5% metal selulose, 1,4% polivinil alcohol, dan air mata
buatan lainnya.

Dibedakan bentuk :
Defisiensi air mata
Defisiensi mucous
Defisiensi lipid

30
Hipersekresi tanpa kelainan lainnya jarang terjadi,
sehingga pengobatan ditujukan pada causanya.
Biasanya diberikan obat penenang atau bila keadaan
gawat dapat dilakukan pembedahan

31
TERIMA KASIH

32

Anda mungkin juga menyukai