Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bola mata merupakan salah satu bagian tubuh yang memiliki struktur yang

sangat istimewa. Bola mata berbentuk bulat dengan diameter 24 mm atau lebih

kurang 1 inci. Persarafan organ ini pun cukup unik karena saraf pada mata

merupakan satu-satunya saraf yang dapat dilihat (dengan oftalmoskop) secara in

vivo (Sari, 2015).

Kornea merupakan salah satu organ pada mata yang tembus cahaya dan

menutupi bola mata sebelah depan. Kornea merupakan jendela untuk melihat

dunia dan cahaya yang masuk ke mata pertama kali akan melewati struktur ini.

Berbagai keluhan bisa terjadi pada kornea termasuk terbentuknya ulkus/tukak

kornea. Ulkus tersebut bisa terdapat pada sentral kornea dan berpengaruh sekali

pada visus atau bisa terdapat di tepi kornea dan tidak terlalu berpengaruh pada

visus.

Komplikasi yang ditimbulkan ulkus kornea seperti terbentuknya jaringan

parut (sikatrik) menyebabkan penyakit ini perlu mendapatkan penanganan khusus

dan secepat mungkin. Semakin dalam ulkus yang terbentuk, maka gejala dan

komplikasinya semakin berat. Pengobatan yang diberikan disesuaikan dengan

penyebab terjadinya ulkus. Penyulit yang mungkin timbul antara lain infeksi di

bagian kornea yang lebih dalam, perforasi kornea (pembentukan lubang), kelainan

letak iris dan kerusakan mata.

World Health Organization (WHO) menyatakan terdapat 45 juta orang

menjadi buta di seluruh dunia dan 135 juta yaitu penurunan penglihatan. Setiap

1
2

tahun tidak kurang dari 7 juta orang mengalami kebutaan, setiap 5 menit sekali

ada ssatu penduduk bumi menjadi buta dan 12 menit terdapat anak mengalami

buta. Sekitar 90% penderita kebutaan dan mengalami gangguan penglihatan ini

hidup di negara-negara miskin dan berkembang (Erry, 2012)

Gangguan penglihatan dan kebutaan di Indonesia terus mengalami

peningkatan dengan prevalensi 1,5% dan tertinggi dibandingkan dengan angka

kebutaan di negara–negara regional Asia Tenggara seperti Bangladesh sebesar

1%, India sebesar 0,7%, dan Thailand 0,3%. Penyebab gangguan penglihatan dan

kebutaan tersebut adalah glaucoma (13,4%), kelainan refraksi (9,5%), gangguan

retina (8,5%), kelainan kornea (8,4%), dan penyakit mata lain.

Dari hasil Survei Depertemen Kesehatan Republik Indonesia yang

dilakukan di 8 provinsi (Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat)

tahun 1996 ditemukan kelainan refraksi sebesar 24.71% dan menempati urutan

pertama dalam 10 penyakit mata terbesar di Indonesia (Bebasari, 2015).


3

BAB 2
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Rauzatul munawarah

Umur :14 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Aceh

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Meunasah Tanjong

Kesadaran : Komposmentis

Tanggal Masuk :29 Oktober 2018

Tanggal Pemeriksan : 13 November 2018

No. RM : 50-61-79

II. ANAMNESA

A. Keluhan Utama

Tumbuhnya garis putih berbentuk horizontal di bagian bawah kornea

B. Keluhan Tambahan

Mengganggu penampilan

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien perempuan usia 14 tahun datang ke poliklinik Mata RSUD Cut

Meutia Aceh Utara dengan keluhan tumbuhnya garis putih di bagian

bawah kornea sejak 4 tahun yang lalu.

3
4

Riwayat Penyakit dahulu

● DM (-)

● Hipertensi (-)

● Riwayat Alergi (-)

● Penyakit Jantung (-)

● Riwayat trauma pada mata (-)

● Riwayat operasi (-)

E. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengaku tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti

ini.

F. Riwayat Minum Obat

Pasien sering control ulang ke poliklinik mata dan mendapatkan obat

cendo lyters, Vitamin A, Metil prednisolon, Polidex dan Tobro.

III. Pemeriksaan Fisik

A. Status Generalisata

● Kesadaran : Compos Mentis

● Aktifitas : Aktif

● Kooperatif : Kooperatif

● Status Gizi : Baik

B. Status Lokalis

Pemeriksaan OD OS
Visus 6/6 6/6
Posisi Ortoforia Ortoforia
Palpebra Edema (-), Hiperemis (-), Edema (-), Hiperemis(-),
superior Benjolan (-) Benjolan (-)
Palpebra Edema (-), Hiperemis (-), Edema (-), Hiperemis (-),
inferior Benjolan (-) Benjolan (-)
5

Conj. Tarsalis Papil (-), Hiperemis (-), Folikel (-) Papil (-), Hiperemis (-), Folikel(-)
superior
Conj. Tarsalis Papil (-), Hiperemis (-), Folikel (-) Papil (-), Hiperemis (-), Folikel (-)
inferior
Sekret (-), Injeksi konjungtiva (-), Sekret (-), Injeksi konjungtiva (-),
Conj. Bulbi
Injeksi siliar (-), Selaput (-) Injeksi siliar (-), Selaput (-)
Jernih (-), Infiltrat (-), Ulkus (-), Jernih (-), Infiltrat (-), Ulkus (-),
Cornea
Arkus senilis (-), Edema (-) Arkus senilis (-), Edema(-)
COA Normal Normal
Isokor, ukuran 3 mm, RL (+), RCTL Isokor, ukuran 3 mm, RL (+), RCTL
Pupil
(+) (+)
Iris Kripti normal Kripti normal
Lensa Jernih (-) Jernih (-)
Corpus vitreus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Fundus oculi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

IV. Anjuran Pemeriksaan Lanjutan

1. Slit lamp

V. Diagnosis Bading

● Sikatrik kornea ODS

● Ulkus kornea

VI. Diagnosis Kerja

Sikatrik kornea ODS

VII. Terapi

Non Farmakologi

● Tirah baring

● Jaga pola hidup sehat

● Hindari debu yang masuk ke mata


6

Farmakologi

- Cendo lyters 15 ml 6x1(Sodium chloride, Kalium chloride)

- Vit A 1x1

- Metil Prednisolon 3x1 (Kortikosteroid)

-Polidex 6x1(Polimixin B sulphate, Neomycin shulphate, Dexamethasone)


-Tobro 6x1 (Tobromycin)
VIII. Prognosis

Quo ad Vitam : dubia ad bonam

Quo ad Sanactionam : dubia ad malam

Quo ad Functionam : dubia ad malam

PERJALANAN PENYAKIT

Pemeriksaan Fisik dan


Tgl/Hari Asessment Terapi/Program
Laboratorium

29/10/2018 Kel : Tumbuhnya garis putih di Sikatrik kornea - Sodium chloride,


Kalium chloride
bagian bawah kornea, mata merah(-), (makula)
HP 1
nyeri disekitar mata (-), mata berair - Vit A 1x1
(-).

KU : Sadar

Visus : OD : 6/6, OS : 6/6

Mata : Injeksi siliar (-), sekret


(-)ODS

5/11/2018 Kel : Hilangnya penglihatan, mata Sikatrik kornea - Sodium chloride,


Kalium chloride
merah (-), nyeri disekitar mata (-), (makula)
HP 2
mata berair (-). - Kortikosteroid

- Polimixin B sulphate,
KU : Sadar Neomycin shulphate,
Dexamethasone
7

Visus : OD : 6/6, OS : 6/6

Mata : Injeksi siliar (-), sekret (-)


ODS

13/11/2018 Kel : Hilangnya penglihatan, mata Sikatrik kornea - Sodium chloride,


(makula) Kalium chloride
merah (-), nyeri disekitar mata (-),
HP 3
mata berair (-). - Tobromycin 6x1

KU : Sadar

Visus : OD : 6/6, OS : 6/6

Mata : Injeksi siliar (-), sekret (-)


ODS
8

BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sikatrik kornea (Makula)

2.1.1 Definisi

Kornea merupakan bagian mata yang licin mengkilat, transparan dan

tembus cahaya yang menutup bola mata bagian depan. Kornea tidak mempunyai

pembuluh darah sehingga nutrisinya berasal dari homor aquous dan oksigen dari

luar. Secara anatomis kornea terdiri dari lima lapisan, yaitu: Epitel, membran

bowman, stroma, membran descement dan endotel.

Sikatrik kornea dapat menimbulkan gangguan penglihatan mulai dari

kabur sampai dengan kebutaan. Secara klinis ditemui dalam katagori ringan

disebut nebula, kekeruhannya halus dan sukar terlihat dengan senter. Kategori

sedang berbentuk makula, kekeruhannya berwarna putih berbatas tegas mudah

terlihat dengan senter sedangkan sikatrik berat disebut leukoma kekeruhannya

berwarna putih padat terlihat jelas oleh mata. Sikatrik kornea dalam penelitian ini

dalam bentuk ringan dan sedang (Narendratama, 2018).

2.1.2 Epidemiologi

Di Indonesia prevalensi sikatrik kornea pada kedua mata ditemui 1,0%

sedangkan pada salah satu mata 0,5%. Prevalensi sikatrik kornea pada kedua mata

tertinggi di Provinsi Sumatera Barat (2,5%), terendah di Sumut, Kepulauan Riau,

Provinsi DKI Jakarta, Papua Barat dan Papua (0,3%).

8
9

Disrtibusi sikatrik kornea pada dua mata maupun satu mata terlihat

mengalami peningkatan dengan bertambahnya umur. Terendah sikatrik kornea

dua mata dan satu mata dijumpai pada kelompok umur 20-29 tahun (0,1%)

sedangkan prevalensi tertinggi dua mata maupun satu mata ditemui pada

kelompok umur ≥ 75 tahun (8.7%) (Fauzi, 2016).

2.1.3 Klasifikasi

Penyembuhan luka pada kornea berupa jaringan parut, baik akibat radang,

maupun trauma:

1. Nebula

- Penyembuhan akibat keratitis superfisialis.

- Kerusakan kornea pada m.Bowman sampai 1/3 stroma.

- Pada pemeriksaan, terlihat kabut di kornea, hanya dapat dilihat di kamar

gelap dengan Slit-lamp dan bantuan kaca pembesar.


10

2. Makula

- Penyembuhan akibat ulkus kornea.

- Kerusakan kornea pada 1/3 stroma sampai 2/3 ketebalan stroma.

- Pada pemeriksaan, putih di kornea, dapat dilihat di kamar gelap dengan

slitlamp tanpa bantuan kaca pembesar

3. Leukoma

-Penyembuhan akibat ulkus kornea.

-Kerusakan kornea lebih dari 2/3 ketebalan stroma.

- Kornea tampak putih,


11

2.1.4 Etiologi

Kondisi medis yang dapat menyebabkan sikatrik pada kornea diantaranya

adalah Abrasi kornea, Laserasi kornea, Herpes simpleks. Tergantung pada tingkat

jaringan parut, visus dapat berkisar dari blur ke kebutaan total. Lecet yang lebih

dalam dan ulcerations / luka mengakibatkan hilangnya jaringan kornea, yang

diganti oleh jaringan parut. Sikatrik dari penyakit (peradangan) biasanya

merupakan hasil dari proliferasi pembuluh darah baru ke dalam kornea , untuk

membantu dalam proses penyembuhan penyakit yang menyebabkan vaskularisasi

termasuk herpes simpleks, sifilis, dan keratitis (Septadina, 2015).

2.1.5 Patogenesis

Selama peradangan, epitel dan stroma di area yang terinfeksi atau terkena

trauma akan membengkak dan nekrosis. Sel inflamasi akut (terutama neutrofil)

akan mengelilingi ulkus awal ini dan menyebabkan nekrosis lamella stroma. Pada

beberapa inflamasi yang lebih berat, ulkus yang dalam dan abses stroma yang

lebih dalam dapat bergabung sehingga menyebabkan kornea menipis dan

mengelupaskan stroma yang terinfeksi.

Pada stase penyembuhan, epithelium berganti mulai dari area tengah

ulserasi dan stroma yang nekrosis diganti dengan jaringan parut yang diproduksi

fibroblast. Fibroblast adalah bentuk lain dari histiosit dan keratosit. Daerah kornea

yang menipis diganti dengan jaringan fibrous. Pertumbuhan pembuluh darah baru

langsung di area ulserasi akan mendistribusikan komponen imun seluler dan

humoral untuk penyembuhan lebih lanjut. Lapisan Bowman tidak beregenerasi

tetapi diganti dengan jaringan fibrous. Epitel baru akan mengganti dasar yang
12

ireguler dan vaskularisasi sedikit demi sedikit menghilang (Budhiastra, 2014).

Pada beberapa ulkus yang berat, keratolisis stroma dapat berkembang

menjadi perforasi kornea. Pembuluh darah uvea dapat berperan pada perforasi

yang nantinya akan menyebabkan sikatrik kornea. Sikatrik yang terjadi setelah

keratitis sembuh dapat tipis atau tebal. Sikatrikyang tipis sekali yang hanya dapat

dilihat dengan slit lamp disebut nebula. Sedangkan sikatrik yang agak tebal dan

dapat kita lihat menggunakan senter disebut makula. Sikatrik yang tebal sekali

disebut leukoma. Nebula difuse,yang terdapat pada daerah pupil lebih

mengganggu dari pada leukoma yang kecil yang tidak menutupi daerah pupil. Hal

ini disebabkan karena leukoma menghambat semua cahaya yang masuk,

sedangkan nebula membias secara ireguler, sehingga cahaya yang jatuh di retina

juga terpencar dan gambaran akan menjadi kabur sekali.

2.1.6 Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium.

Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan

adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang

bermaknat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering

kambuh (Wirata, 2017).

Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien

seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi,

virus terutama keratitis herpes simplek.


13

Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya nebula,

makula, leukoma.

Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti:

- Tes ketajaman penglihatan

- Tes refraksi

- Tes air mata

- Pemeriksaan slit-lamp

- Keratometri (pengukuran kornea)

- Respon reflek pupil

2.1.7 Penatalaksanaan

Ketika jaringan parut kornea cukup padat untuk mempengaruhi

penglihatan, sebuah transplantasi kornea dianjurkan. Prosedur ini 90% berhasil

karena laju penolakan minimal (karena kurangnya pasokan darah pada kornea).

Pengobatan terbaik adalah pencegahan (penyakit dan cedera). Edukasi kebutuhan

akan bervariasi, tergantung kondisi individu (luas dan Iokasi jaringan parut

kornea). Indikasi Keratoplasti hanya pada jaringan parut yang mengganggu

penglihatan, kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam

penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu :

1. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita

2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.

3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.


14

2.1.8 Pencegahan

Pencegahan terhadap ulkus tetap dapat dilakukan dengan segera

berkonsultasi kepada ahli mata setiap kali ada keluhan pada mata. Sering kali luka

yang tampak kecil pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus kembali dan

mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata (Septadina, 2015).

- Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam

mata Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak

bisa menutup sempurna

- Gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah, Jika

memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan

merawat lensa tersebut

2.1.9 Komplikasi

Komplikasi yang paling sering timbul berupa kebutaan parsial atau

komplit.

2.1.10 Prognosis

Ad Vitam : Dubia ad Bonam

Ad Functionam : Dubia ad Malam

Ad Sanationam : Dubia ad Malam


15

BAB 4
KESIMPULAN
Sikatriks kornea adalah terbentuknya jaringan parut pada kornea oleh

berbagai sebab. Dapat disebabkan oleh trauma, bekas luka, maupun sebab-sebab

lainnya. Sikatrik kornea dapat menimbulkan gangguan penglihatan mulai dari

kabur sampai dengan kebutaan. Sikatrik kornea dapat berbentuk ringan (nebula),

sedang (makula) dan berat (leukoma). Gangguan kornea merupakan penyebab

kebutaan kedua didunia setelah katarak. Sikatrik kornea lebih sering disebabkan

oleh infeksi, xeropthalmia dan trauma.

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium.

Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan

adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea.

Indikasi Keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan,

kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta

memenuhi beberapa kriteria untuk dilakukan Keratoplasti.

15
16

DAFTAR PUSTAKA

Bebasari, E. (2015) ‘Gangguan Tajam Penglihatan Pada Anak Sekolah Dasar

Kelas V Dan Kelas Vi Di Sdn 017 Bukit Raya Pekanbaru Tahun 2014.

Budhiastra, P. (2014) Ilmu kesehatan mata. Program Studi Pendidikan Dokter

Erry (2012) ‘Distribusi dan karakteristik sikatrik kornea di indonesia, riskesdas

2007’, 22, pp. 30–37.

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah

Denpasar 2017

Fauzi, L. dan A. (2016) ‘Journal of Health Education Skrining Kelainan Refraksi

Mata Pada Siswa Sekolah Dasar Menurut Tanda Dan Gejala', 1(1), pp. 78–84.

Narendratama, W. (2018) ‘Referat sikatriks kornea’. Kepaniteraan Klinik Ilmu

Kesehatan Mata Rsud Dr. Soeselo Slawi

Sari, N. (2015) ‘Description of impaired visual acuity in elementary School 5th

Dan 6th Grade At Sdn 026 Pekanbaru In 2014, 1(2), pp. 1–7.

Septadina, I. S. (2015) ‘Perubahan Anatomi Bola Mata pada Penderita Diabetes

Mellitus’ , Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya,

Palembang, (2), pp. 139–143.

Wirata, G. (2017) ‘Ulkus kornea’. Bagian Anatomi Program Studi Pendidikan

Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Mei 2017

Anda mungkin juga menyukai