Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

BLEPHARITIS OCULUS DEXTRA

Pembimbing :

Kolonel (Purn) dr. Dasril Dahar, SpM

Mayor CKM dr. Leidina Rachmadian, SpM

Disusun oleh:

Amanda Putri

1102014017

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

RS TK II MOH RIDWAN MEURAKSA

PERIODE 11 NOVEMBER – 13 DESEMBER 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. R

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 24 tahun

Pekerjaan : SATPOL PP

Agama : Islam

Alamat : Cilangkap, Jakarta Timur

Tgl. Periksa : 05 Desember 2019

No. RM : 419316

II. ANAMNESA (Autoanamnesis)

Keluhan Utama : Kelopak mata sebelah kanan terasa sakit sejak 4 hari yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke Poliklinik Mata RS TK II Moh. Ridwan Meuraksa dengan keluhan


kelopak mata sebelah kanan terasa sakit dan nyeri bila ditekan. Pasien telah merasakan
keluhan ini sejak 4 hari. Selain sakit dan nyeri, pasien mengeluhkan kelopak matanya yang
memerah dan bengkak dan seperti ada yang mengganjal. Menurut penuturan pasien 2 hari
yang lalu mata sebelah kanan sempat mengeluarkan kotoran mata berwarna putih kehijauan
dan berkonsistensi kental. Terkadang mata sebelah kanan pasien berair. Rasa gatal,
pandangan kabur dan riwayat trauma disangkal. Pasien sudah berobat ke Puskesmas Kalibata
dan mendapatkan obat tetes namun tidak kunjung membaik. Pasien berangkat kerja dengan
menggunakan sepeda motor setiap harinya dan sering terpapar oleh debu.

2
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat alergi
disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak terdapat anggota keluarga dengan riwayat keluhan yang sama dengan pasien.

Riwayat Pengobatan :
Pasien telah berobat ke Puskesmas Kalibata dan diberikan obat namun tidak kunjung
membaik.

Riwayat trauma :
Riwayat trauma atau bahan kimia pada mata disangkal oleh pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status generalis:
Keadaan umum : Tampak Sakit Ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/ mnt
Respirasi : 20 x/ mnt
Suhu : 36 ºC

3
STATUS OFTALMOLOGIS

oculi dekstra oculi sinistra

Komponen Keterangan (OD) Keterangan (OS)

Trichiasis (-), Bulu mata


Trichiasis (-), Bulu mata
menempel dan
Silia menempel dan bergerombol(-),
bergerombol(+),
ketombe(+), kutu(-)
ketombe(+), kutu(-)
Edema (+), Hiperemis(+), Edema (-), Hiperemis(-),
Palpebra Superior
Pseudoptosis(+) Pseudoptosis(-)
Edema (+), Hiperemis(+),
Palpebra Inferior Edema (-)
Pustul(+)
Konj. Tarsal Superior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Konj. Tarsal Inferior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Jaringan fibrovaskular (-), Jaringan fibrovaskular (-),
Konj. Bulbi
Injeksi (-) Injeksi (-)
Edem (-), Infiltrat (-), Edem (-), Infiltrat (-), Ulkus(-),
Kornea
Ulkus(-) Sikatrik (-) Sikatrik(-)

COA Normal, Hifema (-) Normal, Hifema (-)

Bulat(+), isokor (+) Bulat(+), isokor (+)


Pupil
RCL (+), RCTL (+) RCL (+), RCTL (+)

Lensa jernih jernih

Pemeriksaan slitlamp

Cilia Bulu mata bergerombol dan Tidak ada kelainan


lengket

4
Konjungtiva Injeksi(-) Injeksi(-)

Kornea Jernih Jernih

COA Darah(-) pus(-) Darah(-) pus(-)

Iris Warna coklat, kripta iris Warna coklat, kripta iris


normal normal

Lensa Jernih Jernih

Pemeriksaan subyektif

Pemeriksaan OD OS
Visus Jauh 6/6 6/6
Refraksi - -
Koreksi - -
Visus dekat - -
Proyeksi sinar Baik Baik
Persepsi warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Gambar 1. Kedua mata pasien

5
Gambar 2. Mata kanan pasien

Gambar 3. Mata kanan pasien dengan slitlammp

6
IV. RESUME

Seorang perempuan usia 24 tahun datang ke poliklinik mata RS Ridwan Meuraksa dengan
keluhan kelopak mata sebelah kanan terasa sakit dan nyeri bila ditekan. Pasien telah
merasakan keluhan ini sejak 4 hari. Menurut penuturan pasien 2 hari yang lalu mata sebelah
kanan sempat mengeluarkan kotoran mata berwarna putih kehijauan dan berkonsistensi
kental. Terkadang mata sebelah kanan pasien berair. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
palpebral superior edema, hiperemis dan terdapat pseudoptosis dan pada palpebra inferior
didapatkan edema, hiperemis dan pustul. Pada pemeriksaan slitlamp didapatkan bulu mata
bergerombol dan lengket.

DIAGNOSIS BANDING

OD Hordeolum Internum
OD Blepharoconjunctivitis

V. DIAGNOSA KERJA
OD Blepharitis Anterior ec Bakterialis

VI. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
 Cendo Polygran salep mata 3dd1 OD
 Antibiotik Amoxicillin 500mg 3x1
 Methylprednisolon 3x1
Rencana Edukasi
 Menjelaskan cara pemakaian obat dan pentingnya menggunakan obat dengan
teratur dan sesuai petunjuk.
 Menjelaskan pentingnya menjaga higenitas kedua mata, Segera cuci tangan
dengan sabun setelah kontak dengan mata, terutama sebelum dan sesudah
membersihkan mata dan memakai obat
 Menjelaskan kepada pasien tidak boleh menyentuh mata yang sakit dan
menguceknya
 Kontrol di poliklinik mata jika tidak ada perbaikan

7
Rencana Monitor / Evaluasi
 Evaluasi klinis pasien

VII. PROGNOSIS

 Quo Ad Visam : Ad Bonam

 Quo Ad Vitam : Dubia Ad Bonam

 Quo Ad fungsionam : Dubia Ad Bonam

 Quo Ad sanactionam : Dubia Ad Bonam

 Quo Ad Cosmeticam : Ad Bonam

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Anatomi Palpebra

Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan
sekresi kelenjarnya yang membentuk tear film di depan kornea serta menyebarkan tear film
yang telah diproduksi ini ke konjungtiva dan kornea. Palpebra merupakan alat penutup mata
yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan
mata, karena kelopak mata juga berfungsi untuk menyebarkan tear film ke konjungtiva dan
kornea.1,2

Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian
belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.1
Pada kelopak terdapat bagian-bagian:
1. Satu lapisan permukaan kulit. Tipis dan halus, dihubungkan oleh jaringan ikat yang
halus dengan otot yang ada dibawahnya, sehingga kulit dengan mudah dapat
digerakkan dari dasarnya. Dengan demikian, maka edema dan perdarahan mudah
terkumpul disini, sehingga menimbulkan pembengkakan palpebra.1

9
2. Kelenjar seperti kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar keringat, kelenjar zeis
pada pangkal rambut, dan kelenjar meibom pada tarsus dan bermuara pada tepi
kelopak mata.1
3. Otot seperti:
a. M. Orbicularis oculi yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah,
dan terletak di bawah kulit kelopak. M. Orbicularis berfungsi menutup bola mata
yang dipersarafi N. facialis.1,2
b. M. Rioland. Merupakan otot orbicularis oculi yang ada di tepi margo palpebra.
Bersamaan dengan M. Orbicularis oculi berfungsi untuk menutup mata.1,2
c. M. Levator palpebrae berjalan kearah kelopak mata atas, berorigo pada annulus
foramen orbita dan berinsersi pada lempeng tarsus atas dengan sebagian
menembus M. Orbicularis Oculi menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian
kulit yang tempat insersi M. Levator palpebrae terlihat sebagai sulcus palpebra.
Otot ini dipersarafi oleh n. III, yang berfungsi mengangkat kelopak mata atau
membuka mata. Kerusakan pada saraf ini atau perubahan - perubahan pada usia
tua menyebabkan jatuhnya kelopak mata (ptosis).1,2
d. M. Mulleri, terletak di bawah tendon dari M. Levator palpebrae. Inervasinya
oleh saraf simpatis, fungsi M. Levator palbebrae dan M. Mulleri adalah untuk
mengangkat kelopak mata.1,2
4. Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di
dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.1
5. Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosus berasal dari rima orbita merupakan
pembatas isi orbita dengan kelopak depan.1
6. Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh
lingkaran permukaan orbita. Tarsus terdiri atas jaringan ikat yang merupaka jaringan
penyokong kelopak dengan kelenjar.1
7. Pembuluh darah yang memperdarainya adalah a. palpebrae.1
8. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal n.V, sedangkan
kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.1
Konjungtiva tarsal yang terletak dibelakang kelopak hanya dapat dilihat dengan
melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutupi bulbus okuli.
Konjungtiva merupakan membrane mukosa yang mempunyai sel goblet yang
menghasilkan musin.3,4
10
II. BLEFARITIS
1. Definisi
Infeksi kelopak atau blefaritis adalah radang yang sering terjadi pada kelopak mata
(palpebra) baik itu letaknya tepat di kelopak ataupun pada tepi kelopak. Blefaritis dapat
disebabkan oleh infeksi ataupun alergi yang biasanya berjalan kronis atau menahun. Blefaritis
alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahkan bahan kosmetik,
sedangkan Blefaritis infeksi bisa disebabkan oleh kuman streptococcus alfa atau beta,
pneumococcus, pseudomonas, demodex folliculorum dan staphylococcus (melalui demodex
folliculorum sebagai vektor).1

Gambar 1 : Radang pada kelopak mata (blefaritis)


2. Epidemiologi
Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit mata yang ada pada
rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai penyakit penyerta pada
penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia tua tapi dapat terjadi pada semua
umur.5
Belum ditemukan penelitian yang dirancang untuk mengetahui perbedaan dalam
insiden dan klinis blefaritis antara jenis kelamin. Blefaritis seboroik lebih sering terjadi pada
kelompok usia yang lebih tua dengan usia rata-rata adalah 50 tahun.Akan tetapi apabila
dibandingkan dengan bentuk lain, blefaritis staphylococcal ditemukan pada usia lebih muda
dan sebagian besar adalah wanita (80%).6

3. Etiologi
Blefaritis dapat disebabkan infeksi staphylococcus, dermatitis seboroik, gangguan
kelenjar meibom, atau gabungan dari ketiganya. Blefaritis anterior biasanya disebabkan
11
karena infeksi staphylococcus atau dermatitis seboroik yang menyerang bulu mata. Pada
infeksi staphylococcus aureus, didapatkan pada 50% pada pasien yang menderita blefaritis,
tapi hanya 10% orang yang tidak memberikan gejala blefaritis namun ditemukan bakteri
staphylococcus.

Gambar 2. Blefaritis karena staphylococcus

Blefaritis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, alergi, kondisi lingkungan,
atau mungkin terkait dengan penyakit sistemik:1
a. Blefaritis inflamasi terjadi akibat peningkatan sel radang kulit di sekitar kelopak. Infeksi
biasanya disebabkan oleh kuman Blefaritis infeksi bisa disebabkan oleh kuman
streptococcus alfa atau beta, pneumococcus, pseudomonas, demodex folliculorum dan
staphylococcus (melalui demodex folliculorum sebagai vektor).
b. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahkan bahan
kosmetik, atau dengan banyak obat, baik mata atau sistemik. Pada banyak orang juga
dapat disebabkan oleh karena paparan hewan seperti anjing atau kucing.
c. Bentuk ulseratif (blefaritis menular) sering ditandai dengan adanya sekret kuning atau
kehijauan.
d. Blefaritis dapat disebabkan oleh kondisi medis sistemik atau kanker kulit dari berbagai
jenis.
Blefaritis anterior biasanya disebabkan oleh bakteri (stafilokokus blefaritis) atau
ketombe pada kulit kepala dan alis (blefaritis seboroik). Hal ini juga dapat terjadi karena
kombinasi faktor, atau mungkin akibat alergi atau kutu dari bulu mata. Blefaritis posterior
dapat disebabkan oleh produksi minyak tidak teratur oleh kelenjar pada kelopak mata
(meibomian blefaritis) yang menciptakan lingkungan yang menguntungkan untuk
pertumbuhan bakteri. Hal ini juga dapat berkembang sebagai akibat dari kondisi kulit lainnya
seperti jerawat rosacea dan ketombe kulit kepala.6

12
4. Patofisiologi
Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena adanya
pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang
merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan
di kulit. Hal ini mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung pada jaringan di
sekitar kelopak mata, mengakibatkan kerusakan sistem imun atau terjadi kerusakan yang
disebabkan oleh produksi toksin bakteri, sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi
kelopak mata dapat diperberat dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi
kelenjar meibom.7
Blefaritis anterior mempengaruhi daerah sekitar dasar dari bulu mata dan mungkin
disebabkan infeksi stafilokokus atau seboroik. Yang pertama dianggap hasil dari respon
mediasi sel abnormal pada komponen dinding sel S. Aureus yang mungkin juga bertanggung
jawab untuk mata merah dan infiltrat kornea perifer yang ditemukan pada beberapa pasien.
Blefaritis seboroik sering dikaitkan dengan dermatitis seboroik umum yang mungkin
melibatkan kulit kepala, lipatan nasolabial, belakang telinga, dan sternum. Karena hubungan
erat antara kelopak dan permukaan okular, blefaritis kronis dapat menyebabkan perubahan
inflamasi dan mekanik sekunder di konjungtiva dan kornea. Sedangkan blefaritis posterior
disebabkan oleh disfungsi kelenjar meibomian dan perubahan sekresi kelenjar meibomian.
Lipase bakteri dapat mengakibatkan pembentukan asam lemak bebas. Hal ini meningkatkan
titik leleh dari meibum yang menghambat ekspresi dari kelenjar, sehingga berkontribusi
terhadap iritasi permukaan mata dan mungkin memungkinkan pertumbuhan S. Aureus.
Hilangnya fosfolipid dari tear film yang bertindak sebagai surfaktan mengakibatkan
meningkatnya penguapan air mata dan osmolaritas, juga ketidakstabilan tear film.7
Tiga mekanisme patofisiologi blefaritis anterior yang telah diusulkan:7
a. Infeksi bakteri langsung
b. Respons melawan toksin bakteri
c. Delayed hypersensitivity reaction terhadap antigen bakteri
Patofisiologi blefaritis posterior melibatkan perubahan struktural dan disfungsi sekresi
dari kelenjar meibomian. Kelenjar Meibom mengeluarkan meibum, lapisan lipid eksternal
dari tear film, yang bertanggung jawab untuk mengurangi penguapan tear film dan mencegah
kontaminasi. Pada perubahan struktural contoh kegagalan kelenjar di blepharitis posterior
telah ditunjukkan dengan meibography, selain itu, kelenjar epitel dari hewan model penyakit

13
kelenjar meibomian menunjukkan hiperkeratinisasi yang dapat menghalangi kelenjar atau
menyebabkan deskuamasi sel epitel ke dalam lumen, duktus kelenjar sehingga menyebabkan
konstriksi kelenjar. Hiperkeratinisasi dapat mengubah diferensiasi sel asinar dan karenanya
mengganggu fungsi kelenjar. Disfungsi sekretorik contohnya dalam blepharitis posterior,
terjadi perubahan komposisi meibum di mana perubahan rasio asam lemak bebas untuk ester
kolesterol telah terbukti. Hasil sekresi yang berubah ini bisa memiliki titik leleh yang lebih
tinggi dari pada yang tampak di kelopak mata sehingga menyebabkan menutupnya muara
kelenjar.7

5. Klasifikasi
Berdasarkan letaknya, blefaritis dibagi menjadi:
1. Blefaritis Anterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian luar, tempat
dimana bulu mata tertanam. Blefaritis anterior biasanya disebabkan oleh infeksi
bakteri (stafilokokus blefaritis) atau ketombe di kepala danalis mata (blefaritis
sebore). Walaupun jarang, dapat juga disebabkan karena alergi.1

Gambar 3. Blefaritis Anterior

14
2. Blefaritis Posterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian dalam, bagian
yang kontak langsung dengan bola mata. Blefaritis posterior dapat disebabkan karena
produksi minyak oleh kelenjar di kelopak mata yang berlebihan (blefaritis meibom) yang
akan mengakibatkan terbentuknya lingkungan yang diperlukan bakteri untuk bertumbuh.
Selain itu, dapat pula terjadi karena kelainan kulit yang lain seperti jerawat atau ketombe.

Gambar 4 : Blefaritis Posterior

Klasifikasi berdasarkan penyebabnya :


A. Blefaritis bakterial
Infeksi bakteri pada kelopak dapat ringan sampai dengan berat. Diduga
sebagian besar infeksi kulit superfisial kelopak diakibatkan streptococcus. Bentuk
infeksi kelopak dikenal sebagai folikulitis, impetigo, dermatitis eksematoid.
Pengobatan pada infeksi ringan ialah dengan memberikan antibiotik lokal dan
kompres basah dengan asam borat. Pada blefaritis sering diperlukan pemakaian
kompres hangat. Infeksi yang bert perlu diberikan antibiotik sistemik.

1. Blefaritis superfisial
Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus maka
pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotik seperti sulfasetamid dan
sulfisoksazol. Sebelum pemberian antibiotik krusta diangkat dengan kapas basah. Bila
terjadi blefaritis menahun maka dilakukan penekanan manual kelenjar Meibom untuk
mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom (Meibormianitis), yang biasanya
menyertainya.1
Blefaritis stafilokokal ditandai dengan adanya sisik, krusta dan eritema pada
tepi kelopak mata dan collarette formation pada dasar bulu mata. Infeksi kronis dapat

15
disertai dengan eksasebasi akut yang mengarah pada terjadinya blefaritis ulseratif.
Dapat juga terjadi hilangnya bulu mata, keterlibatan kornea termasuk erosi epitelial,
neovaskularisai dan infiltrat pada tepi kelopak9

2. Blefaritis Sebore
Blefaritis sebore merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya.
Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun), dengan keluhan mata kotor, panas dan
rasa kelilipan.1
Gejalanya adalah sekret yang keluar dari kelenjar meibom, air mata berbusa pada
kantus lateral, hiperemia dan hipertropi papil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk
kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis dan jaringan keropeng.1
Pasien dengan blefaritis sebore mempunyai sisik berminyak pada kelopak
mata depan, dan sering di antara mereka juga menderita dermatitis seboroik pada alis
dan kulit kepalanya.11 The American Academy of Dermatology mencatat bahwa
penyebab kondisi ini belum dipahami dengan baik. Tapi dermatitis sebore terkadang
muncul pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah. Jamur atau ragi jenis
tertentu yang memakan minyak di kulit juga dapat menyebabkan dermatitis seboroik,
dengan blefaritis menyertainya.10

Gambar 5 Blefaritis sebore

3. Blefaritis Skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau krusta
pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka kulit.
Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kulit didaerah akar bulu

16
mata dan sering terdapat pada orang yang berambut minyak. Blefaritis ini berjalan
bersama dermatitis seboroik.1
Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur.
Pasien dengan blefaritis skuamosa akan merasa panas dan gatal. Terdapat sisik
berwarna halus–halus dan penebalan margo palpebra disertai dengan madarosis. Sisik
ini mudah dikupas dari dasarnya tanpa mengakibatkan perdarahan.1

Gambar 6 : Squamous Blepharitis

4. Blefaritis Ulseratif
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat infeksi
staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna kekunung-
kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah di
sekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering dan
keras, yang bila diangkat akan luka dengan disertai perdarahan. Penyakit bersifat
sangat infeksius. Ulserasi berjalan lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel
rambut sehingga mengakibatkan rontok (madarosis).1

Gambar 7 : Ulcerative Blepharitis

17
5. Blefaritis Angularis
Blefaritis angularis merupakan infeksi pada tepi kelopak disudut kelopak mata
atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kantus eksternus
dan internus) sehingga dapat mengakibatkan gangguan padafungsi punctum lakrimal.
Blefaritis angularis disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau Moraxella
lacunata.1,10
Seringkali gejala yang muncul adalah kemerahan pada salah satu tepi kelopak
mata, bersisik, maserasi dan kulit pecah-pecah di kantus lateral dan medial, juga dapat
terjadi konjungtivitis folikuler dan papil. Biasanya kelainan ini bersifat rekuren.3

Gambar 8 : Blefaritis angularis


B. Blefaritis virus
1. Herpes zoster
Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri saraf
trigeminus. Biasanya akan mengenai orang usia lanjut. Bila yang terkena ganglion
cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala herpes zoster pada mata dan kelopak
mata atas.1
Gejala tidak akan melampaui garis median kepala dengan tanda-tanda yang
terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan badan berasa
demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea bila mata terkena.
Lesi vesikel pada cabang oftalmik saraf trigeminus superfisial merupakan gejala yang
khusus pada infeksi herpes zoster mata. Pengobatan hanya asimtomatik; steroid
superfisial untuk mengurangi gejala radang dan analgesik untuk mengurangi rasa
sakit. Pemberian steroid dosis tinggi akan mengurangkan gejala yang berat.
Penyulit yang mungkin terjadi adalah uveitis, parese otot perggerak mata,
glaukoma dan neuritis optik.

18
2. Herpes simplek1
Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat disertai dengan keadaan yang
sama pada bibir merupakan tanda herpes simpleks kelopak. Dikenal bentuk blefaritis
simpleks yang merupakan radang tepi kelopak ringan dengan terbentuknya krusta
kuning basah pada tepi bulu mata, yang mengakibatkan kedua kelopak lengket.

Gambar 9. Herpes simplek

Blefaritis Jamur

1. Infeksi superficial

2. Infeksi jamur dalam

3. Blefaritis pedikulosis

Kadang-kadang pada penderita dengan hygiene yang buruk akan dapat bersarang tuma
atau kutu pada pangkal silia di daerah margo palpebra.

6. Diagnosis

Diagnosis

Blefaritis dapat didiagnosis melalui pemeriksaan mata yang komprehensif. Pengujian,


dengan penekanan khusus pada evaluasi kelopak mata dan permukaan depan bola mata,
termasuk:10
- Riwayat pasien untuk menentukan apakah gejala yang dialami pasien dan adanya masalah
kesehatan umum yang mungkin berkontribusi terhadap masalah mata.
- Pemeriksaan mata luar, termasuk struktur kelopak mata, tekstur kulit dan penampilan
bulu mata.
- Evaluasi tepi kelopak mata, dasar bulu mata dan pembukaan kelenjar meibomian
menggunakan cahaya terang dan pembesaran.
19
- Evaluasi kuantitas dan kualitas air mata untuk setiap kelainan.

7. Tatalaksana
Banyak sistem mengenai kebersihan kelopak mata, dan semua ini termasuk variasi
dari 3 langkah penting7,8
1. Aplikasi panas untuk menghangatkan sekresi kelenjar kelopak mata dan untuk memicu
evakuasi dan pembersihan dari bagian sekretorik sangat penting. Pasien umumnya
diarahkan untuk menggunakan kompres hangat basah dan menerapkannya pada kelopak
berulang kali. Air hangat di handuk, kain kassa direndam, atau dimasak dengan
microwave, kain yang telah direndam dapat digunakan. Pasien harus diinstruksikan untuk
menghindari penggunaan panas yang berlebihan.8
2. Tepi kelopak mata dicuci secara mekanis untuk menghilangkan bahan yang menempel,
seperti ketombe, dan sisik, juga untuk membersihkan lubang kelenjar. Hal ini dapat
dilakukan dengan handuk hangat atau dengan kain kasa. Air biasa sering digunakan,
meskipun beberapa dokter lebih suka bahwa beberapa tetes shampo bayi dicampur dalam
satu tutup botol penuh air hangat untuk membentuk larutan pembersih. Harus diperhatikan
untuk menggosok-gosok lembut atau scrubbing dari tepi kelopak mata itu sendiri, bukan
kulit kelopak atau permukaan konjungtiva bulbi. Menggosok kuat tidak diperlukan dan
mungkin berbahaya.8
3. Salep antibiotik pada tepi kelopak mata setelah direndam dan digosok. Umum digunakan
adalah salep eritromisin atau sulfacetamide. Salep antibiotik kortikosteroid kombinasi
dapat digunakan, meskipun penggunaannya kurang tepat untuk pengelolaan jangka
panjang.8

8. Komplikasi
Komplikasi yang berat karena blefaritis jarang terjadi. Komplikasi yang paling sering
terjadi pada pasien yang menggunakan lensa kontak. Mungkin sebaiknya disarankan untuk
sementara waktu menggunakan alat bantu lain seperti kaca mata sampai gejala blefaritis
benar-benar sudah hilang.
1. Mata merah : blefaritis dapat menyebabkan serangan berulang mata merah
(konjungtivitis).
2. Keratokonjungtivitis: adalah kondisi dimana mata pasien tidak bisa memproduksi air
matayang cukup, atau air mata menguap terlalu cepat. Ini bisa menyebabkan mata
20
kekurangan air dan menjadi meradang. Syndrome mata kering dapat terjadi karena
dipengaruhi gejala blefaritis, dermatitis seboroik, dan dermatitis rosea, namun dapat
juga disebabkan karena kualitas air mata yang kurang baik

3. Ulserasi kornea: iritasi yang terus menerus dari kelopak mata yang meradang atau
salah arah bulu mata dapat menyebabkan goresan (ulkus) di kornea.
Blefaritis tidak mempengaruhi penglihatan pada umumnya, meskipun defisiensi tear
film kadang dapat mengaburkan penglihatan, menyebabkan berbagai derajat penglihatan
berfluktuasi sepanjang hari.10

II. 11. Prognosis

Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat mengontrol
tanda-tanda dan gejala blefaritis dan mencegah komplikasi. Perawatan kelopak mata yang
baik biasanya cukup untuk pengobatan. Harus cukup nyaman untuk menghindari
kekambuhan, karena blefaritis sering merupakan kondisi kronis. Jika blefaritis berhubungan
dengan penyebab yang mendasari seperti ketombe atau rosacea, mengobati kondisi-kondisi
tersebut dapat mengurangi blefaritis. Pada pasien yang memiliki beberapa episode blefaritis,
kondisi ini jarang sembuh sepenuhnya. Bahkan dengan pengobatan yang berhasil,
kekambuhan dapat terjadi.10

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2014.
2. James, Bruce. Lecture Notes On Opthalmology. 9 th ed. Blackwell publishing, Australia:
2013; page 52-4.
3. Popham, Jerry MD. Eyelid Anatomy. In Cosmetic Facial and Eye Plastic Surgery.
Available at : http://www.drpopham.com/347-Anatomy. Accessed Oktober 01, 2014.
4. Vaughan D. General Ophthalmology. Widya Medika. Jakarta: 2003; page 78-80.
5. Lowery, R Scott, MD et all, Adult Blepharitis Updated: April 26, 2013. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/1211763-overview#a0104. Accessed Oktober 02,
2014.
6. Weinstock, Frank J., MD. Eyelid Inflammation “Blepharitis” Available at :
http://www.emedicinehealth.com/eyelid_inflammation_blepharitis/.htm. Accessed
Oktober 02, 2014.
7. Kanski JJ. Blepharitis. In: Clinical Ophthalmology. 7th ed. Butterworth Heinemann.
Philadelphia; 2011: page 34-38.
8. Allen, JH et all. Patophosiology Blepharitis. In Best Practice British Medicine Journal.
Last updated: July 26, 2013.
9. Feder, Robert S, MD, chair et all. Blepharitis Limited Revision In Preferred Practice
Pattern. American Academy Ophthalmology: 2011.
10. Hadrill, Marilyn., Blepharitis Page updated September 21, 2013. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article. Accessed Oktober 01, 2014.

22

Anda mungkin juga menyukai