Pembimbing:
dr. Agah Gadjali, SpM
dr. Hermansyah, SpM
dr. Gartati Ismail, SpM
dr. Mustafa K. Shahab, SpM
dr. Henry A. W, SpM
Disusun oleh:
Erdika Satria Wahyuono
1102009098
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Bakri Kasim
Jenis kelamin : Laki Laki
Usia : 79 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Tamatan SMA
Pekerjaan : Pedagang Kain
Suku bangsa : Minang (Indonesia)
Alamat : Jl.Batu Ampar IV RT/RW 08/05, Jakarta Timur
No. Rekam medik : 701567
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama
Penglihatan berkabut di siang hari dan silau saaat melihat cahaya lampu
kendaraan bermotor terutama saat malam hari
B. Keluhan tambahan
Sulit membaca tulisan koran dan melihat jauh
2
D. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit gula (+)
Riwayat penyakit darah tinggi (+)
Riwayat operasi pada mata disangkal
Riwayat alergi makanan disangkal
Riwayat alergi obat disangkal
F. Riwayat Pekerjaan
Pasien saat ini berprofesi sebagai pedagang kain di pertokoan
Pasien mengaku Pernah menjadi supir taksi selama 10 tahun
Status generalis
Keadaan umum : tampak baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital
o Tekanan darah : 160/90
o Nadi : 88x/menit
o RR : 19x/menit
o Suhu : afebris
3
IV.STATUS OFTALMOLOGI
OD OS
Visus :
Tajam Penglihatan 5/30F 5/30
Koreksi C -1.50 x 90° 5/15 C -1.50 x 90° 5/12.5
Pinhole (-) Pinhole (-)
Addisi S + 3.00 S + 3.00
Posisi Hirschberg Ortoforia
Gerakan bola mata
Palpebra superior Edema (-), benjolan (-), Edema (-), benjolan (-),
hiperemis (-), nyeri tekan hiperemis (-), nyeri tekan (-
(-), hematom (-) ), hematom (-)
Palpebra inferior Edema (-), benjolan (-), Edema (-), benjolan (-),
hiperemis (-), nyeri tekan hiperemis (-), nyeri tekan (-
(-), hematom (-) ), hematom (-)
Konjungtiva tarsalis Hiperemis (-), papil (-), Hiperemis (-), papil (-),
superior edema (-) edema (-)
Konjungtiva tarsalis inferior Hiperemis (-), papil (-), Hiperemis (-), papil (-),
edema (-) edema (-)
Konjungtiva bulbi Injeksi siliar (-), injeksi Injeksi siliar (-), injeksi
konjungtiva (-), konjungtiva (-), perdarahan
perdarahan subkonjungtiva (-)
subkonjungtiva (-)
Kornea Jernih, arcus senilis (+) Jernih, arcus senilis (+)
ulkus (-), infiltrat (-), ulkus (-), infiltrat (-),
sikatriks (-) sikatriks (-)
Bilik mata depan (COA) Dangkal, jernih, Dangkal, jernih,
4
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Snellen charts dan Jaeger Charts
2. Slitlamp (ODS)
IV. RESUME
5
Pada Pemeriksaan Fisik, Status generalis didapatkan Tekanan darah
160/90. Pada status oftalmologi didapatkan Visus menurun menjadi 5/30
ODS, Pada kornea ditemukan arcus senilis, Bilik mata depan dangkal, dan
pada pemeriksaan Lensa didapatkan lensa keruh sebagian.
V. DIAGNOSIS KERJA
VII. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa :
Jika perlu, konsul doter spesialis penyakit dalam (untuk
penatalaksanaan Diabetes Melitus dan hipertensi).
Medikamentosa :
Catarlent (Potasium Iodide) eye drop 3x2 tetes
Vitamin A, C dan E
VIII. RENCANA PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa :
Operasi katarak (ECCE + IOL)
Medikamentosa (pasca operasi) :
Antibiotik Oral
Antibiotik Topikal
Obat tetes mata steroid
IX. EDUKASI
Menyarankan Pasien untuk menggunakan kacamata gelap / lensa
anti ultraviolet saat beraktifitas di luar ruangan pada siang hari
Ingatkan pasien agar tidak membawa kendaraan sendiri terutama
saat malam hari
Sarankan pasien untuk Diet rendah gula
6
X. PROGNOSIS
- Quo Ad Vitam : Dubia Ad Bonam
- Quo Ad Fungsionam : Dubia Ad Bonam
- Quo Ad Sanactionam : Dubia Ad bonam
- Quo Ad Cosmetican : Dubua Ad Bonam
7
TINJAUAN PUSTAKA
Lensa adalah suatu struktur bikonvek, avaskular, tak berwarna dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang
iris, lensa digantung oleh zonula, yang menghubungkan dengan korpus siliaris.
Disebelah anterior lensa terdapat humor aqueous; di sebelah posteriornya, vitreus.
Kapsul lensa adalah suatu membran yang semipermiabel yang akan
memperbolehkan air dan elektrolit masuk.
8
kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat
dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat
nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa.
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa
sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas
cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda
dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa
yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh
peningkatan daya biasnya.
Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa
untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring
dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan
berkurang.Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik
bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0-
Dioptri.
9
II. KATARAK
3.1 Pengertian
Katarak berasal dari bahasa yunani (katarrhakies) dan bahasa latin
(cataracta) yang berarti air terjun. Katarak adalah keadaan dimana terjadi
kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa atau juga suatu
keadaan patologik lensa di mana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa
atau denaturasi protein lensa. Katarak merupakan perubahan lensa mata yang
sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan
penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya
sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina
3.2 Etiologi
a. Degeneratif (usia)
b. Kongenital
c. Penyakit sistemik (misal DM, hipertensi, hipoparatiroidisme)
d. Penyakit lokal pada mata (misal uveitis, glaukoma dll)
e. Trauma
f. Bahan toksik (kimia & fisik)
g. Keracunan obat-obat tertentu (kortikosteroid, ergot, dll)
10
3.3 Epidemiologi
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Amerika Serikat dapat
diidentifikasi adanya katarak terjadi pada sekitar 10% orang, dan angka kejadian
ini meningkat hingga sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara 65 sampai 74
tahun, dan hingga sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.
Sperduto dan Hiller menyatakan bahwa katarak ditemukan lebih sering pada
wanita dibanding pria. Pada penelitian lain oleh Nishikori dan Yamomoto, rasio
pria dan wanita adalah 1:8 dengan dominasi pasien wanita yang berusia lebih dari
65 tahun dan menjalani operasi katarak
11
dengan perkembangan katarak. Terbukti dari tingginya angka kejadian katarak
pada negara-negara tropis juga profesi-profesi khusus yang terpapar radiasi seperti
pilot dan astronot. Kekurangan gizi khususnya zat antioksidan seperti beta-
karoten, selenium, vitamin C dan E juga dapat mempercepat proses
berkembangnya penyakit katarak.
Secara umum ada dua proses patogenesis katarak yaitu:
a. Hidrasi
Terjadi perubahan komposisi ionik pada korteks lensa dan penimbunan cairan di
antara celah-celah serabut lensa.
b. Sklerosis
Serabut-serabut lensa yang terbentuk lebih dahulu akan terdorong ke arah
tengah sehingga bagian tengah (nukleus) menjadi lebih padat, mengalami dehidrasi
serta penimbunan kalsium dan pigmen.
12
3.6 Klasifikasi Katarak
Terdapat banyak jenis klasifikasi katarak. Dalam penggunaan klinis
klasifikasi-klasifikasi ini sering dikombinasikan misalnya katarak senil matur atau
katarak polar kongenital.
Klasifikasi katarak berdasarkan tingkat kematangan, dibagi ke dalam 4
stadium, Yaitu:
13
4. Katarak hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses
degenerasi lanjut, dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa
yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa, sehingga lensa menjadi kecil,
berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam
dan terlihat lipatan kapsul lensa. Kadang pengkerutan berjalan terus
sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur.
5. Katarak Morgagnian, pada stadium hipermatur dapat terjadi kerusakan
kapsul lensa sehingga isi korteks yang telah mencair dapat keluar dan lensa
menjadi kempis, yang di bawahnya terdapat nukleus lensa.
14
Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi:
Katarak nuklear
15
Klasifikasi katarak berdasarkan bentuk:8,10
Katarak cuneiform
Katarak stellata
Katarak pisiform
Katarak pulveranta
Katarak pungtata
Katarak zonular
Katarak titik biru (blue-dot cataract)
16
kurang elastis, epitelnya makin tipis, seratnya lebih irreguler, korteksnya
tidak berwarna, dan nukleusnya mengeras (sklerosis).
Pembentukan lapisan baru serat kortikal secara konsentris
menyebabkan nukleus lensa mengalami kompresi dan pengerasan
(sklerosis). Protein lensa (crystallins) diubah melalui modifikasi kimia dan
aggregasi menjadi protein dengan berat molekul yang tinggi. Modifikasi
kimia protein lensa menyebabkan pigmentasi yang progresif. Perubahan
lainnya yang terkait usia di antaranya adalah menurunnya konsentrasi
gluthation dan kalium, meningkatnya konsentrasi natrium dan kalsium serta
meningkatnya hidrasi.3,9,13
Traumatika: trauma tumpul (blunt contusion) atau trauma tembus
(penetrating injury) juga trauma akibat operasi mata seperti pada vitrektomi
pars plana dan iridektomi perifer. Pada trauma tembus dan trauma akibat
operasi dapat terjadi kerusakan serat-serat dan perforasi kapsul lensa
sehingga aqueous humor masuk ke dalam lensa dan material lensa
membengkak sedangkan pada trauma tumpul terjadi fokal nekrosis pada
epitel lensa akibat tekanan.
Komplikasi akibat penyakit mata lain seperti:
a. Inflamasi: uveitis kronik, endoftalmitis, toxoplasmosis
b. Tumor: melanoma koroid
c. Distrofi: retinitis pigmentosa
d. Malformasi: mikroftalmus, PHPV, aniridia
e. Glaucomflecken (acute angle-closure glaucoma)
f. Myopia tinggi
Penyakit sistemik:
a. Kelainan metabolik: diabetes mellitus, galaktosemia dan defisiensi
galaktokinase, defisiensi α-galaktosidase (Fabry disease), tetani
(hipokalsemi), myotonic dystrophy, degenerasi hepatolentikular
(Wilson disease)
b. Kelainan sirkulasi: stenosis karotid (oftalmopati iskemik), Takayasu
disease
17
c. Kelainan kulit (syndermatotic cataract): dermatitis atopik, Werner
syndrome
d. Lain-lain: neurofibromatosis tipe II
18
3.7 Tanda dan Gejala Klinis
Tanda dan gejala yang sering ditemukan pada penderita katarak antara
lain: (1) penglihatan kabur dan berkabut, (2) merasa silau terhadap sinar matahari,
dan kadang merasa seperti ada film didepan mata, (3) seperti ada titik gelap di
depan mata, (4) penglihatan ganda, (5) sukar melihat benda yang menyilaukan, (6)
melihat halo; warna disekitar sumber sinar, (7) warna manik mata berubah atau
putih, (8) sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari, (9) penglihatan di malam hari
lebih baik, (10) sukar mengendarai kendaraan dimalam hari, (11) waktu membaca
memerlukan sinar lebih cerah, (12)sering berganti kaca mata, (13) penglihatan
menguning, dan (14) untuk sementara jelas melihat dekat.6,12,13
Pada katarak kortikal akan terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi
cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa. Dapat
menyebabkan silau terutama bila menyetir pada malam hari.7,13
Pada katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior
subkapsular posterior. Celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi
jaringan degeneratif (benda morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat
menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua
bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.8
Katarak imatur pada stadium yang lebih lanjut, akan terjadi kekeruhan
yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih
terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi
kortek yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan
lensa akan memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi
mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan
sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.9
Katarak intumesen, akan terjadi kekeruhan lensa disertai pembengkakan
lensa akibat lensa degeneratif yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah
lensa disertai pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan
mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan
normal. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan
jarak lamel serat lensa.9
19
Katarak matur, lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan
dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada
stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibat perkapuran menyeluruh
karena deposit kalsium. Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.8,11
Katarak nuklearis merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya
terletak pada nukleus atau bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses
penuaan. Keluhan yang biasa terjadi: (1) menjadi lebih rabun jauh sehingga
mudah melihat dekat, dan untuk melihat dekat melepas kaca matanya, (2) setelah
mengalami penglihatan kedua ini (melihat dekat tidak perlu kaca mata)
penglihatan mulai bertambah kabur atau lebih menguning dan lensa lebih coklat,
(3) menyetir malam silau dan sukar, dan (4) sukar membedakan warna biru dan
ungu.6,9
Penderita katarak kortikalis umumnya mengalami keluhan: (1) penglihatan
jauh dan dekat terganggu, dan (2) penglihatan merasa silau dan hilangnya
penglihatan kontra.9
Sedangkan penderita katarak subkapsular mempunyai keluhan : (1)
mengganggu saat membaca, (2) memberikan keluhan silau dan halo atau warna
sekitar sumber cahaya, dan (3) mengganggu penglihatan.8,9
Pasien mengeluh penglihatan kabur secara mendadak pada katarak
traumatik. Mata jadi merah, lensa opak, dan mungkin disertai terjadinya
perdarahan intraokular. Apabila humor aqueus atau korpus vitreum keluar dari
mata, mata menjadi sangat lunak. Penyulit adalah infeksi, uveitis, ablasio retina
dan glaukoma.9,13
Diagnosis katarak dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan
klinis.
Anamnesa:
• Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak)
• Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah
• Gambaran umum gejala katarak yang lain,seperti:
a. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
b. Perubahan daya lihat warna
20
c. Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat
menyilaukan mata
d. Lampu dan matahari sangat mengganggu
e. Sering meminta ganti resep kaca mata
f. Lihat ganda
g. Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)
h. Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain.8
3.8 Diagnosis
Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai
menjadi cukup padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun
pada stadium perkembangan yang paling dini dari katarak, dapat dideteksi melalui
pupil yang berdilatasi maksimum dengan oftalmoskop, loupe atau slitlamp.
Dengan penyinaran miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan
lensa de ngan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow).
Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan
kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur. Katarak hipermatur,
lensa akan mengeriput.4,9,12,13
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar
celah (slitlamp), funduskopi bila mungkin, tonometer juga pemeriksaan prabedah
lainnya seperti adanya infeksi pada kelopak mata dan konjungtiva karena dapat
menimbulkan penyulit yang berat berupa panoftalmitis pasca bedah. Sebelum
pembedahan juga harus dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan untuk melihat
apakah kekeruhan sebanding dengan turunnya tajam penglihatan. Misalnya pada
katarak nuklear tipis dengan miopia tinggi akan terlihat tajam penglihatan yang
tidak sesuai sehingga mungkin penglihatan yang turun adalah akibat dari kelainan
retina dan bila dilakukan pembedahan akan memberikan hasil tajam penglihatan
yang tidak memuaskan.2,9,13
21
3.9 Tata Laksana
Penatalaksanaan katarak dilakukan berdasarkan pemeriksaan pasien dan
faktor-faktor penyulit yang mungkin ada. Evaluasi pasien yang penting antara
lain: apakah penurunan kemampuan visual pasien dapat ditolong dengan operasi,
apakah akan terjadi perbaikan visus jika operasi dilakukan tanpa komplikasi,
apakah pasien atau keluarga dapat dipercaya untuk perawatan postoperatif, apakah
opasitas lensa berpengaruh terhadap kondisi sistemik dan okuler pasien.12,13
Beberapa pengobatan non-bedah mungkin efektif sementara untuk fungsi
visual pasien katarak. Sebagi contoh, keadaan refraksi dapat ditingkatkan dengan
koreksi untuk penglihatan jauh dan dekat. Dilatasi pupil mungkin dapat
membantu pada katarak aksialis yang kecil dengan cahaya yang lewat melalui
bagian perifer lensa. Penatalaksanaan medikal pada katarak secara ketat
dilakukan. Penghambat aldose reduktase bekerja dengan menghambat konversi
glukosa menjadi sorbitol, menunjukkan pencegahan katarak karena gula pada
hewan. Agen antikatarak lainnya termasuk sorbitol-lowering agent, aspirin,
glutathion-raising agent dan antioksidan vitamin C dan E. Obat yang dikenal di
pasaran dapat memperlambat proses pengeruhan antara lain Catalin®, Quinax®,
Catarlen® dan Karyuni®.5,13
Beberapa pasien dengan fungsi visual yang terbatas dapat dibantu dengan
alat bantu optik bila operasi belum bisa dilakukan. Dengan monokuler 2,5 x 2,8,
dan 4x lebih dekat ke objek, penggunaan magnifier, teleskop dapat membantu
membaca dan kerja dekat. Katarak akan mengurangi kontras dan menyebabkan
kabur. Panjang gelombang yang pendek menyebabkan penyebaran warna,
intensitas dan jarak cahaya, jika pasien mampu mengatasinya terutama pada
kondisi terang, penggunaan lensa absortif mampu mengurangi disabilitas.9
Pasien dapat dioperasi bila ada kemauan dari pasien itu sendiri untuk
memperbaiki tajam penglihatannya (visus). Kemauan untuk dioperasi ini biasanya
datang bila sudah terjadi gangguan pekerjaan atau aktifitas sehari-hari. Keputusan
untuk melakukan operasi harus didasarkan pada kebutuhan visual pasien dan
potensi kesembuhannya. Secara umum, indikasi operasi katarak bila terdapat
kondisi stereopsis, penyusutan lapangan pandang perifer dan gejala
anisomethrophia. Indikasi medikal dilakukannya operasi termasuk pencegahan
22
komplikasi seperti glaukoma fakolitik, glakukoma fakomorfik, uveitis
facoantigenik dan dislokasi lensa ke bilik mata depan. Indikasi tambahannya
adalah untuk diagnosis atau penatalaksanaan penyakit okuler lainnya, seperti
retinopati diabetik atau glaukoma.9,13
Operasi katarak dapat dilakukan dengan berbagai metode antara lain:13
Couching;
dilakukan di awal tahun 800 SM, melalui pembedahan dengan ujung
jarum dimasukkan ke sklera 4 mm ke arah limbus terus ke arah kornea.
Cara ini dilakukan tanpa dilakukan dilatasi pupil karena belum
memungkinkan dan cukup barbar. Komplikasinya terlalu tinggi.13
Ekstraksi ekstrakapsular (ECCE)
Jacques Daviel (1896-1762) mempublikasikan prosedur ini
pertama kali, ekstraksi dilakukan melalui pupil dan lensa dibuang melalui
insisi pada limbus. Insisi dibuat melalui kornea inferior, kornea dielevasi,
kapsula lensa diinsisi, nukleaus ditekan dan korteks dikerok. Masing-
masing prosedur ini memerlukan waktu 4 menit.1,5,13
Daviel’s ECCE adalah sebuah inovasi dan lebih maju dibanding
couching. Efek sampingnya dapat terjadi endophtalmitis. Karena
pengambilan korteks yang tidak komplit, inflamasi kronik, kekeruhan
kapsul sekunder dan glaukoma akibat blok pupil banyak terjadi. Prolapsus
uveus mungkin terjadi karena jahitan yang tidak stabil.
Setelah itu, terjadi perkembangan lanjut dari prosedur ini,
dikembangkan olehAlbrecht von Graefe (1828-1870) dengan
menggunakan pisau bedah, infeksi dan prolapsus uvea dapat ditekan.13
Indikasi:
ECCE melalui ekspresi nukleus prosedur utama pada operasi
katarak. Pelaksanaan prosedur ini tergantung dari ketersediaan alat,
kemampuan ahli bedah dan densitas nukleus. ECCE yang melibatkan
pengeluaran nukleus dan korteks lensa melalui kapsula anterior,
meninggalkan kapsula posterior. Prosedur ini memiliki beberapa
keuntungan dibanding ICCE karena dilakukan dengan insisi yang lebih
kecil, maka trauma endothelium kornea lebih sedikit, astigmatisma
23
berkurang, jahitannya lebih stabil dan aman. Kapsula posterior yang intak
akan mengurangi resiko keluarnya vitreous intraoperatif, posisi fiksasi
IOL lebih baik secara anatomi, mengurangi angka kejadian edema
makular, kerusakan retina dan edema kornea, mengurangi mobilitas iris
dan vitreous yang terjadi dengan pergerakan saccus (endophtalmodenesis),
adanya barrier restriksi perpindahan molekul aquous dan vitreous,
mengurangi akses bakteri terhadap cavitas vitreous untuk endophtalmitis
dan mengeleminasi komplikasi jangka panjang dan pendek yang
berhubungan dengan lengketnya vitreous dengan iris, kornea dan tempat
insisi.8,9,13
Kontraindikasi:
Prosedur ECCE memerlukan keutuhan dari zonular untuk
pengeluaran nukleus dan materi kortikal lainnya. Oleh karena itu, ketika
zonular tidak utuh pelaksanaan prosedur yang aman melalui ekstrakapsular
harus dipikirkan lagi.13
Ekstraksi intrakapsular (ICCE)
Karena adanya efek samping pada ECCE, prosedur katarak terus
dikembangkan, Samel Sharp, melakukan eksisi pada lensa katarak,
kapsula yang intak melalui insisi limbus, kemudian menggunakan tekanan
dengan kedua jempol. Masalah utama pada prosedur ini, bagaimana
menghancurkan serat zonula. Kolonel Henry Smith, memanipulasi dari
luar dengan hook secara mekanik. Metode lain dengan menghancurkan
zonular dan mengeluarkan lensa dengan traksi menggunakan forceps.
Komplikasi pada prosedur ini yaitu infeksi, hemorrhage, kerusakan retina
dan edema makula.
ICCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa dan kapsula
posteriornya. Ada beberapa keuntungan, yaiu menghancurkan semua lensa
tanpa meninggalkan kapsul yang keruh ataupun sisanya, dapat dilakukan
dengan peralatan yang tidak terlalu canggih, merehabilitasi visual dengan
cepat menggunakan spestacle +10,00 Dioptri. Namun juga terdapat
kerugian karena insisi yang terlalu lebar, 160o-180o sehingga
penyembuhan akan lama, begitupun rehabilitasi visualnya, dapat
24
menginduksi astigmatisma, inkaserasi iris, dan inkaserasi vitreous serta
adanya infiltrasi di tempat jahitan. Edema kornea, trauma endotel kornea
dan edema makula lebih sering terjadi dibandingkan dengan prosedur
ECCE.8,13
Indikasi ICCE:
Dapat dilakukan di tempat dengan fasilitas bedah mikroskopis
yang terbatas, pada kasus-kasus yang tidak stabil seperti intumescent,
hipermatur, dan katarak luksasi, jika zonular tidak berhasil dimanipulasi
untuk mengelurkan nukleus dan korteks lensa melalui prosedur ECCE.9,13
Kontraindikasi:
Kontraindikasi absolut pada katarak anak dan dewasa muda dan
kasus ruptur kapsula traumatik. Sedangkan kontraindikasi relatif pada high
myopia, marfan syndrom, katarak morgagni, dan adanya vitreous di bilik
mata depan.13
Fakoemulsi
Prosedur ekstrakapsular dengan mengemulsifikasi nukleus lensa
menggunakan gelombang ultrasonik (40.000 MHz) kemudian diaspirasi.
Komplikasi yang berkaitan dengan jahitan lebih rendah karena insisinya
kecil dan rehabilitasi visualnya lebih cepat.8,13
Pars plana lensectomy
Ekstraksi lensa melalui pars plana dengan kombinasi vitrektomi.
Lensa dan bagian depan vitreus diambil dengan alat yang disebut probe
vitrectomy atau vitreous irrigation suction cutting (VISC). Ini adalah
teknik khusus untuk anak-anak yang sangat muda. Indikasinya katarak
dengan ruptur lensa dan disrupsi vitreous sekaligus membersihkan materi
vitreous dan lensa dari mata. Kontraindikasinya nukleus yang terlalu keras
(sklerosis).7,12,13
Sesudah ekstraksi katarak mata tak mempunyai lensa lagi yang disebut
afakia. Tanda-tandanya adalah bilik mata depan dalam, iris tremulans dan pupil
hitam. Pada keadaan ini mata kehilangan daya akomodasinya (hipermetropia
25
tinggi absolut), terjadi gangguan penglihatan warna, sinar UV yang sampai ke
retina lebih banyak, dan dapat terjadi astigmatisme akibat tarikan dari luka
operasi. Keadaan ini harus dikoreksi dengan lensa sferis +10.0 Dioptri supaya
dapat melihat jauh dan ditambah dengan S +3.0 D untuk penglihatan dekatnya.
Ada tiga cara untuk mengatasi gangguan visus ini, yaitu:3,9
Insersi lensa intraokuler/IOL (pseudofakia)
26
dilakukan jangan lebih dari 6 bulan setelah katarak itu diketahui untuk
menghindari amblyopia dan strabismus.3,5,9
Operasi katarak untuk anak-anak lebih sulit karena mempunyai
permasalahan tersendiri antara lain kemungkinan terjadi komplikasi peradangan
pascabedah dan fibrosis yang lebih besar. Pada anak-anak katarak lebih sering
berulang karena PCO (posterior capsular opacification) lebih sering terjadi.
Selain itu sulit mengkalkulasi IOL karena bola matanya masih berkembang
sehingga ukurannya berubah-ubah. Metode pembedahan yang sering digunakan
adalah disisi lensa yaitu menginsisi daerah limbus hingga tembus ke BMD dan
merobek kapsula anterior sebesar 3-4 mm kemudian isi lensa diaspirasi. Hal ini
dapat dilakukan karena pada anak-anak lensanya masih lunak. Metode pars plana
lensectomy juga sering dilakukan untuk mencegah terjadinya PCO.3,13
27
Komplikasi pascabedah dini
a. Edema kornea
b. Kebocoran luka
c. Prolaps iris
d. BMD dangkal atau flat
e. Hifema
f. Hipotoni
g. Glaukoma sekunder
h. Dislokasi IOL
i. Endoftalmitis
Komplikasi pascabedah lanjut
a. Posterior Capsular Opacification (PCO)
b. Cystoid Macular Edema (CME)
c. Vitreous touch syndrome
d. Bullous Keratopathy
e. Glaukoma sekunder
28
PEMBAHASAN
Pasien di diagnosis katarak imatur karena pada anamnesis ditemukan:
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan diagnosis
pasien adalah katarak senilis imatur.
29
DAFTAR PUSTAKA
30