Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

KATARAK SENILIS IMATUR

Pembimbing:
dr. Agah Gadjali, SpM
dr. Hermansyah, SpM
dr. Gartati Ismail, SpM
dr. Mustafa K. Shahab, SpM
dr. Henry A. W, SpM

Disusun oleh:
Erdika Satria Wahyuono
1102009098

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. 1 RADEN SAID SUKANTO
PERIODE 16 NOVEMBER 2015 – 18 DESEMBER 2015
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Bakri Kasim
Jenis kelamin : Laki Laki
Usia : 79 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Tamatan SMA
Pekerjaan : Pedagang Kain
Suku bangsa : Minang (Indonesia)
Alamat : Jl.Batu Ampar IV RT/RW 08/05, Jakarta Timur
No. Rekam medik : 701567

II. ANAMNESIS

Dilakukan Autoanamnesa pada tanggal 19 November 2015

A. Keluhan utama
Penglihatan berkabut di siang hari dan silau saaat melihat cahaya lampu
kendaraan bermotor terutama saat malam hari

B. Keluhan tambahan
Sulit membaca tulisan koran dan melihat jauh

C. Riwayat penyakit sekarang

Pasien Laki-Laki Usia 79 tahun datang ke poliklinik spesialis mata RS


Bhayangkara Raden Said Sukanto ditemani oleh anaknya dengan keluhan
penglihatan matanya berkabut dan silau sejak 10 tahun sebelum masuk rumah
sakit. 12 tahun yang lalu Awalnya pasien merasa penglihatan matanya terasa
kabur, tanpa disertai rasa gatal, merah dan nyeri. Lama kelamaan pasien merasa
penglihatan nya semakin berkabut dan silau saat siang dan malam hari terutama
saat melihat cahaya lampu kendaraan bermotor. 3 tahun terakhir Pasien mengeluh
penglihatan bertambah kabur saat melihat jauh dan sedikit lebih jelas saat melihat
dekat. Pasien mengaku sudah 3 kali mengganti ukuran lensa kaca mata, saat di
tanya ukurannya pasihen hanya ingat bahwa waktu itu menggunakan kacamata +
(convex). Pasien menyangkal pernah melihat bercak hitam seperti mengapung,
Menyangkal luas pandang penglihatan nya menyempit, menyangkal pernah
mengalami benturan atau trauma pada mata, Menyangkal suka meminum Jamu
atau meminum obat yang mengandung kortikosteroid.

2
D. Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakit gula (+)
 Riwayat penyakit darah tinggi (+)
 Riwayat operasi pada mata disangkal
 Riwayat alergi makanan disangkal
 Riwayat alergi obat disangkal

E. Riwayat penyakit keluarga


 Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami keluhan yang
sama dengan pasien

F. Riwayat Pekerjaan
 Pasien saat ini berprofesi sebagai pedagang kain di pertokoan
 Pasien mengaku Pernah menjadi supir taksi selama 10 tahun

G. Riwayat Kebiasaan dan Gaya Hidup


 Saat muda pasien adalah Perokok aktif
 Pasien Menyangkal suka meminum Jamu atau meminum obat yang
mengandung kortikosteroid.
 Pasien Menyangkal suka mengkonsumsi minuman beralkohol

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status generalis
 Keadaan umum : tampak baik
 Kesadaran : compos mentis
 Tanda vital
o Tekanan darah : 160/90
o Nadi : 88x/menit
o RR : 19x/menit
o Suhu : afebris

3
IV.STATUS OFTALMOLOGI

OD OS
Visus :
Tajam Penglihatan 5/30F 5/30
Koreksi C -1.50 x 90° 5/15 C -1.50 x 90° 5/12.5
Pinhole (-) Pinhole (-)
Addisi S + 3.00 S + 3.00
Posisi Hirschberg Ortoforia
Gerakan bola mata

Palpebra superior Edema (-), benjolan (-), Edema (-), benjolan (-),
hiperemis (-), nyeri tekan hiperemis (-), nyeri tekan (-
(-), hematom (-) ), hematom (-)
Palpebra inferior Edema (-), benjolan (-), Edema (-), benjolan (-),
hiperemis (-), nyeri tekan hiperemis (-), nyeri tekan (-
(-), hematom (-) ), hematom (-)
Konjungtiva tarsalis Hiperemis (-), papil (-), Hiperemis (-), papil (-),
superior edema (-) edema (-)
Konjungtiva tarsalis inferior Hiperemis (-), papil (-), Hiperemis (-), papil (-),
edema (-) edema (-)
Konjungtiva bulbi Injeksi siliar (-), injeksi Injeksi siliar (-), injeksi
konjungtiva (-), konjungtiva (-), perdarahan
perdarahan subkonjungtiva (-)
subkonjungtiva (-)
Kornea Jernih, arcus senilis (+) Jernih, arcus senilis (+)
ulkus (-), infiltrat (-), ulkus (-), infiltrat (-),
sikatriks (-) sikatriks (-)
Bilik mata depan (COA) Dangkal, jernih, Dangkal, jernih,

Iris kripte (+), sinekia (-) kripte (+), sinekia (-)

Pupil Reguler, RL (+), RTL (+) Reguler, RL (+), RTL (+)


Lensa Sebagian Lensa Keruh, Sebagian Lensa Keruh,
Shadow test (+) Shadow Test (+)
Vitreus Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
Fundus Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
Palpasi TIO Normal (Fluktuatif) Normal (Fluktuatif)

4
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Snellen charts dan Jaeger Charts
2. Slitlamp (ODS)

IV. RESUME

Pasien Laki-Laki Usia 79 tahun datang ke poliklinik spesialis mata dengan


keluhan penglihatan matanya berkabut sejak 10 tahun SMRS. Awalnya 12
tahun yang lalu, pasien merasa penglihatan matanya terasa kabur. tanpa
disertai rasa gatal, merah dan nyeri. Lama kelamaan pasien merasa
penglihatan nya semakin berkabut dan silau saat siang dan malam hari
terutama saat melihat cahaya lampu kendaraan bermotor. 3 tahun terakhir
Pasien mengeluh penglihatan semakin kabur saat melihat jauh dan lebih jelas
saat melihat dekat. Pasien juga memiliki riwayat Hipertensi dan Penyakit
diabetes melitus.

5
Pada Pemeriksaan Fisik, Status generalis didapatkan Tekanan darah
160/90. Pada status oftalmologi didapatkan Visus menurun menjadi 5/30
ODS, Pada kornea ditemukan arcus senilis, Bilik mata depan dangkal, dan
pada pemeriksaan Lensa didapatkan lensa keruh sebagian.

V. DIAGNOSIS KERJA

ODS Katarak Senilis Imatur

VI. DIAGNOSIS BANDING

ODS Katarak Komplikata ec Diabetes Melitus

VII. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa :
 Jika perlu, konsul doter spesialis penyakit dalam (untuk
penatalaksanaan Diabetes Melitus dan hipertensi).
Medikamentosa :
 Catarlent (Potasium Iodide) eye drop 3x2 tetes
 Vitamin A, C dan E
VIII. RENCANA PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa :
 Operasi katarak (ECCE + IOL)
Medikamentosa (pasca operasi) :
 Antibiotik Oral
 Antibiotik Topikal
 Obat tetes mata steroid
IX. EDUKASI
 Menyarankan Pasien untuk menggunakan kacamata gelap / lensa
anti ultraviolet saat beraktifitas di luar ruangan pada siang hari
 Ingatkan pasien agar tidak membawa kendaraan sendiri terutama
saat malam hari
 Sarankan pasien untuk Diet rendah gula

6
X. PROGNOSIS
- Quo Ad Vitam : Dubia Ad Bonam
- Quo Ad Fungsionam : Dubia Ad Bonam
- Quo Ad Sanactionam : Dubia Ad bonam
- Quo Ad Cosmetican : Dubua Ad Bonam

7
TINJAUAN PUSTAKA

I. ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA

Lensa adalah suatu struktur bikonvek, avaskular, tak berwarna dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang
iris, lensa digantung oleh zonula, yang menghubungkan dengan korpus siliaris.
Disebelah anterior lensa terdapat humor aqueous; di sebelah posteriornya, vitreus.
Kapsul lensa adalah suatu membran yang semipermiabel yang akan
memperbolehkan air dan elektrolit masuk.

Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih


keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamellar
subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan
kurang elastik. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamella ini ujung ke ujung
berbentuk Y bila dilihat dengan slitlamp. Bentuk Y ini tegak dianterior dan
terbalik diposterior. Masing-masing serat lamellar mengandung sebuah inti
gepeng. Pada pemeriksaan mikroskop, inti ini jelas dibagian perifer lensa di dekat
ekuator dan bersambung dengan lapisan epitel subkapsul.
Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamentum yang dikenal sebagai zonula
(zonula zinii) yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus siliaris dan
menyisip ke dalam ekuator lensa. Lensa terdiri dari 65% air, 35% protein, dan
sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan

8
kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat
dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat
nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa.
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa
sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas
cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda
dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa
yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh
peningkatan daya biasnya.
Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa
untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring
dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan
berkurang.Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik
bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0-
Dioptri.

9
II. KATARAK

3.1 Pengertian
Katarak berasal dari bahasa yunani (katarrhakies) dan bahasa latin
(cataracta) yang berarti air terjun. Katarak adalah keadaan dimana terjadi
kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa atau juga suatu
keadaan patologik lensa di mana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa
atau denaturasi protein lensa. Katarak merupakan perubahan lensa mata yang
sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan
penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya
sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina

3.2 Etiologi

Etiologi katarak adalah :

a. Degeneratif (usia)
b. Kongenital
c. Penyakit sistemik (misal DM, hipertensi, hipoparatiroidisme)
d. Penyakit lokal pada mata (misal uveitis, glaukoma dll)
e. Trauma
f. Bahan toksik (kimia & fisik)
g. Keracunan obat-obat tertentu (kortikosteroid, ergot, dll)

Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau


bertambahnya usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data
statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun
menderita katarak. Sekitar 55% orang berusia 75— 85 tahun daya penglihatannya
berkurang akibat katarak. Walaupun sebenarnya dapat diobati, katarak merupakan
penyebab utama kebutaan di dunia.

10
3.3 Epidemiologi
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Amerika Serikat dapat
diidentifikasi adanya katarak terjadi pada sekitar 10% orang, dan angka kejadian
ini meningkat hingga sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara 65 sampai 74
tahun, dan hingga sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.
Sperduto dan Hiller menyatakan bahwa katarak ditemukan lebih sering pada
wanita dibanding pria. Pada penelitian lain oleh Nishikori dan Yamomoto, rasio
pria dan wanita adalah 1:8 dengan dominasi pasien wanita yang berusia lebih dari
65 tahun dan menjalani operasi katarak

3.5 Etiologi dan Patogenesis Katarak


Etiologi dan patogenesis katarak sangat kompleks dan belum sepenuhnya
dimengerti. Pada katarak yang terkait usia, kerusakan foto-oksidatif pada serat-
serat membran dan protein lensa dikatakan menjadi penyebab utama. Beberapa
penelitian menunjukkan peningkatan produk oksidasi seperti oxidized glutathione
dan penurunan antioksidan (vitamin) dan enzim superoksidase pada penderita
katarak senilis. Teori stres oksidatif pada katarak disebut kataraktogenesis. Selain
itu, seiring dengan bertambahnya usia terjadi peningkatan akumulasi pigmen di
dalam lensa, juga penambahan cairan dan pemecahan protein lensa yang membuat
berat dan ketebalannya bertambah, sementara kekuatannya menurun. Sebagian
katarak berhubungan dengan penyakit mata lain (seperti retinitis pigmentosa dan
miopia tinggi) atau penyakit sistemik spesifik (misalnya diabetes mellitus dan
galaktosemia)

Pajanan sinar ultraviolet, kurang gizi, merokok dan peminum alkohol


adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko katarak. Tidak hanya
ultraviolet, tipe radiasi lainnya seperti radiasi sinar X dan radiasi kosmik berkaitan

11
dengan perkembangan katarak. Terbukti dari tingginya angka kejadian katarak
pada negara-negara tropis juga profesi-profesi khusus yang terpapar radiasi seperti
pilot dan astronot. Kekurangan gizi khususnya zat antioksidan seperti beta-
karoten, selenium, vitamin C dan E juga dapat mempercepat proses
berkembangnya penyakit katarak.
Secara umum ada dua proses patogenesis katarak yaitu:
a. Hidrasi
Terjadi perubahan komposisi ionik pada korteks lensa dan penimbunan cairan di
antara celah-celah serabut lensa.
b. Sklerosis
Serabut-serabut lensa yang terbentuk lebih dahulu akan terdorong ke arah
tengah sehingga bagian tengah (nukleus) menjadi lebih padat, mengalami dehidrasi
serta penimbunan kalsium dan pigmen.

12
3.6 Klasifikasi Katarak
Terdapat banyak jenis klasifikasi katarak. Dalam penggunaan klinis
klasifikasi-klasifikasi ini sering dikombinasikan misalnya katarak senil matur atau
katarak polar kongenital.
Klasifikasi katarak berdasarkan tingkat kematangan, dibagi ke dalam 4
stadium, Yaitu:

1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji


menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Katarak
subkapsular psoterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior subkapsular
posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks berisi jaringan
degeneratif (benda morgagni) pada katarak insipien. Katarak intumesen.
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratif menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks
hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya bertambah, yang akan
memberikan miopisasi.
2. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak
yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan
lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga
terjadi glaukoma sekunder.
3. Katarak matur, pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh
lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh.
Bila katarak imaturtidak dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar
sehingga lensa kembali pada ukuran normal dan terjadi kekeruhan lensa
yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada katarak
matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman normal kembali,
tidak terdapat bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif.

13
4. Katarak hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses
degenerasi lanjut, dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa
yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa, sehingga lensa menjadi kecil,
berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam
dan terlihat lipatan kapsul lensa. Kadang pengkerutan berjalan terus
sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur.
5. Katarak Morgagnian, pada stadium hipermatur dapat terjadi kerusakan
kapsul lensa sehingga isi korteks yang telah mencair dapat keluar dan lensa
menjadi kempis, yang di bawahnya terdapat nukleus lensa.

14
Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi:
 Katarak nuklear

 Katarak kortikal (anterior atau posterior)

 Katarak subkapsular (anterior atau posterior)

15
Klasifikasi katarak berdasarkan bentuk:8,10
 Katarak cuneiform
 Katarak stellata
 Katarak pisiform
 Katarak pulveranta
 Katarak pungtata
 Katarak zonular
 Katarak titik biru (blue-dot cataract)

Klasifikasi katarak berdasarkan usia manifestasi:


 Katarak kongenital (sejak lahir)
Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang sudah terdapat pada
waktu bayi lahir. Kekeruhan ini timbul pada saat lensa dibentuk jadi lensa
belum pernah mencapai keadaan normal. Katarak kongenital sering
ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita rubella,
diabetes mellitus, toksoplasmosis dan galaktosemia. Ada pula katarak
kongenital yang menyertai kelainan bawaan pada mata lainnya seperti
mikroftalmus, aniridia, koloboma, keratokonus, ektopia lentis,
megalokornea dan heterokromia iris. Katarak kongenital jarang sekali
mengakibatkan keruhnya seluruh lensa. Letak kekeruhannya tergantung
pada saat terjadinya gangguan perkembangan embriologik lensa.
 Katarak infantil (umur < 1 tahun)
 Katarak juvenil (umur 1-13 tahun)
 Katarak presenil (umur 13-35 tahun)
 Katarak senil (umur > 35 tahun)

Klasifikasi katarak berdasarkan penyebab:


 Degeneratif (katarak senil)
Ada banyak teori yang menjelaskan tentang konsep penuaan antara
lain teori putaran biologik, teori imunologis, teori mutasi spontan, teori
radikal bebas dan teori reaksi silang (across-link). Pada usia lanjut memang
terjadi perubahan-perubahan pada lensa antara lain kapsulnya menebal dan

16
kurang elastis, epitelnya makin tipis, seratnya lebih irreguler, korteksnya
tidak berwarna, dan nukleusnya mengeras (sklerosis).
Pembentukan lapisan baru serat kortikal secara konsentris
menyebabkan nukleus lensa mengalami kompresi dan pengerasan
(sklerosis). Protein lensa (crystallins) diubah melalui modifikasi kimia dan
aggregasi menjadi protein dengan berat molekul yang tinggi. Modifikasi
kimia protein lensa menyebabkan pigmentasi yang progresif. Perubahan
lainnya yang terkait usia di antaranya adalah menurunnya konsentrasi
gluthation dan kalium, meningkatnya konsentrasi natrium dan kalsium serta
meningkatnya hidrasi.3,9,13
 Traumatika: trauma tumpul (blunt contusion) atau trauma tembus
(penetrating injury) juga trauma akibat operasi mata seperti pada vitrektomi
pars plana dan iridektomi perifer. Pada trauma tembus dan trauma akibat
operasi dapat terjadi kerusakan serat-serat dan perforasi kapsul lensa
sehingga aqueous humor masuk ke dalam lensa dan material lensa
membengkak sedangkan pada trauma tumpul terjadi fokal nekrosis pada
epitel lensa akibat tekanan.
 Komplikasi akibat penyakit mata lain seperti:
a. Inflamasi: uveitis kronik, endoftalmitis, toxoplasmosis
b. Tumor: melanoma koroid
c. Distrofi: retinitis pigmentosa
d. Malformasi: mikroftalmus, PHPV, aniridia
e. Glaucomflecken (acute angle-closure glaucoma)
f. Myopia tinggi

 Penyakit sistemik:
a. Kelainan metabolik: diabetes mellitus, galaktosemia dan defisiensi
galaktokinase, defisiensi α-galaktosidase (Fabry disease), tetani
(hipokalsemi), myotonic dystrophy, degenerasi hepatolentikular
(Wilson disease)
b. Kelainan sirkulasi: stenosis karotid (oftalmopati iskemik), Takayasu
disease

17
c. Kelainan kulit (syndermatotic cataract): dermatitis atopik, Werner
syndrome
d. Lain-lain: neurofibromatosis tipe II

 Toksik akibat obat-obatan misalnya: steroid, klorpromazin,


parasimpatomimetik lokal dan amiodarone.
 Radiasi:
a. Ionizing: sinar-X, sinar-β, sinar-γ
b. Non-ionizing: sinar UV, sinar infra merah, microwave, sengatan
listrik.
 Sindrom-sindrom:
a. Trisomi 13
b. Trisomi 18
c. Trisomi 21
d. Sindrom Turner
e. Sindrom Lowe
 Herediter (diwarisi melalui autosom dominan), pada katarak kongenital
 Sekunder (Posterior Capsular Opacification/PCO) yaitu kekeruhan kapsul
posterior setelah terjadinya ekstraksi katarak ekstrakapsular.

Setiap tipe katarak memiliki gejala masing-masing. Pada katarak nuklearis


umumnya akan terjadi peningkatan penglihatan jarak dekat yang disebut dengan
“second sight” akan tetapi seiring dengan bertambah beratnya katarak tersebut,
maka gejala ini akan menghilang. Pada katarak subkapsularis tidak akan
memberikan gejala apapun pada awalnya, tetapi pada tahap akhir, baru akan
memberikan gejala.
Katarak senile adalah jenis katarak yang sering ditemukan dengan gejala
pada umumnya berupa distorsi penglihatan yang semakin kabur pada stadium
insipiens pembentukan katarak, disertai penglihatan jauh makin kabur.
Penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca
lebih baik tanpa kaca mata (second sight). Miopia artifisial ini disebabkan oleh
peningkatan indeks refraksi lensa pada stadium insipien.

18
3.7 Tanda dan Gejala Klinis
Tanda dan gejala yang sering ditemukan pada penderita katarak antara
lain: (1) penglihatan kabur dan berkabut, (2) merasa silau terhadap sinar matahari,
dan kadang merasa seperti ada film didepan mata, (3) seperti ada titik gelap di
depan mata, (4) penglihatan ganda, (5) sukar melihat benda yang menyilaukan, (6)
melihat halo; warna disekitar sumber sinar, (7) warna manik mata berubah atau
putih, (8) sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari, (9) penglihatan di malam hari
lebih baik, (10) sukar mengendarai kendaraan dimalam hari, (11) waktu membaca
memerlukan sinar lebih cerah, (12)sering berganti kaca mata, (13) penglihatan
menguning, dan (14) untuk sementara jelas melihat dekat.6,12,13
Pada katarak kortikal akan terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi
cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa. Dapat
menyebabkan silau terutama bila menyetir pada malam hari.7,13
Pada katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior
subkapsular posterior. Celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi
jaringan degeneratif (benda morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat
menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua
bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.8
Katarak imatur pada stadium yang lebih lanjut, akan terjadi kekeruhan
yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih
terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi
kortek yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan
lensa akan memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi
mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan
sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.9
Katarak intumesen, akan terjadi kekeruhan lensa disertai pembengkakan
lensa akibat lensa degeneratif yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah
lensa disertai pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan
mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan
normal. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan
jarak lamel serat lensa.9

19
Katarak matur, lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan
dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada
stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibat perkapuran menyeluruh
karena deposit kalsium. Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.8,11
Katarak nuklearis merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya
terletak pada nukleus atau bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses
penuaan. Keluhan yang biasa terjadi: (1) menjadi lebih rabun jauh sehingga
mudah melihat dekat, dan untuk melihat dekat melepas kaca matanya, (2) setelah
mengalami penglihatan kedua ini (melihat dekat tidak perlu kaca mata)
penglihatan mulai bertambah kabur atau lebih menguning dan lensa lebih coklat,
(3) menyetir malam silau dan sukar, dan (4) sukar membedakan warna biru dan
ungu.6,9
Penderita katarak kortikalis umumnya mengalami keluhan: (1) penglihatan
jauh dan dekat terganggu, dan (2) penglihatan merasa silau dan hilangnya
penglihatan kontra.9
Sedangkan penderita katarak subkapsular mempunyai keluhan : (1)
mengganggu saat membaca, (2) memberikan keluhan silau dan halo atau warna
sekitar sumber cahaya, dan (3) mengganggu penglihatan.8,9
Pasien mengeluh penglihatan kabur secara mendadak pada katarak
traumatik. Mata jadi merah, lensa opak, dan mungkin disertai terjadinya
perdarahan intraokular. Apabila humor aqueus atau korpus vitreum keluar dari
mata, mata menjadi sangat lunak. Penyulit adalah infeksi, uveitis, ablasio retina
dan glaukoma.9,13
Diagnosis katarak dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan
klinis.
Anamnesa:
• Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak)
• Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah
• Gambaran umum gejala katarak yang lain,seperti:
a. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
b. Perubahan daya lihat warna

20
c. Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat
menyilaukan mata
d. Lampu dan matahari sangat mengganggu
e. Sering meminta ganti resep kaca mata
f. Lihat ganda
g. Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)
h. Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain.8

3.8 Diagnosis
Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai
menjadi cukup padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun
pada stadium perkembangan yang paling dini dari katarak, dapat dideteksi melalui
pupil yang berdilatasi maksimum dengan oftalmoskop, loupe atau slitlamp.
Dengan penyinaran miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan
lensa de ngan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow).
Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan
kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur. Katarak hipermatur,
lensa akan mengeriput.4,9,12,13
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar
celah (slitlamp), funduskopi bila mungkin, tonometer juga pemeriksaan prabedah
lainnya seperti adanya infeksi pada kelopak mata dan konjungtiva karena dapat
menimbulkan penyulit yang berat berupa panoftalmitis pasca bedah. Sebelum
pembedahan juga harus dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan untuk melihat
apakah kekeruhan sebanding dengan turunnya tajam penglihatan. Misalnya pada
katarak nuklear tipis dengan miopia tinggi akan terlihat tajam penglihatan yang
tidak sesuai sehingga mungkin penglihatan yang turun adalah akibat dari kelainan
retina dan bila dilakukan pembedahan akan memberikan hasil tajam penglihatan
yang tidak memuaskan.2,9,13

21
3.9 Tata Laksana
Penatalaksanaan katarak dilakukan berdasarkan pemeriksaan pasien dan
faktor-faktor penyulit yang mungkin ada. Evaluasi pasien yang penting antara
lain: apakah penurunan kemampuan visual pasien dapat ditolong dengan operasi,
apakah akan terjadi perbaikan visus jika operasi dilakukan tanpa komplikasi,
apakah pasien atau keluarga dapat dipercaya untuk perawatan postoperatif, apakah
opasitas lensa berpengaruh terhadap kondisi sistemik dan okuler pasien.12,13
Beberapa pengobatan non-bedah mungkin efektif sementara untuk fungsi
visual pasien katarak. Sebagi contoh, keadaan refraksi dapat ditingkatkan dengan
koreksi untuk penglihatan jauh dan dekat. Dilatasi pupil mungkin dapat
membantu pada katarak aksialis yang kecil dengan cahaya yang lewat melalui
bagian perifer lensa. Penatalaksanaan medikal pada katarak secara ketat
dilakukan. Penghambat aldose reduktase bekerja dengan menghambat konversi
glukosa menjadi sorbitol, menunjukkan pencegahan katarak karena gula pada
hewan. Agen antikatarak lainnya termasuk sorbitol-lowering agent, aspirin,
glutathion-raising agent dan antioksidan vitamin C dan E. Obat yang dikenal di
pasaran dapat memperlambat proses pengeruhan antara lain Catalin®, Quinax®,
Catarlen® dan Karyuni®.5,13
Beberapa pasien dengan fungsi visual yang terbatas dapat dibantu dengan
alat bantu optik bila operasi belum bisa dilakukan. Dengan monokuler 2,5 x 2,8,
dan 4x lebih dekat ke objek, penggunaan magnifier, teleskop dapat membantu
membaca dan kerja dekat. Katarak akan mengurangi kontras dan menyebabkan
kabur. Panjang gelombang yang pendek menyebabkan penyebaran warna,
intensitas dan jarak cahaya, jika pasien mampu mengatasinya terutama pada
kondisi terang, penggunaan lensa absortif mampu mengurangi disabilitas.9
Pasien dapat dioperasi bila ada kemauan dari pasien itu sendiri untuk
memperbaiki tajam penglihatannya (visus). Kemauan untuk dioperasi ini biasanya
datang bila sudah terjadi gangguan pekerjaan atau aktifitas sehari-hari. Keputusan
untuk melakukan operasi harus didasarkan pada kebutuhan visual pasien dan
potensi kesembuhannya. Secara umum, indikasi operasi katarak bila terdapat
kondisi stereopsis, penyusutan lapangan pandang perifer dan gejala
anisomethrophia. Indikasi medikal dilakukannya operasi termasuk pencegahan

22
komplikasi seperti glaukoma fakolitik, glakukoma fakomorfik, uveitis
facoantigenik dan dislokasi lensa ke bilik mata depan. Indikasi tambahannya
adalah untuk diagnosis atau penatalaksanaan penyakit okuler lainnya, seperti
retinopati diabetik atau glaukoma.9,13
Operasi katarak dapat dilakukan dengan berbagai metode antara lain:13
 Couching;
dilakukan di awal tahun 800 SM, melalui pembedahan dengan ujung
jarum dimasukkan ke sklera 4 mm ke arah limbus terus ke arah kornea.
Cara ini dilakukan tanpa dilakukan dilatasi pupil karena belum
memungkinkan dan cukup barbar. Komplikasinya terlalu tinggi.13
 Ekstraksi ekstrakapsular (ECCE)
Jacques Daviel (1896-1762) mempublikasikan prosedur ini
pertama kali, ekstraksi dilakukan melalui pupil dan lensa dibuang melalui
insisi pada limbus. Insisi dibuat melalui kornea inferior, kornea dielevasi,
kapsula lensa diinsisi, nukleaus ditekan dan korteks dikerok. Masing-
masing prosedur ini memerlukan waktu 4 menit.1,5,13
Daviel’s ECCE adalah sebuah inovasi dan lebih maju dibanding
couching. Efek sampingnya dapat terjadi endophtalmitis. Karena
pengambilan korteks yang tidak komplit, inflamasi kronik, kekeruhan
kapsul sekunder dan glaukoma akibat blok pupil banyak terjadi. Prolapsus
uveus mungkin terjadi karena jahitan yang tidak stabil.
Setelah itu, terjadi perkembangan lanjut dari prosedur ini,
dikembangkan olehAlbrecht von Graefe (1828-1870) dengan
menggunakan pisau bedah, infeksi dan prolapsus uvea dapat ditekan.13
Indikasi:
ECCE melalui ekspresi nukleus prosedur utama pada operasi
katarak. Pelaksanaan prosedur ini tergantung dari ketersediaan alat,
kemampuan ahli bedah dan densitas nukleus. ECCE yang melibatkan
pengeluaran nukleus dan korteks lensa melalui kapsula anterior,
meninggalkan kapsula posterior. Prosedur ini memiliki beberapa
keuntungan dibanding ICCE karena dilakukan dengan insisi yang lebih
kecil, maka trauma endothelium kornea lebih sedikit, astigmatisma

23
berkurang, jahitannya lebih stabil dan aman. Kapsula posterior yang intak
akan mengurangi resiko keluarnya vitreous intraoperatif, posisi fiksasi
IOL lebih baik secara anatomi, mengurangi angka kejadian edema
makular, kerusakan retina dan edema kornea, mengurangi mobilitas iris
dan vitreous yang terjadi dengan pergerakan saccus (endophtalmodenesis),
adanya barrier restriksi perpindahan molekul aquous dan vitreous,
mengurangi akses bakteri terhadap cavitas vitreous untuk endophtalmitis
dan mengeleminasi komplikasi jangka panjang dan pendek yang
berhubungan dengan lengketnya vitreous dengan iris, kornea dan tempat
insisi.8,9,13
Kontraindikasi:
Prosedur ECCE memerlukan keutuhan dari zonular untuk
pengeluaran nukleus dan materi kortikal lainnya. Oleh karena itu, ketika
zonular tidak utuh pelaksanaan prosedur yang aman melalui ekstrakapsular
harus dipikirkan lagi.13
 Ekstraksi intrakapsular (ICCE)
Karena adanya efek samping pada ECCE, prosedur katarak terus
dikembangkan, Samel Sharp, melakukan eksisi pada lensa katarak,
kapsula yang intak melalui insisi limbus, kemudian menggunakan tekanan
dengan kedua jempol. Masalah utama pada prosedur ini, bagaimana
menghancurkan serat zonula. Kolonel Henry Smith, memanipulasi dari
luar dengan hook secara mekanik. Metode lain dengan menghancurkan
zonular dan mengeluarkan lensa dengan traksi menggunakan forceps.
Komplikasi pada prosedur ini yaitu infeksi, hemorrhage, kerusakan retina
dan edema makula.
ICCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa dan kapsula
posteriornya. Ada beberapa keuntungan, yaiu menghancurkan semua lensa
tanpa meninggalkan kapsul yang keruh ataupun sisanya, dapat dilakukan
dengan peralatan yang tidak terlalu canggih, merehabilitasi visual dengan
cepat menggunakan spestacle +10,00 Dioptri. Namun juga terdapat
kerugian karena insisi yang terlalu lebar, 160o-180o sehingga
penyembuhan akan lama, begitupun rehabilitasi visualnya, dapat

24
menginduksi astigmatisma, inkaserasi iris, dan inkaserasi vitreous serta
adanya infiltrasi di tempat jahitan. Edema kornea, trauma endotel kornea
dan edema makula lebih sering terjadi dibandingkan dengan prosedur
ECCE.8,13

Indikasi ICCE:
Dapat dilakukan di tempat dengan fasilitas bedah mikroskopis
yang terbatas, pada kasus-kasus yang tidak stabil seperti intumescent,
hipermatur, dan katarak luksasi, jika zonular tidak berhasil dimanipulasi
untuk mengelurkan nukleus dan korteks lensa melalui prosedur ECCE.9,13
Kontraindikasi:
Kontraindikasi absolut pada katarak anak dan dewasa muda dan
kasus ruptur kapsula traumatik. Sedangkan kontraindikasi relatif pada high
myopia, marfan syndrom, katarak morgagni, dan adanya vitreous di bilik
mata depan.13
 Fakoemulsi
Prosedur ekstrakapsular dengan mengemulsifikasi nukleus lensa
menggunakan gelombang ultrasonik (40.000 MHz) kemudian diaspirasi.
Komplikasi yang berkaitan dengan jahitan lebih rendah karena insisinya
kecil dan rehabilitasi visualnya lebih cepat.8,13
 Pars plana lensectomy
Ekstraksi lensa melalui pars plana dengan kombinasi vitrektomi.
Lensa dan bagian depan vitreus diambil dengan alat yang disebut probe
vitrectomy atau vitreous irrigation suction cutting (VISC). Ini adalah
teknik khusus untuk anak-anak yang sangat muda. Indikasinya katarak
dengan ruptur lensa dan disrupsi vitreous sekaligus membersihkan materi
vitreous dan lensa dari mata. Kontraindikasinya nukleus yang terlalu keras
(sklerosis).7,12,13

Sesudah ekstraksi katarak mata tak mempunyai lensa lagi yang disebut
afakia. Tanda-tandanya adalah bilik mata depan dalam, iris tremulans dan pupil
hitam. Pada keadaan ini mata kehilangan daya akomodasinya (hipermetropia

25
tinggi absolut), terjadi gangguan penglihatan warna, sinar UV yang sampai ke
retina lebih banyak, dan dapat terjadi astigmatisme akibat tarikan dari luka
operasi. Keadaan ini harus dikoreksi dengan lensa sferis +10.0 Dioptri supaya
dapat melihat jauh dan ditambah dengan S +3.0 D untuk penglihatan dekatnya.
Ada tiga cara untuk mengatasi gangguan visus ini, yaitu:3,9
 Insersi lensa intraokuler/IOL (pseudofakia)

 Menggunakan lensa kontak


 Menggunakan kacamata afakia, kacamata ini tebal, berat dan tidak
nyaman.
Kacamata untuk penglihatan jauh dan dekat sebaiknya diberikan dalam
dua kacamata untuk menghindarkan aberasi sferis dan aberasi khromatis.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penatalaksanaan katarak pada


anak-anak sedikit berbeda dari orang dewasa. Operasi katarak kongenital dan
infantil sebaiknya dilakukan sedini mungkin karena waktu perkembangan fovea
sentralis adalah usia 3-7 bulan. Untuk itu, fovea sentralis harus mendapat
rangsangan cahaya yang cukup. Jika katarak dibiarkan sampai anak berumur lebih
dari 7 bulan biasanya fovea sentralisnya tidak dapat berkembang sempurna dan
visusnya tidak akan mencapai 6/6 walaupun dioperasi. Hal ini disebut ambliopia
sensoris. Jika katarak itu dibiarkan sampai usia 2-3 tahun fovea sentralis tidak
akan berkembang lagi sehingga kemampuan fiksasi tidak tercapai dan mata
menjadi goyang (nistagmus) bahkan dapat terjadi strabismus. Pada katarak juvenil
bilateral lengkap operasi harus dikerjakan pada bulan pertama sejak katarak itu
diketahui. Pada katarak juvenil unilateral lengkap, biasanya akibat trauma, operasi

26
dilakukan jangan lebih dari 6 bulan setelah katarak itu diketahui untuk
menghindari amblyopia dan strabismus.3,5,9
Operasi katarak untuk anak-anak lebih sulit karena mempunyai
permasalahan tersendiri antara lain kemungkinan terjadi komplikasi peradangan
pascabedah dan fibrosis yang lebih besar. Pada anak-anak katarak lebih sering
berulang karena PCO (posterior capsular opacification) lebih sering terjadi.
Selain itu sulit mengkalkulasi IOL karena bola matanya masih berkembang
sehingga ukurannya berubah-ubah. Metode pembedahan yang sering digunakan
adalah disisi lensa yaitu menginsisi daerah limbus hingga tembus ke BMD dan
merobek kapsula anterior sebesar 3-4 mm kemudian isi lensa diaspirasi. Hal ini
dapat dilakukan karena pada anak-anak lensanya masih lunak. Metode pars plana
lensectomy juga sering dilakukan untuk mencegah terjadinya PCO.3,13

Katarak dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain:9,13


1. glaukoma sekunder oleh karena lensa
 galukoma fakomormik
 galukoma fakotopik
 glaukoma fakolitik
2. lens induced uveitis
3. subluksasi lensa
4. dislokasi lensa

Tindakan operatif merupakan satu-satunya cara untuk mengobati katarak,


tapi prosedur operasi itu sendiri dapat menimbulkan komplikasi pada
penderitanya. Komplikasi ini dapat terjadi selama dan setelah operasi. 9,12
 Komplikasi Intraoperasi
a. Kerusakan endotel kornea
b. Ruptur kapsula posterior
c. Prolaps vitreus
d. Hifema
e. Expulsive haemorrhage
f. Dislokasi nukleus lensa ke dalam vitreus

27
 Komplikasi pascabedah dini
a. Edema kornea
b. Kebocoran luka
c. Prolaps iris
d. BMD dangkal atau flat
e. Hifema
f. Hipotoni
g. Glaukoma sekunder
h. Dislokasi IOL
i. Endoftalmitis
 Komplikasi pascabedah lanjut
a. Posterior Capsular Opacification (PCO)
b. Cystoid Macular Edema (CME)
c. Vitreous touch syndrome
d. Bullous Keratopathy
e. Glaukoma sekunder

28
PEMBAHASAN
Pasien di diagnosis katarak imatur karena pada anamnesis ditemukan:

Pasien Laki-Laki Usia 79 tahun datang ke poliklinik mata dengan keluhan


penglihatan matanya silau dan berkabut sejak 10 tahun yang lalu. 12 tahun
yang lalu, pasien merasa penglihatan matanya lama kelamaan berkabut tanpa
disertai rasa gatal, merah dan nyeri. Lama kelamaan pasien merasa
penglihatan nya semakin berkabut dan silau saat siang dan malam hari
terutama saat melihat cahaya lampu kendaraan bermotor.
3 tahun terakhir Pasien mengeluh penglihatan kabur saat melihat jauh dan
menjadi sedikit lebih jelas saat membaca. Pasien mengaku sudah 3 kali
mengganti ukuran lensa kacamata, tetapi pasien hanya ingat saat itu
menggunakan kacamata (+)

Gejala di atas merupakan manifestasi klinis pada Katarak

Pada Pemeriksaan Fisik,


1. Status generalis : didapatkan :
 Tekanan darah 160/90.

1. Pada status oftalmologi didapatkan :


 Visus menurun menjadi 5/30 ODS,
 Pada kornea ditemukan arcus senilis,
 Bilik mata depan dangkal
 Lensa didapatkan lensa keruh sebagian.

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan diagnosis
pasien adalah katarak senilis imatur.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. Katarak. Available from URL:


http://www.geocities.com/infokeben/katarak.htm

2. NEI. Cataract. Available from URL:


http://www.nei.nih.gov/health/cataract/cataract_facts.asp

3. Wijana, Nana. Ilmu Penyakit Mata. Bab X: Lensa.hal: 190-218

4. Anonim. Learn About Cataract. Available from URL:


http://www.cataract.com/

5. Anonim. Katarak. http://www.klikdokter.com/illness/detail/37

6. Lee, Judith and Bailey, Gretchyn. Cataracts. Available from URL:


http://www.allaboutvision.com/conditions/cataracts.htm

7. American Academy of Ophthalmology. Catarcts. Available from URL:


http://www.eyecareamerica.org/eyecare/conditions/cataracts/index.cf
m

8. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran


Universita Indonesia. Jakarta. 2008

9. Vaughn DG, Taylor A, and Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya medika.


Jakarta. 2000

10. Anonim. Cataracts. Available from URL:


http://www.childrenshospital.org/az/Site666/mainpageS666P0.html

11. Daniel. Oftalmologi: Suspensi Oftalmik Untuk Katarak Senilis. Available


from URL: http://www.majalah-
farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=816

12. American Ophtometric Association. Cataract. Available from URL:


http://www.oaa.org/

13. American Academy of Ophthalmology. The Eye M.D Association. “Basic


and Clinical Science Course 2003-2004 On CD-ROM. Section 11: Lens and
Cataract, Chapter VIII-IX”

30

Anda mungkin juga menyukai