ANOMALI REFRAKSI
PEMBIMBING:
dr. Agah Gadjali, Sp.M
dr. Gartati Ismail, Sp.M
dr. H. Hermansyah, Sp.M
dr. Henry A Wibowo, Sp.M
dr. Mustafa K Shahab, Sp.M
dr. Susan Sri Anggraeni, Sp.M
DISUSUN OLEH:
E S T I P U J I L E S TA R I W ( 11 0 2 0 1 4 0 8 7 )
Keluhan Tambahan:
Kedua mata terasa pegal dan
kepala pusing terutama saat
setelah membaca dekat.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
◦ Ny. HL datang ke Poliklinik Mata RS POLRI dengan keluhan penglihatan kedua mata terasa
berbayang saat melihat jarak jauh dan saat membaca dekat sejak 1 bulan sebelum masuk
rumah sakit. Keluhan disertai dengan kedua mata sering terasa pegal dan kepala pusing saat
membaca dekat sejak 1 bulan yang lalu. Pasien juga merasa pusing saat baru membaca dua
baris kalimat. Pasien sebelumnya sudah menggunakan kacamata untuk rabun jauh selama 4
tahun dan sejak 1 bulan terakhir pasien mulai merasa tidak nyaman dengan kacamatanya
karena masih merasa rabun meskipun dengan kacamata. Menurut pasien kacamata yang
dipakai dengan ukuran -0,50 untuk mata kanan dan mata kiri. Pasien mengaku sering
menggunakan telepon genggam dalam jangka waktu lama dalam sehari. Pasien menyangkal
pernah mengalami benturan atau trauma pada matanya. Pasien juga menyangkal adanya
keluhan mata merah, nyeri, gatal, dan silau. Selain itu pasien tidak pernah mengalami
penglihatan berkabut, halo, dan menabrak saat berjalan.
Riwayat penyakit dahulu
• Riwayat penyakit diabetes mellitus, hiipertensi, dan alergi obat (-)
• Riwayat menggunakan kacamata (+) sejak 4 tahun yang lalu
• Riwayat trauma, pakai lensa kontak disangkal, dan operasi mata disangkal
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : Afebris
OD OS
Visus Visus Sine Koreksi: 6/75F Visus Sine Koreksi: 6/20F
Status Visus Kacamata Koreksi: Visus Kacamata Koreksi:
Oftalmologi S -0.25 C -0.50 x 160 S -0.75 ➜ 6/6
➜ 6/6 F ADDISI: S+ 1.50 ➜
ADDISI: S+ 1.50 ➜J1 J1
Kedudukan Bola Mata Orthoforia
Gerakan Bola Mata
DIAGNOSIS BANDING
◦ Katarak
◦ Glaukoma kronik
PENATALAKSANAAN
Pemberian kacamata sesuai dengan koreksi
Edukasi:
◦ Ketika sedang melakukan pekerjaan melihat dekat seperti membaca, menggunakan
komputre atau telepon genggam, stirahat kurang lebih tiap 30 menit untuk berdiri dan
melihat ke jendela selama kurang lebih 5-10 menit
◦ Ketika membaca sebaiknya mengatur jarak mata dengan objek bacaan
◦ Mengatur pencahayaan saat membaca
◦ Membatasi waktu untuk menggunakan telepon genggam
◦ Menggunakan kacamata yang telah diresepkan sexara teratur
◦ Rutin memeriksa ulang ketajaman penglihatan minimal setiap 6 bulan
PROGNOSIS
◦ Quo ad vitam : ad Bonam
◦ Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
◦ Quo ad sanationam : Dubia
◦ Quo ad cosmetican : Dubia ad Bonam
TINJAUAN PUSTAKA
KELAINAN REFRAKSI
◦ Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak
dibentuk pada retina (macula lutea). Pada kelainan refraksi
terjadi ketidakseimbangan sistem optik pada mata sehingga
menghasilkan bayangan kabur. Kelainan refraksi antara lain:
◦ Miopia
◦ Hipermetropia
◦ Presbiopia
◦ Astigmat
HIPERMETROPIA
HIPERMETROPIA
Definisi
Keadaan mata tak nerakomodasi yang memfokuskan bayangan
di belakang retina
Etiologi
◦ aksial ➜ diameter bola mata < N
◦ kurvatur ➜ kelengkungan kornea atau lensa lemah
◦ refraktif ➜ menurunnya indeks refraksi
◦ Perubahan posisi lensa
HIPERMETROPIA
Jenis Hipermetropia
◦ Hipermetropia manifes
◦ Absolut ➜ tidak dapat dikompensasi dengan akomodasi dan memerlukan
kacamata positif untuk melihat jauh
◦ Fakultatif ➜ dapat dikompensasi dengan akomodasi ataupun dengan
kacamata positif
◦ Hipermetropia laten ➜ dapat dikoreksi penuh oleh akomodasi
◦ Hipermetropia total ➜ gabungan dari hipermetropia laten dan
manifes
HIPERMETROPIA
HIPERMETROPIA
Tingkatan hipermetropia
◦ Ringan ➜ spheris +0.25 s.d. +3.00 dioptri
◦ Sedang ➜ spheris +3.25 s.d. +6.00 dioptri
◦ Tinggi ➜ lebih dari spheris +6.25 dioptri
HIPERMETROPIA
Gejala Klinis
◦ Penglihatan dekat dan jauh kabur (terutama dekat)
◦ Asthenopia
◦ Juling
◦ Sakit kepala
HIPERMETROPIA
Penatalaksanaan
◦ Koreksi optik
◦ Kacamata lensa positif
◦ Lensa kontak
◦ Bedah refraktif
◦ Thermal laser keratoplasty (TLK)
◦ Photorefractive Keratectomy (PRK)
◦ LASIK (Laser In Situ Keratomileusis)
PRESBIOPIA
PRESBIOPIA
Definisi
Keadaan berkurang hingga hilangnya daya
akomodasi lensa yang terjadi bersamaan dengan
proses penuaan, sehingga mengakibatkan
kesulitan melihat jarak dekat, dimulai setelah umur
40 tahun.
PRESBIOPIA
Etiologi
◦ Kelemahan otot akomodasi
◦ Lensa mata tidak kenyal atau
berkurang elastisitasnya
akibat sklerosis lensa
PRESBIOPIA
Gejala Klinis
◦ Menjauhkan objek bahan bacaannya saat
membaca
◦ Keluhan setelah membaca:
◦ Mata berair
◦ Mata lelah
PRESBIOPIA
Usia Kekuatan Lensa Positif yang
dibutuhkan
Tatalaksana
40 Tahun +1,00 D
◦ Kacamata lensa positif
45 Tahun +1,50 D
◦ Kekuatan lensa positif sesuai usia
dan hasil pemeriksaan subyektif
50 Tahun +2,00 D
sehingga pasien mampu
membaca tulisan pada kartu 55 Tahun +2,50 D
Jaeger 20/30
60 Tahun +3,00 D
◦ Lensa ➜ monofokal atau multifokal
MIOPIA
MIOPIA
Definisi
Keadaan refraksi mata di mana
dalam keadaan mata istirahat
(tanpa akomodasi), cahaya
sejajar yang berasal dari objek
yang terletak jauh tak terhingga
akan difokuskan pada satu titik
fokus di depan retina
MIOPIA
Etiologi
◦ Aksial ➜ Panjang bola mata > N
◦ Refraktif ➜ Kekuatan refraksi mata terlalu besar
Derajat
◦ Ringan ➜ < -3.00 dioptri
◦ Sedang ➜ -3.00 s.d. -6.00 dioptri
◦ Berat ➜ > -6.00 dioptri
MIOPIA
Gejala Klinis
◦ Kesulitan melihat objek
jauh
◦ Sakit kepala
◦ Memicingkan mata
MIOPIA
KLASIFIKASI
Degenera
Simple Nocturnal Pseudomy Induced
tive
Myopia Myopia opia myopia
Myopia
MIOPIA
◦ Koreksi optik
◦ kaca mata lensa negatif
◦ lensa kontak
◦ Diberikan kacamata sferis negatif terkecil yang
memberikan ketajaman penglihatan maksimal
◦ Bedah refraktif
◦ LASIK (Laser in situ keratomileusis)
◦ Photo Refractive Keratectomy (PRK)
◦ Refractive Lens Exchange (RLE)
ASTIGMATISMA
ASTIGMATISMA
Definisi Etiologi
Keadaan optik mata di mana Kelengkungan (kurvatura) dan
sinar-sinar sejajar tidak dibiaskan kekuatan refraksi permukaan kornea
pada satu titik fokus tunggal. dan atau lensa berbeda-beda di
berbagai meridian
ASTIGMATISMA (berdasarkan garis fokus)
• satu garis fokus pada retina, garis fokus lain di depan
Astigmatisma miop simpleks retina
Astigmatisma hipermetrop • satu garis fokus pada retina, garis fokus lain di belakang
simpleks retina
Astigmatisma with-the-ruleB
Astigmatisma against-the-rule
Astigmatisma oblik
Astigmatisma simetris
• kedua bolamata memiliki meredian utama yang deviasinya simetris
terhadap garis medial
• misalnya kanan Cyl -0,50X45° dan kiri Cyl -0,75X135°
Astigmatisma asimetris
• meredian utama kedua bolamatanya tidak memiliki hubungan yang
simetris terhadap garis medial
• misalnya kanan Cyl -0,50X45° dan kiri Cyl -0,75X135°
Astigmatisma oblik
• meredian utama kedua bolamatanya cenderung searah dan sama - sama
memiliki deviasi lebih dari 20° terhadap meredian horisontal atau vertikal.
• Misalnya, kanan Cyl -0,50X55° dan kiri Cyl -0,75X55°
ASTIGMATISMA
Gejala Klinis
◦ Penglihatan buram
◦ Membaca lebih dekat
◦ Mata cepat lelah
◦ Sakit kepala
ASTIGMATISMA
Tatalaksana
◦ Kacamata lensa silinder
◦ Lensa kontak
◦ Tindakan bedah : LASIK atau Photorefractive
Keratectomy (PRK)
MENENTUKAN TAJAM PENGLIHATAN
SYARAT
- KAMAR DG PENERANGAN CUKUP ( DAYLIGHT )
- JARAK 5-6 METER DR KARTU BAKU ( SNELLEN )
- MATA DIPERIKSA SATU-SATU
2. SUBYEKTIF
Snellen Chart
SARANA :
A. OPTOTYPE : Huruf, Angka, E chart, Cincin landolt
B. TRIAL-LENS : Spheris (+), spheris (-), dan silinder (-) atau (+)
C. RUANG : 5 – 6 METER
Refraksi Obyektif
◦ Autorefraktometer (komputer)
Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan menggunakan
komputer. Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya dihasilkan oleh alat dan respon
mata terhadap cahaya diukur. Alat ini mengukur berapa besar kelainan refraksi yang harus
dikoreksi dan pengukurannya hanya memerlukan waktu beberapa detik.
Reading chart
• Pasien memegang kartu
yang disediakan untuk
tes pada jarak biasanya
14 inch atau 35 cm.
• Pemeriksa menutup salah
satu mata pasien,
kemudian mata yang
lainnya membaca
karakter yang tersedia
dikartu. Kemudian
sebelahnya
• Ukuran huruf dan jarak
tes yang dilakukan
bervariasi. Untuk
menghindari
kesalahpahaman,
keduanya harus dicatat
dengan baik, contoh: J5
pada 14inch, J3 pada
40cm. Dimana J disebut
Jaeger.
◦ Streak Retinoskop
Yaitu dengan lensa kerja ∫+2.00D pemeriksa mengamati refleks fundus yang bergerak berlawanan
arah dengan arah gerakan retinoskop (against movement) kemudian dikoreksi dengan lensa sferis
negatif sampai tercapai netralisasi.
◦ Keratometri
Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius kelengkungan kornea.
Keratometer dipakai klinis secara luas dan sangat berharga namun mempunyai keterbatasan4
◦ Keratometer mengukur 4 titik pada permukaan kornea parasentral tanpa
mengindahkan kornea bagian sentral dan perifer.
◦ Keratometer menilai secara rata-rata dan simetris pada titik-titik pada permukaan
kornea semimeridien 180 yang ber-lawanan.
◦ Hasil pengukuran keratometer sangat tergantung pada zona permukaan kornea
mempunyai nilai radius dan kekuatan refraksi yang berbeda (zona diameter 4 mm
mempunyai kekuatan 36 D dan 2.88 mm berkekuatan 50 D).
◦ Ketepatan ukuran keratometer akan berkurang pada permukaan kornea sangat
landai (flat) dan sangat besar pada kornea yang sangat lengkung (steep).
ANALIS KASUS
Berdasarkan teori Berdasarkan kasus
Gejala Astigmat Miopia • Penglihatan kedua mata terasa
• Kesulitan melihat objek jauh semakin berbayang saat melihat
• Melihat objek berbayang jauh dan membaca dekat sejak
• Sakit kepala 1 bulan sebelum masuk rumah
• Memicingkan mata sakit
Presbiopia • Usia pasien 45 tahun
• Setelah membaca, mata menjadi • Pasien merasa sakit kepala dan
merah, berair dan sering terasa pedih. kedua mata sering terasa pegal
Bisa juga disertai kelelahan mata dan setelah membaca
sakit kepala jika membaca terlalu
lama.
• Membaca dengan cara menjauhkan
kertas yang dibaca karena tulisan
tampak kabur pada jarak baca yang
cukup jauh
• Mulai terjadi pada usia lebih dari 40
tahun
Berdasarkan teori Berdasarkan kasus
Pemeriksaan 1. Pemeriksaan Fisik dalam batas normal Pemeriksaan Fisik dalam batas normal
Fisik 2. Pemeriksaan Oftamologi menggunakan Pemeriksaan Oftamologi menggunakan
loop hasilnya dalam batas normal loop hasilnya dalam batas normal
3. Pada pemeriksaan refraksi dengan snellen Pada pemeriksaan refraksi :
chart dan Kartu baca dekat: Visus OD :
- Terdapat penurunan visus Visus Sine Koreksi: 6/75F
Visus Kacamata Koreksi: S -0.25 C -0.50 x
4. Pada pemeriksaan reading chart dinilai 160 ➜ 6/6F
sampai kalimat keberapa pasien masih ADDISI: S+ 1.50 ➜J1
mampu membaca Visus OS:
Visus Sine Koreksi: 6/20F
Visus Kacamata Koreksi: S -0.75 ➜ 6/6
ADDISI: S+ 1.50 ➜ J1
Berdasarkan teori Berdasarkan kasus
Tatalaksana Terapi causal : Terapi causal : Pemberian kaca mata
• Pemberian kaca mata sesuai koreksi yang sesuai koreksi yang dibutuhkan
dibutuhkan Terapi edukasi :
• Laser-assisted in-situ keratommileusis (LASIK) • Ketika sedang melakukan pekerjaan
• Laser-assisted subepithelial keratectomy melihat dekat seperti membaca,
(LASEK) menggunakan komputre atau
• Photorefractive keratectomy (PRK) telepon genggam, stirahat kurang
• Conductive keratoplasty (CK) lebih tiap 30 menit untuk berdiri dan
Edukasi melihat ke jendela selama kurang
lebih 5-10 menit
• Ketika membaca sebaiknya
mengatur jarak mata dengan objek
bacaan
• Mengatur pencahayaan saat
membaca
• Membatasi waktu untuk
menggunakan telepon genggam
• Menggunakan kacamata yang telah
diresepkan sexara teratur
• Rutin memeriksa ulang ketajaman
penglihatan minimal setiap 6 bulan
Berdasarkan teori Berdasarkan kasus
Prognosis Apabila ditangani dengan cepat dan dapat Quo Ad Vitam : Ad Bonam
menghindarkan komplikasi, maka Quo Ad Fungsionam : dubia Ad
prognosisnya akan baik. Bonam
Quo Ad Sanactionam : Ad Bonam
Quo Ad Cosmetican : Ad Bonam
Daftar Pustaka
1. Ilyas, HS dan Yulianti, S. 2015. Ilmu Penyakit Mata, Ed. 5. Cetakan I. Balai Penerbit FKUI:
Jakarta
2. Vaughan A dan Riordan E. 2009. Ofthalmologi Umum. Ed 17 .Cetakan 1. EGC:
Jakarta.
3. Hartono, Hernowo AT, Sasongko MB, Nugroho A. Anatomi mata dan fisiologi
penglihatan. Dalam: Suhardjo, Hartono. Ilmu kesehatan mata. Yogyakarta: Bagian
Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2012.h.1-16.
4. Olver J and Cassidy L, Basic Optics and Refraction. In Olver J and Cassidy L,
Ophtalmology at a Glance. New York: Blackwell Science, 2005; 22-23.