Disusun oleh:
Pembimbing:
dr. Ariawan Priguna, SpM
Nim : 1102014131
BAB 1
1. IDENTITAS
Nama : Ny. AF
Umur : 59 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Katolik
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Sawah Besar, Jakarta Pusat
2. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 26 Agustus
2020 di ruang poliklinik mata RSPAD Gatot Soebroto.
2
seperti ada awan yang menutupi penglihatannya. Keluhan saat ini pandangan
pasien semakin tidak jelas. Pasien mengaku mempunyai kacamata namun
penglihatannya dirasakan sekarang tetap buram walaupun memakai kacamata.
Pasien mengaku tidak jelas melihat baik pada jarak dekat maupun jarak jauh
pada kedua mata, namun penglihatan pada mata kanan lebih jelas
dibandingkan mata kiri. Keluhan tidak disertai dengan mata silau jika melihat
cahaya, gatal, nyeri maupun berair. Riwayat trauma atau benturan pada mata
atau kepala disangkal.
3
2.7 Keadaan Sosial Ekonomi
Ekonomi pasien tergolong dalam ekonomi yang cukup, dimana
pasien bekerja sebagai seorang ibu rumah tangga.
- Kepala : Normocephal
- Mata : Status oftalmologi
- THT : Tidak ada keluhan
- Mulut : Tidak ada keluhan
- Leher : Tidak ada keluhan
- Thoraks : Tidak ada keluhan
- Abdomen : Tidak ada keluhan
- Endokrin : Tidak ada keluhan
- Ekstremitas : Tidak ada keluhan
Status Oftalmologi
Keterangan OD OS
Visus sine correction 0,4 2/60
Visus cum correction - -
Addisi S +2,75 D S +2,75 D
Distansia Pupil 62 mm/ 60 mm
Pemeriksaan TIO 13,4 mmHg 12,4 mmHg
4
Keterangan OD OS
Kedudukan Bola Mata
Ortoforia
5
Keterangan OD OS
Papil (-) Papil (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Edema (-) Edema (-)
Litiasis (-) Litiasis (-)
Konjungtiva bulbi Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)
Perdarahan (-) Perdarahan (-)
subkonjungtiva (-) subkonjungtiva (-)
Kornea Jernih Jernih
Ulkus (-) Ulkus (-)
Infiltrat (-) Infiltrat (-)
Sikatriks (-) Sikatriks (-)
Arkus senilis (-) Arkus senilis (-)
Bilik mata depan/ Kedalaman sedang; Kedalaman sedang; jernih
COA jernih
Iris Bulat; batas tegas; Bulat; batas tegas; cokelat;
cokelat; kripta (+); kripta (+); sinekia (-)
sinekia (-)
Pupil Bulat; diameter 3mm; RL Bulat; diameter 3mm; RL
(+); RCTL (+) (+); RCTL (+)
Lensa Keruh, shadow test (+) Keruh, shadow test (+)
TIO perpalpasi Normal perpalpasi Nomal perpalpasi
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
2.9 RESUME
6
Pasien mengaku mempunyai kacamata namun penglihatannya dirasakan
sekarang tetap buram walaupun memakai kacamata. Pasien mengaku tidak
jelas melihat baik pada jarak dekat maupun jarak jauh pada kedua mata,
namun penglihatan pada mata kanan lebih jelas dibandingkan mata kiri.
Pada pemeriksaan status oftalmologis didapatkan pemeriksaan visus OD 0,4
dan OS 2/60, lensa ODS keruh dengan shadow test (+).
2.12 PENATALAKSANAAN
Initial Planning
1. Diagnostik
- USG B-Scan
- Biometri
- Keratometri
2. Terapi
- Untuk memperlambat proses katarak dapat diberikan Catarlent
mini dose 4 x sehari.
- Rencana operasi Fakoemulsifikasi + IOL ODS
3. Edukasi
- Menjelaskan mengenai penyakit pasien, faktor risiko yang dapat
mempercepat proses penyakit, pengobatan yang dapat dilakukan
terhadap penyakit pasien serta komplikasi yang dapat ditimbulkan.
- Menjelaskan mengenai penggunaan obat sesuai dengan kebutuhan
pasien.
- Menjelaskan mengenai tindakan operasi yang dapat dilakukan.
7
a. Setelah operasi, pasien tidak diperbolehkan untuk
mengangkat beban, menggosok mata, berbaring di sisi mata
yang baru di operasi dan mengejan keras.
b. Kontrol teratur untuk evaluasi luka operasi dan komplikasi
pasca operasi
2.13 PROGNOSIS
OD OS
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
9
Katarak traumatika, paling sering disebabkan oleh trauma benda
asing pada lensa atau trauma tumpul pada bola mata, misalnya
peluru senapan angin, petasan, batu dan lain sebagainya. Lensa
menjadi putih segera setelah masuknya benda asing karena lubang
pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang-kadang
vitreus masuk ke dalam struktur lensa.
Katarak akibat penyakit sistemik, misalnya karena penyakit
diabetes melitus, hipokalsemia, distrofi miotonik, dermatitis atopic,
galaktosemia, sindrom Down dan lain sebagainya. Katarak jenis ini
bersifat bilateral.
10
2) Katarak kortikal, terjadi pada lapisan lensa yang mengelilingi
nucleus, katarak terlihat seperti jari-jari yang disebabkan oleh
perubahan hidrasi serat lensa sehingga terbentuk celah-celah di
sekeliling daerah ekuator lensa. Gejala awalnya biasanya adalah
penderita merasa silau saat mencoba memfokuskan pandangan
pada suatu sumber cahaya di malam hari. Selain itu diplopia
monokular juga dapat dikeluhkan penderita. Pemeriksaan
menggunakan biomikroskop slitlamp akan mendapatkan gambaran
vakuola dan seperti celah air disebabkan degenerasi serabut lensa,
serta pemisahan lamela korteks anterior atau posterior oleh air.
Gambaran Cortical-spokes seperti baji terlihat di perifer lensa
dengan ujungnya mengarah ke sentral, kekeruhan ini tampak gelap
apabila dilihat menggunakan retroiluminasi.
3) Katarak subkapsular posterior, terjadi di dekat kapsul posterior
bagian sentral, katarak ini perkembangannya lebih cepat
dibandingkan jenis katarak yang lainnya. Katarak subkapsular
posterior biasanya terjadi akibat trauma, kortikosteroid baik topikal
maupun sistemik, peradangan, atau pajanan radiasi pengion. Gejala
yang timbul dapat berupa silau, diplopia monokular dan lebih
kabur melihat dekat dibandingkan melihat jauh.
11
2) Derajat 2: Nukleus dengan kekerasan ringan, tampak nukleus
mulai sedikit berwarna kekuningan, visus biasanya antara 6/12
sampai 6/30. Refleks fundus juga masih mudah diperoleh dan
katarak jenis ini paling sering memberikan gambaran seperti
katarak subkapsularis posterior.
3) Derajat 3: Nukleus dengan kekerasan medium, dimana nukleus
tampak berwarna kuning disertai dengan kekeruhan korteks
yang berwarna keabu-abuan. Visus biasanya antara 3/60 sampai
6/30.
4) Derajat 4: Nukleus keras, dimana nukleus sudah berwarna
kuning kecoklatan dan visus biasanya antara 3/60 sampai 1/60,
dimana refleks fundus maupun keadaan fundus sudah sulit
dinilai.
5) Derajat 5: Nukleus sangat keras, nukleus sudah berwarna
kecoklatan bahkan ada yang berwarna agak kehitaman. Visus
biasanya hanya 1/60 atau lebih jelek dan usia penderita sudah
diatas 65 tahun. Katarak ini sangat keras dan disebut juga
brunescent cataract atau black cataract.
12
d. Riwayat keluarga dengan katarak
e. Pemakaian steroid lama (oral) atau tertentu lainnya
f. Merokok
g. Pembedahan mata lainnya
h. Terpajan banyak sinar ultraviolet (matahari)
13
a. Katarak insipien, pada stadium ini kekeruhan mulai terjadi dari tepi
ekuator berbentuk jeruji menuju korteks anterior dan posterior (katarak
kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak subkapsular
posterior, kekeruhan mulai terlihat di sebelah anterior subkapsular
posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan
degeneratif (benda Morgagni) pada katarak insipient.
b. Katarak imatur, dimana hanya sebagian lensa yang keruh dan tidak
mengenai seluruh lapisan lensa. Pada katarak imatur dapat terjadi
penambahan volume lensa karena meningkatnya tekanan osmotik
bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang encembung
dapat menghambat pupil sehingga terjadi glaukoma sekunder.
c. Katarak matur, terjadi kekeruhan lensa pada seluruh lapisan lensa.
Kekeruhan ini terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila
katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa
akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran normal. Sedangkan,
bila kekeruhan seluruh lensa terjadi dalam waktu yang lama maka
dapat mengakibatkan kalsifikasi lensa.
d. Katarak hipermatur, terjadi proses degenerasi lanjut. Lensa dapat
berubah menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang
mengalami degenerasi akan keluar dari kapsul lensa sehingga lensa
mejadi mengecil, berarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan mata
terlihat bilik mata dalam dan terdapat lipatan kapsul lensa. Terkadang
pengkerutan dapat berjalan terus-menerus sehingga hubungan dengan
zonula Zinni menjadi kendur.
14
Gejala Insipien Imatur Matur Hipermatur
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Penyulit Glaucoma Glaucoma, uveitis
15
dengan penurunan kualitas optikal lensa, kemampuan tersebut
akhirnya menghilang.
- Diplopia monokular
Seiring berkembangnya waktu, nukleus lensa mengalami perubahan,
yaitu lebih padat pada bagian dalam lensa dan mengakibatkan
pembiasan multipel di tengah lensa sehingga menyebabkan refraksi
ireguler karena indeks bias yang berbeda.
- Halo
Hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya
sinar putih menjadi spektrum warna oleh karena meningkatnya
kandungan air dalam lensa.
- Melihat warna terganggu atau diskriminasi warna yang buruk.
2.9 Diagnosis
Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk
mendeteksi adanya penyakit-penyakit yang menyertai (contoh: diabetes
melitus, hipertensi, cardiac anomalies). Penyakit seperti diabetes melitus
dapat menyebabkan perdarahan perioperatif sehingga perlu dideteksi secara
dini sehingga bisa dikontrol sebelum operasi.
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk
mengetahui kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak
subkapsular posterior dapat membaik dengan dilatasi pupil.
Pada pemeriksaan slit lamp biasanya dijumpai keadaan palpebra,
konjungtiva, dan kornea dalam keadaan normal. Iris, pupil, dan COA terlihat
normal. Pada lensa pasien katarak, didapatkan lensa keruh. Lalu, dilakukan
pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium pada penyakit katarak
senil. Ada juga pemeriksaan-pemeriksaan lainnya seperti biomikroskopi,
stereoscopic fundus examination, pemeriksaan lapang pandang dan
pengukuran TIO.
16
Pemeriksaan Rutin
1. Pemeriksaan visus dengan kartu Snellen atau chart projector dengan koreksi
terbaik serta menggunakan pinhole
2. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat segmen anterior
3. Tekanan intraocular (TIO) diukur dengan tonometer non contact, aplanasi atau
Schiotz
4. Jika TIO dalam batas normal (10-20 mmHg) dilakukan dilatasi pupil dengan
tetes mata Tropicanamide 0.5%. Setelah pupil cukup lebar dilakukan
pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat derajat kekeruhan lensa apakah
sesuai dengan visus pasien
5. Pemeriksaan funduskopi jika masih memungkinkan
Pemeriksaan Tambahan
1. Biometri untuk mengukur power IOL jika pasien akan dioperasi katarak
2. Retinometri untuk mengetahui prognosis tajam penglihatan setelah operasi
3. Shadow Test untuk menentukan derajat kekeruhan katarak
2.10 Tatalaksana
Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat
progresivitas atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih tetap dengan
pembedahan. Tidak perlu menunggu katarak menjadi “matang”. Dilakukan tes
untuk menentukan apakah katarak menyebabkan gejala visual sehingga
menurunkan kualitas hidup. Pasien mungkin mengalami kesulitan dalam
mengenali wajah, membaca, atau mengemudi. Beberapa pasien sangat terganggu
oleh rasa silau. Pasien diberikan informasi mengenai prognosis visual mereka dan
harus diberitahu pula mengenai semua penyakit mata yang terjadi bersamaan yang
bias mempengaruhi hasil pembedahan katarak.
Penataksanaan Non-Bedah
1. Terapi Penyebab Katarak
Pengontrolan diabetes melitus, menghentikan konsumsi obat-obatan yang
dapat mempercepat proses katarak seperti kortikosteroid, fenotiasin, dan miotik
kuat, menghindari radiasi (infra merah atau sinar-X) dapat memperlambat atau
17
mencegah terjadinya proses kataraktogenesis. Selain itu penanganan lebih awal
dan adekuat pada penyakit mata seperti uveitis dapat mencegah terjadinya katarak
komplikata.
Pembedahan Katarak
Pembedahan katarak adalah pengangkatan lensa natural mata (lensa
kristalin) yang telah mengalami kekeruhan, yang disebut sebagai katarak.
Indikasi
Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup indikasi
visus,medis, dan kosmetik.
1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada
tiap individu, tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak terhadap
aktivitas sehari-hari.
2. Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan
pada lensa matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi katarak
18
seperti glaukoma imbas lensa (lens-induced glaucoma), endoftalmitis
fakoanafilaktik, dan kelainan pada retina misalnya retinopati diabetikum atau
ablasio retina.
3. Indikasi kosmetik; kadang-kadang pasien dengan katarak matur meminta
ekstraksi katarak (meskipun kecil harapan untuk mengembalikan visus) untuk
memperoleh pupil yang hitam.
Jenis-jenis operasi katarak :
1. Phacoemulsification (Phaco)
Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukkan
melalui insisi yang lebih kecil di kornea atau sklera anterior (2-5 mm) dengan
menggunakan gelombang ultrasonik. Biasanya tidak dibutuhkan penjahitan.
Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik dan katarak senil.
Teknik ini kurang efektif pada katarak senil yang padat, dan keuntungan insisi
limbus yang kecil agak berkurang apabila akan dimasukkan lensa intraokuler,
meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intraokuler fleksibel yang dapat
dimasukkan melalui insisi kecil.
Lensa Intraokular
19
Setelah pengangkatan katarak, lensa intraokular (IOL) biasanya
diimplantasikan ke dalam mata. Kekuatan implan IOL yang akan digunakan
dalam operasi dihitung sebelumnya dengan mengukur panjang mata secara
ultrasonik dan dengan kelengkungan kornea (maka juga kekuatan optik) secara
optik. Kekuatan lensa umumnya dihitung sehingga pasien tidak akan
membutuhkan kacamata untuk penglihatan jauh. Pilihan lensa juga dipengaruhi
oleh refraksi mata kontrolateral dan apakah terdapat katarak pada mata yang
membutuhkan operasi.
20
c. Kunjungan ketiga: dijadwalkan sesuai dengan kebutuhan
pasien di mana bertujuan untuk memberikan kacamata
sesuai dengan refraksi terbaik yang diharapakan.
4. Obat- obatan yang digunakan pasien pasaca operasi bergantung dari
keadaan mata serta disesuaikan dengan kebutuhan. Tetapi penggunaan tetes mata
kombinasi antibiotika dan steroid harus diberikan kepada pasien untuk digunakan
setiap hari selama minimal 4 minggu pasca operasi.
21
5) Lepas/ hilangnya vitreous; merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi
akibat ruptur kapsul posterior (accidental rupture) selama teknik ECCE.
2.12 Prognosis
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat
maka tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada
saat yang tepat maka prognosis umumnya baik.
2.13 Pencegahan
Katarak senil tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya adalah
faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal yang
memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan
langsung terhatap sinar ultraviolet dengan menggunakan kaca mata gelap dan
sebagainya. Pemberian intake antioksidan (seperti asam vitamin A, C dan E)
juga bermanfaat untuk menghambat progresivitas katarak.
22
DAFTAR PUSTAKA
23