Anda di halaman 1dari 24

CASE REPORT

COLOBOMA + KATARAK SENILIS HIPERMATUR OD


+ KATARAK SENILIS MATUR OS

Disusun oleh:

Rachman Aziz
1718012204

Perceptor:
Dr. Aryanti Ibrahim, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK SMF BAGIAN MATA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH H. ABDUL MOELOEK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2019

1
BAB I
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS
Nama : Ny.Koyimah
Umur : 64 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Pringsewu
Tanggal Pemeriksaan : 12 Desember 2019

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Penglihatan gelap pada mata kanan ±1 tahun yang lalu dan penglihatan buram
pada mata kiri ±3 bulan lalu tanpa disertai adanya mata merah

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien rujukan dari RS. Bumi Husada Pringsewu, datang ke Poliklinik Mata
RSUD Abdul Moeloek pada tanggal 12 Desember 2019 dengan keluhan penglihatan
mata kanan gelap sejak ±1 tahun yang lalu dan semakin memberat sejak 6 bulan terakhir.
Pada mata kiri penglihatan dirasakan buram pada mata kiri. Penglihatannya dirasa kabur
secara perlahan. Pada mata kanan dan kiri tidak terdapat keluhan mata merah, mata berair
sesekali dan tidak disertai nyeri. Keluhan sudah lama dirasakan dan belum pernah diobati
sebelumnya. Pasien mengaku tidak ada keluhan pada mata kirinya.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat trauma pada mata (-), riwayat memakai kaca mata (-), hipertensi (-), DM (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :


 Keluhan serupa pada keluarga tidak ada
 Riwayat penyakit mata lainnya tidak ada
2
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present :
- Keadaan Umum : Baik, Aktif
- Kesadaran : Compos mentis
- Tekanan Darah : 110/80mmHg
- Nadi : 82x/menit
- Pernafasan : 22x/menit
- Suhu : 36,8○C

Status Generalis:
A. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
Pernapasan : 18x/menit
Suhu : 36,6oC

Status Generalis
Kepala
Muka : Simetris, normochepal, oedem (-)
Rambut : Hitam, pertumbuhan merata
Mata : Simetris
Telinga : Simetris, sekret (-)
Hidung : Nafas cuping hidung (-)
Mulut : Sianosis (-)
Kesan : Dalam batas normal

3
Leher
Trakea : Deviasi trachea (-), letak normal
KGB : Tidak pembesaran pada KGB leher
Kesan : Dalam batas normal

Thoraks
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Systolic thrill tidak teraba
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : SI/SII reguler, murmur (-), gallop (-)
Kesan : Pemeriksaan jantung dalam batas normal

Paru

Anterior Posterior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Inspeksi Normochest, Normochest, Normochest, Normochest,
pergerakan dada pergerakan dada pergerakan dada pergerakan dada
simetris simetris simetris simetris
Palpasi Fremitus taktil Fremitus taktil Fremitus taktil, Fremitus taktil,
dan ekspansi dada dan ekspansi dada ekspansi dada ekspansi dada
dextra = sinistra dextra = sinistra dextra = sinistra dextra = sinistra
Perkusi Sonor Sonor Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (N), Vesikuler (N), Vesikuler (N), Vesikuler (N),
ronki -/-, ronki -/- ronki -/-, ronki -/-,
wheezing -/- wheezing -/- wheezing -/- wheezing -/-

Kesan : Pemeriksaan paru dalam batas normal

Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar & lien tidak teraba
Kesan : Pemeriksaan abdomen dalam batas normal

4
Ekstremitas
Superior : Lengkap, cacat (-), oedem (-/-)
Infrerior : Lengkap, cacat (-), oedem (-/-)
Kesan : Dalam batas normal

5
STATUS OFTALMOLOGIS

Lensa keruh

OS OD
1/~ VISUS 1/360
Normal GERAK BOLA MATA Normal
Tidak dilakukan skiaskopi SKIASKOPI Tidak dilakukan skiaskopi
Eksoftalmus (-), Eksoftalmus (-),
endoftalmus (-), deviasi (-), BULBUS OCULI endoftalmus (-), deviasi (-),
strabismus (-), nistagmus (-) strabismus (-), nistagmus (-)
Dalam batas normal SUPERSILIA Dalam batas normal
Parese (-), paralise (-) PARESE/PARALISE Parese (-), paralise (-)
Edem (-), hiperemis (-) PALPEBRA SUPERIOR Edem (-), hiperemis (-)
Edem (-), hiperemis (-) PALPEBRA INFERIOR Edem (-), hiperemis (+)
Injeksi (-), sekret (-) KONJUNGTIVA PALPEBRA Injeksi (-), sekret (-)
Injeksi (-) KONJUNGTIVA FORNIKS Injeksi (-)
Injeksi (-), Sekret (-) KONJUNGTIVA BULBI Injeksi (-), sekret (-)
Ikterik (-) SKLERA Ikterik (-)
Sulit dinilai KORNEA Sulit dinilai
Dalam, hipopion (-), CAMERA OCULI Normal, hipopion (-),
hifema (-) ANTERIOR hifema (-)
Coklat, kripta (-), kebawah IRIS Coklat, kripta (-), kebawah
Bulat, Regular, Perifer, Bulat, Regular, Perifer,
PUPIL
Refleks Cahaya (-) Refleks Cahaya (-)
Kekeruhan masif LENSA Kekeruhan seluruh
Refleks (-) SHADOW TEST Refleks (-)

IV. RESUME
Pasien wanita berusia 64 tahun ke poliklinik mata RSUD Dr. H. Abdul Moeloek dengan
Penglihatan gelap pada mata kanan ±1 tahun yang lalu dan penglihatan buram pada mata
kiri ±3 bulan lalu tanpa disertai adanya mata merah. Pada mata kanan dan kiri tidak
terdapat keluhan mata merah, mata berair sesekali dan tidak dirasakan adanya nyeri. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan KU baik, tanda-tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan
mata kanan VOD: 1/~, iris tampak berada di perifer, lensa tampak keruh (+), reflek fundus

6
(-), dan shadow test (-).VOS: 1/360, iris tampak berada di perifer, lensa tampak keruh (-),
shadow test (-), dan reflek fundus (-).

V. PEMERIKSAAN ANJURAN
- Slit lamp
- Pemeriksaan Biometri

VI. DIAGNOSA BANDING


- Coloboma ODS
- Katarak Senile Hipermature OD
- Katarak Senile Matur OS
- Katarak Komplikata

VII. DIAGNOSA KERJA


- Coloboma ODS + Katarak Senile Hipermature OD + Katarak Senile Matur OS

VIII. PENATALAKSANAAN
- Fakoemulsifikasi dan implantasi lensa intraokular (IOL)

IX. PROGNOSA
Quo ad Vitam : Dubia
Quo ad Fungtionam : Dubia
Quo ad Sanationam : Dubia

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Lensa


2.1.1 Anatomi Lensa
Lensa adalah bagian dari bola mata yang berbentuk bikonveks, avaskular,
transparan, terletak di belakang iris dan di depan vitreus, ditopang oleh Zonula Zinii
yang melekat ke korpus siliaris (Gambar 1). Lensa terdiri dari kapsul, epitel, korteks,
dan nukleus. Kapsul lensa yang bersifat elastik berfungsi untuk mengubah bentuk
lensa pada proses akomodasi.
Pada bagian anterior lensa terdapat humor aquaeus dan disebelah posterior
terdapat viterus. Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang dapat
dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular.
Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia,
serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi
kurang elastik.
Lensa terdiri dari 60% air, 35% protein, dan sedikit mineral yang biasa ada di
jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada kebanyakan
jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun
tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa.

Gambar 1 : Anatomi lensa manusia

8
2.1.2 Fisiologi Lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan
serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang
terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus
ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi
sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian
mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya.
Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk
memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan
pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu
juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk
memfokuskan sinar ke retina.

2.1.3 Metabolisme Lensa Normal


Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium
dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium
di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di
bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke
aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian
anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase,
sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase.
Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur
HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga
untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah
enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose
oleh enzim sorbitol dehidrogenase. Gangguan lensa adalah kekeruhan, distorsi,
dislokasi, dan anomali geometrik. Pasien yang mengalami gangguan-gangguan
tersebut akan menderita kekaburan penglihatan tanpa nyeri.

9
2.2 Katarak
2.2.1 Definisi Katarak
Katarak merupakan penyakit mata yang ditandai dengan kekeruhan lensa mata
sehingga mengganggu proses masuknya cahaya ke mata. Katarak dapat disebabkan
karena terganggunya mekanisme kontrol keseimbangan air dan elektrolit, karena
denaturasi protein lensa atau gabungan keduanya. Sekitar 90% kasus katarak
berkaitan dengan usia dan penyebab lain adalah kongenital dan trauma.
Katarak berasal dari terminologi Yunani yaitu cataractos, yang berarti air yang
mengalir cepat. Saat air turbulen, maka air akan menjadi berbuih. Orang Yunani pada
jaman dulu juga melihat hal yang sama terjadi pada katarak yaitu penurunan tajam
penglihatan akibat akumulasi cairan turbulen. Dalam bahasa Indonesia disebut bular
dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.
Kekeruhan lensa pada katarak biasanya mengenai kedua mata dan berjalan
progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu lama. Katarak
umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat
kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Bermacam-macam
penyakit mata dapat mengakibatkan katarak, seperti glaukoma, ablasi, uveitis, dan
retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan dengan proses intraokular lainnya.
Katarak dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu katarak kongenital
adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia
kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi
yang cukup berarti terutama akibat penanganan yang kurang tepat.
Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan
riwayat prenatal ineksi ibu seperti Rubella pada kehamilan trimester pertama dan
pemakaian obat selama kehamilan. Kadang-kadang pada ibu hamil terdapat riwayat
kejang, tetani, ikterus, atau hepatosplenomegali. Pemeriksaan darah pada katarakk
kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan katarak kongenital dengan diabetes
mellitus, kalsium, dan fosfor. Hampir 50% katarak kongenital adalah sporadik dan
tidak diketahui penyebabnya.
Katarak juvenil terjadi pada orang muda yang mulai terbentuknya pada usia
kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan

10
kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit
sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya, seperti:
1. Katarak metabolik
a. Katarak diabetik dan galaktosemia
b. Katarak hipokalsemik
c. Katarak defisiensi gizi
d. Katarak aminoasidur
e. Penyakit Wilson
f. Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain
2. Otot
a. Distrofi miotonik
3. Katarak traumatik
4. Katarak komplikata
a. Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikrotalmia,
aniridia, pembuluh haloid persisten, heterokromia iridis)
b. Katarak degeneratif (dengan myopia dan distrofi vitreoretinal)
c. Katarak anoksik
d. Toksik
e. Katarak radiasi

Katarak senilis, terjadi pada orang berusia lanjut yang dicirikan dengan
kekeruhan pada lensa, yang berlanjut menjadi pembengkakan lensa, dan penyusutan
dengan hilangnya kejernihan lensa secara total. Lebih lanjut lagi, korteks akan
mencair untuk membentuk cairan putih (katarak Morgagni) yang akan menyebabkan
peradangan berat jika kapsul lensa pecah dan bocor. Katarak yang sangat lanjut
dengan zonula yang lemah rentan terhadap dislokasi ke anterior atau posterior.

2.3 Epidemiologi
Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi adanya katarak pada
sekitar 10% orang, dan angka kejadian ini meningkat hingga sekitar 50% untuk mereka
yang berusia antara 65 sampai 74 tahun, dan hingga sekitar 70% untuk mereka yang
berusia lebih dari 75 tahun. Pada tahun 2010, prevalensi katarak di Amerika Serikat adalah

11
17,1%. Menurut Sperduto dan Hiller menyatakan bahwa katarak ditemukan lebih sering
pada wanita dibanding pria. Pada penelitian lain oleh Nishikori dan Yamomoto, rasio pria
dan wanita adalah 1:8 dengan dominasi pasien wanita yang berusia lebih dari 65 tahun dan
menjalani operasi katarak.

Sama halnya di Indonesia, katarak juga merupakan penyebab utama berkurangnya


penglihatan. Diketahui bahwa prevalensi kebutaan di Indonesia berkisar 1,2 % dari jumlah
penduduk dan katarak menduduki peringkat pertama dengan persentase terbanyak yaitu 0,7
%. Berdasarkan beberapa penelitian katarak lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria
dengan ras kulit hitam paling banyak.

2.4 Manifestasi Klinis


Anamnesis
Anamnesis yang cermat penting dalam menentukan progresi dan gangguan
fungsional penglihatan akibat katarak dan juga dalam mengidentifikasi penyebab lain yang
terjadi kekeruhan pada lensa.
- Penurunan Tajam Penglihatan
Penurunan tajam penglihatan merupakan keluhan paling umum pada pasien
dengan katarak. Keluhan berupa penglihatan berasap dan tajam penglihatan yang
menurun secara progresif. Visus mundur yang derajatnya tergantung pada lokalisasi dan
tebal tipisnya kekeruhan. Bila kekeruhan lensa tipis, kemunduran visus sedikit atau
sebaliknya. Jika kekeruhan terletak di equator, penderita tidak akan mengalami keluhan
penglihatan.
- Glare
Keluhan ini berupa menurunnya sensitivitas kontras pada cahaya terang atau silau
pada siang hari atau pada arah datangnya sinar pada malam hari. Gangguan seperti ini
muncul utamanya pada pasien dengan katarak subkapsular posterior dan pada pasien
dengan katarak kortikal.
- Myopic Shift
Progresi katarak seringkali meningkatkan kekuatan dioptrik lensa menyebabkan
terjadinya myopia or myopic shift derajat ringan hingga sedang. Akibatnya, ada pasien

12
presbiopik melaporkan peningkatan penglihatan jarak dekat dan tidak membutuhkan
kacamata baca saat mereka mengalami hal yang disebut second sight. Namun,
munculnya sementara dan saat kualitas optis lensa mengalami gangguan, maka second
sight tersebut akan hilang. Myopic shift dan second sight tidak terjadi pada katarak
kortikal dan subkapsular posterior.
- Monocular Diplopia
Penderita melihat dua bayangan yang disebabkan refraksi dari lensa sehingga
benda-benda yang dilihat penderita akan menyebabkan silau.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan katarak meliputi pemeriksaan mata lengkap dimulai dari tes tajam
penglihatan. Pada katarak senil, tajam penglihatan akan menurun secara perlahan-
lahansesuai dengan grading densitas kekeruhan lensa menurut Burrato:
- Grade 1: visus masih baik > 6/12, dengan lensa yang tampak sedikit keruh,
- Grade 2: nukleus dengan kekeruhan ringan, visus 6/12 – 6/30, dengan nukleus yang
kekuningan
- Grade 3: nukleus dengan kekeruhan medium, visus 3/60 – 6/30, korteks telah
mengalami kekeruhan
- Grade 4: nukleus telah mengeras, visus antara 1/60 – 3/60, nucleus berwarna kuning
kecoklatan.
- Grade 5: nukleus sangat keras dengan visus 1/60 atau lebih jelek dengan nukleus
berwarna coklat atau hitam.

Pemeriksaan pada lensa dilakukan dengan menyinarinya dari samping. Lensa akan
tampak keruh keabuan atau keputihan dengan latar hitam. Kamera anterior dapat menjadi
dangkal dan iris terdorong kedepan, sudut kamera anterior menyempit sehingga tekanan
intraokuler meningkat, akibatnya akan terjadi glaukoma sekunder.
Pemeriksaan dengan slitlamp juga penting selain untuk memeriksa kekeruhan lensa
juga untuk struktur mata lainnya (misal konjungtiva, kornea, iris, kamera anterior). Selain
itu, pemeriksaan dengan ophthalmoskopi langsung maupun tak langsung penting untuk
mengevaluasi bagian posterior mata sehingga dapat diketahui prognosis setelah ekstraksi

13
lensa. Pada fundus reflex dengan pemeriksaan opthalmoskop kekeruhan tersebut tampak
hitam dengan latar oranye. dan pada stadium matur hanya didapatkan warna putih atau
tampak kehitaman tanpa latar orange, hal ini menunjukkan bahwa lensa sudah keruh
seluruhnya.

2.5 Penatalaksanaan
Satu-satunya pengobatan untuk katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan
jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan kaca mata untuk melakukan
kegiatan sehari-hari. Beberapa penderita mungkin merasa penglihatannya lebih baik hanya
dengan mengganti kaca matanya, menggunakan kaca mata bifokus yang lebih kuat atau
menggunakan lensa pembesar. Jika katarak tidak mengganggu biasanya tidak perlu
dilakukan pembedahan. Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan
menggantinya dengan lensa buatan.
A. Pengangkatan Lensa
Macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa:
1. Intracapsular Cataract Extraction (ICCE) atau ekstraksi intrakapsular
- Jenis pembedahan yang sudah jarang dilakukan ini adalah mengangkat lensa in
toto, yakni mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsulnya, melalui insisi limbus
superior 140 hingga 160 derajat.
- Pembedahan ini dapat dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh atau
berdegenerasi dan mudah putus. Pada ekstraksi ini tidak akan terjadi katarak
sekunder.
2. Extracapsular Cataract Extraction (ECCE) atau ekstraksi ekstrakapsular.
- Ekstraksi ini adalah tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior
sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut.
- Jenis pembedahan ini sejak beberapa tahun silam telah menjadi operasi
pembedahan katarak yang paling sering dilakukan karena apabila kapsul
posterior utuh, maka lensa intraokuler dimasukkan ke dalam kamera posterior.
Insidensi komplikasi pasca-operatif lebih kecil terjadi jika kapsul posteriornya
utuh.

14
3. Fakoemulsifikasi
- Fakoemulsifikasi dengan irigasi atau aspirasi (atau keduanya) adalah teknik
ekstrakapsular yang menggunakan getaran - getaran ultrasonik untuk
mengangkat nukleus dan korteks melalui insisi limbus yang kecil (2-5 mm),
sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca operasi.

B. Penanaman Lensa Baru


Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akan mendapatkan
lensa buatan sebagai pengganti lensa yang telah diangkat. Lensa buatan ini merupakan
lempengan plastik yang disebut lensa intraokular, biasanya lensa intraokular
dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata.

Operasi katarak sering dilakukan dan biasanya aman. Setelah pembedahan jarang
sekali terjadi infeksi atau perdarahan pada mata yang bisa menyebabkan gangguan
penglihatan yang serius. Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan dan
mempercepat penyembuhan, selama beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes
mata atau salep. Untuk melindungi mata dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan
kaca mata atau pelindung mata yang terbuat dari logam sampai luka pembedahan benar-
benar sembuh.

2.6 Komplikasi
Glaukoma dikatakan sebagai komplikasi katarak. Glaukoma ini dapat timbul akibat
intumesenensi atau pembengkakan lensa. Jika katarak ini muncul dengan komplikasi
glaukoma maka diindikasikan ekstraksi lensa secara bedah. Selain itu Uveitis kronik yang
terjadi setelah adanya operasi katarak telah banyak dilaporkan. Hal ini berhubungan
dengan terdapatnya bakteri patogen termasuk Propionibacterium acnes dan
Staphylococcus epidermidis.

2.7 Prognosis
Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak
sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang

15
anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian pengelihatan pada
kelompok pasien ini. Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi
paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital
bilateral inkomplit yang progesif lambat.

2.8 Pencegahan
Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat
dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak.
Bila telah berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Pada saat ini dapat
dijaga kecepatan berkembangnya katarak dengan:
- Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam
tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah
- Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur
- Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan katarak pada mata
- Menjaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya

2.9 Coloboma
2.9.1 Definisi Coloboma
Coloboma menggambarkan kondisi di mana jaringan normal didalam atau di
sekitar mata hilang sejak lahir. Coloboma berasal dari kata Yunani yang berarti
"dibatasi". Ini digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana jaringan normal di
atau sekitar mata hilang sejak lahir. Untuk memahami coloboma, penting untuk
mengenal struktur dan penampilan mata yang normal.
Proses yang terjadi selama pembentukan mata mencakup (i) proses induktif
dan morfogenetik, (ii) proliferasi dan diferensiasi sel menjadi jaringan dewasa, dan
(iii) pembentukan jaringan saraf yang menghubungkan retina ke bagian pusat saraf
seperti colliculus superior, nukleus geniculate, dan lobus oksipital.
Sekitar hari ke-30 kehamilan, permukaan ventral vesikel optik mengarah ke
pembentukan optic cup berlapis ganda. Invaginasi ini menimbulkan fisura optik,
memungkinkan pembuluh darah dari mesoderm vaskular memasuki mata yang
berkembang. Penggabungan tepi fisura ini dimulai secara terpusat sekitar 5 minggu

16
dan berlanjut ke anterior optic cup dan posterior dan secara lengkap selama 7
minggu. Kegagalan bagian dari fisura janin untuk menutup hasil pada entitas klinis
yang dikenal sebagai coloboma. Mekanisme molekuler yang mengendalikan kejadian
jaringan ini sebagian besar tidak diketahui
Ada berbagai jenis coloboma, tergantung pada bagian mata yang hilang.
Coloboma dapat menyerang bagian mata berupa kelopak mata, lensa, makula, iris,
dan nervus optikus.

2.9.2 Jenis Coloboma


Pada coloboma kelopak mata, tidak ada bagian kelopak mata atas atau bawah.
Coloboma kelopak mata dapat menjadi bagian dari sindrom genetik, atau terjadi
sebagai akibat dari gangguan perkembangan kelopak mata pada bayi.
Pada coloboma lensa, bagian sepotong lensa tidak ada. Sehingga untuk
membantu memfokuskan cahaya pada retina mengalami gangguan, biasanya akan
muncul dengan sebuah notch.
Pada coloboma makula, Ini terjadi ketika pusat retina yang disebut makula
tidak berkembang secara normal. Makula berfungsi sebagai pengatur penglihatan
untuk siang hari, penglihatan halus dan warna. Coloboma makula dapat disebabkan
ketika perkembangan mata normal terganggu atau setelah peradangan retina selama
perkembangan bayi.
Coloboma iris yang lengkap melibatkan epitel pigmen dan stroma yang dikenal
sebagai “keyhole”, yang bisa unilateral atau bilateral. Coloboma parsial hanya
melibatkan margin pupil membuat oval pupil. Kadang-kadang, coloboma hanya
mempengaruhi epitel pigmen iris dan hanya dapat dilihat pada transluminasi.
Meskipun diamati iris coloboma yang terisolasi, sering dikaitkan dengan colobomata
di bagian mata yang lain. Kadang-kadang perbaikan bedah diindikasikan karena
alasan kosmetik atau untuk fotofobia
Coloboma saraf optik mengacu pada satu dari dua hal berbeda berupa saraf
optik abnormal yang berlubang. Saraf optik adalah bundel serabut saraf yang
menyampaikan sinyal cahaya dari mata ke otak. Dan koloboma uveal yang cukup
besar untuk melibatkan saraf optic baik bagian inferior atau seluruh diskus optikus.

17
2.9.3 Etiologi dan faktor resiko Coloboma

Berdasarkan penelitian yang telah ada bahwa koloboma terutama berasal dari
genetik. "Genetik" berarti bahwa coloboma disebabkan oleh gen yang tidak berfungsi
dengan baik ketika mata terbentuk. Kadang-kadang coloboma adalah bagian dari
sindrom genetik spesifik, yang genetiknya diketahui. Misalnya, coloboma adalah
salah satu bagian dari sindrom CHARGE, yang terkait dengan perubahan atau
penghapusan gen yang disebut CHD7.

Beberapa peneliti telah mengusulkan bahwa faktor lingkungan tertentu dapat


berkontribusi pada pengembangan coloboma, baik pada manusia atau pada hewan.
Temuan-temuan ini telah dipublikasikan dari waktu ke waktu dalam literatur

18
penelitian, tetapi belum ada analisis sistematis tentang hubungan yang mungkin.
Misalnya, diketahui bahwa bayi yang terpapar alkohol selama kehamilan dapat
mengalami coloboma — tetapi mereka juga memiliki anomali lain. Tidak ada
hubungan kuat yang diketahui antara paparan lingkungan dan coloboma terisolasi.
Apakah ada penyakit atau kondisi lain yang terkait coloboma? Coloboma
kadang-kadang ditemukan berhubungan dengan bagian mata lainnya, antara lain:
- Perbedaan warna mata antara kedua mata (heterokromia)
- Mata kecil (mikrofthalmia)
- Peningkatan ketebalan kornea.
- Kekeruan lensa (katarak)
- Peningkatan tekanan pada mata (glaukoma)
- Malformasi retina (displasia retina)
- Rabun jauh (miopia)
- Gerakan mata yang tidak disengaja (nystagmus)
- Penonjolan bagian belakang bola mata (staphyloma posterior)

2.9.4 Gejala Coloboma

Mungkin ada atau tidak ada gejala yang berhubungan dengan coloboma,
semuanya tergantung pada jumlah dan lokasi jaringan yang hilang. Orang dengan
coloboma mempengaruhi makula dan saraf optik kemungkinan akan mengalami
penurunan penglihatan. Secara umum, sulit untuk memprediksi dengan tepat tingkat
penglihatan seorang bayi hanya dengan melihat berapa banyak retina yang hilang.
Orang dengan coloboma yang mempengaruhi bagian retina mana pun akan
mengalami apa yang disebut “defek lapang pandang” yang berarti seseorang
kehilangan penglihatan di lokasi tertentu. Karena coloboma terletak di bagian bawah
retina, penglihatan di bagian atas bidang penglihatan akan hilang. Ini tidak terlihat
oleh orang yang terkena dampak.
Seseorang dengan coloboma yang mempengaruhi bagian depan mata saja tidak
akan mengalami penurunan penglihatan darinya dan lebih sensitif terhadap cahaya.

2.9.5 Tatalaksana Coloboma

19
Mungkin ada atau tidak ada gejala yang berhubungan dengan coloboma,
semuanya tergantung pada jumlah dan lokasi jaringan yang hilang. Orang dengan
coloboma mempengaruhi makula dan saraf optik kemungkinan akan mengalami
penurunan penglihatan. Secara umum, sulit untuk memprediksi dengan tepat tingkat
penglihatan seorang bayi hanya dengan melihat berapa banyak retina yang hilang.
Pasien dengan uveal coloboma harus menjalani pemeriksaan tindak lanjut
tahunan oleh seorang profesional perawatan mata. Namun, saat ini tidak ada obat
atau pembedahan yang dapat menyembuhkan atau membalikkan coloboma dan
membuat mata kembali utuh.
Perawatan terdiri dari membantu pasien menyesuaikan diri dengan masalah
penglihatan dan memaksimalkan penglihatan yang mereka miliki dengan:
- Mengoreksi kesalahan bias dengan kacamata atau lensa kontak.
- Memaksimalkan penglihatan mata yang paling terpengaruh dalam kasus-kasus
asimetris. Ini melibatkan penggunaan tetes mata untuk mengaburkan penglihatan
sementara di mata yang lebih kuat untuk jangka waktu terbatas.
- Memastikan bahwa ambliopia (mata malas) tidak berkembang di masa kanak-
kanak jika terjadi asimetri. Kadang-kadang perawatan amblyopia (penambalan,
kacamata dan / atau tetes) dapat meningkatkan penglihatan di mata bahkan dengan
coloboma yang parah.
- Mengobati kondisi mata lainnya yang mungkin disertai dengan coloboma, seperti
katarak.
- Mengobati komplikasi yang mungkin timbul dari koloboma retina di kemudian
hari, seperti pertumbuhan pembuluh darah baru di belakang mata
(neovaskularisasi) atau ablasio retina.

20
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien wanita berusia 64 tahun ke poliklinik mata RSUD Dr. H. Abdul


Moeloek dengan Penglihatan gelap pada mata kanan ±1 tahun yang lalu dan
penglihatan buram pada mata kiri ±3 bulan lalu tanpa disertai adanya mata merah.
Pada mata kanan dan kiri tidak terdapat keluhan mata merah, mata berair sesekali
dan tidak dirasakan adanya nyeri. Pada pemeriksaan fisik ditemukan KU baik,
tanda-tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan mata kanan VOD: 1/~, iris
tampak berada di perifer, lensa tampak keruh (+), shadow test (-), dan reflek
fundus (-).VOS: 1/360, iris tampak berada di perifer, lensa tampak keruh (+),
shadow test (-), dan reflek fundus (-). Pasien dianjurkan melakukan pemeriksaan
slit lamp dan pemeriksaan biometri. Penatalaksanaan pada pasien ini ialah dengan
dilakukan fakoemulsifikasi dengan intra lensa okular. Pasien didiagnosis dengan
katarak pre-senile imatur dengan penatalaksanaan dilakukan fekoemulsifikasi dan
IOL.
Katarak adalah kekeruhan lensa mata yang dapat diakibatkan oleh sebab
apapun dan menimbulkan penurunan fungsi penglihatan berupa penurunan
senstivitas kontras dan tajam penglihatan. Kekeruhan pada lensa menyebabkan
penurunan kemampuan tajam penglihatan oleh karena lensa memiliki fungsi optik
untuk memfokuskan sinar yang masuk ke dalam mata dapat jatuh tepat pada
retina. Penyebab katarak dapat disebabkan oleh banyak faktor, namun yang
terutama ialah akibat proses penuaan. Prroses percepatan timbulnya katarak
biasanya berhubungan dengan adanya penyakit sistemik seperti diabetes mellitus
dan juga pemakaian obat-obatan seperti steroid.
Pada kasus ini, pasien sudah berusia 64 tahun, dan tidak memiliki riwayat
trauma, tidak ada riwayat pemakaian obat steroid, dan tidak ada riwayat diabetes
mellitus. Sehingga pada kasus ini tidak ditemukan penyebab katarak yang umum.
Penyebab lain yang dapat menyebabkan katarak ialah adanya peradangan

21
intraokular yang biasanya berhubungan dengan uveitis dan glaukoma akut. Faktor
lingkungan seperti kebiasaan merokok dan pajanan ultraviolet ternyata juga
berkorelasi signifikan dengan pravalensi katarak.
Hasil pemeriksaan pada mata kanan pasien didapatkan VOD: 1/~, iris
tampak berada di perifer, lensa tampak keruh (+), shadow test (-), dan reflek
fundus (-) VOS: 1/360, iris tampak berada di perifer, lensa tampak keruh (+),
shadow test (-) dan reflek fundus (-). Hal ini sesuai dengan pemeriksaaan pada
katarak hipermatur dan matur, didapatkan kekeruhan pada masif lensa pada mata
kanan dan kekeruhan seluruh pada lensa, bilik mata depan tampak dalam untuk
mata kanan dan pada mata kiri tampak normal, dan shadow test (-).
Pada penatalaksanaan direncanakan tindakan fakoemulsifikasi dan IOL.
Fakoemulsifikasi merupakan teknik ekstraksi katarak ekstrakapsular yang paling
sering digunakan saat ini. Teknik ini menggunakan vibrator ultrasonik genggam
untuk menghancurkan nukleus yang keras hingga substansi nukleu dan korteks
dapat diaspirasi melalui suatu insisi berukuran sekitar 3 mm untuk memasukkan
lensa intraokular yang dapat dilipat (foldable intraocular lens). Teknik ini
digunakan karena didapatkan kondisi intraoperasi lebih terkendali, perbaikan luka
yang lebih cepat dengan derajat distorsi kornea yang lebih rendah, dan
mengurangi peradangan pascaoperasi, sehingga berakibat pada rehabilitasi
penglihatan yang lebih singkat.
Pada pasien juga ditemukan pada bagian iris tampak berada di bagian
bawah tidak tepat ditengah pada mata kanan dan kirinya ini menandakan adanya
kelainan yang dikenal dengan istilah coloboma. Coloboma menggambarkan
kondisi di mana jaringan normal didalam atau di sekitar mata hilang sejak lahir.
Gejala coloboma tergantung bagian jaringan yang hilang. Apabila bagian iris yang
terkena dapat terjadi defek lapang pandang, apabila yang terkena bagian depan
mata saja tidak akan mengalami penurunan penglihatan darinya dan lebih sensitif
terhadap cahaya.

22
23
DAFTAR PUSTAKA

1. Olver J, Cassidy L. Ophthalmology at A Glance. Hongkong: SNP Best-set


Typesetter Ltd; 2005. p36-9.
2. KBI Gemari. 2002. Penderita katarak di Indonesia selalu bertambah 210.000
orang per tahun. Available at: http://kbi.gemari.or.id/beritadetail.php.
3. Vaughan, DG dkk.2000.Oftalmologi Umum edisi 14, Jakarta: Widya
Medika.
4. PERDAMI. 2006. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum & Mahasiswa
Kedokteran, PERDAMI.
5. Fajaru. Semua Tetang Katarak. Available at:
http://kinton.multiply.com/reviews/item/5. Accessed : 9th Oktober 2009.
6. Iljas, S. 2007. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
7. Chang L, Blain D, Bertuzzi S, Brooks BP. Uveal coloboma: clinical and
basic science update. Curr Opin Ophthalmol. 2006 Oct;17(5):447-70.
Review. PMID: 16932062
8. Gregory-Evans CY, Williams MJ, Halford S, Gregory-Evans K. Ocular
coloboma: a reassessment in the age of molecular neuroscience. J Med
Genet. 2004 Dec;41(12):881-91. Review. PMID: 15591273

24

Anda mungkin juga menyukai