Oleh :
Preceptor :
dr. Rani Himayani, Sp.M
1.2 Anamnesis
Informasi didapatkan melalui autoanamnesis
Keluhan Utama
Benjolan di bawah kelopak mata kiri sejak 1 bulan yang lalu.
Keluhan Tambahan
Nyeri, gatal, dan panas pada benjolan tersebut.
2. Status Generalis
Kepala
Bentuk : Simetris, normochepal
Rambut : Hitam, tersebar merata
Mata : Status Oftalmologis
Telinga : Tidak ada kelainan
Hidung : Tidak ada kelainan
Mulut : Tidak ada kelainan
Kesan : Dalam batas normal
Leher
Trakea : Deviasi trakea (-)
KGB : Tidak ada pembesaran KGB leher
Kesan : Dalam batas normal
Thoraks
Jantung
Inspeksi : Normothorax, ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : SI/SII reguler, murmur (-), gallop (-)
Kesan : Pemeriksaan jantung dalam batas normal
Paru
Anterior Posterior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Inspeksi Normochest, Normochest, Normochest, Normochest,
pergerakan pergerakan pergerakan dada pergerakan
dada simetris dada simetris simetris dada simetris
Palpasi Ekspansi dada Ekspansi dada Ekspansi dada Ekspansi dada
dextra = sinistra dextra = sinistra dextra = sinistra dextra = sinistra
nyeri tekan (-) nyeri tekan (-) nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)
Perkusi Sonor Sonor Sonor Sonor
Auskultasi Suara napas Suara napas Suara napas Suara napas
vesikuler (N), vesikuler (N), vesikuler (N), vesikuler (N),
ronki -/-, ronki -/-, ronki -/-, ronki -/-,
wheezing -/- wheezing -/- wheezing -/- wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Teraba lembut, nyeri (-), hepar & lien dalam batas normal
Kesan : Pemeriksaan abdomen dalam batas normal
Ekstremitas
Superior : Akral dingin (-/-), oedem (-/-)
Infrerior : Akral dingin (-/-), oedem (-/-)
3. Status Lokalis Oftalmologis
Kesan:
OD: miopi berat, adneksa, segmen anterior mata, segmen posterior
mata, dan sistem kanalis lakrimalis dalam batas normal.
Visus OS: miopi berat, adneksa, segmen anterior mata dan segmen
posterior mata dalam batas normal, dakriosistitis.
1.5 Resume
Ny. K 32 tahun datang dengan keluhan terdapat benjolan di bawah kelopak
mata kiri sejak 1 bulan yang lalu disertai nyeri, gatal, dan panas. Benjolan di
bawah kelopak mata kiri dirasakan hilang timbul, terkadang mengecil saat
malam hari atau ketika bangun tidur dan kembali membesar saat siang hari.
Keluhan nyeri dirasakan saat dilakukan penekanan pada benjolan tersebut
dan terkadang keluar cairan seperti dahak yang sedikit bercampur darah
yang terasa mengalir melalui hidung ke tenggorokan. Riwayat keluhan yang
sama 11 bulan yang lalu. Pasien memiliki riwayat pemakaian kacamata.
Pada pemeriksaan oftalmologik didapatkan visus OD: ½ /60, OS: 1/60. Pada
mata kanan didapatkan adneksa, segmen anterior mata, segmen posterior
mata, dan sistem kanalis lakrimalis dalam batas normal. Pada mata kiri
didapatkan dakriosistitis, adneksa, segmen anterior mata, segmen posterior
mata, dan dalam batas normal.
1.9 Penatalaksanaan
Non-Medikamentosa
Kompres hangat
Kontrol ulang setelah 2 minggu
Medikamentosa
Amoxicillin tab 3x500mg
Levofloxacin eye drops 4x1 gtt OS
Metilprednisolon 3x4mg
1.10 Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Epidemiologi
Dakriosistitis umumnya terjadi pada dua kelompok umur yaitu balita dan
orang dewasa berusia 50-60 tahun. Pada usia pertengahan jarang ditemukan.
Pada kelompok orang dewasa lebih sering ditemukan pada wanita.2
2.4 Etiologi
Pada bayi baru lahir dapat terjadi gangguan penutupan katup Hasner di
distal duktus nasolakrimalis sehingga menyebabkan sumbatan. Umumnya
sembu sendiri dalam waktu 1 tahun. Bila terjadi infeksi akan menyebabkan
dakriosistitis akut. Bakteri penyebab yang sering adalah Haemophillus
Influenza. Pada orang dewasa baik kasus akut maupun kronis disebabkan
karena obstruksi di duktus nasolakrimalis akibat dakriolit (endapan
kalsifikasi pada duktus nasolakrimal), benda asing, tumor, pasca trauma,
atau komplikasi sinusitis. Kuman penyebab infeksi akut sebagian besar
adalah Stapylococcus aureus atau Streptococcus beta-hemoliticus,
sedangkan pada infeksi kronis adalah Streptococcus pneumoniae, pada
kasus langka dapat disebabkan oleh Candida albicans.2
2.5 Patofisiologi
Awal terjadinya peradangan pada sakus lakrimalis adalah adanya obstruksi
pada duktus nasolakrimalis. Obstruksi duktus nasolakrimalis pada anak-
anak biasanya akibat tidak terbukanya membran nasolakrimal, sedangkan
pada orang dewasa akibat adanya penekanan pada salurannya, misal adanya
polip hidung. Obstruksi pada duktus nasolakrimalis ini dapat menimbulkan
penumpukan air mata, debris epitel, dan cairan mukus sakus lakrimalis yang
merupakan media pertumbuhan yang baik untuk pertumbuhan bakteri.3
Ada 3 tahapan terbentuknya sekret pada dakriosistitis. Hal ini dapat
diketahui dengan melakukan pemijatan pada sakus lakrimalis. Tahapan-
tahapan tersebut antara lain:
Tahap obstruksi
Pada tahap ini, baru saja terjadi obstruksi pada sakus lakrimalis, sehingga
yang keluar hanyalah air mata yang berlebihan.
Tahap Infeksi
Pada tahap ini, yang keluar adalah cairan yang bersifat mukus,
mukopurulen, atau purulent tergantung pada organisme penyebabnya.
Tahap Sikatrik
Pada tahap ini sudah tidak ada regurgitasi air mata maupun pus lagi. Hal
ini dikarenakan sekret yang terbentuk tertahan di dalam sakus sehingga
membentuk suatu kista.
2.6 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis dakriosistitis dibutuhkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis dapat dilakukan
dengan cara autoanamnesis dan heteroanamnesis. Setelah itu, dilakukan
pemeriksaan fisik. Jika, dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik masih
belum bisa dipastikan penyakitnya, maka boleh dilakukan pemeriksaan
penunjang.4
- Anamnesis
Pasien biasanya datang dengan keluhan lakrimasi berlebihan (epifora),
sakit yang hebat didaerah kantung air mata, dan demam.4
- Pemeriksaan fisik
Dakriosistitis akut: inflamasi unilateral diarea sakus lakrimalis (inferior
tendon kantus medialis) bewarna merah, epifora, nyeri saat penekanan,
dan keluarnya sekret purulen melalui pungtum lakrimalis bila kantung air
mata ditekan.
Dakriosistitis kronis: tanda-tanda radang ringan, epifora, nyeri minimal,
dan keluar sekret mukoid atau mukpurulen melalui pungtum lakrimalis
bila kantung air mata ditekan.4
- Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya obstruksi serta letak dan penyebab obstruksi. Pemeriksaan fisik
yang digunakan untuk memeriksa ada tidaknya obstruksi pada duktus
nasolakrimalis adalah dye dissapearence test, fluorescein clearance test,
John's dye test, dan anel test. Ketiga pemeriksaan ini menggunakan zat
warna fluorescein 2% sebagai indikator. Sedangkan untuk memeriksa
letak obstruksinya dapat digunakan probing test. Pemeriksaan tidak boleh
dikerjakan pada fase akut karena akan menimbulkan nyeri.5
- Dye dissapearance test (DDT)
Dilakukan dengan meneteskan zat warna fluorescein 2% pada kedua
mata, masing-masing 1 tetes. Kemudian permukaan kedua mata
dilihat dengan slit lamp. Jika ada obstruksi pada salah satu mata akan
memperlihatkan gambaran seperti di bawah ini.
2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan dakriosistitis pada anak (neonatus) dapat dilakukan dengan
masase kantong air mata ke arah pangkal hidung. Dapat juga diberikan
antibiotik amoxicillin/clavulanate atau cefaclor 20-40 mg/kgBB/hari dibagi
dalam tiga dosis dan dapat pula diberikan antibiotik topikal dalam bentuk
tetes (moxifloxacin 0,5% atau azithromycin 1%) atau menggunakan
sulfonamid 4-5 kali sehari.2
Pada orang dewasa, dakriosistitis akut dapat diterapi dengan melakukan
kompres hangat pada daerah sakus yang terkena dalam frekuensi yang
cukup sering. Amoxicillin dan chepalosporine (cephalexin 500mg p.o. tiap 6
jam) juga merupakan pilihan antibiotik sistemik yang baik untuk orang
dewasa. Untuk mengatasi nyeri dan radang, dapat diberikan analgesik oral
(acetaminofen atau ibuprofen), bila perlu dilakukan perawatan di rumah
sakit dengan pemberian antibiotik secara intravena, seperti cefazoline tiap 8
jam. Bila terjadi abses dapat dilakukan insisi dan drainase. Dakriosistitis
kronis pada orang dewasa dapat diterapi dengan cara melakukan irigasi
dengan antibiotik. Sumbatan duktus nasolakrimal dapat diperbaiki dengan
cara pembedahan jika sudah tidak radang lagi.2
2.9 Komplikasi
Dakriosistitis yang tidak diobati dapat menyebabkan pecahnya kantong air
mata sehingga membentuk fistel. Bisa juga terkadi abses kelopak mata,
ulkus, bahkan selulitis orbita. Komplikasi juga bisa muncul setelah
dilakukannya DCR. Komplikasi tersebut di antaranya adalah perdarahan
pascaoperasi, nyeri transien pada segmen superior os.maxilla, hematoma
subkutaneus periorbita, infeksi dan sikatrik pascaoperasi yang tampak jelas.4
2.10 Prognosis
Dakriosistitis sangat sensitif terhadap antibiotika namun masih berpotensi
terjadi kekambuhan jika obstruksi duktus nasolakrimalis tidak ditangani
secara tepat, sehingga prognosisnya adalah dubia ad malam. Akan tetapi,
jika dilakukan pembedahan baik itu dengan dakriosistorinostomi eksternal
atau dakriosistorinostomi internal, kekambuhan sangat jarang terjadi
sehingga prognosisnya dubia ad bonam.4
DAFTAR PUSTAKA
1. Burkat CN and Wei LA. 2015. Anatomy of the lacrimal system. In The
Lacrimal System. Springer. pp 1-14.
2. Sitorus SR, Sitompul R, Widyawati S, dan Bani PA. 2017. Buku Ajar
Oftalmologi. Edisi Ke-1. Jakarta: Badan Penerbit FK UI.
3. Gilliland GD. 2009. Dacryocystitis [internet]. USA: Gilliland and Associates.
[diakses tanggal 25 Juli 2019]. Tersedia dari :http://www.emedicine.com/.
4. Eva RP and Whitcher PJ. 2015. Vaughan and Asbury Oftalmologi Umum.
Edisi ke-17. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5. Ilyas, Sidharta. 2006. Dasar-Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata
Edisi Kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia