Anda di halaman 1dari 27

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. SS

Kelamin : Laki-laki

Umur : 61 tahun

Alamat : Tunjung rejo 02/07 Margoyoso. Pati

Pekerjaan : Petani

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Bangsa : Indonesia

Tanggal Masuk RS : 22 Februari 2020 Jam 21.38 WIB

Tanggal Pemeriksaan : 23 Februari 2020

II. KELUHAN UTAMA

Nyeri dan luka di kaki

III. ANAMNESIS KHUSUS

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan nyeri dan luka di kaki kanannya yang di

alaminya ± 10 hari lalu. Luka yang dialaminya di akibatkan oleh gesekan sandal

saat sedang menguras bak mandi. Semula luka yang dialaminya kecil seperti ada

gelembung berisi cairan dan melepuh dan semakin hari semakin membesar dan

gelembung pecah. Namun oleh os hanya diberikan obat merah saja. Pasien juga

mengeluh luka tersebut menjadi berwarna kehitaman dan menjalar ke jari

sebelahnya. Pasien mengeluh nyeri pada luka yang dialaminya tersebut seperti

1
perasaan terbakar/panas. Selain itu pasien juga mengeluh sering BAK di malam

hari, banyak makan, banyak minum. Pasien mengeluh kakinya kebas-kebas dan

mulai tidak terasa sejak 1 hari SMRS. Pasien mengeluh tidak BAB selama 1 hari

dan BAK diakui pasien berwarna kuning jernih. Mual -, Muntah -.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien memiliki riwayat diabetes melitus tidak terkontrol sejak ± 4 tahun

yang lalu.

Riwayat Penggunaan Obat

Pasien sebelumnya pernah mengkonsumsi obat metformin, namun sekitar

2 bulan terakhir sudah tidak di konsumsi.

Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang sama.

IV. PEMERIKSAAN UMUM

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : CM

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Nadi : 92 x/menit, reguler, isi, tegangan cukup

Suhu : 36,5 ºC

Pernapasan : 20 x/m

Berat Badan : 55 kg

Tinggi badan (cm) : 170 cm

2
Keadaan gizi : Berat badan kurang

IMT : 19,0

Sianosis :-

Edema :-

Mobilitas (aktif/pasif) : pasif

Aspek Kejiwaan

Tingkah laku : wajar/gelisah/tenang/hipoaktif/hiperaktif

Alam perasaan :Biasa/sedih/gembira/cemas/takut/marah

Proses pikir : wajar/cepat/gangguan waham/fobia/obsesi

Status generalisata

Kulit

Warna : sawo matang Efloresensi :-

Jaringan parut :- Pigmentasi :-

Pertumbuhan rambut : sedikit Pembuluh darah:-

Suhu raba :- Lembab/kering: -

Keringat umum :normal Turgor :-

Kepala

Ekspresi wajah :+ Simetris muka :+

Rambut :distribusi normal

Mata

Eksolftalmus : - Enoftalmus :-

3
Cekung : - Lensa :
normal

Kornea : jernih/keruh Pupil : refleks


cahaya +/+

Konjungtiva : normal Visus : 6/6

Sklera :anikterik Gerakan mata : normal

Palpebra : normal Tekanan bola mata :-

COA : sedang/sedang Nistagmus :-

Telinga

Tuli : - Selaput pendengaran :-

Lubang : - Penyumbatan :-

Serumen : + - Perdarahan :-

Hidung

Trauma :-

Nyeri :-

Sekret :-

Pernafasan cuping hidung :-

Mulut

Bibir : normal Tonsil : T2-T2

Langit-langit : normal Bau nafas :-

Trismus :- Lidah : normal

Faring : normal

4
Leher

Tekanan vena jugularis : JVP (5-2)cm H2O

Kelenjar tiroid : tidak tampak pembesaran

Kelenjar limfe : tidak tampak pembesaran

Kelenjar getah bening

Submandibula : tidak ada pembesaran

Leher : tidak ada pembesaran

Supraklavikula : tidak ada pembesaran

Ketiak : tidak ada pembesaran

Lipat paha : tidak ada pembesaran

Thorax

Bentuk : normal

Sela iga : tidak melebar

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 linea axila mediana


sinistra

Perkusi

Jantung atas : ICS 2 linea parasternal sinistra

Jantung kiri : ICS 5 linea axila mediana sinistra

5
Jantung kanan : ICS 5 linea sternalis dekstra
Auskultasi : BJ I-II regular, bising (-)
Kesan :normal

Paru

Depan Dextra Sinistra


Inspeksi :Simetris, retraksi dinding Inspeksi:Simetris, retraksi dinding
dada (-) dada (-)
Palpasi :Stem fremitus kanan = kiri Palpasi :Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi:Sonor di kedua lapangan Perkusi:Sonor di kedua lapangan
paru paru
Auskultasi: suara dasar vesikuler, Auskultasi: suara dasar vesikuler,
suara tambahan : wheezing (-), suara tambahan : wheezing (-),
ronchi(-) ronchi(-)
Belakang Inspeksi:Simetris, retraksi dinding Inspeksi:Simetris, retraksi dinding
dada (-) dada (-)
Palpasi :Stem fremitus kanan = kiri Palpasi :Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi:Sonor di kedua lapangan Perkusi:Sonor di kedua lapangan
paru paru
Auskultasi: suara dasar vesikuler, Auskultasi: suara dasar vesikuler,
suara tambahan : wheezing (-), suara tambahan : wheezing (-),
ronchi(+) ronchi(+)

Abdomen

Inspeksi : datar
Auskultasi : BU (+) ±6kali/menit
Perkusi : Timpani, Pekak alih (-), Pekak sisi (-)
Palpasi : Supel, NT (-) epigastrium, Hepar : tidak teraba,
Lien : tidak teraba, Tes undulasi (-)

Ekstremitas

Superior Inferior
Akral dingin (-/-) (-/-)
Edema pitting (-/-) (-/-)
Sianosis (-/-) (-/-)

6
Pucat (-/-) (-/-)

Status Lokalis

Regio pedis dextra :

Look : ulkus (+), tissue loss (+), jaringan nekrotik (+) di digiti 4 dan 5,
pus( +), bleeding (-)

Feel : arteri dorsalis pedis teraba (+)

Move : ROM terbatas karena nyeri

7
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium : 22 Februari 2020

22/02/2020

Hematologi Klinik/Kimia Darah

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 12,0 11-16 g/dL

Eritrosit 3,86 3,5-5,5 /mm3

Leukosit 13.300 4-11 ribu/mm3

Hematokrit 34,0 40-50 %

MCV 88,2 80-97 nm3

MCH 31,1 26,5-33,5 pg

MCHC 35,2 31,5-35,0 g/dL

Trombosit 442.000 150-450 ribu/mm3

8
Kimia Klinik

Gula darah sewaktu 331 70-150mg/dL

Ureum 60 10-50 mg/dL

Creatinin 1,4 0,5-1,3 mg/dL

SGOT 12 <35 U/L

SGPT 128 <41 U/L

II. Resume

Pasien datang dengan keluhan nyeri dan luka di kaki kanannya


yang di alaminya ± 10 hari lalu. Luka yang dialaminya di akibatkan oleh
gesekan sandal saat sedang menguras bak mandi. Semula luka yang
dialaminya kecil seperti ada gelembung berisi cairan dan melepuh dan
semakin hari semakin membesar dan gelembung pecah. Namun oleh os hanya
diberikan obat merah saja. Pasien juga mengeluh luka tersebut menjadi
berwarna kehitaman dan menjalar ke jari sebelahnya. Pasien mengeluh nyeri
pada luka yang dialaminya tersebut seperti perasaan terbakar/panas. Selain itu
pasien juga mengeluh sering BAK di malam hari, banyak makan, banyak
minum. Pasien mengeluh kakinya kebas-kebas dan mulai tidak terasa sejak 1
hari SMRS. Pasien mengeluh tidak BAB selama 1 hari dan BAK diakui pasien
berwarna kuning jernih. Mual -, Muntah -.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan os tampak sakit sedang dengan
mobilitas pasif, terdapat luka pada kaki kanan dengan status lokalis : ulkus
(+), tissue loss (+), jaringan nekrotik (+) di digiti 4 dan 5, pus( +), kebas (+).
TD : 100/70 mmHg, N : 92x/m, RR: 20x/m, T:36,5ºC.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan GDS : 331 mg/dL, leukosit: 13.300.

9
Daftar masalah

Anamnesis :

 Luka pada kaki kanan


 Nyeri pada daerah luka
 Banyak makan, minum, dan sering BAK pada malam hari
 Kebas pada luka yang menghitam

Pemeriksaan fisik :

 TD : 100/70 mmHg
 Nadi : 92x
 mobilitas pasif
 luka pada kaki kanan dengan status lokalis : ulkus (+), tissue loss
(+), jaringan nekrotik (+) di digiti 4 dan 5, pus( +), kebas (+).

Pemeriksaan Lab

 GDS : 331 mg/dL


 Leukosit: 13.300

III. DIAGNOSIS KERJA


Gangrene Pedis Dextra + Diabetes Mellitus Tipe 2

IV. DIAGNOSIS BANDING


- Ulkus diabetikum + Diabetes Mellitus Tipe 2
- Neuropati diabetikum + Diabetes Mellitus Tipe 2

XV. PENATALAKSANAAN

Non Farmakologis

10
 Tirah baring dan kurangi aktivitas yang tidak perlu

 Kurangi asupan gula


 Diet DM 1500

Farmakologis
 IVFD NaCl 20 tpm
 Rantidine 3x1
 Ketorolac 2x1
 Metformin 3x500mg
 Glimepiride 1x2mg
 Lantus 1x 20 unit
 Klindamicin 3x300mg

V. RENCANA
- Pro amputatum digiti 4 dan 5
XIX. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad malam


Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad Sanactionam : dubia ad malam

11
LEMBAR FOLLOW UP PASIEN

Rabu, 19 Desember 2012

Keluhan Tambahan :

- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,

- Edema dorsum pedis dextra (+),

- sering buang air kecil, terutama malam hari,

- tungkai bawah seperti kesemutan

- penglihatan kabur

Vital Sign:

TD : 110/60 mmHg

Nadi : 78x/menit

RR : 20x/menit

T : 37,20C

Terapi:

Kamis, 20 Desember 2012

Keluhan Tambahan :

- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,

- Edema dorsum pedis dextra (+),

- sering buang air kecil, terutama malam hari,

12
- tungkai bawah seperti kesemutan

- penglihatan kabur

- batuk

Vital Sign:

TD : 130/70 mmHg

Nadi : 80x/menit

RR : 20x/menit

T : 36,40C

Terapi:

Jumat, 21 Desember 2012

Keluhan Tambahan :

- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,

- Edema dorsum pedis dextra (+),

- sering buang air kecil, terutama malam hari,

- tungkai bawah seperti kesemutan

- penglihatan kabur

- batuk

Vital Sign :

TD : 120/70 mmHg

Nadi : 80x/menit

RR : 20x/menit

T : 36,80C

Terapi:

13
Sabtu, 22 Desember 2012

Keluhan Tambahan :

- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,

- Edema dorsum pedis dextra (+),

- sering buang air kecil, terutama malam hari,

- tungkai bawah seperti kesemutan

- penglihatan kabur

Vital Sign:

TD : 120/70 mmHg

Nadi : 84x/menit

RR : 20x/menit

T : 370C

Terapi:

Minggu, 23 Desember 2012

Keluhan Tambahan :

- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,

- Edema dorsum pedis dextra (+),

- sering buang air kecil, terutama malam hari,

- tungkai bawah seperti kesemutan

- penglihatan kabur

Vital Sign:

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 84x/menit

14
RR : 24x/menit

T : 37,00C

Terapi:

Senin, 24 Desember 2012

Keluhan Tambahan :

- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,

- sering buang air kecil, terutama malam hari,

- tungkai bawah seperti kesemutan

- penglihatan kabur

Vital Sign:

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 84x/menit

RR : 20x/menit

T : 36,50C

Terapi:

Selasa, 25 Desember 2012

Keluhan Tambahan :

- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,

- tungkai bawah seperti kesemutan

- penglihatan kabur

Vital Sign :

TD : 130/80 mmHg

Nadi : 84x/menit

15
RR : 20x/menit

T : 37,00C

Terapi

Rabu, 26 Desember 2012

Keluhan Tambahan :

- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,

- tungkai bawah seperti kesemutan

- penglihatan kabur

Vital Sign :

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 74x/menit

RR : 20x/menit

T : 370C

Terapi

Kamis, 27 Desember 2012

Keluhan Tambahan :

- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,

- tungkai bawah seperti kesemutan

- penglihatan kabur

- badan berkeringat

Vital Sign :

TD : 120/60 mmHg

Nadi : 78x/menit

16
RR : 24x/menit

T : 37,30C

Terapi

Jumat, 28 Desember 2012

Keluhan Tambahan :

- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,

- tungkai bawah seperti kesemutan

- penglihatan kabur

- demam dan berkeringat

- BAB keras

Vital Sign :

TD : 110/60 mmHg

Nadi : 84x/menit

RR : 24x/menit

T : 38,00C

Terapi

Sabtu, 29 Desember 2012

Keluhan Tambahan :

- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,

- tungkai bawah seperti kesemutan

- penglihatan kabur

- demam dan berkeringat

Vital Sign :

17
TD : 110/60 mmHg

Nadi : 78x/menit

RR : 20x/menit

T : 37,80C

Terapi

Minggu, 30 Desember 2012

Keluhan Tambahan :

- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,

- tungkai bawah seperti kesemutan

- penglihatan kabur

- demam dan berkeringat

Vital Sign :

TD : 90/60 mmHg

Nadi : 84x/menit

RR : 20x/menit

T : 37,80C

Terapi

18
KARSINOMA HEPATOSELULER

1. PENDAHULUAN

Karsinoma hepatoseluler (hepatocellular carcinoma = HCC) merupakan

tumor ganas hati primer yang berasal dari hepatosit, demikian pula dengan

karsinoma fibrolamelar dan hepatoblastoma. Tumor ganas hati lainnya,

kolangiokarsinoma (Cholangiocarcinoma = CC) dan sistoadenokarsinoma berasal

dari sel epitel bilier, sedangkan angiosarkoma dan leiomiosarkoma berasal dari sel

mesenkim. Dari seluruh tunor ganas hati yang pernah didiagnosis, 85%

merupakan HCC, 10% CC, 5% jenis lainnya.

2. EPIDEMIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

HCC meliputi 5,6% dari seluruh kasus kanker pada manusia serta

menempati peringkat kelima pada laki-laki dan kesembilan pada perempuan

sebagai kanker tersering di dunia, dan urutan ketiga dari kanker sistem saluran

19
cernasetelah kanker kolorektal dan kanker lambung. Tingkat kematiannya sangat

tinggi, berada di urutan kedua setelah kanker pankreas. Secara geografis, di dunia

terdapat tiga kelompok wilayah tingkat kekerapan HCC, yaitu tingkat kekerapan

rendah (kurang dari tiga kasus), menengah (tiga hingga sepuluh kasus) dan tinggi

(lebih dari sepuluh kasus per 100.000 penduduk. Tingkat kekerapan tertinggi

tercatat di Asia Timur dan Tenggara serta Afrika Tengah. Sedangkan tingkat

kekerapan rendah di Eropa Utara, Amerika Tengah, Australia, dan Selandia Baru.

HCC jarang ditemukan pada usia muda, kecuali di wilayah endemik

infeksi HBV serta banyak terjadi transmisi HBV perinatal. Pada semua populasi,

kasus HCC laki-laki jauh lebih banyak (2-4 kali lipat) daripada kasus HCC

perempuan, dapat sampai 8:1. Di Indonesia HCC ditemukan tersering pada

median umur antara 50-60 tahun dengan predominasi pada laki-laki. Rasio antara

kasus laki-laki dan perempuan berkisar antara 2-6:1.Faktor resiko timbulnya HCC

ini antara lain infeksi virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV), sirosis

hati, aflatoksin, obesitas, diabetes mellitus dan alkohol.

3. PATOLOGI

Secara mikroskopis biasanya tumor berwarna putih, padat, kadang

nekrotik kehijauan atau hemoragik. Seringkali ditemukan trombus tumor di dalam

vena hepatika atau portaintrahepatik. Pembagian atas tipe morfologinya adalah

tipe ekspansif dengan batas jelas, tipe infiltrat, menyebar, menjalar, dan tipe

multifokal. Menurut WHO secara histologik HCC dapat diklasifikasikan

berdasarkan organisasi struktur sel tumor yaitu trabekular (sinusoidal),

pseudoglandular (asiner), kompak (padat), dan sirous.

20
4. PATOGENESIS MOLEKULER

Mekanisme karsinogenesis HCC belum sepenuhnya diketahui. Apapun

agen penyebabnya, transformasi maligna hepatosit, dapat terjadi melalui

peningkatan perputaran (turnover) sel hati yang diinduksi oleh cedera dan

regenerasi kronik dalam bentuk inflamasi dan kerusakan oksidatif DNA. Hal ini

dapat menimbulkan perubahan genetikseperti perubahan kromosom , aktivasi

21
onkogen seluler atau inaktivasi gen supresor tumor, yang mungkin bersama

dengan kurang baiknya penanganan DNA mismatch, aktivasi telomerase, serta

induksi faktor-faktor pertumbuhan dan angiogenik.

5. PENYEBARAN

Metastasis intrahepatik dapat melaui pembuluh darah, saluran limfe, atau

infiltrasi langsung. Metastasis ekstrahepatik dapat melibatkan vena hepatika, vena

porta, atau vena kava. Dapat terjadi metastasis pada varises esofagus dan di paru.

Metastasis sistemik seperti ke kelenjar getah bening di porta hepatis tidak jarang

terjadi dan dapat juga sampai ke mediastinum. Bila sampai di peritoneum, dapat

menimbulkan asites hemoragik, yang berarti sudah memasuki stadium terminal.

6. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis HCC sangat bervariasi, dari yang asimtomatik sampai

yang jelas tanda dan gejalanya dan disertai gagal hati. Gejala yang paling sering

dikeluhkan adalah nyeri atai perasaan tidak nyaman pada kuadran kanan atas

abdomen. Pasien sirosis hati yang makin memburuk kondisinya, disertai keluhan

nyeri di kuadran kanan atas atau teraba pembengkakan lokal di hepar perlu

dicurigai HCC. Demikian pula bila tiodak terjadi perbaikan pada asites,

perdarahan varises atau pre koma setelah diberikan terapi adekuat atau pasien

penyakit hati kronik dengan HbsAg atau anti HCV yang mengalami perburukan

kondisi secara mendadak. Juga harus diwaspadai bila ada keluhan rasa penuh di

abdomen disertai perasaan lesu, penurunan berat badan dengan atau tanpa demam.

22
Keluhan gastrointestinal lain adalah anoreksia, kembung, konstipasi atau

diare. Sesak napas dapat terjadi akibat besarnya tumor yang menekan diafragma,

atau karena sudah ada metastasis ke paru-paru. Sebagian besar penderita

HCCsudah menderita sirosis hati, baik yang masih dalam stadium kompensasi

maupun yang sudah menunjukkan tanda-tanda gagal hati seperti malaise,

anoreksia, penurunan berat badan dan ikterus.

Temuan fisik yang sering adalah hepatomegali dengan atau tanpa bruit

hepatik, splenomegali, asites, ikterus, demam dan atrofi otot. Sebagian dari pasien

yang dirujuk ke rumah sakit karena perdarahan varises varises esofagus atau

peritonitis bakterial spontan (SBP) ternyata sudah menderita HCC.

7. PEMERIKSAAN PENYARING

 Pemeriksaan laboratorium urin darah rutin, pemeriksaan fungsi hati kadar

bilirubin (total dan direct), SGOT dan SGPT, albumin dan globulin.

 Kenaikan alkali fosfatase dan γ GT pada tes faal hati

 USG abdomen.

 CT Scan abdomen.

 Penanda tumor (tumor marker) seperti Alfa-fetoprotein (AFP), des gamma

carboxy prothrombin (DCP), atau PIVKA-2.

 Petanda virus hepatitis B dan C.

 Aspirasi jarum halus atau biopsi hati jarum besar (Menghini).

 Angiografi dengan lipiodal bila gambaran USG meragukan dan nilai AFP

tidak meningkat.

8. DIAGNOSIS

23
Untuk tumor dengan diameter lebih dari 2 cm, adanya penyakit hati

kronik, hipervaskularisasi arterialdari nodul (dengan CT atau MRI) serta kadar

AFP serum ≥400 ng/mL.

Kriteria diagnostik HCC menurut Barcelona EASL Conference:

 Kriteria sito histologis

 Kriteria non invasif (khusus untuk pasien sirosis hati):

 Kriteria radiologis : koinsidensi 2 cara imaging (USG/CT

–spiral/MRI/angiografi)

- Lesi fokal > 2 cm dengan hipervaskularisasi arterial

 Kriteria kombinasi : satu caraimaging dengan kadar AFP serum:

- Lesi fokal >2 cm dengan hipervaskularisasi arterial

- Kadar AFP serum ≥ 400 ng/ml.

9. TERAPI

Pilihan terapi ditetapkan berdasarkan atas ada tidaknya sirosis, jumlah dan

ukuran tumor, serta derajat perburukan hepatik. Untuk menilai status klinis,

sistem skor Child Pugh menunjukkan estimasi yang akurat mengenai kesintasan

pasien.

Reseksi Hepatik

Pada pasien kelompok non sirosis yang biasanya mempunyai fungsi

normal pilihan utama terapi adalah reseksi hepatik. Namun untuk pasien sirosis

diperlukan kriteria seleksi karena operasi dapat memicu timbulnya gagal hati yang

menurunkan angka harapan hidup. Parameter yang digunakan untuk seleksi

adalah skor Child-Pugh dan derajat hipertensi portal atau kadar bilirubin

24
serumdan derajat hipertensi portal saja subjek dengan bilirubin normal tanpa

hipertensi portal yang bermakna, harapan hidup 5 tahunnya dapat mencapai 70%.

Kontraindikasi tindakan ini adalah adanya metastasis ekstrahepatik , HCC difus

atau multifokal, sirosis stadium lanjut dan penyakit penyerta yang dapat

mempengaruhi ketahanan pasien menjalani operasi.

Transplantasi Hati

Bagi pasien HCC dan sirosis hati, transplantasi hati memberikan

kemungkinan untuk menyingkirkan tumor dan menggantikan parenkim hati yang

mengalami disfungsi. Dilaporkan kesintasan 3 tahun mencapai 80%, bahkan

dengan obat antiviral seperti lamivudin, ribavirin, dan interferon dapat dicapai

kesintasan 5 tahun sebesar 92%. Kematian pasca transplantasi tersering

disebabkan oleh rekurensi tumor di dalam maupun di luar transplan. Rekurensi

tumor bahkan mungkin diperkuat oleh obatantirejeksi yang harus diberikan.

Tumor yang berdiameter kurang dari 3 cm lebih jarang kambuh dibandingkan

dengan tumor yang diameternya lebih dari 5 cm.

Ablasi Tumor Perkutan

Destruksi sel neoplastik dapat dicapai dengan bahan kimia (alkohol,asam

asetat) atau dengan memodifikasi suhunya (radiofrequency, microwave, laser dan

cryoablation). Injeksi etanol perkutan (PEI) merupakan teknik terpilih untuk

tumor kecil karena efikasinya tinggi, efek sampingnya rendah serta relatif murah.

Untuk tumor kecil (diameter < 5cm) pada pasien sirosis Child Pugh A, kesintasan

5 tahun dapat mencapai 50%. PEI bermanfaat untuk pasien dengan tumor kecil

namun resektabilitasnya terbatas karena adanya sirosis hati non-Child A.

25
Radiofrequency ablation (RFA) menunjukkan angka keberhasilan yang

lebih tinggi dari pada PEI dan efikasinya tertinggi untuk tumor yang lebih besar

dari 3 cm, namun tetap tidak berpengaruh terhadap harapan hidup pasien. Selain

itu, RFA lebih mahal dan efek sampingnya lebih banyak dibandingkan dengan

PEI.

Terapi Paliatif

Sebagian besar pasien HCC didiagnosis pada stadium menengah lanjut

(intermedoate-advance stage) yang tidak ada terapi standarnya. Berdasarkan meta

analisis, pada stadium ini hanya TAE/TACE (transarterial embolization/chemo

embolization) saja yang menunjukkan penurunan pertumbuhan tumor serta dapat

meningkatkan harapan hidup pasien dengan HCC yang tidak resectable. TACE

dengan frekuensi 3-4 kali setahun dianjurkan pada pasien yang fungsi hatinya

cukup baik (Child Pugh A) serta tumor multinodular asimtomatik tanpa invasi

vaskular atau penyebaran ekstrahepatik yang tidak dapat diterapi secara radikal.

Sebaliknya bagi pasien dalam keadaan gagal hari (Child Pugh B-C), serangan

iskemik akibat terapi ini dapat mengakibatkan efek samping yang berat.

Adapun beberapa jenis terapi lain untuk HCC yang resectable seperti

imunoterapi dengan interferon, antiestrogen, antiandrogen, octreotide, radiasi

internal, kemoterapi arterial atau sistemik masih memerlukan penelitian lebih

lanjut untuk mendapatkan penilaian yang meyakinkan.

Tabel Klasifikasi Child Pasien Sirosis Hati dalam Terminologi Cadangan

Fungsi Hati

Derajat Minimal Sedang Berat

26
kerusakan

Bil.serum <35 35-50 >50

(mu.mol/dl

Alb.serum (gr/dl) >35 30-35 <30

Asites Nihil mudah dikontrol Sukar

PSE/Ensefalopati Nihil Minimal berat/koma

Nutrisi Sempurna baik kurang/kurus

Grade (CHILD) Nilai Prognosis

A 5-6 10-15%

B 7-9 30%

C 10-15 >60%

10. PROGNOSIS

Sebagian besar kasus HCC berprognosis buruk karena tumor yang besar atau

ganda dan penyakit hati yang lanjut serta ketiadaan atau ketidakmampuan

penerapan terapi yang berpotensi kuratif (reseksi, transplantasi dan PEI). Stadium

tumor, kondisi umum, fungsi hati dan intervensi spesifik mempengaruhi prognosis

pasien HCC. Pada kelompok kasus aterseleksi cangkok hai menghasilkan

kesintasan lebih baik daripada reseksi hepatik maupun PEI.

27

Anda mungkin juga menyukai