LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
A. Identitas Penderita
Nama : An. MF
Umur : 15 tahun
B. Identitas Orangtua
Ayah Ibu
II. ANAMNESIS
November 2018.
1. Keluhan Utama
Demam
Tiga hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS) pasien mengalami demam.
Demam dirasakan timbul mendadak dan terus menerus. Demam terkadang disertai
menggigil. Menurut Ayah pasien demam yang dialami pasien cukup tinggi,
1
namun suhunya tidak diukur. Keluhan demam disertai dengan rasa pegal-pegal
pada otot dan sakit kepala. Ayah pasien juga mengeluhkan pasien mengalami
perdarahan dari hidung sejak 10 jam smrs, sebanyak 100cc (1/2 gelas aqua),
muntah-muntah sebanyak 3x, jumlah ± 3 sendok makan s/d ¼ gelas per kali,
berisi apa yang dimakan, muntah tidak menyemprot dan didahului dengan mual.
Pasien juga mengeluh nyeri perut sejak 10 jam smrs, nyeri dirasakan di ulu hati
dan dirasakan semakin memberat (VAS 7/10), kaki dan tangan teraba dingin sejak
3 jam sebelum masuk RS. Riwayat perdarahan gusi, saluran cerna, dan tempat
lain disangkal. Buang air kecil warna kuning pekat seperti teh, terakhir BAK 2
jam sebelum masuk RS sekitar ½ gelas aqua. Buang air besar dalam batas normal,
BAB hitam disangkal. Pasien tidak memiliki riwayat ke luar kota sebelumnya.
Riwayat batuk dan pilek disangkal. Sudah minum obat penurun panas
sebelumnya dan demam turun namun kemudian demam timbul lagi. Karena
Sakit Umum Daerah Ratu Zalecha oleh ayah pasien. Namun, ketika diperiksa di
IGD demam sudah turun dan kedua tangan serta kaki dingin.
Sekarang
2
Pada keluarga maupun tetangga sekitar rumah tidak ada yang mengalami
penyakit yang serupa seperti pada pasien. Namun, di lingkungan sekolah, terdapat
beberapa teman pasien yang menderita DBD dan sempat dirawat di rumah sakit.
Kesadaran : Komposmentis
GCS : E4 V5 M6
2. Pengukuran
Tanda vital :
Nadi : 105x/menit
Respirasi : 25x/menit
Suhu : 36,8°C
Berat badan : 42 kg
Kelembaban : Cukup
3
Produksi air mata : Cukup (+/+)
Simetris : Isokor
Kornea : Jernih
Serumen : Minimal
Sekret : Minimal
Gigi-geligi : Lengkap
4
Edem : Tidak ada
5. Leher :
6. Toraks :
a. Dinding dada/paru
Pernapasan: Thorakalis
b. Jantung
5
Inspeksi : Iktus cordis : Tidak terlihat
Bising : -
7. Abdomen :
Palpasi : Supel
6
8. Ekstremitas :
Umum : Ekstremitas atas : Akral dingin (+/+), parese (-/-), edema (-/-)
teraba lemah.
A. Pemeriksaan Penunjang
- Hb 16,6 g/dL
- Ht 49,8 %
- Leukosit 8.500 / μL
- Eritrosit 6.400 K/ μL
- Trombosit 17.000 / μL
Ht
7
V. DIAGNOSIS
Pemeriksaan darah perifer lengkap setiap 6-8 jam, monitor tanda vital setiap 15-
VII. TATALAKSANA
Medikamentosa
cc/jam atau 140 tetes/menit makro, bila tidak teratasi maka lanjutkan
IVFD RL 840 cc/jam atau 280 tetes/menit makro. Jika kondisi tetap stabil
tetes/menit makro. Jika dalam 24 jam kondisi membaik dan stabil maka
8
Non medikamentosa
kuantitasnya.
VIII. PROGNOSIS
IX. FOLLOW UP
S : Sakit perut (<<), demam (-), nafsu makan (+), BAB (+), kaki dan tangan
terasa hangat, muntah (-), BAK lancar dan banyak, manifestasi perdarahan
tidak ada
O :
9
Mata: Pupil isokor, bulat, Ø : 3 mm/3 mm, RCL/RCTL : +/+, Konjungtiva tidak
Abdomen : distensi (-), Bising usus (+) normal, Hepar teraba 3 jari BACD dan 3
epigastrium (<)
Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik, CRT < 2 detik, Petekie (<).
P :
S : Sakit perut (-), demam (-), nafsu makan (+) baik, BAB (+), kaki dan
O :
10
Kesadaran kompos mentis, GCS 15
Mata: Pupil isokor, bulat, Ø : 3 mm/3 mm, RCL/RCTL : +/+, Konjungtiva tidak
Abdomen : distensi(-), Bising usus (+) normal, Hepar teraba 2 jari BACD dan 3
jari BPx, konsistensi kenyal, permukaan rata, tepi tajam, NT (+), NT epigastrium
(-)
Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik, CRT <2 detik, Petekie (-).
P : Boleh pulang
Pasien pulang
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Sindrom syok dengue adalah derajat terberat dari DBD (demam berdarah
intravaskuler dan hipoksemia.1 Syok yang biasanya terjadi pada saat atau segera
setelah suhu turun, antara hari ke 3 sampai hari sakit ke 7 disebabkan oleh
miokard, volume sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi disfungsi sirkulasi
Pada fase awal sindrom syok dengue fungsi organ vital dipertahankan dari
pengisian kapiler (>2detik). Perbedaan suhu kulit dan suhu tubuh yang >2oC
12
Penurunan tekanan darah merupakan manifestasi lambat sindrom syok
sudah berat, sudah terjadi dekompensasi. Pasien awalnya terlihat letargi atau
gelisah kemudian jatuh ke dalam syok yang ditandai dengan kulit dingin lembab,
sianosis sekitar mulut, nadi cepat lemah, tekanan nadi ≤ 20 mmhg dan hipotensi.
stadium akhir.2,4
Efektivitas dan intregitas sistem kardiovaskular rusak, perfusi miokard dan curah
jantung menurun, sirkulasi makro dan mikro terganggu, dan terjadi iskemia
jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan ireversibel, terjadi
kerusakan sel dan organ dan pasien akan meninggal dalam 12-24jam.5,6
2.2 ETIOLOGI
dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: Den-1, Den-2, Den-3, Den-4. Infeksi salah
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi 3-4 serotipe
13
dilakukan penelitian di Jakarta dan ditemukan bahwa 69% pasien DBD terinfeksi
oleh serotipe Den-4 dengan manifestasi klinis yang lebih ringan.6 Serotipe Den-3
2.3. VEKTOR
diketahui empat serotipe virus dengue yaitu DEN-1, DEN2, DEN-3 dan DEN-4.
Nyamuk penular disebut vektor, yaitu nyamuk Aedes (Ae) dari subgenus
Stegomya. Vektor adalah hewan arthropoda yang dapat berperan sebagai penular
penyakit. Vektor DD dan DBD di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti sebagai
vektor utama dan Aedes albopictus sebagai vektor sekunder. Spesies tersebut
permukiman dengan air yang relatif jernih. Nyamuk Ae. aegypti lebih banyak
lain: bak mandi, ember, vas bunga, tempat minum burung, kaleng bekas, ban
bekas dan sejenisnya di dalam rumah meskipun juga ditemukan di luar rumah di
penampungan air alami di luar rumah, seperti axilla daun, lubang pohon, potongan
bambu dan sejenisnya terutama di wilayah pinggiran kota dan pedesaan, namun
menghisap darah manusia, disamping itu juga bersifat multiple feeding artinya
14
untuk memenuhi kebutuhan darah sampai kenyang dalam satu periode siklus
satu individu nyamuk yang infektif dalam satu periode waktu menggigit akan
waktu masa tunas 4-7 hari (intrinsic incibation period) sebelum menimbulkan
penyakit. Penularan dari manusia ke nyamuk hanya terjadi bila nyamuk menggigit
manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5
2.4. TRANSMISI
betina yang infektif. Nyamuk medapatkan virus saat menghisap darah manusia
yang terinfeksi virus dengue. Setelah masa inkubasi, nyamuk yang terinfeksi
dapat menularkan virus selama sisa hidupnya. Bahkan nyamuk betina yang
belum didefinisikan.
15
Gambar 2.1. Perjalanan Transmisi Virus Dengue
Manusia yang terinfeksi virus adalah pembawa utama dan pengganda virus,
karena sebagai sumber infeksi bagi nyamuk yang tidak terinfeksi. Virus beredar
dalam darah manusia yang terinfeksi selama dua sampai tujuh hari, sekitar waktu
yang sama mereka mengalami demam, nyamuk Aedes bisa mendapatkan virus
2.5. EPIDEMIOLOGI
Demam berdarah dengue terjadi dimana banyak tipe virus dengue secara
simultan atau berurutan ditularkan. Demam ini adalah endemik di Asia tropik,
dimana suhu panas dan praktik penyimpanan air dirumah menyebabkan populasi
16
Aedes aegypti besar dan permanen. Pada keadaan ini infeksi dengan virus dengue
dari semua semua tipe sering ada, dan infeksi kedua dengan tipe heterolog sering
terjadi. Sesudah umur 1 tahun hampir semua penderita dengan sindrom syok
Infeksi virus dengue telah ada di Indonesia sejak abad 18. Pada masa itu
infeksi virus dengue di Asia Tenggara hanya merupakan penyakit ringan yang
tidak pernah menimbulkan kematian. Tetapi sejak tahun 1952, penyakit ini
menimbulkan manifestasi klinis yang berat. Dalam kurun waktu lebih dari 35
tahun terjadi peningkatan yang pesat, baik dalam jumlah penderita maupun daerah
penyebaran penyakit. Sampai akhir tahun 2005, DBD sudah ditemukan di seluruh
luar biasa (KLB). Incidence rate meningkat dari 0,005 per 100.00 penduduk pada
tahun 1968, menjadi 43,42 per 100.000 pendududuk pada akhir tahun 2005.
17
Tampak siklus epidemik terjadi setiap sembilan-sepuluh tahunan, hal ini
kelembaban, arah udara sehingga berefek terhadap ekosistem daratan dan lautan
vektor penyakit seperti nyamuk Aedes, malaria dan lainnya. Selain itu, faktor
Gambar 2.4. Angka Insiden DBD per 100.000 Penduduk di Indonesia Tahun
1968– 2009
18
Gambar 2.5. Angka Insiden DBD per 100.000 Penduduk di Indonesia Tahun
2009
Pada tahun 2009 tampak provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi dengan
AI DBD tertinggi (313 kasus per 100.000 penduduk), sedangkan Nusa Tenggara
penduduk). Terdapat 11 (33%) provinsi termasuk dalam daerah risiko tinggi (AI >
provinsi dengan AI tertinggi dapat dilihat pada Gambar 2.4 dan Gambar 2.5.
Provinsi DKI dan Kalimantan Timur selalu berada dalam 5 provinsi AI tertinggi
dengan DKI Jakarta selalu menduduki angka insidens yang paling tinggi setiap
penduduk yang tinggi dan sarana transportasi yang lebih baik dibanding daerah
lain, sehingga penyebaran virus menjadi lebih mudah dan lebih luas. Berbeda
dengan Kaltim yang penduduknya tidak terlalu padat, menurut SUPAS 2005
19
sepanjang tahun dan adanya lingkungan biologi yang menyebabkan nyamuk lebih
antara lain status imunitas penjamu, kepadatan vektor nyamuk transmisi virus
dengue, keganasan (virulensi) virus dengue, dan kondisi geografis setempat. Pola
berjangkit virus dengue dipengaruhi iklim dan kelembaban udara. Pada suhu
panas (28-32oC) dengan kelembaban tinggi, nyamuk aedes aegypti akan tetap
bertahan hidup untuk jangka waktu yang lama. Secara keseluruhan tidak terdapat
perbedaan antara jenis kelamin, tetapi kematian ditemukan lebih banyak terjadi
terhadap demam berdarah dengue tidak begitu jelas, namun secara garis besar
ditemukan 103 kasus DBD sepanjang bulan Februari 2018. Di Pulau Kalimantan,
Kalimantan Tengah. Pada tahun 2016, terdapat 4.085 pasien kasus DBD se-
20
Kalsel, 29 orang di antaranya meninggal dunia dengan rincian Kabupaten Banjar
dan Kabupaten Tanah Laut masing-masing tercatat terdapat lima orang tewas,
Kabupaten Tabalong ada empat orang meninggal, dan Kabupaten Tanah Bumbu,
Barito Kuala, Balangan, Hulu Sungai Selatan, dan Hulu Sungai Tengah masing-
masing satu orang meninggal dunia. Mayoritas korban tewas akibat DBD berusia
2-12 tahun. Tahun 2017 tercatat terdapat 547 pasien kasus DBD se-Kalsel, dua di
antaranya meninggal dunia yang berasal dari Kabupaten Tanah Laut dan
Kandangan (Kabupaten HSS). Tahun 2018 baru tercatat 103 pasien hingga bulan
2.6. PATOGENESIS
memberi kesan bahwa biasanya disertai dengan infeksi dengue tipe 2,3, dan 4
sekunder. Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
dan infeksi pertama kali mungkin memberi gejala sebagai demam dengue. Reaksi
tubuh memberikan reaksi yang berbeda ketika seseorang mendapat infeksi yang
berulang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk. Hal ini merupakan
dasar teori yang disebut the secondary heterologous infection atau the sequential
infection hypothesis. Infeksi virus yang berulang ini akan menyebabkan suatu
21
Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain
yang kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel leukosit terutama
makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasi oleh
proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel
Sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan pada
tiap pasien, respons antibodi anamnestik yang akan terjadi dalam waktu beberapa
titer tinggi antibodi IgG anti dengue. Replikasi virus dengue terjadi juga dalam
akan mengaktifkan sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3
pasien yang syok berat volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30%
dan berlangsung selama 24-48 jam. Perembesan plasma ini terbukti dengan
22
pada rongga serosa (efusi pleura dan ascites). Syok yang tidak ditangani secara
trombosit melekat satu sama lain. Hal ini membuat trombosit dihancurkan oleh
walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfungsi baik. Disisi lain,
Dampak metabolik lain yang terjadi pada infeksi virus dengue ialah
23
Dampak sampingnya ialah peningkatan produksi Reactive Oxygen Species (ROS).
polos kapiler, miokard dan berpengaruh pada sistem konduksi jantung terutama
pada sindrom syok dengue. Dapat dipahami bahwa syok pada infeksi DBD dapat
kelumpuhan miokard.9
a. Volume plasma10
bahwa plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari permulaan masa
demam dan mencapai puncaknya pada masa syok. Pada kasus berat, syok terjadi
kasus syok menimbulkan bahwa syok terjadi akibat kebocoran plasma ke daerah
b. Trombositopenia
Nilai trombosit mulai menurun pada masa demam dan mencapai nilai
terendah pada masa syok. Jumlah trombosit secara cepat meningkat pada masa
konvalesens dan nilai normal biasanya tercapai 7-10 hari sejak permulaan sakit.
dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit diduga akibat
24
meningkatnya destruksi trombosit. Dugaan mekanisme lain trombositopenia ialah
diketahui, namun beberapa faktor dapat menjadi penyebab yaitu virus dengue,
komponen aktif sistem komplemen, kerusakan sel endotel dan aktivasi sistem
menurun, termasuk faktor II, V, VII, VIII, X, dan fibrinogen. Pada kasus DBD
dengue stadium akut telah terjadi proses koagulasi dan fibrinolisis. Koagulasi
25
intravaskular diseminata juga secara potensial dapat terjadi pada demam berdarah
dengue tanpa syok. Pada masa dini demam berdarah dengue, peran koagulasi
tetapi apabila penyakit memburuk sehingga terjadi syok dan asidosis maka syok
bahan-bahan mediator yaitu zat-zat yang dapat memacu secara terus menerus
akan terpakai hingga terjadi juga defisiensi faktor-faktor tersebut dan dapat
menimbulkan perdarahan.
terjadi juga konsumsi dan defisisiensi faktor-faktor dalam sub sistem ini
26
2. Subsistem fibrinolisis juga dipacu untuk melisiskan trombus yang telah terjadi
plastin (faktor VIII, fibrinogen dan lain-lain) yang dapat menyebabkan perdarahan
disertai juga dengan defisiensi AT III, protein C dan S dan plasminogen yang
sama.
d. Sistem komplemen10
memperlihatkan penurunan kadar C3, C3 proaktivator, C4, dan C5, baik pada
kasus yang disertai syok maupun tidak. Hasil penelitian radioisotop mendukung
sistem komplemen. Aktivasi ini menghasilkan anafilatoksin C3a dan C5a yang
dalam 24 jam, adanya kompleks imun yang bersirkulasi, dan adanya korelasi
27
Komplek virus - antibody
XII XIIa
plasmin Peningkatan
Permeabilitas
Fibrin FDP
Perdarahan Syok
28
Suplai darah pusing
otak menurun
Penurunan volume
& tekanan darah Osmolalitas
plasma darah haus
meningkat
Saraf
Hormonal: Hormonal:
ADH ADH
2.
Angiotensin II Angiotensin II
3.
Aldosteron
EPO Stimulasi SSP
4. baroreseptor
5. &
kemoreseptor
Urin
pekat, Perangsanga
oliguria n sistem
kardiovaskule
r RR meningkat
Kenaikan Denyut
Aktivasi saraf
volume darah jantung
simpatis
6. meningkat
Nadi lemah
Bibir kering
Hormonal:
Adrenalin &
noradrenalin
Vasokonstrik
si perifer, Pucat
peningkatan Ekstremitas
aliran balik terasa dingin
vena Pengisian kapiler
memanjang
Peningkatan volume
& tekanan darah
29
Kompensasi
hipovolemik
gagal
Penurunan sangat
besar pada volume
Peningkata
darah
n
permeabilit
as kapiler
Curah jantung Kerusakan
menurun Jantung
miokardiu
m
Penurunan
aliran balik Aliran darah ke
vena jantung
menurun
Tekanan arteri
menurun
Penggumpalan
darah pada Aktivasi simpatis &
pembuluh darah respon iskemik
sentral
Kerusakan Tekanan
Otak
SSP arteri
ireversibel menurun
Aliran darah
Disorientasi ke SSP
penurunan menurun
kesadaran
Gambar 2.8. Respons Tubuh Terhadap Kehilangan Darah Lebih Dari 30%
30
Keadaan syok akan melalui tiga tahapan mulai dari tahap kompensasi
(masih dapat ditangani oleh tubuh), dekompensasi (sudah tidak dapat ditangani
Fase1 : kompensasi
Pada fase ini fungsi-fungsi organ vital masih dapat dipertahankan melalui
dari organ perifer non vital ke organ vital seperti jantung, paru dan otak. Tekanan
darah sistolik tetap normal sedangkan tekanan darah diastolik meningkat akibat
untuk menahan natrium dan air dalam sirkulasi. Manifestasi klinis yang tampak
berupa takikardia, gaduh gelisah, kulit pucat dan dingin dengan pengisian kapiler
Fase II : Dekompensasi.
jantung yang adekuat dan sistem sirkulasi menjadi tidak efisien lagi. Jaringan
dengan perfusi yang buruk tidak lagi mendapat oksigen yang cukup, sehingga
31
dengan asidosis. Asidosis akan bertambah berat dengan terbentuknya asam
terganggu, fungsi lisosom dan mitokondria akan memburuk yang dapat berakhir
dengan kerusakan sel. Lambatnya aliran darah dan kerusakan reaksi rantai kinin
serotonin, sitokin (terutama tumor necrosis factor dan interleukin 1), xanthin,
oxydase yang dapat membentuk oksigen radikal serta PAF (platelets agregatin
factor). Pelepasan mediator oleh makrofag merupakan adaptasi normal pada awal
keadaan stress atau injury, pada keadan syok yang berlanjut justru dapat
darah mulai turun, perfusi perifer memburuk (kulit dingin dan mottled, capillary
refill bertambah lama), oliguria dan asidosis (laju nafas bertambah cepat dan
32
Fase III : Irreversible
organ lainnya. Cadangan fosfat berenergi tinggi (ATP) akan habis terutama di
jantung dan hepar, sintesis ATP yang baru hanya 2%/jam dengan demikian tubuh
akan kehabisan energi. Akibat dari hipoksia dan berkurangnya nutrisi kejaringan
maka metabolisme menjadi metabolisme anaerobik yang tidak efektif dan hanya
dengan oksigen dan nutrisi yang cukup dengan pemecahan 1 molukel glukosa
akan menghasilkan 36 ATP. Akibat dari metabolisme anaerobik ini akan terjadi
penumpukan asam laktat dan pada akhirnya metabolisme tidak akan mampu lagi
kerusakan pompa ionic dinding sel, natrium masuk ke dalam sel dan kalium
keluar sel sehingga terjadi akumulasi kalsium dalam sitosol, terjadi edema dan
kematian sel. Pada akhirnya terjadi banyak kerusakan sel organ-organ tubuh atau
terjadi kegagalan organ multiple dan renjatan yang ireversibel. Kematian akan
berupa tekanan darah tidak terukur, nadi tak teraba, penurunan kesadaran semakin
secara umum bila terjadi penurunan tekanan darah maka tubuh akan mengadakan
respons untuk mempertahankan sirkulasi dan perfusi yang adekuat pada organ-
33
volume darah yang beredar, tonus pembuluh darah dan sistem pompa jantung.
Gangguan dari salah satu fungsi tersebut dapat menyebabkan terjadinya syok. Bila
melalui:
- Baroreseptor
pembuluh darah. Bila terjadi penurunan tekanan darah maka rangsangan terhadap
Akibat dari kedua hal tersebut maka akan terjadi vasokonstriksi dan
takikardia. Baroreseptor ini terdapat di sinus karotikus, arkus aorta, atrium kiri
dan kanan, ventrikel kiri dan dalam sirkulasi paru. Baroreseptor sinus karotikus
darah.
- Kemoreseptor
34
Bila aliran darah ke otak menurun sampai <40mmHg maka akan terjadi
sympathetic discharge massif. Respons dari reseptor di otak ini lebih kuat dari
- Reseptor humoral
hormon stress seperti epinefrin, glucagon, dan kortisol yang merupakan hormon
yang mempunyai efek kontra dengan insulin. Akibat dari pengeluaran dari
isi sekuncup dan curah jantung. Sekresi ADH aleh hipofisis posterior juga
Bila terjadi hipoperfusi ginjal maka akan terjadi pengeluaran renin oleh
mempunyai sifat:
- Vasokonstriksi kuat
35
Volume sirkulasi↓
Preload ↓
Volume sekuncup ↓
Output simpatetik
meningkatkat,output
parasimpatetik menurun
Ginjal
Angiotensi, vasopressin, aldosteron
malaise, mual, muntah, nyeri kepala, anoreksia. Pada fase kedua, biasanya
terdapat ekstremitas dingin, lembab, badan panas, muka merah, keringat banyak,
gelisah, iritabel, nyeri mid epigastrium. Seringkali ptekie tersebar pada dahi dan
tungkai. Pernafasan cepat dan sering berat. Nadi lemah, cepat, kecil dan suara
jantung halus. Hati mungkin membesar dibawah tepi kosta dan biasanya keras
36
dan agak nyeri. Kurang dari 10% penderita menderita ekimosis atau perdarahan
saluran cerna yang nyata, biasanya paska masa syok yang tidak terkoreksi.
1. Fase demam
Demam tinggi mendadak, terus menerus, berlangsung 2-7 hari, naik turun
tidak berpengaruh dengan antipirektik. Suhu tubuh bisa mencapai 40 oC dan dapat
terjadi kejang demam. Kadang terdapat muka yang merah, eritema, myalgia,
arthralgia, dan sakit kepala. Pada beberapa pasien pun bisa ada gejala nyeri
tenggorok, infeksi pada konjungtiva. Anoreksia, mual, dan muntah sering juga
dikeluhkan. Sulit membedakan demam karena infeksi dengue dengan demam non
dengue pada fase awal seperti ini, tetapi dengan positifnya uji torniket
37
2. Fase kritis
Akhir fase demam merupakan fase kritis, anak terlihat seakan sehat, hati-
hati karena fase tersebut dapat sebagai awal kejadian syok. Hari ke 3-7 adalah fase
kritis. Dimana kebocoran plasma bisa terjadi kurang dari 24-48 jam. Progresif
plasma. Pada fase ini, pasien yang tidak mengalami kebocoran plasma akan
karena kehilangan volume plasma. Asites dan efusi pleura bisa terdeteksi
3. Fase resolusi
Bila dalam waktu 24-48 jam pasien berhasil melewati fase kritis, keadaan
umum dan nafsu makan membaik, status hemodinamik stabil. Semua nilai lab
Tanda-tanda perdarahan
perdarahan yang paling sering ditemukan. Ptekie muncul pada hari pertama tetapi
dapat juga pada hari ke 3,4,5 demam. Perdarahan lain seperti epistaksis,
Hepatomegali
Nyeri sendi
38
Pada demam berdarah dengue terdapat gejala pada nyeri pada tulang
disebabkan replikasi virus dan dekstruksi seluler pada sumsum tulang.14 Pada
umum pasien tiba-tiba memburuk. Hal ini terjadi pada saat atau setelah demam
Syok
terjadinya hipovolemi dan syok. Hal ini terjadi dimana suhu tubuh mulai menurun
hingga normal, yaitu rata-rata pada hari ke 3-7. Pada tahap awal syok, mekanisme
Demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan
tekanan darah, akral dingin, disertai kongesti kulit. Perubahan ini menandakan
gejala gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari perembesan plasma yang dapat
bersifat ringan atau sementara. Terdapat tanda kegagalan sirkulasi: kulit teraba
dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis disekitar mulut,
pasien menjadi gelisah, nadi cepat dan lemah dan kecil sampai tidak teraba. Sesaat
sebelum syok seringkali pasien mengeluh nyeri perut. Syok ditandai dengan :
Anak yang semula rewel, cengeng dan gelisah lambat laun kesadarannya
menurun menjadi apatis, sopor, dan koma. Hal ini disebabkan kegagalan
sirkulasi serebral
39
Perubahan nadi, baik frekuensi maupun amplitudonya. Nadi menjadi cepat
dan lembut sampai tidak dapat diraba oleh karena kolap sirkulasi.
kurang
Kulit pucat, dingin, dan lembab terutama pada ujung jari kaki, tangan dan
hidung sedangkan kuku menjadi biru. Hal ini disebabkan oleh sirkulasi
refleks.
arteri renalis
Syok dapat terjadi dalam waktu yang singkat, pasien dapat meninggal dalam
waktu 12-24 jam atau sembuh cepat setelah mendapat pergantian cairan yang
memadai. Pasien seringkali mengeluh nyeri di daerah perut saat sebelum syok
timbul. Nyeri abdomen seringkali menonjol pada anak besar yang menderita
sindrom syok dengue. Gejala ini patut diwaspadai oleh karena kemungkinan besar
40
Capillary refill Normal/meningkat Meningkat > 5 Meningkat ++
3-5 detik detik
WHO mempunyai kriteria diagnosis DBD yang semuanya harus terpenuhi, yaitu:
3. Trombositopenia (≤ 100.000/ul)
Grade I
Uji torniket +
Grade II
Grade III
Grade IV
Syok mendalam
41
Hipotensi, tekanan darah tidak terdeteksi
Laboratorium
a. Leukosit
Normal, biasanya menurun dengan dominasi sel neutrofil. Akhir fase demam
meningkat. Peningkatan jumlah limfosit atipikal atau limfosit plasma biru (LPB
b. Trombosit
Jumlah trombosit ≤ 100.000/ul atau kurang dari 1-2/lpb biasanya terjadi pada hari
ke 3-7.
c. Hematokrit
42
Gambaran hemokonsentrasi merupakan indikator yang peka akan terjadinya
e. Hipoproteinemia
f. Hiponatremia
h. Asidosis metabolik berat dan peningkatan kadar urea nitrogen terdapat pada
Radiologi
Pada foto thoraks DBD grade III / IV dan sebagian grade II didapatkan efusi
pleura, biasanya sebelah kanan. Posisi foto adalah lateral dekubitus kanan. Ascites
Serologis
Uji serologis yang dianjurkan dan sering dipakai dan dipergunakan sebagai
43
yang perlu diperhatikan pada uji HI ini : (a) Uji HI sensitif tetapi tidak spesifik,
artinya tidak dapat menunjukkan tipe virus apa yang menginfeksi, (b) antibodi HI
bertahan sangat lama dalam tubuh (sampai >48 tahun), sehingga sering dipakai
konvalesens 4x lipat dari titer serum akut atau titer tinggi (> 1280) baik pada
serum akut atau konvalesens dianggap sebagai positif infeksi dengue yang baru
Uji komplemen fiksasi jarang digunakan sebagai uji diagnostik rutin, oleh
Uji yang paling sensitif dan spesifik untuk virus dengue. Uji neutralisasi
memakai cara yang disebut Plague reduction Neutralization Test (PRNT) yang
berdasarkan adanya reduksi dari plak yang terjadi. Antibodi neutralisasi dideteksi
hampir bersamaan dengan HI antibodi dan bertahan lama (>4-8 tahun). Tetapi uji
neutralisasi juga rumit dan memerlukan waktu yang cukup lama sehingga tidak
Setelah satu minggu terinfeksi virus dengue, terjadi viremia yang diikuti
oleh pembentukan IgM antidengue. IgM hanya berada dalam waktu yang relatif
singkat dan akan disusul dengan pembentukan igG. Pada kira-kira hari ke 5
44
terbentuklah antibodi yang bersifat menetralisasi virus. Imunoserologi berupa IgM
(merupakan penanda infeksi saat ini) dan IgG (merupakan penanda infeksi masa
lalu). IgM akan terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3 dan
menghilang setelah 60-90 hari setelahnya. Sedangkan IgG terdeteksi pada hari ke-
Tes yang dapat mendiagnosis DBD dalam waktu demam 8 hari pertama
yaitu antigen virus dengue yang disebut dengan antigen NS1. Keuntungan
mendeteksi antigen NS1 yaitu untuk mengetahui adanya infeksi dengue pada
penderita tersebut pada fase awal demam, tanpa perlu menunggu terbentuknya
virus dengue pada fase akut, dimana pada berbagai penelitian menunjukkan
pemeriksaan PCR maupun antibodi IgM dan IgG antidengue. Spesifisitas antigen
NS1 100% sama tingginya seperti pada gold standard kultur virus maupun PCR.
pada partikel virus yang terinfeksi namun terakumulasi di dalam supernatan dan
45
membran plasma sel selama proses infeksi. NS1 merupakan gen esensial di dalam
sel yang terinfeksi dimana fungsinya sebagai ko-faktor untuk replikasi virus,
recognition dari permukaan sel NS1 pada sel endotel dihipotesiskan berperan
dalam mekanisme kebocoran plasma yang terjadi selama infeksi virus dengue
yang berat. Sampai saat ini, bagaimana NS1 berhubungan dengan membran
plasma, yang tidak berisi motif sekuens membrane-spanning masih belum jelas.
NS1 terikat secara langsung pada permukaan berbagai tipe sel epitelial dan
sel mesensimal, juga menempel secara kurang lekat terhadap berbagai sel darah
tepi. NS1-Ag tes adalah tes untuk deteksi protein non struktur NS-1 Ag yang ada
mendeteksi virus lebih awal, mulai dari hari ke-1 demam sampai demam hari ke-9
DEN-4 : 93,35%.
2.10. DIAGNOSIS
Definisi kasus untuk sindrom syok dengue ialah harus memenuhi kriteria
demam berdarah dengue ditambah bukti gagal sirkulasi. Kriteria demam berdarah
dengue yaitu:
Gejala klinis
46
- Perdarahan dari mukosa, saluran gastrointestinal, tempat injeksi atau lokasi
lain
Hepatomegali
Syok
Laboratorium
Isolasi virus di serum dan deteksi imunoglobulin (IgM dan IgG) dengan
hemaglutinasi
nitrogen
2.11 PENATALAKSAAN
setiap menit menentukan prognosis pada pasien. Pemberian cairan yang adekuat
47
Pemberian cairan adekuat yang terlambat dapat menyebabkan multisistem
yang berguna untuk memperbaiki kekurangan volume plasma. Pasien anak akan
cepat mengalami syok dan sembuh kembali bila diobati segera dalam 48 jam.2
Indikasi perawatan:
Takikardi
Oliguria
Hipotensi
perpindahan plasma.9
Hipoksemia harus dicegah dan dikoreksi. Lalu buatlah akses vena dan ambil
contoh darah untuk analisa gas darah, kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah
trombosit, golongan darah, dan crossmatch, ureum, kreatinin, elektrolit Na, K, Cl,
48
Ca, Mg, dan asam laktat. Lalu pasang kateter urin dan lakukan penampungan urin,
urinalisis dan pengukuran berat jenis urin. Jumlah diuresis dihitung setiap jam
Cairan kristaloid dengan atau tanpa Tekanan osmotik tinggi, sebagian besar
dekstrosa akan tetap tinggal di ruang
intravaskuler
Larutan RL atau dekstrosa 5%
dalam larutan RL. Larutan RA atau
dekstrosa 5% dalam larutan RA.
Larutan NaCl 0,9% atau dekstrosa
5% dalam larutan garam faali
49
Cairan koloid yang dapat dipakai adalah :
1. DEKSTRAN
hiperonkotik, maka cairan ini akan menambah volume plasma karena menarik
3,5-4,5 jam dan 6-8 jam. Efek samping meggangu mekanisme pembekuaan darah
2. Gelatin
Haemasel dan gelofusin merupakan larutan gelatin yang mempunyai sifat isotonik
dan isoonkotik.efeknya menetap sekitar 2-3 jam dan tidak menggangu pembekuan
darah.
50
Diagram5
51
Stabil dalam 24 jam/Ht <40
Tetesan 5 ml/kgBB/jam
Syok teratasi
Tetesan 3 ml/kgBB/jam Ht turun
Ht tetap tinggi/naik
Pertimbangkan
pemakaian inotropik Syok belum teratasi
dan koloid HES BM
100.000-300.000 D
ml/kgBB/jam, habis dalam 1 jam. Lalu periksa tanda vital, cappilary refill
Turunkan 5-7 ml/kgBB/jam dalam waktu 1-2 jam. Lalu 3-5 ml/kgBB/jam
dalam waktu 2-4 jam. 2-3 ml/kgBB/jam dalam waktu 2-4 jam. Jika keadaan
- Bila keadaan pasien tidak membaik, dimana tanda vital tetap tidak stabil,
meningkat atau tetap tinggi (≥50%), berikan bolus kristaloid kedua dengan
dosis 10-20 ml/kgBB/jam dalam 1 jam. Bila setelah pemberian cairan kedua ini
dalam 1-2 jam, dan terus kurangi dosis seperti yang telah dijelaskan di atas.
52
Bila nilai hematokrit menurun dari nilai hematokrit awal (< 40% pada anak dan
wanita dewasa, < 45% pada pria dewasa), ini menunjukan adanya perdarahan,
- Beri cairan isotonik ataupun kristaloid (bila tersedia) secara intravena dengan
53
dan kurangi dosis secara perlahan, 5-7 ml/kgBB/jam dalam 1-2 jam. Lalu 2-5
ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam. Dan 2-3 ml/kgBB/jam atau kurang, yang dapat
- Bila tanda vital masih tidak stabil, periksa nilai hematokrit sebelum pemberian
cairan pertama. Jika nilai hematokrit rendah (< 40% pada anak dan dewasa
muda, <45% pada pria dewasa), ini menunjukan adanya perdarahan, lakukan
- Bila nilai hematokrit lebih tinggi dari nilai hematokrit awal, maka danti cairan
dengan berikan cairan koloid 10-20 ml/kgBB dalam waktu 30 menit sampai 1
jam. Bila keadaan pasien membaik, turunkan dosis 7-10 ml/kgBB/jam dalam 1-
2 jam, lalu ganti cairan dengan cairan kristaloid dan turunkan dosis seperti
yang telah disebutkan diatas. Jika masih belum stabil, periksa kembali
hematokrit.
- Bila nilai hematokrit turun dari nilai sebelumnya (< 40% pada anak dan dewasa
muda, <45% pada pria dewasa), ini menunjukan adanya perdarahan, lakukan
cross match, dan memerlukan transfusi darah secepatnya. Bila nilai hematokrit
meningkat dari nilai sebelumnya atau tetap tinggi (> 50%), lanjutkan
pemberian koloid 10-20 ml/kgBB sebagai bolus ketiga dalam waktu 1 jam.
Lalu ganti cairan dengan cairan kristaloid dan turunkan dosis seperti yang telah
Pasien dengan sindrom syok dengue harus dimonitor rutin hingga tanda-
tanda bahaya berkurang atau menghilang. Saat pemberian cairan, tanda vital dan
54
perfusi perifer harus dimonitor setiap 15-30 menit sampai pasien terlepas dari
keadaan syok, lalu monitor setiap 1-2 jam. Secara umum, semakin tinggi tingkat
cairan infus, pasien lebih sering harus dipantau dan ditinjau untuk menghindari
menghitung produksi urin. Hematokrit harus dipantau sebelum dan sesudah bolus
cairan samapi keadaan pasien stabil, lalu setelah itu setiap 4-6 jam. Terkadang
(setiap 30 menit sampai 1 jam hingga pasien stabil, lalu diperiksa kembali sesuai
sesuai indikasi), dan pemeriksaan fungsi organ lainnya ( ginjal, hepar, koagulasi,
dll).
55
Gambar 2.13. Algoritma Terapi Cairan Pada Syok Tidak Terkompensasi
56
- Setelah pemberian cairan kristaloid dan koloid, syok menetap, hematokrit
- Apabila kadar hematokrit tetap >40vol%, maka berikan darah dalam volume
kecil.
- Plasma segar beku dan suspensi trombosit berguna untuk koreksi gangguan
Diseminata harus selalu disertai plasma segar (berisi faktor koagulasi yang
syok, terapi cermat harus diberikan segera. Pasien kemudian harus dibawah
observasi konstan dan cermat sampai ada ketentuan bahwa bahaya telah lewat.
tanda ensefalopati
jam.
57
juga harus dicatat, dan kateter urin mungkin diperlukan pada kasus
Pada demam berdarah dengan syok dilakukan cross match darah untuk
Pasien demam berdarah dengue perlu dirujuk ke ICU Anak atas indikasi:
- Hematokrit stabil
- Trombosit >50.000/mm3
2.11. KOMPLIKASI5
1) Overload cairan
Kelebihan cairan dengan efusi pleura yang luas dan ascites merupakan
58
- Pemberian cairan intravena yang berlebihan dan atau yang terlalu cepat
- Pemberian dosis cairan intravena yang kurang tepat pada pasien dengan
- Pemberian yang tidak tepat pada transfusi fresh frozen plasma, trombosit
2) Keadaan komorbid
selama masa penyembuhan cairan pada pleura dan rongga peritoneum akan
kembali ke intravaskuler.
yang cukup rendah harus istirahat di tempat tidur dan hindari dari trauma untuk
perdarahan yang masif. Tetapi pada pemberian transfusi darah pun harus di
monitor sebaik mungkin untuk menghindari kelebihan cairan pada pasien. Jangan
darah. Berikan 5-10 ml/kgBB PRC atau 10-20 ml/kgBB whole blood.
59
4) Hiperglikemia dan hipoglikemia
6) Asidosis metabolik
Disfungsi hepar, biasanya bisa akibat dari virus dengue hepatitis atau syok
7) DIC
Secara klinis, DIC sering kali menyertai proses penyakit sistemik yang
berat, tanda-tanda perdarahan sering terjadi pada bekas tusukan jarum yang
ditemukan tanda petekie dan ekimosis. Nekrosis jaringan dapat terjadi pada
banyak organ dan terlihat tanda infark yang luas di kulit, di jaringan subkutan atau
ginjal.
Ensefalopati adalah komplikasi yang jarang dari infeksi virus dengue dan
toksik.
yang berkepanjangan disertai perdarahan, namun dapat juga terjadi pada DBD
atau perdarahan dapat menjadi penyebab terjadinya ensefalopati. Hal ini mungkin
pula disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah otak sementara sebagai akibat
60
Pada ensefalopati dengue, kesadaran menurun menjadi apatis atau somnolen
dan dapat disertai atau tanpa disertai kejang. Pada DSS, keadaan syok harus
akut)
Kelainan ginjal akut umumnya terjadi pada fase terminal akibat kondisi
syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom hemolitik
uremikum yang jarang terjadi. Pada keadaan syok berat dapat ditemukan nekrosis
Pemberian cairan yang tidak dikurangi pada masa terjadinya reabsorpsi cairan
pada sekitar hari sakit ke 7 dapat menimbukan keadaan ini. Ditandai dengan sesak
napas, kelopak mata sembab, dan ditunjang dengan gambaran oedem paru pada
2.12. PROGNOSIS
61
Demam berdarah dengue mempunyai kemungkinan 5% menyebabkan
62
BAB III
PEMBAHASAN
diagnosis DBD pada pasien ini berdasarkan adanya lebih dari dua kriteria, yang
memenuhi kriteria klinis dari WHO yakni demam tinggi mendadak tanpa sebab
yang jelas dan berlangsung terus menerus selama 2-7 hari, pembesaran hati,
sirkulasi), yaitu keadaan umum yang buruk, gelisah, dengan tekanan darah 90/60
mmHg, nadi yang cepat (105x/menit) dan tidak kuat angkat, frekuensi nafas 20
x/menit, akral dingin dan perfusi jelek. Dari pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan darah rutin didapatkan hasil leukosit yang berada dalam batas
22/11/2018). Hal ini merupakan salah satu dari kriteria laboratorium DBD.
kebocoran plasma. Hal ini memperkuat diagnosis demam berdarah dengue. Selain
itu pada pasien ini juga didapatkan tanda-tanda kegagalan sirkulasi seperti nadi
yang lemah, perfusi perifer yang menurun dan akral yang dingin dan lembab. Hal
63
Hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa pada sindrom syok
dengue, setelah demam berlangsung selama beberapa hari keadaan umum pasien
dapat tiba-tiba memburuk, yang biasanya terjadi pada saat atau setelah demam
menurun, yakni antara hari sakit ke 3-7. Pada sebagian besar kasus ditemukan
tanda-tanda kegagalan sirkulasi, kulit teraba lembab dan dingin, serta nadi
menjadi cepat dan halus. Pasien seringkali akan mengeluh nyeri di daerah perut
khusus untuk DBD. Patofisiologi yang menunjukkan derajat keparahan DBD dan
hipoproteinemia.
plasma dapat mengakibatkan syok, anoksia, dan kematian. Deteksi dini terhadap
adanya perembesan plasma dan penggantian cairan yang adekuat akan mencegah
terjadinya syok, Perembesan plasma biasanya terjadi pada saat peralihan dari fase
demam (fase febris) ke fase penurunan suhu (fase afebris) yang biasanya terjadi
pada hari ketiga sampai kelima. Oleh karena itu pada periode kritis tersebut
64
perdarahan dapat diwaspadai dengan pengawasan klinis dan pemantauan kadar
hematokrit dan jumlah trombosit. Pemilihan jenis cairan dan jumlah yang akan
Terapi yang diberikan pada pasien ini meliputi terapi suportif dan
kanul 2 liter permenit. Pemberian oksigen harus selalu dilakukan pada semua
pasien syok. Saturasi oksigen pada pasien harus dipertahankan >92%, oleh karena
saturasi oksigen dalam darah. Selain itu juga dilakukan pemasangan infus cairan
intravena berupa ringer laktat (RL) 840 mL dalam 30 menit pertama .Ringer laktat
adalah salah satu larutan kristaloid yang direkomendasikan WHO pada terapi
DBD. Pengobatan awal cairan intravena pada keadaan syok adalah dengan larutan
kristaloid 20 ml/kg berat badan dalam 30 menit. Pada pasien ini berat badannya
dalam 30 menit dengan tetesan infus sebesar 560 tetes per menit makro {(840/30)
x 20}. Apabila syok belum teratasi dan atau keadaan klinis memburuk setelah 30
menit pemberian cairan awal, cairan diganti dengan koloid (dekstran 40 atau
setelah terjadi perbaikan, segera cairan ditukar kembali dengan kristaloid dengan
cairan awal sehingga jumlah cairan yang diberikan dikurangi menjadi 420 ml
dalam 1 jam (10 ml/kgBB/jam). Jika kondisi tetap stabil dan membaik maka
cairan diturunkan menjadi 210 ml/jam (5 ml/kgBB/jam) atau Jika dalam 24 jam
65
kondisi membaik dan stabil maka cairan diturunkan lagi menjadi 126 ml/jam (3
ml/kgBB/jam) atau 42 tpm makro dan dalam 48 jam setelah syok teratasi
pemberian terapi cairan dapat dihentikan. Pada pasien ini juga dilakukan infus 2
lebih cepat pada saat suhu turun), maka volume cairan pengganti harus
disesuaikan dengan kecepatan dan kehilangan plasma, yang dapat diketahui dari
ekstravaskular kembali ke dalam intravaskuler. Apabila pada saat itu cairan tidak
mengatasi demam dengan dosis sebanyak 3x1 gram intravena dan paracetamol
3x500 mg (jika suhu tubuh >38,0oC). Karena pasien ini mengeluhkan adanya
nyeri perut terutama di ulu hati maka juga diberikan pantoprazole dengan dosis 40
mg untuk sekali pemberian yang diberikan 2 kali sehari dan sirup sukralfat 3x1 C.
yang mungkin terjadi akibat manipulasi yang dilakukan terhadap pasien seperti
pemasangan jalur infus untuk pemberian cairan dan pengambilan sampel darah
yang secara rutin dilakukan. Kesemuanya itu mempunyai resiko untuk terjadinya
infeksi pada pasien ini. Pasien juga diberikan kapsul psidii yang dapat membantu
dalam menaikkan nilai trombosit. Selain medikamentosa tidak lupa juga diberikan
66
terapi non medikamentosa, yaitu minum air yang banyak, mengedukasi keluarga
agar pasien memakai repellan untuk mencegah gigitan nyamuk, khususnya saat
berada di lingkungan sekolah; dan menjaga asupan nutrisi yang seimbang, baik
Pasien dapat dipulangkan apabila sudah tidak demam selama 24 jam tanpa
stabil, tiga hari setelah syok teratasi, dalam evaluasi nilai trombosit mengalami
Prognosis pada pasien ini quo ad vitam adalah bonam karena penyakit pada
pasien saat ini tidak mengancam nyawa. Untuk quo ad functionam bonam, karena
organ-organ vital pasien masih berfungsi dengan baik dan tidak terdapat adanya
pada DBD hanya dapat terjadi jika terdapat reinfeksi oleh virus dengue. Dengan
edukasi yang tepat, maka dapat dilakukan tindakan pencegahan terjadinya infeksi
virus dengue.
67
BAB IV
KESIMPULAN
Sindrom syok dengue adalah derajat terberat dari DBD yang terjadi karena
Syok yang biasanya terjadi pada saat atau segera setelah suhu turun, antara hari
sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan
sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi disfungsi sirkulasi dan penurunan
perfusi organ.
Syok ditandai dengan denyut nadi cepat dan lemah, anak yang semula
rewel, cengeng dan gelisah lambat laun kesadarannya menurun menjadi apatis,
sopor, dan koma. Hal ini disebabkan kegagalan sirkulasi serebral, tekanan nadi
menurun (20mmHg atau kurang), hipotensi (tekanan sistolik pada anak menurun
menjadi 80 mmHg atau kurang), kulit dingin dan sembab, oliguria sampai anuria
karena menurunnya perfusi darah yang meliputi arteri renalis. Syok dapat terjadi
dalam waktu yang singkat, pasien dapat meninggal dalam waktu 12-24 jam atau
setiap menit menentukan prognosis pada pasien. Pemberian cairan yang adekuat
68
sangat diperlukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran plasma.
69