Disusun oleh :
dr.nurzulzilatun musdhalifatullah
Pembimbing
dr. H. Ilham Sp.PD
2017
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
1. Identitas penderita
Umur : 17 tahun
II. ANAMNESIS
Dengan diagnosa :-
Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, muncul demam tinggi pada malam hari
pada pasien. pasien juga mengeluhkan adanya pembengkakan di kedua leher atas, susah
menelan, dan ada bercak merah kebiruan di pelupuk mata, daerah siku dan kaki, serta
ada beberapa bintik merah yang ditemukan di tangan dan kaki, lidah terasa tebal dan
Pasien mengatakan 5 tahun terakhir berobat di RS awal bros makssar.. Dokter yang
4. Riwayat Keluarga:
Keluarga tidak ada yang memiliki keluhan serupa
Ikhtisar keturunan
Ket : Laki-laki
Perempuan
Sakit
Susunan keluarga :
pinggir jalan dengan 3 kamar, dapur, wc, dan ruang tamu. Ventilasi udara dan cahaya
cukup. Jarak rumah dengan tetangga + 2 meter. Keperluan mandi, mencuci, BAK,
BAB, memasak dan minum menggunakan air PDAM. Pembuangan sampah di tempat
sampah.
Kesadaran : Komposmentis
GCS : 456
2. Pengukuran
Nadi : 76 kali/menit
Suhu : 38 C
Respirasi : 20 kali/menit
Berat badan : 43 kg
Kornea : jernih/jernih
Warna : kemerahan
Lain-lain : lidah gosong
Membran/pseudomembran : (-)
4. Leher :
5. Toraks :
a. Dinding dada/paru :
Lokasi : (-)
Punctum max : (-)
Penyebaran : (-)
6. Abdomen :
7. Ekstremitas :
ELEKTROLIT
Natrium 135-155 mmol/L
Kalium 3,6-5,5 mmol/L
Chloride 95-108 mmol/L
Hbs Ag
Ab HIV
Diagnosis
Susi ITP
2.5 Terapi
- IVFD RL 20 tpm
- Injeksi asam traneksamat 1amp/12j/iv
- Injeksi Ranitidine 1amp/12j/iv
- Metilprednisolon 1amp/12j/iv
- Neurosanbe/drips
FOLLOW UP
V. PROGNOSIS
VI. PENCEGAHAN
- Bed rest hingga kondisi stabil
PEMBAHASAN
Diagnosis ITP akut didasarkan atas anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
1. Anamnesis
Onsetnya akut, Hal ini sesuai dengan anamnesis (9). Kelainan yang paling sering ditemukan
ialah petekie dan kemudian ekimosis yang dapat tersebar di seluruh tubuh. Keadaan ini kadang-
kadang dapat dijumpai pada selaput lender terutama hidung dan mulut sehingga dapat terjadi
epistaksis dan perdarahan gusi dan bahkan dapat timbul tanpa kelainan kulit (5).
Dari hasil anamnesis pada kasus ini, ditemukan gejala yang mendukung diagnosis ITP
akut, yaitu:
Terdapat petekie di seluruh tubuh tanpa disertai manifestasi perdarahan lain.
Riwayat Mondok karena ITP beberapa hari sebelumnya
2. Pemeriksaan Fisik
Pada ITP akut dan berat dapat timbul pula pada selaput lender yang berisi darah (bula
traktus digestivus (hematemesis, melena), pada mata (konjungtiva, retina) dan yang terberat
namun agak jarang terjadi ialah perdarahan pada SSP (perdarahan subdural dan lain-lain). Pada
pemeriksaan fisis umumnya tidak banyak dijumpai kelainan kecuali adanya petekie dan
ekimosis. Pada kira-kira seperlima kasus dapat dijumpai splenomegali ringan (terutama pada
hipersplenisme). Akan tetapi, pada kasus ini tidak ditemukan splenomegali. Mungkin pula
ditemukan demam ringan bila terdapat perdarahan berat atau perdarahan traktus
gastrointestinalis. Renjatan (shock) dapat terjadi bila kehilangan darah banyak (5).
3. Pemeriksaan Penunjang
Yang lebih spesifik adalah antibodi terhadap gpHb/IIIa atau gpIb (1)
- anemia normositik, bila lama dapat berjenis mikrositik hipokromik (7).
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada ITP ialah trombositopenia. Jumlah trombosit
dapat mencapai nol. Anemia biasanya normositik dan sesuai dengan jumlah darah yang hilang.
Bila telah berlangsung lama maka dapat berjenis mikrositik hipokromik. Pada pasien ini
sesuai teori. Pemeriksaan punksi sumsum tulang merupakan pemeriksaan yang penting untuk
Limfatik Akut, dan Purpura Trombositopenik Trombotik (6). Oleh karena itu, pada pasien ini
direncanakan untuk dilakukan BMP. Akan tetapi, jawaban konsulen dari spesialis patologi klinik
menyatakan pasien belum ada indikasi BMP dan mengingat risiko infeksi cukup besar.
Diagnosis banding disingkirkan berdasarkan anamnesa. Dari anamnesa pasien tidak ada
demam dan gejala prodromal lain yang menyingkirkan DBD yang berdasarkan kriteria WHO
- Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.
- Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut: uji bendung positif,
atauperdarahan gusi), atau perdarahan dari tempat lain, hematemesis atau melena.
Pada kasus, kriteria WHO hanya terpenuhi dua yaitu manifestasi perdarahan berupa
Untuk diagnosis varicella disingkirkan dengan tidak adanya gejala prodromal 1 hari
sebelum ruam muncul dan sebaran lesi yang tidak menyebar secara sentrifugal dari muka, kulit
kepala, menyebar ke badan dan ekstremitas. Pada pasien ini ruam tersebar dimulai dari tangan .
Untuk diagnosis morbili disingkirkan karena tidak ada manifestasi prodromal selama tiga
hari pertama berupa batuk, pilek, dan konjungtivitis. Pada morbili, ruam dimulai dari kepala,
(sering di atas garis rambut), dan menyebar ke seluruh bagian tubuh dalam 24 jam secara
menurun, pada pasien ini muncul petekie pertama kali di tangan (10).
Pemeriksaan punksi sumsum tulang merupakan pemeriksaan yang penting untuk
Limfatik Akut, dan Purpura Trombositopenik Trombotik (11). Oleh karena itu, pada pasien ini
BAB II
Selayang Pandang
tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), tetapi sekarang diketahui bahwa sebagian besar
kelainan ini disebabkan oleh proses imun karena itu disebut juga sebagai autoimmune
ITP sebagai kelainan autoimun yang dicirikan dengan destruksi immunologis terhadap trombosit
normal yang biasanya terjadi terhadap stimulus yang tidak diketahui (2). ITP dicirikan dengan
trombositopenia persisten (trombosit < 150 x 10 9/ L) (4). Kelainan ini dahulu dianggap
merupakan suatu golongan penyakit dan disebut dengan berbagai nama misalnya morbus
makulosus Werlhofi, sindrom hemogenik, purpura trombositolitik. Disebut idiopatik ialah untuk
membedakan dengan kelainan hematologis lain seperti misalnya anemia, kelainan leukosit. Pada
ITP biasanya tidak disertai anemia atau kelainan lainnya kecuali bila banyak darah yang hilang
ITP lebih sering dijumpai pada anak dan dewasa muda. Pada anak yang tersering ialah di
antara umur 2-8 tahun. Lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki (perbandingan
berkisar di antara 4:3 dan 2:1 serta akan menjadi lebih nyata setelah pubertas (5).
Etilologi ITP belum diketahui secara pasti, tetapi ditemukan berbagai kemungkinan di
antaranya ialah hipersplenisme, infeksi virus (demam berdarah, morbili, varisela, dan
sebagainya), intoksikasi makanan atau obat (asetosal, PAS, fenilbutazon, diamox, kina,
sedormid) atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan faktor pematangan
(misalnya malnutrisi), DIC (misalnya pada DSS, leukimia, ARDS pada bayi) (5).
Awitan PTI biasanya akut dengan gambaran ekimosis, petekie, epistaksis, atau gejala
perdarahan lain. Biasanya secara klinis tidak dijumpai kelainan lain (6). Sering terjadi 1-3
minggu setelah infeksi saluran nafas atas. Timbul becak petekie yang tersebar luas, kemudian
berkembang menjadi titik-titik purpura kecil. Mungkin terdapat perdarahan dari hidung atau
dalam membran mukosa. Jarang didapatkan perdarahan intrakranial yang serius (7). Kelainan
Perjalanan penyakit ITP dapat bersifat akut dan kemudian menghilang sendiri (self
limited) atau menahun dengan atau tanpa remisi dan kambuh (5). Umumnya penyembuhan
penyakit ini baik. Tujuh puluh lima persen anak mengalami penyembuhan sempurna dalam satu
bulan. Transfusi trombosit dan darah jarang diperlukan. Kortikosteroid mengurangi risiko
perdarahan masif. Splenektomi dilakukan pada sejumlah kecil anak yang mengalami
TINJAUAN PUSTAKA
I. ITP
Definisi
Purpura trombositopenia idiopatik ialah suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau
ekimosis di kulit ataupun selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah
trombosit karena sebab yang tidak diketahui. PTI pada anak yang tersering terjadi antara umur 2-
8 tahun, lebih sering pada wanita (7). Kelainan ini dahulu dianggap merupakan suatu golongan
penyakit dan disebut dengan berbagai nama misalnya morbus makulosus Werlhofi, sindrom
hemogenik, purpura trombositolitik. Disebut idiopatik ialah untuk membedakan dengan kelainan
hematologis lain seperti misalnya anemia, kelainan leukosit. Pada ITP biasanya tidak disertai
anemia atau kelainan lainnya kecuali bila banyak darah yang hilang karena perdarahan (5).
ITP lebih sering dijumpai pada anak dan dewasa muda. Pada anak yang tersering ialah di
antara umur 2-8 tahun. Lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki (perbandingan
berkisar di antara 4:3 dan 2:1 serta akan menjadi lebih nyata setelah pubertas (5).
Etiologi
Etilologi ITP belum diketahui secara pasti, tetapi ditemukan berbagai kemungkinan di
antaranya ialah hipersplenisme, infeksi virus (demam berdarah, morbili, varisela, dan
sebagainya), intoksikasi makanan atau obat (asetosal, PAS, fenilbutazon, diamox, kina,
sedormid) atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan faktor pematangan
(misalnya malnutrisi), DIC (misalnya pada DSS, leukimia, ARDS pada bayi) (5).
Hal ini diketahui dengan ditemukannya zat anti terhadap trombosit dalam darah
inkompatibilitas golongan darah trombosit antara ibu dan bayi (isoimunisasi). Prinsip
Jenis antibodi trombosit yang sering ditemukan pada kasus yang mempunyai dasar
imunologis ialah anti P1E1 dan anti P1E2. Mencari kemungkinan penyebab ITP ini penting
Klasifikasi
Secara klinik dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan durasi trombositopenia, yaitu (1,
2):
- ITP akut
ITP akut jika tidak lebih dari enam bulan (2). ITP akut lebih sering terjadi pada anak,
setelah infeksi virus akut atau vaksinasi, sebagian besar sembuh spontan, tetapi 5-10 %
berkembang menjadi kronik (berlangsung lebih dari 6 bulan). Diagnosis sebagian besar
melalui ekslusi. Jika trombosit lebih dari 20 x 10 9/l tidak diperlukan terapi khusus. Jika
trombosit kurang dari 20 x 109/l dapat diberikan steroid atau immunoglobulin intravena.
- ITP kronik
ITP kronik terutama dijumpai pada wanita umur 15-50 tahun. Perjalanan penyakit
kesembuhan spontan.
Distribusi
Lebih sering dijumpai pada anak dan dewasa muda. Pada anak yang tersering ialah di
antara umur 2-8 tahun. Lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki (perbandingan
berkisar di antara 4:3 dan 2:1 serta akan menjadi lebih nyata setelah pubertas) (5).
Patogenesis
merupakan kelainan yang lazim pada anak yang biasanya menyertai infeksi virus akut. ITP pada
masa kanak-kanak disebabkan oleh antibodi (IgG atau IgM) yang melekat pada membran
trombosit. Keadaan ini menyebabkan destruksi trombosit yang diselubungi antibodi dalam
limpa. Kadang-kadang, ITP dapat merupakan gejala yang muncul pada penyakit autoimun
seperti SLE. Sekitar 80% anak mengalami penyembuhan ITP secara spontan dalam 6 bulan
sesudah diagnosis. Anak kecil secara khas menunjukkan keadaan ini dalam 1-4 minggu sesudah
penyakit virus, dengan petekie, purpura, dan epistaksis yang mulai mendadak. Trombositopenia
biasanya berat. Adenopati atau hepatosplenomegali yang bermakna tidak biasa terjadi, dan
jumlah eritrosit serta leukosit tetap normal. Diagnosis ITP biasanya tidak memerlukan
pemeriksaan sumsum tulang. Namun, jika terdapat temuan-temuan atipik, pemeriksaan sumsum
tulang diindikasikan untuk mengesampingkan kelainan infiltrat (misalnya, leukemia) atau proses
aplastik (misalnya, anemia aplastik). Pada ITP, pemeriksaan sumsum tulang menunjukkan
Perdarahan serius, terutama perdarahan intracranial, terjadi pada kurang dari 1% pasien
dengan ITP. Tetapi jarang diindikasikan untuk hitung trombosit diatas 30.000/mm3. Tetapi tidak
memengaruhi keluaran ITP jangka panjang, tetapi dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah
trombosit secara cepat. Untuk perdarahan klinis atau trombositopenia berat (hitung trombosit
<20.000/mm3), pilihan terapeutik adalah prednisone 2-4 mg/kg/24 jam selama 2 minggu, IVIG 1
g/kg/24 jam selama 1-2 hari, atau anti-D IV (WinRho-SD) 50 g/kg/dosis untuk individu Rh-
positif. Semua pendekatan ini tampak bekerja dengan mengurangi laju pembersihan trombosit
yang tersensitisasi bukannya penurunan produksi antibodi. Pilihan terapi yang optimal adalah
kontroversial. Spelenektomi diindikasikan pada ITP akut yang hanya untuk perdarahan yang
Pada ITP jumlah trombosit menurun disebabkan oleh trombosit diikat oleh antibodi,
terutama IgG. Antibodi terutama ditujukan terhadap gpIIb-IIIa atau Ib. Trombosit yang
diselimuti antibodi kemudian difagositir oleh makrofag dalam RES terutama lien, akibatnya akan
intravascular, dan pengosongan faktor pembekuan. Anak dengan MAHA biasanya cukup parah.
Pada anak dengan DIC, endapan benang-benang fibrin dalam pembuluh darah dan aktivasi
terhadap toksin yang merangsang terjadinya jejas endotel, pengendapan fibrin, dan aktivasi serta
dipercepat atau diperberat oleh faktor plasma atau kekurangan faktor penghambat muncul
sebagai proses primer, dengan endapan fibrin sedang dan destruksi eritrosit (6).
Telah lama diduga bahwa ITP diperantarai oleh autoantibodi, sejak trombositopenia
transien terjadi pada neonatus mempengaruhi wanita, kecurigaan ini dikonfirmasi8 dengan
perkembanagn dasar trombositopenia transien pada resipien sehat setelah transfer plasma pasif,
termasuk fraksi kaya-IgG, dari pasien dengan ITP. Trombosit dilingkupi dengan autoantibodi Ig-
G sepanjang reseptor Fc yang diekspresikan oleh jaringan makrofag, umumnya paling banyak
di hati dan lien. Sebagai kompensasi terjadi peningkatan jumlah trombosit yang terjadi pad
sebagian besar pasien. Produksi trombosit muncul sebagai hasil destruksi intrameduller
trombosit yang dilingkupi antibodi oleh makrofag atau inhibisi megakariositpoesis. Jumlah
Metode yang digunakan sebelumnya untuk menterapi ITP ditinjau dari berbagai aspek
berbeda pada siklus produksi antibodi dan sensitisasi trombosit, pemebersihan, dan produksi.
Skema patogenesis dan titik tangkap masing-masing terapi pada ITP dapat dilihat pada skema
berikut (8).
Gejala
Dapat timbul mendadak, terutama pada anak, tetapi dapat pula hanya berupa kebiruan
atau epistaksis selama jangka waktu yang berbeda-beda. Tidak jarang terjadi gejala timbul
setelah suatu peradangan atau infeksi saluran nafas bagian atas akut (5).
Kelainan yang paling sering ditemukan ialah petekie dan kemudian ekimosis yang dapat
tersebar di seluruh tubuh. Keadaan ini kadang-kadang dapat dijumpai pada selaput lender
terutama hidung dan mulut sehingga dapat terjadi epistaksis dan perdarahan gusi dan bahkan
Pada ITP akut dan berat dapat timbul pula pada selaput lender yang berisi darah (bula
traktus digestivus (hematemesis, melena), pada mata (konjungtiva, retina) dan yang terberat
namun agak jarang terjadi ialah perdarahan pada SSP (perdarahan subdural dan lain-lain). Pada
pemeriksaan fisis umumnya tidak banyak dijumpai kelainan kecuali adanya petekie dan
ekimosis. Pada kira-kira seperlima kasus dapat dijumpai splenomegali ringan (terutama pada
hipersplenisme). Mungkin pula ditemukan demam ringan bila terdapat perdarahan berat atau
perdarahan traktus gastrointestinalis. Renjatan (shock) dapat terjadi bila kehilangan darah banyak
(5).
Pada ITP menahun, umumnya hanya ditemukan kebiruan atau perdarahan abnormal lain
dengan remisi spontan dan eksaserbasi. Remisi yang terjadi umumnya tidaklah sempurna. Harus
waspada terhadap kemungkinan ITP menahun sebagai gejala stadium praleukemia (5).
Pemeriksaan laboratorium
Yang khas ialah trombositopenia. Jumlah trombosit dapat mencapai nol. Anemia biasanya
normositik dan sesuai dengan jumlah darah yang hilang. Bila telah berlangsung lama maka dapat
berjenis mikrositik hipokromik. Bila sebelumnya terdapat perdarahan yang cukup hebat, dapat
terjadi anemia mikrositik. Leukosit biasanya normal, tetapi bila terdapat perdarahan hebat dapat
terjadi leukositosis ringan dengan pergeseran ke kiri. Pada keadaan yang lama dapat ditemukan
Sumsum tulang biasanya memberikan gambaran yang normal, tetapi jumlah dapat pula
lebar dan granulasi sedikit (megakariosit yang mengandung trombosit) jarang ditemukan,
Sistem lain biasanya normal, kecuali bila terdapat perdarahan hebat maka akan
eosinofil dalam jumlah banyak (lebih dari normal) merupakan petunjuk bahwa prognosis
masa perdarahan memanjang. Rumpel-Leede umumnya positif, tetapi masa pembekuan normal,
retraksi bekuan abnormal dan prothrombin consumption time memendek. Pemeriksaan lainnya
normal (5).
Pengobatan
Pada pemberian heparin ini sebaiknya selalu disiapkan antidotumnya yakni protamin
sulfat.
d. Bila keadaan sangat gawat (perdarahan otak) hendaknya diberikan transfuse suspense
trombosit.
2. ITP menahun (5)
a. Kortikosteroid, diberikan selama 6 bulan.
b. Obat imunosupresif (missal 6-merkaptopurin, azatioprin, siklofosfamid). Pemberian
obat golongan ini didasarkan atas adanya peranan proses imunologis pada ITP
menahun.
c. Splenektomi dianjurkan bila tidak diperoleh hasil dengan penambahan obat
imunosupresif selama 2-3 bulan. Kasus seperti ini dianggap telah resisten terhadap
waktu 1 tahun sejak permulaan timbulnya penyakit, karena akan memberikan angka
dosis yang tinggi untuk mempertahankan keadaan klinis yang baik tanpa adanya
perdarahan.
kerna sebelum umur 2 tahun fungsi limpa terhadap infeksi belum dapat diambil
alih oleh alat tubuh yang lain (hati, kelenjar getah bening, timus). Hal ini
pemberian yang lama (tuberkulosis, penambahan kalium dan pengurangan natrium dalam diet,
jam sampai tercapai masa pembekuan lebih dari 30 menit (1 mg ekuivalen dengan 100
U).
- Protamin sulfat: dosis sama banyaknya dengan jumlah mg heparin yang telah diberikan.
Prognosis
Pada ITP akut bergantung kepada penyakit primernya. Bila penyakit primernya ringan,
90% akan sembuh secara spontan. Prognosis ITP menahun kurang baik, terutama bila merupakan
stadium praleukemia karena akan berakibat fatal. Pada ITP menahun yang bukan merupakan
stadium praleukemia, bila dilakukan splenektomi pada waktunya akan didapatkan angka remisi
2. Tepie MAF, Roux GL, Beach KJ, Bennett D, Robinson NJ. Comorbidities of Idiopathic
Thrombocytopenic Purpura: A Population-Based Study 2008;2009:1-12.
5. Tim Penyusun FK UI. Ilmu Kesehatan Anak Buku Kuliah 1. Jakarta : Bagian Ilmu
Kesehatan Anak, 2007.
7. Tim Penulis. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II. Jakarta : Media Aesculapius, 2000.
8. Cines DB, Blanchette VS. Immune thrombocytopenia purpura. N Engl J Med 2002;
346(13):995-1008
10. Kementrian Kesehatan RI. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta : Depkes,
2010.