IDENTITAS
Nama : Tn. k
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 34 tahun
Alamat : JL.Poros sengkang empagae
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Masuk tanggal :05 Agustus 2017
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri perut sebelah kiri sejak 1 minggu yang lalu
Keluhan Tambahan : Pegel-pegel dan seperti ada urat yang turun pada biji
kemaluan
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poli bedah RS nene mallomo dengan
Nyeri perut sejak 1 minggu yang lalu. Selain itu pasien juga mengeluh merasa pegel-
pegel pada biji kemaluan sebelah kiri, saat berlari pasien merasa sakit, pegel seperti ada
urat yang turun di biji kemaluan sebelah kiri dan semakin bertambah saat beraktifitas.
Sebenarnya pasien merasakan ini sejak 3 bulan yang lalu namun hanya di urut saja dan
tidak berobat di Rumah Sakit yang lain.
Riwayat Penyakit Dahulu : di sangkal pasien
Riwayat Penyakit Lainnya :
a. DM ( -) d. Penyakit Jantung (-)
b. Hipertensi ( -) e. Penyakit Paru (-)
c. Asma ( -) f. Penyakit Hepar (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital
TD : 110/70mmHg N : 86x/menit
RR :20x/menit S : 36
Berat Badan : 57 Kg
Kepala
Bentuk : normocephal
Rambut : hitam, distribusi merata
Mata
Palpebra : oedem -/-
Konjungtiva : anemis -/-
Sklera : ikterik -/-
Arcus Senilis : -/-
Pupil : bulat, isokor
Refleks Cahaya : +/+
Katarak : -/-
Telinga
Bentuk : simetris
Liang : lapang
Mukosa : hiperemis
Serumen : -/-
Membran Timpani : sulit dinilai
Hidung
Bentuk : simetris
Deviasi Septum : -
Sekret : -/-
Concha : hipertrofi -/-
Mulut
Bibir : basah
Lidah : coated tongue -
Tonsil : T1-T1 tenang
Mukosa Faring : hiperemis -
Gigi
Amalgam :-
Gangren Pulpa : -
Gangren Radiks : -
Protesa :-
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Leher
KGB : tidak terdapat pembesaran
Kel. Thyroid : tidak terdapat pembesaran
JVP : tidak terdapat peningkatan
Thoraks
Paru
Inspeksi : hemithorax kanan-kiri simetris dalam keadaan statis
dan dinamis
Palpasi : fremitus taktil dan vokal kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : SN vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur -, gallop -
Abdomen
Inspeksi : datar, simetris
Palpasi : supel
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus + normal
Ekstremitas
Atas
Akral : hangat
Sianosis :-
Perfusi : baik
Bawah
Akral : hangat
Sianosis :-
Perfusi : baik
Neurologi
Refleks Fisiologis
Biceps : +/+
Triceps : +/+
Patella : +/+
Achilles : +/+
Refleks Patologis :-
Genitalia : , t.a.k
Status Lokalis
Regio : skrotum sinistra
Inspeksi : terlihat menonjol
Perkusi :-
Auskultasi :-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil lab. (7 agustus 2017) :
Hemoglobin : 13,1gr% Masa perdarahan : 3(2-6)
Hematokrit : 40% Masa pembekuan : 11(9-15)
Trombosit : 260.000/uL
Leukosit : 6300/uL
DIAGNOSIS KERJA
Varikokel sinistra
DIAGNOSIS BANDING
Hernia scrotalis sinistra
Orchitis
Hematokel
TERAPI
Operatif
Medikamentosa : Antibiotika dan analgetika
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanationam : Ad bonam
PENDAHULUAN
Definisi1
Varikokel, adalah dilatasi abnormal dari vena pada pleksus pampiniformis akibat
gangguan aliran darah balik vena spermatika interna. Kelainan ini terdapat pada 15% pria.
Varikokel ternyata merupakan salah satu penyebab infertilitas pada pria; dan didapatkan 21-41%
pria yang mandul menderita varikokel.
Epidemiologi2
Potensi sebagai penyebab terjadinya disfungsi testis dan infertilitas pada pria.
Diperkirakan sepertiga pria yang mengalami gangguan kualitas semen dan infertilitas adalah
pasien varikokel (bervariasi 19 - 41%). Akan tetapi tidak semua pasien varikokel mengalami
gangguan fertilitas, diperkirakan sekitar 20 - 50% didapatkan gangguan kualitas semen dan
perubahan histologi jaringan testis. Perubahan histologi testis ini secara klinis mengalami
pengecilan volume testis. Pengecilan volume testis bagi sebagian ahli merupakan indikasi
tindakan pembedahan khususnya untuk pasien pubertas yang belum mendapatkan data kualitas
semen. Salah satu cara pengobatan varikokel adalah pembedahan. Keberhasilan tindakan
pembedahan cukup baik. Terjadi peningkatan volume testis dan kualitas semen sekitar 50 - 80%
dengan angka kehamilan sebesar 20 - 50%. Namun demikian angka kegagalan atau kekambuhan
adalah sebesar 5 - 20%.
ETIOLOGI
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab varikokel, tetapi dari
pengamatan membuktikan bahwa varikokel sebelah kiri lebih sering dijumpai daripada sebelah
kanan (varikokel sebelah kiri 7093 %). Hal ini disebabkan karena vena spermatika interna kiri
bermuara pada vena renalis kiri dengan arah tegak lurus, sedangkan yang kanan bermuara pada
vena kava dengan arah miring. Di samping itu vena spermatika interna kiri lebih panjang
daripada yang kanan dan katupnya lebih sedikit dan inkompeten.
Jika terdapat varikokel di sebelah kanan atau varikokel bilateral patut dicurigai adanya:
kelainan pada rongga retroperitoneal (terdapat obstruksi vena karena tumor), muara vena
spermatika kanan pada vena renails kanan, atau adanya situs inversus.3
Etiologi Anatomi
Suplai arteri testis mempunyai 3 komponen mayor yaitu: arteri testikular, arteri kremaster
dan arteri vasal. Walaupun kebanyakan darah arterial pada testis berasal dari arteri testikular,
sirkulasi kolateral testikular membutuhkan perfusi yang adekuat dari testis, walaupun arteri
testikular terligasi atau mengalami trauma. Drainase venous dari testis diprantarai oleh pleksus
pampiniformis, yang menuju ke vena testikular (spermatika interna), vasal (diferensial), dan
kremasterik (spermatika eksternal). Walapun varikokel dari vena spermatika biasanya ditemui
pada saat pubertas, sepertinya terjadi perubahan fisiologi normal yang terjadi saat pubertas
dimana terjadi peningkatan aliran darah testikular menjadi dasar terjadinya anomali vena yang
overperfusi dan terkadang terjadi ektasis vena.5
Vena renalis kiri dapat juga terkompres di daerah proksimal diantara arteri mesenterika
superior dan aorta (0.7% dari kasus varikokel), dan distalnya diantara arteri iliaka komunis dan
vena (0.5% dari kasus varikokel). Fenomena nutcracker ini dapat juga menyebabkan
peningkatan tekanan pada sistem vena testikular kiri.5
Anastomosis Vena Kolateral
Studi anatomi menggambarkan terdapat anastomosis sistem drainase superfisial dan interna,
bersamaan dengan kiri-ke-kanan hubungan vena pada ureter (L3-5), spermatik, skrotal,
retropubik, saphenus, sakral dan pleksus pampiniformis. Vena spermatika kiri memiliki cabang
medial dan lateral pada level L4-penemuan ini penting dan harus dilakukan untuk menentukan
penanganan varikokel. Prosedur yang dilakukan diatas level L4 memiliki risiko kegagalan lebih
tinggi karena percabangan multipel dari sistem vena spermatika.5
Pada tahun 1966, Ahlberg menjelaskan bahwa pembuluh testis berisi katup yang protektif
terhadap varikokel, dan ini merupakan kekurangan atau ketidakmampuan pada sisi kiri yang
menyebabkan terjadinya varikokel. Untuk mendudung gagasan ini, ia menemukan tidak
adanya/hilangnya katup pada 40% postmortem vena spermatika kiri dibandingkan dengan 23%
hilangnya pada sisi kanan. Keraguan telah dilemparkan pada teori ini, namun, dari studi radiologi
terbaru yang dilakukan oleh Braedel dkk menemukan bahwa 26.2% pasien dengan katup yang
kompeten tetap ditemukan varikokel. Beberapa anatomis kini bahkan menjelaskan bahwa
sebenarnya tidak terdapat katup baik pada vena spermatika sisi kanan maupun kiri.5
Terjadi aliran darah balik pada sirkulasi testis sehingga testis mengalami hipoksia karena
kekurangan oksigen.
Refluks hasil metabolit ginjal dan adrenal (antara lain katekolamin dan prostaglandin)
melalui vena spermatika interna ke testis.
Adanya anastomosis antara pleksus pampiniformis kiri dan kanan, memungkinkan zat-zat
hasil metabolit tadi dapat dialirkan dari testis kiri ke testis kanan sehingga menyebabkan
gangguan spermatogenesis testis kanan dan pada akhirnya terjadi infertilitas.
Patofisiologi
Mekanisme patofisiologi5
Disfungsi Bilateral
Zorgniotti dan MacLeod membuat hipotesa pada era tahun 1970an, dengan data yang
disebutkan pada pria dengan oligosperma dengan varikokel memiliki temperarur intraskrotal
dimana 0.60C lebih tinggi dibandingkan pada pasien dengan oligosperma tanpa varikokel. Saypol
dkk dan Green dkk keduanya mendeskripsikan peningkatan aliran darah testikular bilateral dan
peningkatan temperatur pada eksperimen dengan binatang yang dibuat varikokel artifisial
unilateral. Sebagai tambahan, dilakukan perbaikan dari varikokel tersebut dengan hasil
normalisasi dari aliran dan temperatur. Setelah itu, peneliti mendemonstrasikan bahwa aktivitas
DNA polimerase dan enzim DNA rekombinan pada sel germ sensitif terhadap temperatur,
dengan suhu optimal kira- kira 330C. Temperatur optimal untuk sintesis protein pada spermatid
berkisar antara 340C.
Proliferasi sel germ mungkin dipengaruhi dari peningkatan suhu dari varikokel akibat
inhibisi 1 atau lebih dari enzim enzim yang penting. Trauma hipertermi konsisten dengan
penurunan jumlah spermatogonal akibat adanya apoptosis yang ditemukan dari biopsi sampel
pasien dengan varikokel. Disamping temuan ini, tidak semua peneliti menemukan adanya
hubungan antara meningkatnya temperatur intratestis dan varikokel.
Karena adrenal kiri dan vena gonadal menuju ke proksimitas terdekat satu sama lain dari
vena renalis, MacLeod menyebutkan bahwa derivat derivat dari ginjal atau adrenal dapat
menuju ke vena gonadal. Jika metabolit ini bersifat vasoaktif (mis: prostaglandin), maka dapat
menjadi berbahaya pada fungsi testis. Hasil dari beberapa studi tidak mensuport teori ini, tetapi
peningkatan jumlah norepinefrin, prostaglandin E dan F, adrenomedulin (vasodilator poten)
ditemukan pada vena spermatika pria dengan varikokel.
Metabolit lainnya seperti renin, dehidroepiandrosteron, atau kortisol tidak ditemukan.
Beberapa penulis menyebutkan dengan adanya metabolit, refluks tidak
mengubah/mempengaruhi spermatogenesis.
Hipoksia
Pada era 1980an, Shafik dan Bedeir berteori bahwa perbedaan gradien tekanan (dan
gradien oksigen subsekuen) antara vena renalis dan gonadal dapat menyebabkan hipoksia
diantara vena gonadal. Dua teori hipoksia lainnya yaitu: peningkatan tekanan vena dengan
olahraga dapat menyebabkan hipoksia, dan stasis dari darah menyebabkan penurunan tekanan
oksigen. Menurut Tanji dkk, pria dengan varikokel memiliki atrophy pattern muskulus
kremaster dari studi histokimia. Disamping penemuan ini, tidak ada perbedaan yang signifikan
diantara kontrol dan tekanan gas oksigen, yang dilakukan percobaan pada binatang.
Gonadotoksin
Beberapa studi telah mendemonstrasikan bahwa pria yang merokok memiliki efek
samping yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak merokok. Perokok setidaknya memiliki
insiden 2 kali lebih tinggi untuk terkena varikokel, dan yang telah memiliki varikokel setidaknya
10 kali terjadi peningkatan insiden oligospermia jika dibandingkan dengan pria varikokel yang
tidak merokok. Nikotin memiliki implikasi sebagai kofaktor pada patogenesis varikokel.
Cadmium, gonadotoksin yang mudah dikenal sebagai penyebab apoptosis, ditemukan secara
signifikan pada konsentrasi testikular yang lebih tinggi dan penurunan spermatogenesis pada pria
dengan varikokel daripada pria dengan varikokel dengan normal spermatogenesis atau obstruktif
azoospermia.
Pemeriksaan Fisik
Anamnesa
Pada pemeriksaan dasar kelainan di dalam skrotum terlebih dahulu harus dijawab tiga
pertanyaan:
Apakah kelainan jelas terbatas di sebelah atas. Kelainan yang tidak terbatas di sebelah
proksimal biasanya merupakan hernia inguinalis, sedangkan bila kelainan terbatas di
sebelah atas, pasti terdapat suatu kelainan di dalam struktur skrotum.
Apakah kelainan bersifat kistik atau padat. Kista kecil kadang tidak menunjukkan
fluktuasi, sedangkan tumor padat yang lunak sekali dapat memberi kesan adanya
fluktuasi. Yang menentukan ialah pemeriksaan transiluminasi karena cairan jernih
selalu bersifat tembus cahaya.
Pertanyaan menyangkut letak dan struktur anatomin kelainan yang harus diperiksa
secara palpasi. Skrotum terdiri atas kulit yang membentuk kantung yang mengandung
funikulus spermatikus, epididimis, dan testis. Karena untuk spermatogenesis testis
membutuhkan suhu yang lebih rendah dibandingkan suhu tubuh kulit skrotum tipis
sekali tanpa jaringan lemak di subkutis, yaitu lapisan isolasi suhu. Keadaan ini
memungkinkan palpasi ketiga struktur di dalam skrotum secara teliti. Anulus
inguinalis selalu dapat diraba di dinding perut bagian bawah. Funikulus spermatikus
dapat ditentukan karena keluar dari anulus inguinalis eksternus. Sebaiknya
pemeriksaan funikulus bilareral sekaligus untuk membandingkan kiri dengan kanan.
Di dalam funikulus dapat diraba vas deferens karena sebagian besar dindingnya
terdiri atas otot. Prosesus vaginalis di dalam funikulus pada anak mungkin teraba
seperti lapisan sutra, yang mungkin menjadi tanda diagnostik untuk hernia inguinalis
pada anak. Struktur lain di dalam funikulus adalah pembuluh arteri dan vena serta
otot kremaster yang sukar diraba sendiri, kecuali bila didapatkan bendungan pleksus
pampiniformis yang merupakan varikokel.
Pemeriksaan Fisik5
Pemeriksaan dilakukan di ruangan dengan pasien dalam posisi berdiri tegak, untuk
melihat dilatasi vena. Skrotum haruslah pertama kali dilihat, adanya distensi kebiruan dari
dilatasi vena. Jika varikokel tidak terlihat secara visual, struktur vena harus dipalpasi, dengan
valsava manuever ataupun tanpa valsava. Varikokel yang dapat diraba dapat dideskripsikan
sebagai bag of worms, walaupun pada beberapa kasus didapatkan adanya asimetri atau
penebalan dinding vena.
Kadangkala sulit untuk menemukan adanya bentukan varikokel secara klinis meskipun
terdapat tanda-tanda lain yang menunjukkan adanya varikokel. Untuk itu pemeriksaan auskultasi
dengan memakai stetoskop Doppler sangat membantu, karena alat ini dapat mendeteksi adanya
peningkatan aliran darah pada pleksus pampiniformis. Varikokel yang sulit diraba secara klinis
seperti ini disebut varikokel subklinik.
Klasifikasi varikokel5
Pemeriksaan Penunjang
Angiografi/venografi
USG
MRI
CT Scan
Nuclear Imaging
Angiografi/venografi
Venografi merupakan modalitas yang paling sering digunakan untuk mendeteksi
varikokel yang kecil atau subklinis, karena dari penemuannya mendemonstrasikan refluks darah
vena abnormal di daerah retrograd menuju ke ISV dan pleksus pampiniformis.
Karena pemeriksaan venografi ini merupakan pemeriksaan invasif, teknik ini biasanya
hanya digunakan apabila pasien sedang dalam terapi oklusif untuk menentukan anatomi dari
vena. Biasanya, teknik ini digunakan pada pasien yang simptomatik.
Positif palsu/negatif
Vena testikular seringkali spasme, dan terkadang, ada opasifikasi dari vena dengan
kontras medium dapat sulit dinilai. Selebihnya, masalah dapat diatasi dengan menggunakan
kanul menuju vena testikular kanan.
Ultrasonografi
Pasien dengan posisi berdiri tegak, diameter dari vena dominan pada kanalis inguinalis
biasanya lebih dari 2.5 mm dan saat valsava manuever diameter meningkat sekitar 1 mm.
Varikokel bisa berukuran kecil hingga sangat besar, dengan beberapa pembesaran
pembuluh darah dengan diameter 8 mm.
Varikokel dapat ditemukan dimana saja di skrotum (medial, lateral, anterior, posterior,
atau inferior dari testis)
USG Doppler dapat digunakan untuk menilai grade refluks vena: statis (grade I),
intermiten (grade II),dan kontinu (grade III)
Varikokel intratestikular dapat digambarkan sebagai area hipoekoik yang kurang jelas
pada testis. Gambarannya berbentuk oval dan biasanya terletak di sekitar mediastinum
testis.
Dengan menggunakan diameter sebagai kriteria dilatasi vena, Hamm dkk menemukan
bahwa USG memiliki sensitivitas sekitar 92.2%, spesifitas 100% dan akurasi 92.7%.
Positif palsu/negatif
Kista epidermoid dan spermatokel dapat memberi gambaran seperti varikokel. Jika
meragukan, USG Doppler berwarna dapat digunakan untuk diagnosa. Varikokel intratestikular
dapat memberi gambaran seperti ektasis tubular.
Upper image: Longitudinal sonogram through the pampiniform plexus of the left testis. The
image shows several anechoic tubes. Lower image: The application of color Doppler imaging in
the same patient shows bidirectional flow within the anechoic tubes.
Penatalaksanaan
Untuk varikokel subklinis pada pria dengan faktor infertilitas tidak ada keuntungan
dilakukan tindakan operasi. Varikokel terkait dengan atrofi testikular ipsilateral atau dengan
nyeri ipsilateral testis yang makin memburuk setiap hari, harus dilakukan operasi segera. Ligasi
varikokel pada remaja dengan atrofi testikular ipsilateral memberi hasil peningkatan volume
testis, untuk itu tindakan operasi sangat direkomendasikan pada pria golongan usia ini.
Remaja dengan varikokel grade I II tanpa atrofi dilakukan pemeriksaan tahunan untuk
melihat pertumbuhan testis, jika didapatkan testis yang menghilang pada sisi varikokel, maka
disarankan untuk dilakukan varikokelektomi.
Alternatif Terapi
Untuk pria dengan infertilitas, parameter semen yang abnormal, dan varikokel klinis, ada
beberapa alternatif untuk varikokelektomi. Saat ini terdapat teknik nonbedah termasuk
percutaneous radiographic occlusion dan skleroterapi. Teknik retrogard perkutaneus dengan
menggunakan kanul vena femoralis dan memasang balon/coil pada vena spermatika interna.
Teknik ini masih berhubungan dengan bahaya pada arteri testikular dan limfatik dikarenakan
sulitnya menuju vena spermatika interna. Radiographic occlusion juga meiliki komplikasi seperti
migrasi embolisasi materi menuju ke vena renalis yang mengakibatkan rusaknya ginjal dan
emboli paru, tromboflebitis, trauma arteri, dan reaksi alergi dari pemberian kontras.
Tindakan oklusi antegrad varikokel dilakukan dengan tindakan kanulasi perkutan dari vena
pampiniformis skrotum dan injeksi agen sklerotik. Teknik ini memiliki angka performa yang
tinggi tetapi angka rekurensi jika dibandingkan dengan yang teknik retrograd, dapat memberikan
risiko trauma pada arteri testikular.
Teknik Operasi7
Ligasi dari vena spermatika interna dapat dilakukan dengan berbagai teknik. Teknik yang
paling pertama dilakukan dengan memasang clamp eksternal pada vena lewat kulit skrotum.
Operasi ligasi varikokel termasuk retroperitoneal, inguinal atau subinguinal, laparoskopik, dan
microkroskopik varikokelektomi.
Dengan retraksi luas memudahkan untuk mengindentifikasi vena spermatika, dan <
10% kasus arteri spermatika mudah dilihat, terisolasi dari seluruh struktur spermatik
dan mudah dikenali.
Proses operasi ditentukan dari penemuan intraoperatif. Pada kasus dengan vena
tunggal dan tidak ada kolateral, arteri dapat dikenali dan hanya akan dijaga apabila
tidak bersamaan dengan vena kecil yang menyatu dengan arteri. Pada kasus dengan
vena multipel, kolateral akan teridentifikasi dan seluruh pembuluh darah dari ureter
menuju dinding abdomen terligasi. Pembuluh darah spermatika secara umum
terinspeksi pada jarak 7 8 cm dan diligasi dengan pemisahan/pemotongan,
kemudian dijahit permanen.
Fasia M. External oblique secara hati hati disingkirkan untuk mencegah trauma N.
ilioinguinal yang terletak dibawahnya.
Teknik Inguinal
Teknik Laparoskopik
Teknik ini merupakan modifikasi dari teknik retroperitoneal dengan keuntungan dan
kerugian yang hampir sama. Pembesaran optikal dibutuhkan untuk melakukan teknik ini,
untuk memudahkan menyingkirkan pembuluh limfatik dan arteri testikular sewaktu
melakukan ligasi beberapa vena spermatika interna apabila vena comitantes bergabung
dengan arteri testikular. Teknik ini memiliki beberapa komplikasi seperti trauma pada
usus, pembuluh darah intraabdominal dan visera, emboli, dan peritonitis. Komplikasi ini
lebih serius dibandingkan dengan varikokelektomi open.
Indikasi dilakukan operasi:
Komplikasi
Perdarahan
Infeksi
Hidrokel
Teknik embolisasi8
Embolisasi varikokel dilakukan dengan anestesi intravena sedasi dan lokal anestesi.
Angiokateter kecil dimasukkan ke sistem vena, dapat lewat vena femoralis kanan
atau vena jugularis kanan.
Biasanya vena atau cabangnya terembolisasi dengan injeksi besi atau platinum
spring-like embolization coils.
Vena kemudian terblok pada level kanalis inguinalis interna dan sendi sakroiliaka.
Dibutuhkan tekanan manual pada daerah tusukan selama 10 menit, untuk mencapai
hemostasis.
Tidak ada penjahitan pada teknik ini. Setelah selesai, pasien diobservasi selama
beberapa jam, kemudian dapat dipulangkan. Angka keberhasilan proses ini mencapai
95%.
Embolisasi
Venogram pasca embolisasi
Evaluasi Pascaoperasi
Pasca tindakan dilakukan evaluasi keberhasilan terapi, dengan melihat beberapa indikator
antara lain:
Pada kerusakan testis yang belum parah, evaluasi pascabedah vasoligasi tinggi dari
Palomo didapatkan 80% terjadi perbaikan volume testis, 60-80% terjadi perbaikan analisis
semen, dan 50% pasangan menjadi hamil.
Prognosis
Varikokel adalah dilatasi abnormal dari vena pada pleksus pampiniformis akibat
gangguan aliran darah balik vena spermatika interna. Kelainan ini terdapat pada 15% pria.
Varikokel ternyata merupakan salah satu penyebab infertilitas pada pria; dan didapatkan 21-41%
pria yang mandul menderita varikokel.
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab varikokel, tetapi dari
pengamatan membuktikan bahwa varikokel sebelah kiri lebih sering dijumpai daripada sebelah
kanan (varikokel sebelah kiri 7093 %). Hal ini disebabkan karena vena spermatika interna kiri
bermuara pada vena renalis kiri dengan arah tegak lurus, sedangkan yang kanan bermuara pada
vena kava dengan arah miring. Di samping itu vena spermatika interna kiri lebih panjang
daripada yang kanan dan katupnya lebih sedikit dan inkompeten.
Jika terdapat varikokel di sebelah kanan atau varikokel bilateral patut dicurigai adanya:
kelainan pada rongga retroperitoneal (terdapat obstruksi vena karena tumor), muara vena
spermatika kanan pada vena renails kanan, atau adanya situs inversus.
Indikasi dari dilakukannya operasi varikokel adalah varikokel yang simptomatis dan
dengan komplikasi. Beberapa tindakan operasi diantaranya adalah ligasi tinggi vena spermatika
interna secara Palomo melalui operasi terbuka atau bedah laparoskopi, varikokelektomi cara
Ivanissevich, atau secara perkutan dengan memasukkan bahan sklerosing ke dalam vena
spermatika interna ( embolisasi ).
Pada kerusakan testis yang belum parah, evaluasi pasca bedah vasoligasi tinggi dari
Palomo didapatkan 80% terjadi perbaikan volume testis, 60-80% terjadi perbaikan analisis
semen, dan 50% pasangan menjadi hamil.
Referensi
1. http://bedahurologi.wordpress.com/2008/06/21/varikokel/
2 http://www.urologi.or.id/pdf/JURI22003_6.pdf
3 Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke 2. EGC. 2005
4 http://jowo.jw.lt/books/Kesehatan/Buku_saku_urologi_txt.txt
5 Kandell, Fouad R. Male Reproductive Dysfunction, Pathophysiology and Treatment. CRC
Press. 2007
6 http://emedicine.medscape.com/article/382288-imaging
7 Graham Sam D, Keane Thomas E. Glenns Urologic Surgery. Lippincott Williams & Wilkins.
2009
8 http://www.varicoceles.com/nonsurgical_varicocele_2006.pdf