Anda di halaman 1dari 98

ANALISIS EKSPRESI mRNA INTERLEUKIN-8 (IL-8/

CXCL8) DAN mRNA MONOCYTES


CHEMOATTRACTANT PROTEIN-1 (MCP-1/ CCL2)
PADA PENENTUAN UMUR LUKA MEMAR

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kelayakan

Persoalan umur luka di jelaskan eksplisit di Kitab Undang- Undang Hukum


Pidana dan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 8 Tahun 1981. p.36
Tahun 2012 setiap 91 detik terjadi satu kejahatan di Indonesia (Laporan
Wakabareskrim Irjen Pol Saud Usman)
Di RS Bhayangkara Makassar
Kasus perlukaan yang disertai dengan SPV: (Dugaan kasus kriminal)
Tahun 2009-2010: 55% , Tahun 2010-2011: 60%
Luka memar urutan pertama tertinggi dari seluruh jenis perlukaan:
Tahun 2010-2011: Luka memar 44%, luka terbuka 42% , luka lecet 13%, luka
bakar 1%
7 dari 12 kasus (58%) terdapat perbedaan estimasi umur luka memar
terbanyak umur luka >24 jam didapatkan pada pasien yang berkulit gelap
(Bhayangkara RS, 2011)

Bhayangkara RS, Makassar. Perlukaan 2010-2011 di Makassar. Bagian Forensik- Medikolegal UNHAS, 2011
Kitab Undang- Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 8 Tahun 1981.
p.36
.

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perlu

Metode penilaian umur luka memar yang selama ini digunakan dalam bidang
forensik yaitu :
Merah 0-1 hari, biru keunguan 1-4 hari, hijau kuning 5-7 hari, kuning
kecoklatan 8-10 hari, normal 1-3 minggu (Schwartz dan Ricci, 1996), (Knight
Bernard, 1997 dan Kumar Sanil, 2011
investigasi tentang rentetan proses terjadinya trauma sampai terjadinya luka
(patobiologi terjadinya luka)
Schwartz, Ricci. How Accurately can Bruises be Aged in Abused Children?. Literature review and synthesis. Pediatrics 1996; 97: 254-257.
Knight Bernard, The Examination of Wounds. Simpsons Forensic Medicine. Edition Eleventh. 1997.p.44-5
Kumar Sanil, Mechanical Injuries. Forensic Medicine & Toxicology. Departement of Forensic Medicine and Toxicology. 2011

1.

Latar Belakang

BAB I
PENDAHULUAN

Penting

Proses inflamasi lebih dari 24 jam diketahui melalui aktivitas monosit


menggantikan neutrofil dalam sirkulasi. (Robbins dan Cotran, 2000).
Makrofag melepaskan IL-8 untuk menarik netrofil ke tempat cedera. (Charo
IF dan Ransohoff RM, 2006)
IL-8 berafinitas tinggi untuk netrofil menuju tempat jejas (Deshmane Satish
dkk, 2009. Yoshimura dkk, 1989. Ajuebor dkk, 1998).
Monosit menuju tempat jejas di perantarai Monocyte Chemoattractant
Protein-1 (MCP-1) (Yoshimura dkk, 1989. Ajuebor dkk, 1998. Deshmane
Satish dkk, 2009)
MCP-1 berafinitas tinggi untuk asosiasi infiltrasi monosit dan berperan
mendatangkan monosit/ makrofag dari sirkulasi menuju tempat jejas. (Sozzani
dkk 1993 . Ajuebor dkk, 1998)
Ajuebor MN, Flower RJ, Hannon R, Christie M, Bowers K, Verity A, Perretti M. 1998. Endogenous monocyte chemoattractant protein-1 recruits monocytes in the zymosan
peritonitis model. J Leukoc Biol 63:108116.
Deshmane Satish, Kremlev Sergey, Amini Shohreh, Sawaya Bassel E. Monocyte Chemoattractant Protein-1 (MCP-1): An Overview. Journal of Interferon and cytokine
research volume 29, Number 6, 2009;14: 313-326.
Robbins SL, Kumar V. Mitchell RN, Acute and Chronic Inflammation. Pathologic Basis of Disease.Ed. 7. 2000;p. 58-89
Sozzani S, Molino M, Locati M, Luini W, Cerletti C, Vecchi A, Mantovani A. 1993. Receptor-activated calcium infl ux in human monocytes exposed to monocyte chemotactic
protein-1 and related cytokines. J Immunol 150:15441553
Yoshimura T, Robinson EA, Tanaka S, Appella E, Leonard EJ. 1989. Purification and amino acid analysis of two human monocyte chemoattractants produced by
phytohemagglutininstimulated human blood mononuclear leukocytes. J Immunol 142:19561962.

BAB I
PENDAHULUAN

Novel

1. Latar Belakang

Telah banyak penelitian dilakukan untuk melihat ekspresi MCP-1 pada jaringan
luka menggunakan metode kohort prospective dengan berbagai jenis sitokin
sebagai salah satu marker dalam penentuan umur luka (Kondo T, dkk. 1999).

Penelitan

tentang

umur

luka

memar

menggunakan

kadar

Monocyte

Chemoattractant Protein-1 (MCP-1) pada serum dengan metode ELISA


didapatkan hasil kadar bervariasi yang tidak signifikan

The Central Dogma of Molecular Biology


rangsangan

Ekspresi X

cytoplasma

Protein X

IL-8
MCP-1

Nukleus

mRNA

IL-4
IL1
Other
cytokie

DNA

Lawrence, G.S. 2015

Faktor down/up
regulation

Sehat
Obesitas
DM
Hipertensi
etc

2. Rumusan Masalah
Bagaimana kadar ekspresi (mRNA) IL-8 dan MCP-1 pada tubuh yang sehat
Bagaimana kadar, ekspresi (mRNA) IL-8 dan MCP-1 pada tubuh yang mengalami
luka dengan lamanya luka tersebut terjadi (umur luka)
Bagaimana kadar ekspresi yang memicu peningkatan secara genetik di (mRNA) IL8 dan MCP-1 pada

tubuh yang terdapat riwayat Diabetes Mellitus (DM) dan

mengalami luka memar


tersebut terjadi (umur luka)

terhadap penentuan umur luka dengan lamanya luka

BAB I
PENDAHULUAN

3. Tujuan Penelitian
3.1 Tujuan Umum
Mengetahui kadar, ekspresi (mRNA) IL-8 dan MCP-1 pada tubuh yang
mengalami luka dan pada kejadian adanya riwayat DM dalam keluarga dengan
lamanya luka tersebut terjadi (umur luka)

BAB I
PENDAHULUAN
Menentukan ekspresi mRNA IL8 dan mRNA MCP-1 pada tubuh sehat dan yang
mengalamai luka dengan lamanya luka tersebut terjadi (umur luka)
Menentukan ekspresi mRNA IL8 dan mRNA MCP-1 pada tubuh yang mengalamai
luka pada kejadian adanya riwayat DM dalam keluarga dengan lamanya luka
tersebut terjadi (umur luka)
Membandingkan ekspresi mRNA IL8 dan mRNA MCP-1 pada tubuh sehat dengan
yang mengalamai luka dengan lamanya luka tersebut terjadi (umur luka)
Membandingkan ekspresi mRNA IL8 dan mRNA MCP-1 pada tubuh yang
mengalamai luka pada kejadian adanya riwayat DM dalam keluarga dengan lamanya
luka tersebut terjadi (umur luka)

Menganalisa ada tidak hubungan ekspresi mRNA IL8 dan mRNA MCP-1 pada
tubuh sehat dengan yang mengalamai luka dengan lamanya luka tersebut terjadi
(umur luka)
Menganalisa ada tidak hubungan ekspresi mRNA IL8 dan mRNA MCP-1 pada
tubuh yang mengalamai luka pada kejadian dengan atau tanpa adanya riwayat
DM dalam keluarga dengan lamanya luka tersebut terjadi (umur luka) Pada
kelompok:
Kontrol dan kelompok perlakuan pada waktu yang berbeda (12 jam, 24 jam,
36 jam, 48 jam, 60 jam, 72 jam, 84 jam

BAB I
PENDAHULUAN
4. Hipotesis
Terdapat perbedaan ekspresi mRNA IL-8 dan mRNA MCP-1 antara masing-masing
kelompok umur luka.
Terdapat hubungan ekspresi mRNA IL-8 dan mRNA MCP-1 antara masing-masing
kelompok umur luka ; ekspresi mRNA IL-8 akan menurun secara gradual setelah
umur luka lebih dari 24 jam sedangkan ekspresi mRNA MCP-1 akan meningkat
secara gradual setelah umur luka lebih dari 24
Adanya peningkatan ekspresi mRNA IL-8 dan mRNA MCP-1 antara masingmasing kelompok umur luka pada kejadian yang memicu ekspresi tersebut dengan
lamanya luka tersebut terjadi (umur luka)

BAB I
PENDAHULUAN
5. Manfaat Penelitian untuk pengembangan ilmu
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah khazanah informasi ilmiah mengenai :
Ekspresi mRNA Interleukin-8 (IL-8) mRNA Monocyte Chemoattractant Protein-1
(MCP-1) pada masing-masing kelompok umur memar.
Hasil penelitian ini memberikan rujukan rentang nilai dengan bias yang rendah
melalui gambaran ekspresi mRNA Interleukin-8 (IL-8) dan mRNA Monocyte
Chemoattractant Protein-1 (MCP-1) pada masing-masing kelompok umur memar.
Dapat dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya bagi pengembangan
ilmu pengetahuan untuk penentuan umur luka, misalnya: penelitian terhadap jenis
chemokine-chemokine lain yang juga berperan sama pada jenis lekosit lainnya seperti
MIP-1, RANTES.

BAB I
PENDAHULUAN
6. Untuk pengembangan medik
Dapat diaplikasikan oleh dokter untuk mengkonfirmasi keterangan korban yang
diduga terdapat perbedaan yang cukup jauh antara keadaan luka dengan informasi
waktu terjadinya cedera sehingga dokter dapat sangat terbantu membantahkan alibi
didalam menentukan umur luka secara akurat termasuk dapat menunjukkan agent
trauma kekerasan yang mana lebih dulu terjadi melalui marker umur luka
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar
diagnostik terhadap penentuan umur luka dengan bias sekecil mungkin.

Dengan mengidentifikasi hal tersebut diatas maka akan sangat membantu para
pencari keadilan dan penegak hukum dalam menginvestigasi kapan, siapa dan
bagaimana terjadinya trauma. Hal ini tentunya akan mempersembit alibi para
pelaku, korban atau saksi yang ingin berbuat curang atau niat tidak jujur

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
II.Defenisi Luka dan Luka Memar
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit. (Seim HB, and Fossum TW dkk, 1997)
Luka memar adalah trauma pada suatu bagian tanpa merobek kulit dan dengan perdarahan subkutan (Dorlands Medical Dictionary, 2004)
Menganalisa patomekanisme terjadinya cedera/damage, konsep translating pendulum Hypothesis merupakan pendekatan yang komprehensif dan natural. Berbagai gangguan klinis berakar dari satu permasalahan biologik yang sama yaitu inflamasi. (Lawrence GS, 2005)

Lawrence, G.S. 2005. Can Anti Inflamantory and Anti Oxidant Status Predict Impaired Glucose Tolerance and Coronary Artery disease? Translating Pendulum
Phenomenon. Dipresentasikan pada: Semiloka Perhimpunan Atherosklerosis dan Penyakit Vaskuler Indonesia (PAPVI) ke-5. Jakarta. 1 Oktober

TINJAUAN KEPUSTAKAAN
II.2. INFLAMASI
Inflamasi adalah suatu jawaban atau respon protektif langsung yang ditujukan untuk menghilangkan
penyebab awal jejas sel serta membuang sel dan jaringan nekrotik yang diakibatkan oleh kerusakan
asal. (Robbins dkk, 2000)
Peristiwa dalam rekrutmen leukosit pada suatu tempat radang meliputi :

Aktivasi endotel.

Rolling leukosit, difasilitasi oleh ikatan selektin pada ligand

Adhesi kuat, difasilitasi oleh perubahan afinitas integrin terhadap ligand endotel yang diinduksi
kemokin.

Transmigrasi antar sel endotel

Migrasi ke jaringan interstisil menuju stimulus kemotaktik

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
II.2 INFLAMASI

Gbr:1: Proses migrasi lekosit dari pembuluh darah pada inflamasi akut. Dikutip d
Robbins and Cotran, 2000
Robbins SL, Kumar V. Mitchell RN, Acute and Chronic Inflammation. Pathologic Basis of Disease.Ed. 7. 2000;p. 58-89

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
II.2. INFLAMASI

Gambar 2. Grafik menunjukkan aktivitas netrofil dan monosit pada saat terjadi
inflamasi . Dikutip dari Robbins and Cotran, 2000
Robbins SL, Kumar V. Mitchell RN, Acute and Chronic Inflammation. Pathologic Basis of Disease.Ed. 7.
2000;p. 58-89

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Robbins SL, Kumar V. Mitchell RN, Acute and Chronic Inflammation. Pathologic
Basis of Disease.Ed. 7. 2000;p. 58-89

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
II.3. INFLAMASI

Gambar 3. Reaksi Inflamasi akut (Kindt G, 2006)


Kindt G, Osborne. Leukocyte Migration and Inflamation. Kuby, Imunology International edition. 6 ed: W.H Freeman;
2006.p.339-46.

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
II.3. CHEMOKINE
Disulphide bridges of Cys-Cys
30s

C
C

Antiparallel
-sheets
C
C

-Helix

N-Loop

Deshmane Satish, Kremlev Sergey, Amini Shohreh, Sawaya Bassel E. Monocyte Chemoattractant Protein-1 (MCP-1): An Overview. Journal of Interferon

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
II.3.1 MONOCYTE CEMOATTRACTANT PROTEIN-1
Chemokine diklasifikasi ke dalam 4 subfamili berdasarkan pada nomor dan lokasi
dari cysteine residu pada N-terminus dari molekul dan dinamakan : CXC, CC,
CX3C, dan C
IL-8 (CXCL8) adalah family CXC terutama bekerja untuk merekrut sel netrofil
MCP-1(CCL2) adalah anggota dari family CC yang merupakan suatu kemotaktik
yang kuat untuk monosit (Deshmane dkk. 2009)
Kemotaktik sitokin adalah sitokin (mediator yang dihasilkan oleh sel radang yang
berperan sebagai hantaran signal dari satu sel ke sel lainnya) l) ke tempat infeksi
atau kerusakan jaringan. (Rollins BJ 2003. Charo IF dkk, 1994)

Rollins BJ, 1997. Chemokines. Blood 90:909928


Charo IF, Myers SJ, Herman A, Franci C, Connolly AJ, Coughlin SR. 1994. Molecular cloning and functional expression of two monocyte chemoattractant protein 1 recepto
reveals alternative splicing of the carboxyl-terminal tails. Proc Natl Acad Sci USA 91:27522756.
Deshmane Satish, Kremlev Sergey, Amini Shohreh, Sawaya Bassel E. Monocyte Chemoattractant Protein-1 (MCP-1): An Overview. Journal of Interferon and cytokine resear
volume 29, Number 6, 2009;14: 313-326

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Interleukin-8 (IL-8/CXCL8)
IL-8/CXCL8 di produksi oleh berbagai tipe sel antara lain: makrofag dan sel
endotel sesuadah diaktifkan/diinduksi oleh TNF atau IL-1 dan produk mikroba
(Boulay, F dkk. 1991)
Pemberian makrolid menyebabkan down regulation IL-8/CXCL8 pada kasuskasus rinosinusitis kronik (RSK)
IL-8/CXCL8 berperan dalam regulasi dan infiltrasi terutama netrofil dan monosit
Fungsi IL-8/CXCL8 yang paling dominan adalah dalam rekutmen netrofil ke
jaringan yang mengalami jejas/luka. (Deshmane dkk, 2009).
IL-8/CXCL8 mengikat terutama untuk dua GPCRs, CXCR1 dan CXCR2 pada
netrofil, monosit, sel endotel, astrosit dan mikroglia.
Reshmane Satish, Kremlev Sergey, Amini Shohreh, Sawaya Bassel E. Monocyte Chemoattractant Protein-1 (MCP-1): An Overview. Journal of Interferon and cytokine research volume 29, Number 6, 2009;14: 313326

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
MONOCYTE CEMOATTRACTANT PROTEIN-1 (MCP-1/CCL2)
MCP-1 di produksi oleh berbagai tipe sel antara lain: sel endotel, epitel, otot polos,
mesangial, astrosit, monosit dan mikroglia. (Cushing dkk, 1990. Standiford dkk, 1991.
Brown dkk 1992. Barna dkk, 1994
MCP-1 berperan dalam regulasi dan infiltrasi monosit, limphosit T memory dan
Natural Killer Cell.
Fungsi MCP-1 yang paling dominan adalah dalam rekutmen monosit ke jaringan
yang mengalami jejas/luka. (Deshmane dkk, 2009)
MCP-1 bekerja melalui ikatan dengan reseptornya yaitu CCR2 melalui GPCR.
(Deshmane dkk, 2009)
Produksi MCP-1 dipengaruhi oleh LPS dan Virus
Deshmane Satish, Kremlev Sergey, Amini Shohreh, Sawaya Bassel E. Monocyte Chemoattractant Protein-1 (MCP-1): An Overview. Journal of Interferon and cytokine research volume 29, Number 6, 2009;14: 313326

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Gambar 7: Ilustrasi rekruitmen lekosit. Monosit terikat oleh integrin molekul adhesi ke endotel
setelah reseptor kemokine teraktivasi.(Charo IF dan dan Ransohoff RM, 2006)
Charo IF dan Ransohoff RM. Review Article; Mechanisms of Disease. The Many Roles of Chemokines and Chemokine Receptors in Inflammation. The New Enghland Journal,
2006.p.12: 610-621.

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Penelitian yang dilakukan oleh T. Kondo dkk, 2002, terhadap beberapa jenis
sitokin telah merekomendasikan bahwa sitokin dapat menjadi salah satu marker
dalam menentukan umur luka intravital

T.Kondo TO, R.Mori, D.W.Guan,K.Ohshima,W.Eisenmenger. Immunohistochemical detection of chemokines in human skin wounds and its application to wound age
determination. Int J Legal Med. 2002;116:87-91.

Jaringan Normal

KERANGKA TEORI

UMUR LUKA MEMAR

Pelepasan Mediator

Cedera Endotel
Aktivasi molekul adhesi
( P-Selektin, ESelektin, VCAM-1,
ICAM-1)
Mast sel

Makrofag

Ektravaasi darah
Jaringan

GPCR

Epitel,fibroblas, otot
polos

Plasma

Sel

CCR2

Histamin,
Prostaglandin,
Leukotrienes

leukosit

Monosit

Netrofil

Komplemen

>24 jam
< 24 jam

Endogen
C5a,

Chemokines

Aktifasi monoit: marginasi, rolling,adhsi


transmigrasi, migrasi

C
H
E
M
O
K
I
N
E
S

CXC

Kemotaksis

Kemotaksis

IL-8

Menuju tempat jejas

CC
MCP-1
C

CX3C

Ekspresi
mRNA<24
IL-8jam

Asma, IL-1,LPS

Ekspres i mRNA MCP1

>24 jam

Obesitas,DM, HT

BAB III
KERANGKA KONSEP
Sehat

Umur luka
memar < 24
dengan atau
tanpa riwayat
DM dalam
keluarga

umur luka
memar jam
>24 jam
dengan atau
tanpa
riwayat DM
dalam
keluarga

Cedera endotel mengaktivasi molekul adhesi; ESelektin,L- selektin, P-Selektin, VCAM-1, ICAM-1.
Komponen komplemen (C5a, leukotrin B4), Ca,
makrofag,
Aktivasi lekosit (<24 jam)
netrofil (marginasi,
rolling, adhesi, diapedesis, transmigrasi, migrasi
Aktivasi lekosit (>24 jam)
monosit
(marginasi,
rolling,
adhesi,
diapedesis,
transmigrasi, migrasi
Kemotaksis IL-8, MCP-1 ke tempat cedera

Berat
badan

Kadar,
Ekspresi
mRNA
MCP-1

Kolesterol, asam urat,


diabetes, penyakit
tulang,riwayat
penyakit

tinggi

badan

Keterangan :
Variabel bebas

Hubungan Variabel bebas

Variabel antara

Hubungan Variabel tergantung

Variabel tergantung

Hubungan Variabel kendali

Variabel kendali

Kadar,
Ekspresi
mRNA
IL-8

umur

BAB IV
METODE PENELITIAN
IV.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu penelitian
longitudinal.

kohort prospective observasi

IV.2. Tempat dan Waktu penelitian


Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Mappaoudang Makassar.
Waktu penelitian dilaksanakan pada Bulan April 2015

BAB IV
METODE PENELITIAN

IV.3. Populasi Penelitian


Populasi penelitian adalah laki-laki dan perempuan dewasa yang masuk dengan
luka memar pada daerah dimana saja, umur 15-45 tahun.

BAB IV
METODE PENELITIAN
IV.4. Sampel penelitian dan perkiraan besar sampel
Jumlah sampel penelitian adalah 25 pasien. Sampel dibagi 3 kelompok besar yaitu
kelompok I (kelompok tanpa luka, sehat) sebanyak 5 pasien. 2 kelompok berikutnya
(perkelompok jumlah sampel 10 sampel yaitu kelompok II hanya memar dengan
umur luka < 24 jam dengan atau tanpa riwayat DM dalam keluarga (yaitu umur
memar 8 jam dan kemudian diperiksa kembali dengan waktu umur 14 jam dengan
pasien yang sama), kelompok III hanya memar dengan umur luka > 24 jam dengan
atau tanpa riwayat DM dalam keluarga (yaitu umur memar 28 jam dan kemudian
diperiksa kembali dengan waktu umur 34 jam pada pasien yang sama). Diantara
kelompok diatas terdapat 5 sampel dengan riwayat DM dalam keluarga. Total 3
kelompok tersebut 25 pasien.

BAB IV
METODE PENELITIAN
IV.5.1. Kriteria Inklusi
Umur pasien 15-45 tahun, menyetujui dan menandatangani surat persetujuan
penelitian
Tidak sedang atau sementara mengkonsumsi obat antibiotik dan kadar gula darah
sewaktu normal dan pasien langsung tidak ada DM sebelumnya, hanya dengan atau
tanpa riwayat DM dalam keluarga.
Luka memar yang terjadi karena trauma tumpul, bukan karena penyakit perdarahan
Kelompok 1 Sehat, Berat Badan Ideal (BBI)
Kelompok 2, hanya luka memar dengan jumlah luka dan daerah dimana saja yang
tidak terbatas, umur luka memar < 24 jam dengan atau tanpa riwayat DM dalam
keluarga
Kelompok 3, luka memar dengan jumlah luka dan daerah dimana saja yang tidak
terbatas, umur luka memar >24 jam dengan atau tanpa riwayat DM dalam keluarga

BAB IV
METODE PENELITIAN
IV.5.2. Kriteria Eksklusi
Pada saat berlangsungnya observasi penelitian terjadi luka selain memar, terjadi
alergi, kolesterol tinggi kadar > 200 mg/dL dan kadar asam urat > 8 mg/dL
Sampel darah rusak
Jumlah darah tidak mencukupi
Terdapat stress (takut)
Selama observasi berlangusng, tidak terdapat luka lain selain luka memar diatas

BAB IV
METODE PENELITIAN
IV.6. CARA KERJA
IV.6.1 ALOKASI SUBYEK
Subyek pada penelitian ini adalah pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan
eklsklusi sampai periode penelitian selesai dilakukan

IV.6.2 PROSEDUR PELAKSANAAN


Pasien yang masuk dengan luka memar daerah mana saja, dilakukan pemeriksaan;
anamnesis (mulai dari pertanyaan kronologis kejadian termasuk waktu terjadinya
trauma sampai riwayat riwayat penyakit), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang dan didiagnosis luka memar karena trauma tumpul sambil melakukan
riwayat tindakan rawat luka dan informed concent untuk tujuan pengambilan sampel
darah dengan menjelaskan maksud dan tujuannya untuk meminta persetujuan
pasien. Setelah ada persetujuan baru tindakan pengambilan sampel darah dari vena
cubiti sebanyak 3 cc..

BAB IV
METODE PENELITIAN
IV.6.2 PROSEDUR PELAKSANAAN
Darah ini diambil selain persiapan pemeriksaan kadar mRNA IL-8 dan mRNA
MCP-1 juga untuk pemeriksaan kadar kolesterol dan asam urat, setelah ada hasil
laboratorium kolesterol, asam urat yang memenuhi kriteria sesuai kelompoknya
masing-masing, maka pemeriksaan kadar mRNA IL-8 dan mRNA MCP-1 dapat
diproses yaitu dengan mengambil 1 tetes darah dimasukkan kedalam tabung L6
untuk dilakukan pemeriksaan ekspresi mRNA IL-8 dan mRNA MCP-1 sisanya
darah dilakukan untuk pemeriksaan kolesterol dan asam urat. Pencatatan label
pada sampel dengan menggunnakan kode penomoran.

BAB IV
METODE PENELITIAN
IV.6.2 PROSEDUR PELAKSANAAN
Sampel pada tahap 1 ( L6 ditambah 1 tetes darah) disimpan dalam lemari pendingin
dengan suhu -200c di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Hasanuddin. Setelah
seluruh sampel tersebut terkumpul, lalu dilakukan ektraksi RNA untuk melihat
ekspresi mRNA IL-8 dan mRNA MCP-1 dengan teknik Real Time PCR.dengan
memakai cara: Ekstraksi RNA

dengan metode Boom (Hatta, dkk, 2007)

(Mochammad Hatta and Henk, L, Smith, 2007. Boom, 1990)

Darah dimasukkan kedalam 500 l larutan buffer lisis L6 pada tube yang
mempunyai penutup. Kemudian campuran ini disentrifus pada 12.000 rpm selama
10 menit. Sedimen sampel yang telah dipekatkan ini dihomogenkan selama 30
menit. Sebelum ditambahkan suspensi diatom, campuran buffer L6 yang telah
mengandung RNA hasil ekstraksi disentrifus 2-3 menit pada kecepatan 12.000
rpm, selama 15 detik.

BAB IV
METODE PENELITIAN
IV.6.2 PROSEDUR PELAKSANAAN
Supernatan dibuang, endapan dicuci lagi dengan 1 ml aseton, dirotasi dan
disentrifus pada 12.000 rpm selama 15 detik, kemudian supernatan kembali
dibuang. Aseton yang tersisa dalam endapan ( sedimen) diuapkan dengan membuka
penutup tabung dan dipanaskan dengan oven pada suhu 50-55 0C selama kurang
lebih 10 menit (Mochammad Hatta and Henk, L., Smiths., 2007. Boom, 1990).
Setelah sedimen mengering, TE buffer elusi ditambahkan sebanyak 60 ml kemudian
dirotasi secara merata sehingga sedimen dan suspensi tersebut dapat larut.
Kemudian tabung diinkubasi dalam oven pada suhu 56 0 selama 10 menit. Kemudian
campuran tersebut disentrifus dengan kecepatan 12.000 rpm selama 30 detik .

BAB IV
METODE PENELITIAN
IV.6.2 PROSEDUR PELAKSANAAN
Supernatan diambil secara hati-hati sebanyak 40-50

l dari supernatan dan

dimasukkan ke dalam tabung baru. Hasil ekstraksi disimpan pada suhu -80 0C
(Mochammad Hatta and Henk, L., Smits., 2007. Boom, 1990).

BAB IV
METODE PENELITIAN

Prinsip Real-time PCR (Polimerase Chain Reaction) adalah teknik yang digunakan

untuk menggandakan DNA target dari suatu sel yang diamati yaitu sel lekosit (netrofil
dan monosit) yang dilakukan untuk tujuan mengetahui kuantitas DNA target dengan
melihat ekspresi gen (kuantifikasi mRNA IL-8 dan mRNA MCP-1), deteksi keberadaan
DNA target, menentukan jenis SNP (single Nukleotida Polimorphisme),

menentukan kurva Tm (Melting Curve) dan melakukan screening High Resolution


Melting (HRM).

Beberapa macam Aplikasi dari Real Time PCR yang dipilih adalah Analisa kuantifikasi
relatif atau disebut juga analisa ekspresi gen. Untuk aplikasi ini dibutuhkan target
mRNA hasil isolasi yang telah dikonversi menjadi cDNA. Analisanya dapat dilakukan
menggunakan kurva standar maupun tanpa kurva standar ( disebut juga dengan
comparative Ct).

BAB IV
METODE PENELITIAN

Interpretasi hasil
Nilai kuantifikasi relatif diperoleh dari normalisasi hasil target terhadap gen
housekeeping yang dimiliki oleh sel lekosit yang diamati

BAB IV
METODE PENELITIAN
Protokol Realtime Polymerase Chain Reaction (PCR)
Total mRNA diisolasi dari sampel darah yang diperoleh dengan protocol
menggunakan metode Boom. Kuantitatif real-time polymerase chain reaction
menggunakan BRILLIANT II SYBR dengan mengikuti instruksi produk. Primer
untuk VDR disintesis dengan menggunakan Macrogen (Korea), primer VDR; 5-3
dan R: 5-3.

Parameter siklus termal adalah 30 detik pada suhu 95 0C dan 40 siklus denaturasi pada
suhu 950C selama 10 detik kemudian annealing 600C selama 15 detik dan ekstensi pada
suhu 720C selama 40 detik. Semua pemeriksaan PCR diulang sebanyak 3 kali dan data
dianalisis dengan system deteksi instrument Mx4000 menggunakan metode perbandingan
ambang batas siklus (using the comparative threshold cycle method). Kurva standar dibuat
dan merupakan indikasi efisiensi amplikasi yang baik (90-100%).

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
IV.7. DEFINISI OPERASIONAL DAN KRITERIA OBYEKTIF
IV.7.1. Definisi Operasional
Luka memar adalah luka yang terjadi karena trauma dari luar (trauma mekanik)
bukan karena penyakit pembuluh darah atau leukimia.
Umur luka memar adalah luka memar yang terjadi dikelompokkan berdasarkan
keterangan waktu terjadinya luka dari pasien. Masing-masing kelompok perlakuan
yaitu kelompok sehat, kelompok luka memar < 24 jam dengan atau tanpa riwayat
DM dalam keluarga, kelompok luka memar > 24 jam dengan atau tanpa riwayat
DM dalam keluarga.

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
IV.7. DEFINISI OPERASIONAL DAN KRITERIA OBYEKTIF
IV.7.1. Definisi Operasional
Jumlah luka memar tidak terbatas adalah pasien yang masuk dengan luka memar
karena trauma dari luar (trauma tumpul) dengan jumlah luka yang tidak dibatas
Lokasi luka tidak terbatas
Ukuran luka dan warna memar adalah mengukur ukuran memar dengan
menggunakan batas warna luka sebagai batasan pengukuran, dan warna luka
yang di interpretasikan adalah mengurut warna yang paling dominan sampai yang
tidak dominan

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
IV.7. DEFINISI OPERASIONAL DAN KRITERIA OBYEKTIF
IV.7.1. Definisi Operasional
kemudian mendokumentasikan gambar memar dan mencatatnya dan penentuan
ukuran memar berdasarkan batasan warna dari tepi luka terluar. Penentuan
ukuran luka yang diambil tidak dibatasi dan tidak membatasi dari ukuran
memaryang akan diteliti, namun akan mengelompokkan setiap pasien
berdasarkan umur dengan warna memar dan ukuran luka yang sama pada saat
analisa nanti.
Ekspresi mRNA IL-8 adalah gambaran mRNA IL-8 yang tampak pada hasil
pengujian dengan menggunakan teknik pemeriksaan real time PCR

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
IV.7. DEFINISI OPERASIONAL DAN KRITERIA OBYEKTIF
IV.7.1. Definisi Operasional
Ekspresi mRNA MCP-1 adalah gambaran mRNA MCP-1 yang tampak pada
hasil pengujian dengan menggunakan teknik pemeriksaan real time PCR
Riwayat Diabetes Mellitus dalam keluarga adalah ada satu atau lebih keluarga
terdekat (ayah, ibu, adik atau kakak) yang di diagnosis oleh dokter dengan DM
ditegakkan berdasarkan diagnosa klinis (poliuri, polifagi, polidipsia, lemes dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan ditambah hasil pemeriksaan
gula darah sewaktu dengan kadar > 200c mg/dL.

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
IV.7. DEFINISI OPERASIONAL DAN KRITERIA OBYEKTIF
IV.7.2. Kriteria Obyektif

Ekspresi mRNA IL-8 dan

mRNA MCP-1 merupakan hasil yang didapat

dengan menggunakan metode Real Time PCR kuantitatif dengan menggunakan


alat Real Time PCR skala numerik dan satuan logaritme
Kadar IL-8 dan kadar MCP-1 adalah hasil yang
didapat dari mikroplat pembaca dengan skala numerik dan satuan pg/ml
(picogram per mililiter)

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
IV.8. Metode Analisis
Semua data yang diperoleh dari hasil penelitian, dicatat kemudian dilakukan
analisis yang sesuai yaitu :
Uji Independent sample T test membandingkan antara satu kelompok dengan
masing-masing kelompok lainnya.
Uji Korelatif Pearson, untuk menentukan hubungan antara dua kelompok
dengan skala numerik, dalam penelitian ini untuk menentukan hubungan antara
ekspresi mRNA IL-8 dan mRNA MCP-1 dengan umur luka

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
IV.9 Alur Penelitian

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
V.A Hasil Penelitian
V.A.1. Gambaran Umum dan Karakteristik Sampel Penelitian

Pada penelitian ini dilaksanakan selama satu (1) bulan yaitu bulan April 2015 bertempat di RS.

Bhayangkara Makassar, dan sampel diperiksa di Laboratorium Mikrobiologi dan Biomolekuler Universitas

Hasanuddin Sampel darah peneltian diambil dari 25 pasien yang mengalami kekerasan karena trauma

tumpul yang memenuhi kriteria inklusi terbagi 3 (tiga) kelompok yaitu satu kelompok kontrol sebanyak 5

pasien sehat, dan sisa kelompoknya terdiri dari kelompok umur luka memar < 24 jam sebanyak 10 pasien

dengan atau tanpa riwayat DM dalam keluarga, >24 jam sebanyak 10 pasien dengan atau tanpa riwayat DM

dalam keluarga

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
V.A.2. Deskripsi Karakteristik Subyek sampel
Karakteristik sampel penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel. 5.1. Data karakteristik sampel penelitian

Tabel. 5.1. Data karakteristik sampel penelitian

Tabel. 5.1. Data karakteristik sampel penelitian

Tabel. 5.1. Data karakteristik sampel penelitian

Tabel. 5.2. Deskripsi luka

Dari 25 pasien terbagi 2 kelompok umur yaitu umur 15-30 tahun sebanyak 16 pasien dan 31-

45 tahun sebanyak 9 pasien, dengan jenis kelamin yaitu 5 laki-laki dan 20 perempuan. Total
25 pasien dengan warna kulit pasien terdiri dari 16 pasien sawo matang dan 9 kuning langsat.
25 pasien terbagi 5 sehat, dan 20 pasien luka memar terdiri dari 5 warna luka kemerahan, 2
warna luka merah kecoklatan, 2 warna luka merah keunguan dan 1 ungu kebiruan dengan
umur luka 8 jam dan tidak mengalami perubahan warna luka setelah umur luka 14 jam.
Berikut kelompok umur luka memar 28 jam dan tidak mengalami perubahan warna luka
setelah 34 jam yaitu 5 warna luka kemerahan, 1 warna luka merah keunguan, 1 warna luka
merah kecoklatan, 2 warna luka ungu kemerahan dan 1 warna luka kecoklatan dengan umur
luka 28 jam dan 34 jam. 20 luka memar tersebut dengan kategori dengan atau tanpa riwayat
DM dalam keluarga dan kategori lainnya dalam batas normal yaitu berat badan, tinggi badan,
vital sign, kolesterol, gula darah sewaktu dan asam urat sedangkan sebanyak 19 pasien yaitu
masing-masing terdapat satu jumlah luka memar setiap pasiennya dan 1 pasien dengan dua
jumlah luka memar dengan lokasi, ukuran, bentuk dan pembengkakan serta sifat luka yang
tidak sama dari 20 pasien tersebut. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.1 diatas

Tabel. 5.2. Data perbandingan umur luka berdasarkan anamnesis, warna luka dan
ekspresi mRNA IL-8 dan mRNA MCP-1

Tabel 5.2
memperlihatkan warna kulit memar untuk penentuan estimasi umur luka berdasarkan
parameter standar umur luka secara makroskopik yang selama ini digunakan melalui
perubahan warna memar terdapat perbedaan yang sangat besar biasnya dan sangat jauh
berbeda hasil interpretasi pemeriksaan bila membandingkan dari hasil anamnesis langsung
terhadap pasien yang diperiksa yaitu sejak pertama terjadinya luka sampai pemeriksaan
dilakukan. Didapatkan kemaknaan umur luka yaitu pada hasil pengukuran warna luka
memar yaitu kemerahan didapatkan 5 dari 10 pasien dengan umur luka 8 jam dan 14 jam.
Keadaan warna kulit diamati ini termasuk kategori kulit Asia. Warna kulit ini berbeda
dengan warna kulit ras kaukasoid dan ras negroid. Perbedaan ini disebabkan adanya
melanin (pigmen alami) diproduksi oleh oksidasi asam amino tirosin, diikuti oleh
polimerisasi yang merupakan kelompok sel yang dikenal dengan melanosit. Melanosit ini
memproduksi melanin yang ditemukan di lapisan basal epidermi. Warna kecoklatan sampai
kehitaman adalah akibat jumlah pigmen melanin yang bervariasi.

Pada penelitian ini didapatkan ekspresi mRNA IL-8 dan mRNA MCP-1 pada
kelompok sehat, kelompok dengan umur luka memar < 24 jam dengan atau tanpa
riwayat DM dalam keluarga serta kelompok > 24 jam dengan atau tanpa riwayat
DM. Hasil data ini terlihat pada tabel 1 yaitu data karakteristik sampel yaitu kadar
mRNA yang didapatkan dengan hasil pemeriksaan pada tingkat seluler yaitu
mRNA IL-8 dan mRNA MCP-1 dengan jumlah sampel kelompok luka memar
sebanyak 10 pasien setiap kelompoknya.

Tabel. 5.3. Data perbandingan ekspresi setiap sampel

Data sampel pada tabel 5.3


diatas merupakan sampel berpasangan oleh karena pasien yang diobservasi adalah
pasien yang sama dan observasi pengukuran dalam 2 waktu yaitu umur luka memar
8 jam ke 14 jam dan umur luka memar 28 jam ke 34 jam

Tabel 5.4: Gambaran statistik ekspresi mRNA pada masing-masing kelompok umur luka

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil uji normalitas dengan shapiro-Wilk test pada tabel 5.4 memperlihatkan nilai
signifikan > 005. Hal ini menunjukkan bahwa data sampel berdistribusi normal
untuk semua kelompok baik pasien normal/ sehat (kontrol) maupun kelompok
umur luka <24 jam (8 jam dan 14 jam) dan kelompok >24 jam (28 jam dan 34
jam).

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
V.A.3. Perbandingan ekspresi mRNA IL-8 dan mRNA MCP-1 dengan umur
luka menggunakan uji Independent sample T test

Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara
dua kelompok yang tidak berhubungan dan melihat perbedaan rata-rata yang paling
tinggi.

Tabel 5.5. Gambaran statistik ekspresi mRNA pada masing-masing kelompok umur luka

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dari tabel 5.5 diatas memperlihatkan bahwa antara kelompok ekspresi mRNA IL-8 kontrol dan

ekspresi mRNA IL-8 8

jam didapatkan nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,267, dan ekspresi mRNA MCP-1 kontrol dan ekspresi mRNA MCP-1 14 jam
didapatkan nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,436. Nilai signifikan sebesar 0,267 dan 0,436 > 0,05. Hal ini menunjukkan tidak
ada perbedaan umur luka ekspresi mRNA IL-8 kontrol dan ekspresi mRNA IL-8, sama halnya dengan kelompok ekspresi
mRNA MCP-1 kontrol dan ekspresi mRNA MCP-1 14 jam juga menunjukkan tidak ada perbedaan umur luka ekspresi
antara kedua kelompok tersebut. Berbeda halnya dengan kelompok antara umur luka ekspresi mRNA IL-8 kontrol dengan
ekspresi mRNA 14 jam, 28 jam dan 34 jam serta antara umur luka ekspresi mRNA antara MCP-1 kontrol dengan 8 jam, 28
jam dan 34 jam memperlihatkan perbandingan nilai signifikan sebesar 0,007, 0,000, 0,000 serta antara ekspresi MCP-1
kontrol dengan 8 jam, 28 jam,34 jam memiliki nilai signifikan sebesar 0,034, 0,022 dan 0,000 . Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan bermakna umur luka antara ekspresi IL-8 kontrol dengan ekspresi mRNA IL-8 14 jam,28 jam
dan 34 jam dan antara kelompok umur luka ekspresi mRNA MCP-1 kontrol dengan 8 jam, 28 jam dan 34 jam

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. B. Pembahasan

Prosedur pengambilan, penyimpanan dan pemeriksaan ekspresi mRNA IL-8 dan ekspesi mRNA MCP-1
mengikuti ketentuan standar prosedur yang sudah ditentukan yaitu pengambilan darah 3 cc dimasukkan kedalam
tabung L6 sebanyak 1 cc dan sisa darah dimasukkan ke dalam tabung EDTA untuk penyimpanan sampel
dengan suhu penyimpanan -200C. Setelah darah disentrifus adalah hal yang diperhatikan oleh peneliti dan tim
laboratorium selain teknik pipet dan teknik pencampura reagen yaitu dengan menghindari terbentukny busa serta
lamanya proses penyimpanan sampel di -20 0C. Semua prosedur, batasan waktu dan prinsip kerja tersebut diatas
sangat diperhat ikan dan mengikuti instruksi petunjuk penggunaannya sehingga tingkat kesalahan prosedur dan
kesalahan pembacaan hasil ekspresi mRNA IL-8 dan ekspresi mRNA MCP-1 dengan analisa kuantitatif dengan
target mRNA hasil isolasi yang telah di konversi cDNA.Analisanya menggunakan kurva standar.

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memperlihatkan ekspresi mRNA interleukin-8 (IL-8). IL-8 merupakan sitokin jenis
chemokine family CXC dan ekspresi mRNA Monocyte Chemoacctractant Protein-1 (MCP-1).
MCP-1 adalah sitokin yang sekarang lebih dikenal dengan nama chemokine. MCP-1 merupakan
salah satu jenis chemokine family CC. Sitokin adalah protein sistem pertahanan tubuh yang
dihasilkan ketika tubuh kita menemukan sebuah stimulus. Setelah diinduksi, sitokin membantu
menentukan bagaimana sistem pertahanan tubuh harus menanggapi dan menjalankan peranannya.
Setiap sitokin berikatan dengan reseptor sel yang ada pada permukaan spesifik. Kaskade sinyal
intraselular berikutnya kemudian mengubah fungsi sel. Biasanya, sitokin baik bertindak dengan
cara parakrin untuk memodulasi aktivitas sel-sel sekitarnya, atau dengan cara autokrin untuk
mempengaruhi sel yang diproduksi itu. (Robbins dan Cotran, 2010).

Peranan sitokin atau chemokine ini terjadi sejak adanya inflamasi, dan

awal

terjadinya trauma, maka makrofag berperan untuk mengatasi keadaan damage di


jaringan. Bersamaan makrofag bekerja

mengatasi keadaan dijaringan juga

melepaskan sinyal sitokin-sitokin terutama IL-8 untuk membawa sel netrofil keluar
dari pembuluh darah menuju kejaringan interstitiel dan setelah 24 jam netrofil
bekerja peranannya diganti oleh sitokin dan chemokin-chemokine lainnya terutama
MCP-1. MCP-1 ini tidak hanya dihasilkan oleh monosit tetapi juga dihasilkan oleh
makrogaf yang ada di jaringan dan beberapa sel lainnnya sedangkan diketahui
makrofag juga berperan pertama kali ketika adanya inflamasi pada jaringan. (Rollins
BJ 1997. Charo IF dkk, 1994)

Sehingga hal ini yang menjadi dasar pengambilan sampel awal umur luka < 24
jam untuk melihat peranan netrofil dan ternyata diawal-awal luka < 24 jam
tersebut ekspresi IL-8 sebagai marker sinyal mendatangkan netrofil ke jaringan
didapatkan hasil ekspresi mRNA IL-8 yang sehat dan damage luka memar umur 8
jam,14 jam, 28 jam dan 34 jam memperlihatkan ekspresi mRNA yang sehat ke 8
jam tidak ada perbedaan signifikan, sebab kenaikan ekspresi sangat tidak kuat.
Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.6 seperti yang diperlihatkan pada uji data
korelasi pearson. Berbeda halnya antara sehat dan umur luka yang di ukur 14 jam,
28 jam dan 34 jam memperlihatkan signifikan ekspresi dan ini sejalan dengan
teori hipotesis sebelumnya, sampai pada ekspresi mRNA IL-8 umur luka 28 jam
terdapat perbedaan ekspresi mRNA IL-8

Semakin bertambah umur luka maka semakin meningkat ekspresi mRNA IL-8, namun dititk
melewati 24 jam tidak memperlihatkan ekspresi mRNA IL-8 umur luka >24 jam menurun
seperti hipotesis awal. Hal ini disebabkan bahwa ekspresi mRNA IL-8 tidak hanya dilepaskan
oleh makrofag yang ada dijaringan tapi juga dari netrofil itu sendiri yang melepaskan sinyal IL8 sehingga hasil ekspresi mRNA IL-8 di umur luka > 24 jam tetap semakin meningkat. Hasil
penelitian ini juga tidak dapat menunjukkan di jam ekspresi mRNA IL-8 berapa menurun.
Hubungan antara ekspresi mRNA IL-8 dan mRNA MCP-1 pada jam umur luka yang sama yaitu
antara umur luka; 8 jam pada mRNA IL-8 dan mRNA MCP-1, 14 jam pada mRNA IL-8 dan
mRNA MCP-1, 28 jam pada mRNA IL-8 dan mRNA MCP-1 dan 34 jam pada mRNA IL-8 dan
mRNA MCP-1 memperlihatkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur luka yang
sama. Hal ini dapat dilihat pada grafik kerja sel netrofil dan monosit. Grafik ini
memperlihatkan tarikan garis yang sama-sama naik. Sehingga hal ini yang dikatakan tidak
terdapat hubungan anatar kedua ekspresi tersebut. Alasan yang mendasari adalah standar
ekspresi umur luka sehat tidak sama antara ekspresi mRNA IL-8 dan ekspresi mRNA MCP-1.
Hal ini dapat dilihat pada gambar grafik berikut:

Didapatkan Ekspresi MCP- 1 meningkat pada umur luka 28 jam, sementara ekspresi m RNA
IL-8 rata-rata tetap lebih rendah dari ekspresi mRNA MCP-1. Namun hal ini menunjukkan
tidak ada perbedaan meskipun ekspresi mRNA MCP-1 14 jam dengan mRNA IL-8
menunjukkan signifikan ekspresi secara angka. Namun tetap tidak ada perbedaan pada hasil
penelitian diantara kedua ekspresi ini. Hal ini disebabkan ekspresi awal MCP-1 kontrol jauh
lebih tinggi ekspresinya dibandingkan ekspresi mRNA IL-8 kontrol/sehat. bervariasi pada
setiap sampel.
Pengikatan kemotaktik agent dengan permukaan lekosit yang spesifik melalui aktivasi dari Gprotein-coupled receptors (GPCR). Proses inflamasil lebih dari 24 jam diketahui melalui
aktivitas monosit melalui perantara MCP-1 menggantikan neutrofil dalam sirkulasi. (Robbins
dan Cotran, 2000). Artinya kadar Monocyte Chemoattractant Protein-1 (MCP-1) akan meningkat
secara gradual setelah umur luka cedera lebih dari 24 jam. Hal ini sesuai hipotesis yang
didapatkan, terdapat kenaikan ekspresi .

Diketahui bahwa didalam sel (monosit, endotel) terdapat mitokondria yang berfungsi
sebagai pusat respirasi seluler. Untuk perannya (termasuk pergerakan sel), sel membutuhkan
energi sedangkan pada keadaan hiperglikemik, terjadi gangguan metabolisme energi. Keadaan ini
dapat mengakibatkan gangguan fungsi netrofil dan monosit. Gangguannya dapat berupa
pergerakan (kemotaksis) menyebabkan kemotaksis monosit terganggu yaitu pergerakan yang
lebih lambat (lazy leucocyte disorder) menjelaskan netrofil, monosit tidak berperan aktif menuju
tempat inflamasi, kemampuan fagositosis menurun, dan menurunnya kemampuan membunuh
kuman, kemampuan melengket menurun. (Wilson RM dkk, 1994). Pada permukaan sel terdapat
reseptor CCR2. CCR2 berperan mengikat MCP-1. Tingkat ekspresi CCR2 dapat dideteksi
melalui monosit/ makrofag. Saat terjadinya cedera umur luka lebih dari 24 jam, monosit
teraktivasi salah satunya menghasilkan MCP-1. Tingkat akivitas MCP-1 dapat ditunjukkan
melalui mediasi CCR2, G Protein Couple Reseptor dan seven transmembran domain reseptor.
(Boring L dkk. 1996, Gao J dkk. 1995, Kurihara T dkk, 1996). Penelitian ini meskipun adanya
DM mempengaruhi aktivitas mRNA IL-8 dan ekspresi mRNA MCP-1 namun tidak terdapat
perbedaan ekspresi bila hanya secara genetik terdapat riwayat DM.

Pada keadaan dengan adanya DM, baik netrofil ataupun monosit tidak berperan
karena kondisi hiperglikemik. Akibatnya proses penyembuhan luka lama dan kemampuan
monosit memproduksi MCP-1 menurun atau tidak maksimal. Pada penelitian ini, tempat cedera
tidak hanya di endotel (karena luka memar) akan tetapi cedera juga terjadi di jaringan
sementara MCP-1 tidak hanya terdapat pada sirkulasi darah tempat pengambilan sampel, tetapi
juga ada pada jaringan. MCP- 1 yang diproduksi oleh monosit dan sel endotel menuju ke
jaringan (makrofag) yang cedera atau yang sementara mengalami perbaikan/ repair, bertujuan
untuk mengatasi inflamasi. Sementara penelitan ini mengambil sampel yang diperiksa hanya
melalui darah (serum), tidak pada jaringan, sehingga kadar MCP-1 yang terbaca pada penelitian
ini adalah yang terlacak bebas didarah. Salah satunya inilah yang menyebabkan ekspresi
mRNA MCP-1 tampak rendah pada sampel darah yang diperiksa. Keadaan lain yang juga
mempengaruhi rendahnya kadar MCP-1, dapat dijelaskan salah satunya bahwa monosit dan
makrofag terstimulasi oleh chemokine jenis lainnya, salah satunya yaitu RANTES (Regulated
on Activtion, Normal T expressed and Secreted) kemokain yang juga subfamily CC yang sama
dengan MCP-1 Karena monosit yang kuat untuk MCP-1 ini juga terekspresi jenis chemokine
lainnya yaitu Chemokine jenis RANTES.

Dijelaskan bahwa pemahaman atau paradigma awal, para peneliti bahwa spesifisitas
kemokin menghancurkan target sel satu kemokin-satu tipe sel. Namun semakin banyak
ditemukannya jenis kemokin dan reseptornya, hal tersebut semakin jelas bahwa ternyata sangat
banyak spesifitas reseptor ligan yang saling tumpang tindih, yang mengarah kepada banyaknya
dasar yang mesti dipertimbangkan tentang system dari kemokin yang penuh dengan redundansi.
(Craig Gerard ad Rollins BJ, 2001). Perhatikan gambar 7 (Kelvin DJ dkk, 1993). Ketika terjadi
damage atau cedera setelah 24 jam, maka monosit mengatasi keadaan inflamasi menggantikan
peran netrofil yang mengalami apoptosis melalui perantara chemokine, salah satunya MCP-1.
MCP-1 berperan aktif tidak hanya menuju ke tempat cedera, tetapi juga pada keadaan adanya
bakteri, infeksi mycobacterial, terpapar toksin dan iskemik. (Charo IF dan Ransohoff RM,
2006). Sehingga pada sampel yang di ukur tidak pada pasien yang dapat memicu up regulation
ataupun down regulation. MCP- 1 dapat tetap meningkat meskipun ada cedera dari trauma luar
(misalnya luka memar) telah mengalami penyembuhan atau repair yaitu pada beberapa keadaankeadaan kondisi patologis seperti penyakit kardiovaskuler, multipel sklerosis, rhematoid arthtritis
dan berbagai penyakit lainnya yang memainkan peranan penting didalam pengawasan rutin
sistem imun dan pembersihan infeksi akut karena virus bisa juga pemeriksaan kadar MCP-1
sudah tinggi sebelumnya

Penyakit-penyakit inflamasi akut dan inflamasi kronik yang menyebabkan MCP-1 meningkat
yaitu pada kondisi-kondisi arthtritis, penyakit pernapasan dan arteriosklerosis. (Clark-Lewis
dkk, 1995). Perhatikan gambar 8 tentang ilustrasi peran MCP-1 pada keadaan aterosklerosis.
(Charo IF dan Ransohoff RM, 2006). MCP-1 tinggi ekspresinya oleh karena tidak hanya
diproduksi oleh endotel tapi banyak sel, diantaranya fibroblast, astrosit, sel epitel, sel otot
polos, monosit, makrofag dan osteoblas. (Deshmane Satish dkk, 2009).

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Membandingkan dan menghubungkan ekspresi mRNA IL-8 dan MCP-1pada kelompok


berpasangan untuk memperkecil bias hasil penelitian.
Meskipun secara perbandingan ekspresi mRNA IL-8 dan ekspresi mRNA MCP-1
memperlihatkan signifikan perbedaan namun masih banyak faktor yang tidak dapat
dikendalikan seperti faktor

lingkungan dan genetic sehingga hasil penelitian ini perlu

dilanjutkan untuk mengukur ekspresi mRNA IL-8 dan mRNA MCP-1


Berdasarkan uraian diatas dari hasil penelitian ini maka penentuan umur luka memar dengan
menganalisis ekspresi mRNA IL-8 dan ekspresi mRNA MCP-1 sebagai marker untuk
penentuan umur luka memar tetap masih perlu eksplorasi yang lebih mendalam untuk
menyingkirkan kemungkinan- kemungkinan keadaan up regulation dan down regulation dari
marker yang diukur sehingga untuk penentuan umur luka secara akurat masih diperlukan
peran marker lain seperti beberapa jenis sitokin yang juga berperan pada proses peradangan
sehingga dapat menjelaskan respon perjalanan inflamasi yang sebenarnya dan perlu
membandingkan dengan kelompok chemokine jenis lain yang sama-sama menarik monosit ke
tempat jejas.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1 Kesimpulan
Terdapat perbedaan yang bermakna antara ekspresi mRNA IL-8 pasien sehat dan
Ekspresi mRNA IL-8 pada keadaan terjadinya luka memar 8 jam, 14 jam, 28 jam dan
34 jam
Terdapat hubungan peningkatan yang signifikan bermakna pada ekspresi mRNA
IL-8 dari kelompok umur luka memar 14 jam ke 28 jam dan ke 34 jam.
Terdapat hubungan peningkatan yang signifikan bermakna pada ekspresi mRNA
MCP-1 dari kelompok umur luka memar 28 jam ke 34 jam.

Tidak terdapat hubungan yang kuat antara ekspresi mRNA IL-8 dengan mRNA
MCP-1 karena diumur luka yang sama baik pada ekspresi mRNA IL-8 dengan
ekspresi mRNA IL-8 MCP-1 memperlihatkan ekspresi mRNA sama-sama
naik pada jam umur luka yang sama.
Hasil ekspresi mRNA IL-8 maupun ekspresi mRNA MCP-1 di umur luka
24 jam tetap memperlihatkan peningkatan

>

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.2. Saran
Banyaknya faktor up regulation dan down regulation

yang mempengaruhi

ekspresi mRNA IL-8 dan ekspresi mRNA MCP-1, sehingga penelitian ini penting
untuk dilanjutkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap penentuan
umur luka melalui pemeriksaan ekspresi mRNA IL-8 dan mRNA MCP-1 dengan
marker lain yang bekerja pada sel yang sama.
Sebaiknya perlu observasi intake makanan dan minuman sebelum pengukuran
ekspresi mRNA IL-8 dan ekspresi mRNA MCP-1 di jam ke dua pengukuran
berikutnya. Hal ini untuk melihat seberapa besar persentase pengaruhnya terhadap
ekspresi mRNA IL-8 dan ekspresi mRNA MCP-1 dalam rangka melihat apakah
terdapat faktor pembiaran dan penelantaran terhadap kasus-kasus kriminal

Perlu melakukan pengukuran pada

kasus-kasus luka terbuka untuk melihat

seberapa besar pengaruh besarnya luka

terhadap ekspresi mRNA. Hal ini

bertujuan untuk membantu korban-korban mati berbicara melalui ekspresi


mRNA. Sehingga membantu hakim dalam memutuskan berat hukuman yang
harus diberikan kepada pelaku kejahatan.
Sebaiknya dilakukan pemeriksaan kadar MCP-1 pada semua mencit sebelum
penelitian dimulai ( sebagai kontrol internal).

Keterbatasan pengukuran luka hanya sampai pada umur luka 34 jam


sehingga perlu pengukuran waktu umur luka > 34 jam. Hal ini penting
melihat di jam umur luka berapa ekspresi mRNA IL-8 dan ekspresi mRNA
MCP-1 menurun. untuk membuktikan kebenaran peran monosit >24 jam
menggantikan netrofil setelah 24 jam

DAFTAR PUSTAKA

1. Ajuebor MN, Flower RJ, Hannon R, Christie M, Bowers K, Verity A, Perretti M. 1998.
Endogenous monocyte chemoattractant protein-1 recruits monocytes in the zymosan peritonitis
model. J Leukoc Biol 63:108116.
2. Andrew T.A. Dating and Timing of Injuries; Art, Science or Both. The Legal
Conundrum.State of New Hampshire. 2011
3. Barna BP, Pettay J, Barnett GH, Zhou P, Iwasaki K, Estes ML. 1994 Regulation of monocyte
chemoattractant protein-1 expression in adult human non-neoplastic astrocytes is sensitive to
tumor necrosis factor (TNF) or antibody to the 55-kDa TNF receptor. J Neuroimmunol 50:101
107.
4. Bhayangkara RS, Makassar. Perlukaan 2010-2011 di Makassar. Bagian ForensikMedikolegal UNHAS, 2011.
5. Boring, L. et al. (1996) J. Biol. Chem. 271:7551
6. Boulay, F., Tardif, M., Brouchon, L., Vignais, P. (1991) the human N-Formylpeptide
receptor: characterization of two cDNA isolates and evidence for a new subfamily of G-proteincoupled receptors. Biochemistry 29. 11123-11133

7. Brown Z, Strieter RM, Neild GH, Thompson RC, Kunkel SL, Westwick J. 1992. IL-1
receptor antagonist inhibits monocyte chemotactic pep J.
1992. IL-1 receptor antagonist inhibits monocyte chemotactic peptide 1 generation by human
mesangial cells. Kidney Int 42:95101.
8. Campbell NA, Reece BJ, Mitchell LG. 2002. Biologi. Jakarta: Erlangga
9. Charo IF, Myers SJ, Herman A, Franci C, Connolly AJ, Coughlin SR. 1994. Molecular
cloning and functional expression of two monocyte chemoattractant protein 1 receptors reveals
alternative splicing of the carboxyl-terminal tails. Proc Natl Acad Sci USA 91:27522756
10. Charo IF dan Ransohoff RM. Review Article; Mechanisms of Disease. The Many Roles of
Chemokines and Chemokine Receptors in Inflammation. The New Enghland Journal,
2006.p.12: 610-621.
11. Cushing SD. Berliner JA, Valente AJ. Territo MC. Navab M. Parhami F. Gerrity R.
Schwartz CJ. Fogelman AM. Minimally modified low density lipoprotein induces monocyte
chemotactic protein 1 in human endothelial cells and smooth muscle cell. Proc Natl acad Sci
USA. 1990; 87: 5134-5138.

12. Deshmane Satish,

Kremlev Sergey,

Amini Shohreh,

Sawaya Bassel E. Monocyte

Chemoattractant Protein-1 (MCP-1): An Overview. Journal of Interferon and cytokine research


volume 29, Number 6, 2009;14: 313-326
13. Elizabeth Pennisi (2007). DNA study forces Rethink of What it Means to Be a Gene.
Science 316 (5831); 1556-1557.
14. Gerard Craig, Rollins BJ. Chemokines and disease: An Chemokine reviews.Nature
Publishing Group. Nature Immunology. Volume 2 No. 2. 2001. P. 108- 115.
Holmes, W.E., Lee, J., Kuang, W.-J., Rice, G.C., Wood, W.I. (1991) Structure and functional
expression of a human interleukin-8 receptor. Science 253, 1278-1280
15. Cushing SD. Berliner JA, Valente AJ. Territo MC. Navab M. Parhami F. Gerrity R. Schwartz
CJ. Fogelman AM. Minimally modified low density lipoprotein induces monocyte chemotactic
protein 1 in human endothelial cells and smooth muscle cell. Proc Natl acad Sci USA. 1990; 87:
5134-5138.
16. Deshmane Satish,

Kremlev Sergey,

Amini Shohreh,

Sawaya Bassel E. Monocyte

Chemoattractant Protein-1 (MCP-1): An Overview. Journal of Interferon and cytokine research


volume 29, Number 6, 2009;14: 313-326.

17. Elizabeth Pennisi (2007). DNA study forces Rethink of What it Means to Be a Gene.
Science 316 (5831); 1556-1557
18. Gao, J-L. et al. (1995) J. Biol. Chem. 270:17494.
19. Gerard Craig, Rollins BJ. Chemokines and disease: An Chemokine reviews.Nature
Publishing Group. Nature Immunology. Volume 2 No. 2. 2001. P. 108- 115.
20. Holmes, W.E., Lee, J., Kuang, W.-J., Rice, G.C., Wood, W.I. (1991) Structure and
functional expression of a human interleukin-8 receptor. Science 253, 1278-1280
21. Junquiera L.C, Carneiro J, Kelly R.O. Basic Histology. 10th edition, Washington, Lange,
2003: 316-23
22. Kelvin DJ, Michiel DF, Johnston DA, dkk. Review Chemokine and Serpentines: The
Molecular Biology of Chemokine Reseptors. Journal of leukocyte Biology. Volume 54. 1993.
P. 604-612.
23. Kindt G, Osborne. Leukocyte Migration and Inflamation. Kuby, Imunology International
edition. 6 ed: W.H Freeman; 2006.p.339-46.
24. Knight Bernard, The Examination of Wounds. Simpsons Forensic Medicine. Edition
Eleventh. 1997.p.44-50

25. Koch, A.E., Polverini, P.J., Kunkel, S.L., Harlow, L.A., DiPietro, L.A., Elner, V.M., Elner,
S.G.,

Strieter,

R.M.

(1992)

Interleukin-8

as

macrophage-derived

mediator

of

angiogenesis.Science 258, 1798-1802


26. Kitab Undang- Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 8 Tahun 1981. p.36
27. Kumar

Sanil, Mechanical Injuries. Forensic Medicine & Toxicology. Departement of

Forensic Medicine and Toxicology. 2011


28. Kurihara, T. et al. (1996) J. Biol. Chem. 271:11603.
29. Lawrence, G.S. 2005. Can Anti Inflamantory and Anti Oxidant Status Predict Impaired
30. Glucose Tolerance and Coronary Artery disease? Translating Pendulum Phenomenon.
Dipresentasikan pada: Semiloka Perhimpunan Atherosklerosis dan Penyakit Vaskuler Indonesia
(PAPVI) ke-5. Jakarta. 1 Oktober.
31. Lawrence, G.S. 2011. Multiple Cause of Damage (MCoD) Dasar

Pembuatan Visum et

Repertum Korban Hidup. Pertemuan Ilmiah berkala ke 17, FK-UNHAS 27-29 Januari, Makassar.
32. Luster, A.D., Cemokines- Chemotactic Cytokines That mediate
Med., 338, 436-445 1998.

Inflamation; New Eng. J

33. Oppenheim, J.J., Zachariae, C.O., Mukaida, N., Matsushima, K. (1991) Propperties of the
novel proinflammatory supergene intercrine cytokine family. Annu. Rev. Immunol. 9, 617-648
34. Robbins SL, Kumar V. Mitchell RN, Acute and Chronic Inflammation. Pathologic Basis of
Disease.Ed. 7. 2000;p. 58-89
35. Rollins BJ, 1997. Chemokines. Blood 90:909928
36. Samanta, A.K., Oppenheim, J.J., Matsushima, K. (1989) Identification and characterization of
spesific receptors for monocyte- derived neutrophil chemotactic factor (MDNCF) on human
neutrophils. J. Exp. Med. 169, 1185-1189
37. Schwartz, Ricci. How Accurately can Bruises be Aged in Abused Children?. Literature
review and synthesis. Pediatrics 1996; 97: 254-257.
38. Seim HB, Fossum TW: Postoperative Careo of the Surgical Patient, inFossum TW (ed). Small
Animal Surgery, Mosby, St. Louis, 1997, p. 64.
39. Shkrum, J. Michael David A. Ramsay. Aging of Injuries. Dalam : Forensic Pathology of
Trauma. New Jersey : Humana Press. 2007 : 411-14
40. Sozzani S, Molino M, Locati M, Luini W, Cerletti C, Vecchi A, Mantovani A. 1993.
Receptor-activated calcium influx in human monocytes exposed to monocyte chemotactic

41. Standiford TJ, Kunkel SL, Phan SH, Rollins BJ, Strieter RM. 1991. Alveolar macrophagederived cytokines induce monocyte lveolar macrophage-derived cytokines induce monocyte
chemoattractant protein-1 expression from human pulmonary type II-like epithelial cells. J Biol
Chem 266:99129918
42. Stam B, Gemert MJC, et al. 3D Finite Compartment Modelling of Formation and Healing
of Bruise May Identify Methods for Age Determination of Bruise. 2010 September, 48(9);911921
43. Taub, D.T., Oppenheim, J.J. (1993) Review of the thirs international symposium of
chemotactic cytokines. Cytokine, 5, 175-179
44. Te. Velde AA, Hujjibens RJF, de Vtries JE, et al. Interleukin-4 (IL-4) inhibits secretion of
IL-1b, tumor necrosis factor a, and human IL-6 by human monocytes. Blood 1990, 76:13921397
45. Thomas, E.J., Pyun, H.Y., Navarro, J. (1990) Molecular cloning of the fMet-Leu-Phe
receptor from neutrophilis. J. Biol. Chem. 265, 20061-20064
46. T.Kondo TO, R.Mori, D.W.Guan,K.Ohshima,W.Eisenmenger.

Immunohistochemical

detection of chemokines in human skin wounds and its application to wound age determination.

47. Usman Saud, 2012. Polri: Kejahatan di Indonesia terjadi tiap 91 detik. Refleksi Penegakan
Hukum dan Ham. Tribunnews.com, Jakarta.
48. Van Coillie E, Van Damme J, Opdenakker G. 1999. The MCP/ eotaxin subfamily of CC
chemokines. Cytokine Growth Factor Rev 10:6186.
49. Wahid Syarifuddin, dkk. Inflamasi. 2011. (Buku in press)
50.Wahidin RS, Makassar. Perlukaan 2010-2011 di Makassar. Bagian Forensik- Medikolegal
UNHAS, 2011.
51. Wilsone LM. Respon tubuh terhadap cedera. In: Price SA, Wilson LM, editors. Patofisiologi.
Jakarta: EGC; 2006. p. 56-77.
52. wilson RM. Infections and Diabetes. In Chronic Complications of Diabetes. Edited By John
C.P & Gareth Williams, Blackweel Scientific Publication, Oxford, 1994, 282-88.
53. Yoshimura T, Robinson EA, Tanaka S, Appella E, Leonard EJ. 1989. Purification and amino
acid

analysis

of

two

human

monocyte

chemoattractants

produced

by

phytohemagglutininstimulated human blood mononuclear leukocytes. J Immunol 142:1956


1962.
54. Youngson, Robert M. 2006. Collins Dictionary of Human Biology. Glasgow HarperCollins.
ISBN 0-00-722134-7

Anda mungkin juga menyukai