1
Pendahuluan
2
Prevalensi Kasus DRA yg berkembang menjadi PJR
3
LAPORAN KASUS
A. Identitas Penderita
Nama : An. MAY
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat & tanggal Lahir: Kandangan, 18 Jan 2009
Umur : 11 tahun 10 bulan
B. Identitas Orangtua
Ayah Ibu
Nama : Tn. S Nama : Ny. SR
Umur : 36 tahun Umur : 34 tahun
Pendidikan : SD Pendidikan : MTSN
Pekerjaan : Petani Pekerjaan : IRT
Agama : Islam Agama : Islam
4
Alamat : Kandangan Alamat : Kandangan
Anamnesis (Heteroanamnesis) 23 Nov 2020
5
Anamnesis (Heteroanamnesis) 23 Nov 2020
6
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah menyangkal adanya riwayat batuk pilek berdahak disertai pembesaran amandel.
Sosial Ekonomi: tinggal bersama ayah dengan kebiasaan merokok, dan tinggal didaerah padat penduduk
7 7
Pemeriksaan fisik
8 8
Pemeriksaan fisik
Kulit
Warna : Sawo matang
Sianosis :Tidak ada
Turgor :Cepat kembali (<2 detik) Kepala
Pucat :Tidak ada Bentuk :Normocephali
Eritema marginatum (-) UUB :Tertutup
UUK : Tertutup
Lain-lain : Tidak ada
Mata
Rambut
Palpebra :Edem (-), hematom(-), cekung (-)
Warna :Hitam
Alis dan bulu mata :Distribusi merata, tidak mudah dicabut
Tebal/tipis :Tebal
Konjungtiva :Anemis (+/+), injeksi (-/-)
Distribusi:Merata
Sklera :Ikterik (-/-)
Produksi air mata :Cukup
Alopesia :Tidak ada
Pupil
Lain-lain :Rontok (-)
Diameter :3 mm / 3 mm
Simetris :Simetris
Reflek cahaya :Langsung (+/+) Tidak langsung (+/+)
Kornea :Jernih
9 9
Pemeriksaan fisik
Telinga Mulut
Bentuk : Simetris Bentuk :Simetris
Sekret : Tidak ada Bibir :Mukosa bibir lembab, sianosis (-)
Serumen: Minimal Gusi : Mudah berdarah (-),
Nyeri : Tidak ada pembengkakan (-)
Gigi-geligi: Sesuai usia pertumbuhan
Hidung
Bentuk : Simetris Lidah
10 10
Pemeriksaan fisik
Faring
Hiperemi: Tidak ada Leher
Edem : Tidak ada Vena Jugularis :Pulsasi : Teraba
Membran/pseudomembran : Tidak ada Tekanan :Tidak ada peningkatan tekanan
Tonsil Pembesaran kelenjar leher : Tidak ada
Warna : Merah muda Kaku kuduk :Tidak ada
Pembesaran : Tidak ada Massa :Tidak ada
Abses/tidak : Tidak ada Tortikolis :Tidak ada
Membran/pseudomembran : Tidak ada
11 11
Pemeriksaan fisik
Jantung
Toraks
Inspeksi
Dinding dada/paru
Iktus : Tidak terlihat
Inspeksi
Bentuk :Simetris (+/+) Palpasi
Retraksi:Tidak ada Apeks : Teraba
Dispnea:Tidak ada Thrill : Tidak ada
Pernafasan: Torako-abdominal Perkusi
Palpasi :Fremitus fokal: Simetris kanan Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
dan kiri Batas kiri : ICS V linea midclavicula
Perkusi : Sonor sinistra
Auskultasi: Suara Napas Dasar: Batas atas :ICS II linea parasternalis sinistra
Vesikuler
Suara Tambahan :Ronkhi (-/-), wheezing
Auskultasi : Murmur (-)
(-/-)
12 12
Pemeriksaan fisik
Abdomen Ekstremitas
Inspeksi
Umum
Bentuk : datar, distensi (-)
Ekstremitas atas: Akral hangat (+), parese (-),
Lain-lain : Venektasi vena (-), hematom (-) edema (-) , petekie (-), hematom (-), krepitasi (-)
Spider nevi (-), petekie (-), purpura (-),
Palpasi :Nyeri tekan (-)
Ekstremitas bawah (art. Genu) : Akral hangat
Hati: tidak teraba, nyeri tekan (-) region (+), parese (-), edema (<) , petekie (-),
epigastrium hematom (-), krepitasi (-), hiperemis (<)
Lien : Tidak teraba, nyeri tekan (-)
Ginjal : Tidak teraba, nyeri tekan (-)
Massa : Tidak teraba
Perkusi : Timpani
Asites : Tidak ada
Auskultasi : Bising Usus (+)
13 13
Foto Klinis Pasien
Edem (-)
Hiperemis (<)
Krepitasi (-)
14
Status gizi
15 15
Pememriksaan Laboratorium
24 Nov 2020
19 Nov 2020
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI HEMATOLOGI
Hemoglobin 12.1 14.0 – 18.0 g/dL Hemoglobin 10.5 14.0 – 18.0 g/dL
Leukosit 6.5 4.0 – 10.5 rb/μL Leukosit 9.3 4.0 – 10.5 rb/μL
Eritrosit 5.12 4.10 – 6.00 juta/μL Eritrosit 4.31 4.10 – 6.00 juta/μL
Hematokrit 38.7 42.0 – 52.0 Vol% Hematokrit 33.0 42.0 – 52.0 Vol%
Trombosit 427 150 – 450 ribu/μL Trombosit 321 150 – 450 ribu/μL
• Art intervertebralis
Laboratorium
Ansari Saleh
• Tanggal 13/11/2020 LED 98 mm/jam
• Tanggal 17/11/2020 LED 76 mm/jam ;
ASTO 400 IU/ml
17
Art. genu
18
Hasil Echocardiography
EKG
Tidak ada pemanjangan interval PR
19
Diagnosis Kerja Tatalaksana (24 Nov 2020)
20
Follow up
21
22
23
Definisi
• Demam rematik merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik non supuratif yang digolongkan pada
kelainan vaskular kolagen atau kelainan jaringan ikat.
• Proses rematik ini merupakan reaksi peradangan yang dapat mengenai banyak organ tubuh terutama
jantung, sendi dan sistem saraf pusat.
• Biasanya setelah peradangan kuman Streptococcus Grup A (SGA) betahemolitik, demam rematik
tersebut dapat berlangsung terus menerus melebihi 6 bulan yang disebut demam rematik menahun
Marcdante K, Kliegman RM. Nelson essentials of pediatrics E-book. Elsevier Health Sciences; 2014
24
Epidemiologi
• Diperkirakan terdapat 282.000 kasus baru dan 33.000 kematian setiap tahun. Insidens terendah
sebesar 0,5-3/100.000 per tahun di Amerika dan Eropa Barat, namun masih dilaporkan beberapa
outbreak
• Demam rematik terutama pada anak-anak ditemukan pada usia 5-15 tahun, jarang pada anak di
bawah 3 tahun.
• Setidaknya terdapat satu episode serangan faringitis pada anak setiap tahunnya, 5-20% oleh
streptokokus beta hemolitik grup A (GAS).
• Komplikasi terberat demam rematik mengenai organ jantung. Komplikasi jantung 30-70%
serangan demam rematik pertama dan 73-90% seluruh serangan
Dewi F, Pamela. Diagnosis Demam Rematik pada Anak: Update. Cermin Dunia Kedokteran.
2020;46(11):687–690
25
Etiologi
• Demam rematik disebabkan oleh respon imunologis yang terjadi sebagai sekuel
dari infeksi streptokokus betahemolitik grup A pada faring
• Faktor predisposisi yang penting meliputi riwayat keluarga yang menderita demam
rematik, status sosial ekonomi rendah (kemiskinan, sanitasi yang buruk), dan usia
antara 6 sampai 15 tahun (dengan puncak insidensi pada usia 8 tahun)
Dewi F, Pamela. Diagnosis Demam Rematik pada Anak: Update. Cermin Dunia
Kedokteran. 2020;46(11):687–690
26
Patogenesis
27
Diagnosis
Pada pasien ini temuan yang ada berdasarkan kroteria Jones
yaitu:
• Polyarthritis ( Mayor )
• Polyarthralgia (Minor)
Gewitz MH, Baltimore RS, Tani LY, et al. Revision of the Jones criteria for the diagnosis of acute rheumatic fever in the era of Doppler echocardiography a scientific statement from the American heart
association. Circulation. 2015;131(20):1806–1818
28
Szczygielska I, Hernik E, Kołodziejczyk B, Gazda A, Maślińska M, Gietka P. Fiebre ReumaticaRheumatic fever – new diagnostic criteria. Reumatologia. 2018;56(1):37–41.
Modifikasi Kriteria Jones (AHA 2015)
• Menekankan pentingnya pemeriksaan Echocardiography
Gewitz MH, Baltimore RS, Tani LY, et al. Revision of the Jones criteria for the diagnosis of acute rheumatic fever in the era of Doppler
echocardiography a scientific statement from the American heart association. Circulation. 2015;131(20):1806–1818
29
Kriteria Jones (Major)
Sydenham Chorea
Chorea secara khas ditandai oleh adanya gerakan tidak disadari
Eritema Marginatum Polyarthritis dan tidak bertujuan yang berlangsung cepat dan umumnya
bersifat bilateral, meskipun dapat juga hanya mengenai satu sisi
tubuh
Gewitz MH, Baltimore RS, Tani LY, et al. Revision of the Jones criteria for the diagnosis of acute rheumatic fever in the era of Doppler echocardiography a scientific 31
statement from the American heart association. Circulation. 2015;131(20):1806–1818
Tatalaksana
Eradikasi Streptococcus Antibiotik
Pada pasien diberikan Eritromisin
Pilihan Obat dengan dosis 4x250 mg (50kg/kgbb/hari)
Rekomendasi selama 10 hari
1. Benzatin Penicillin G dengan dosis 12Jt IU IM dosis
tunggal untuk BB>40 kg dan 600.000IU IM dosis tunggal
untuk BB<40 kg.
Szczygielska I, Hernik E, Kołodziejczyk B, Gazda A, Maślińska M, Gietka P. Fiebre ReumaticaRheumatic fever – new diagnostic criteria.
Reumatologia. 2018;56(1):37–41.
32
Antinflamasi
Szczygielska I, Hernik E, Kołodziejczyk B, Gazda A, Maślińska M, Gietka P. Fiebre ReumaticaRheumatic fever – new diagnostic criteria.
Reumatologia. 2018;56(1):37–41.
33
Pencegahan
1. Cilliers AM. Rheumatic fever and its management. British Medical Journal. 2006;333(7579):1153–1156.
2. Katritsis DG, Katritsis D, Gersh BJ, Camm AJ. Clinical cardiology: current practice guidelines. Oxford University Press; 2013
3. Zühlke LJ, Karthikeyan G. Primary prevention for rheumatic fever: Progress, obstacles, and opportunities. Global Heart. 2013;8(3):221–226.
34
Injeksi Penicillin Profilaksis (Pencegahan Sekunder)
1. Demam rematik tanpa carditis durasi 5 tahun setelah serangan terakhir atau sampai umur 21 tahun
(manapun yang lebih lama)
2. Demam rematik dengan bukti ekokardiografi carditis tanpa penyakit katup jantung durasi 10 tahun
sejak serangan terakhir atau sampai umur 21 tahun (manapun yang lebih lama)
3. Demam rematik dan bukti adanya penyakit katup jantung 10 tahun sejak serangan terakhir atau
sampai umur 40 tahun (manapun yang lebih lama).
Pemberian antibiotik profilaksis berupa Benxatin Penicillin G 1,2Juta IU IM (BB>20kg) atau 600.000IU IM
(BB<20kg) diberikan setiap 4 minggu dengan durasi tergantung kondisi klinis pasien.
Berdasarkan kasus ini tanpa adanya bukti carditis maka pasien diberikan injeksi sampai umur 21 tahun (durasi
10 tahun berdasarkan umur sekarang)
Szczygielska I, Hernik E, Kołodziejczyk B, Gazda A, Maślińska M, Gietka P. Fiebre ReumaticaRheumatic fever – new diagnostic criteria. Reumatologia.
2018;56(1):37–41
35
Prognosis
Ada maupun tidak adanya kerusakan jantung permanen menentukan prognosis. Perkembangan penyakit jantung
sebagai akibat demam rematik akut diperngaruhi oleh tiga faktor 10, yaitu:
1. Keadaan jantung pada saat memulai pengobatan. Lebih parahnya kerusakan jantung pada saat pasien
pertama datang, menunjukkan lebih besarnya kemungkinan insiden penyakit jantung residual.
2. Kekambuhan dari demam rematik : Keparahan dari kerusakan katup meningkat pada setiap kekambuhan.
3. Penyembuhan dari kerusakan jantung : terbukti bahwa kelainan jantung pada serangan awal dapat
menghilang pada 10-25% pasien. Penyakit katup sering membaik ketika diikuti dengan terapi profilaksis
Katritsis DG, Katritsis D, Gersh BJ, Camm AJ. Clinical cardiology: current practice guidelines. Oxford University Press; 2013
36
Penutup
• Telah dilaporkan sebuah kasus anak laki-laki usia 11 tahun dengan diagnosis Demam Rematik Akut
yang dirawat di ruang anak RSUD Ulin Banjarmasin sejak tanggal 19 November 2020. Diagnosis
Demam Rematik Akut ditetapkan berdasarkan anamnesis, hasil pemeriksaan fisik, dan hasil
pemeriksaan penunjang yang dimasukkan kedalam kriteria Jones berdasarkan kriteria major dan
minor. Tatalaksana Demam Rematik AKut pada pasien dengan terutama dengan pemberian
antibiotik dan antiinflamasi.
• Pasien diperbolehkan pulang pada tanggal 25 November 2020 setelah menjalani rawat inap selama 6
hari dan direncanakan untuk dievaluasi mendapatkan injeksi penicillin profilaksis untuk mencegah
timbulnya masalah Penyakit Jantung Rematik dimasa mendatang sebagai akibat dari proses
inflamasi yang berjalan terus menerus
37
THANK YOU
38