PENDAHULUAN
Saat ini OA tidak lagi dianggap sebagai gangguan yang pasif, tetapi lebih kearah
proses penyakit yang aktif, terutama dipicu oleh faktor mekanik. Osteoartritis
lutut adalah bentuk artritis kronis yang paling banyak dijumpai. Konsep
tulang rawan sendi, tetapi juga dapat mempengaruhi komponen sendi lutut
maupun tendon di sekitar sendi. Oleh karena itu, imaging pencitraan dari OA
radiografi justru menggambarkan tahap akhir dari OA. Tetapi sampai saat ini,
1
2
valid dalam menilai perubahan struktural sendi pada tahap yang lebih awal. Hal
ini tidak terlepas dari peran USG dan MRI yang memiliki kemampuan dalam
laporan kasus ini akan dibahas mengenai peran dari radiografi konvensional,
tersebut.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
Nama : Ny. RI
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 78 Tahun
Alamat : Aceh Besar
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
CM : 1-13-87-08
Tanggal masuk RS : 12 Agustus 2017
Tanggal Pemeriksaan : 15 Agustus 2017
2.2 Anamnesis
1
4
Riwayat Pengobatan :
Berdasarkan pengakuan pasien selama di rumah sakit pasien sudah
mendapatkan obat-obatan berupa obat anti nyeri dan antibiotik tetapi pasien tidak
tahu apa nama obatnya.
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36.7 C
B. Status Generalis
1. Kulit : Warna : Sawo matang
Sianosis : tidak ada
Turgor : cepat kembali
Kelembaban : cukup
Pucat : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
3. Leher :
Vena Jugularis, Pulsasi : 5-2 cmH2O
Pembesaran kelenjar : pembesaran KGB (-)
Pembesaran Tiroid (-)
6
4. Toraks :
a. Dinding dada/paru :
Inspeksi : Bentuk : simetris
Retraksi : tidak ada
Palpasi : Fremitus fokal : simetris
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi :
Suara Napas Dasar :Vesikuler (+/+)
Suara Napas Tambahan : Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
b. Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Apeks teraba di ICS Vlinea midklavikula
sinistra, irama reguler, thrill (-)
Perkusi :
Batas Atas : ICS II linea parasternal sinistra
Batas Kanan : ICS IV linea parasternal dekstra
Batas Kiri : ICS V linea midklavikula sinistra
Auskultasi : BJ 1 > BJ 2.
5. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk : datar, simetris, benjolan (-)
Palpasi : Hati : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
Massa : tidak ada
Perkusi : Timpani/pekak : timpani
Asites : tidak ada
Auskultasi : bising usus (+) normal
6. Ekstremitas :
- Umum : Akral dingin, (-)
Edema eksterimitas atas (-/-)
7
C. Status Neurologis
GCS = E4M6V5
RCL/RCTL : (+/+)
Reflek fisiologis : Extremitas atas (+/+) Extremitas bawah (+/+)
Reflek patologis : -/-
Motorik : sulit dinilai
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Kesan :
2. Tampak osteofit pada condylus medial dan lateral os femur dan os tibia
dextra dan sinistra, dan pada margo posterosuperior dan inferior os patella
sinistra
Kesimpulan :
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
sakarida). Deposit garam terutama adalah kalsium dan fosfat, dengan sedikit
natrium, kalium karbonat, dan ion magnesium. Garam-garam menutupi matriks
dan berikatan dengan serat kolagen melalui proteoglikan. Adanya bahan organik
menyebabkan tulang memiliki kekuatan tensif (resistensi terhadap tarikan yang
meregangkan). Sedangkan garam-garam menyebabkan tulang memiliki kekuatan
kompresi (kemampuan menahan tekanan).5
Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerus dan dapat berupa
pemanjangan dan penebalan tulang. Kecepatan pembentukan tulang berubah
selama hidup. Pembentukan tulang ditentukan oleh rangsangn hormon, faktor
makanan, dan jumlah stres yang dibebankan pada suatu tulang, dan terjadi akibat
aktivitas sel-sel pembentuk tulang yaitu osteoblas.6
Osteoblas dijumpai dipermukaan luar dan dalam tulang. Osteoblas berespon
terhadap berbagai sinyal kimiawi untuk menghasilkan matriks tulang. Sewaktu
pertama kali dibentuk, matriks tulang disebut osteoid. Dalam beberapa hari
garam-garam kalsium mulai mengendap pada osteoid dan mengeras selama
beberapa minggu atau bulan berikutnya. Sebagian osteoblast tetap menjadi bagian
dari osteoid, dan disebut osteosit atau sel tulang sejati. Seiring dengan
terbentuknya tulang, osteosit dimatriks membentuk tonjolan-tonjolan yang
menghubungkan osteosit satu dengan osteosit lainnya membentuk suatu sistem
saluran mikroskopik di tulang.5
Kalsium adalah salah satu komponen yang berperan terhadap tulang,
sebagian ion kalsium di tulang tidak mengalarni kristalisasi. Garam nonkristal ini
dianggap sebagai kalsium yang dapat dipertukarkan, yaitu dapat dipindahkan
dengan cepat antara tulang, cairan interstisium, dan darah. Sedangkan penguraian
tulang disebut absorpsi, terjadi secara bersamaan dengan pembentukan tulang.
Penyerapan tulang terjadi karena aktivitas sel-sel yang
disebut osteoklas. Osteoklas adalah sel fagositik multinukleus besar yang berasal
dari sel-sel mirip-monosit yang terdapat di tulang. Osteoklas tampaknya
mengeluarkan berbagai asam dan enzim yang mencerna tulang dan memudahkan
fagositosis. Osteoklas biasanya terdapat pada hanya sebagian kecil dari potongan
tulang, dan memfagosit tulang sedikit demi sedikit. Setelah selesai di suatu
daerah, osteoklas menghilang dan muncul osteoblas. 0steoblas mulai mengisi
12
daerah yang kosong tersebut dengan tulang baru. Proses ini memungkinkan tulang
tua yang telah melemah diganti dengan tulang baru yang lebih kuat.5
Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas menyebabkan tulang
terus menerus diperbarui atau mengalami remodelling. Pada anak dan remaja,
aktivitas osteoblas melebihi aktivitas osteoklas, sehingga kerangka menjadi lebih
panjang dan menebal. Aktivitas osteoblas juga melebihi aktivitas osteoklas pada
tulang yang pulih dari fraktur. Pada orang dewasa muda, aktivitas osteoblas dan
osteoklas biasanya setara, sehingga jumlah total massa tulang konstan. Pada usia
pertengahan, aktivitas osteoklas melebihi aktivitas osteoblas dan kepadatan tulang
mulai berkurang. Aktivitas osteoklas juga meningkat pada tulang-tulang yang
mengalami imobilisasi. Pada usia dekade ketujuh atau kedelapan, dominansi
aktivitas osteoklas dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga mudah
patah. Aktivitas osteoblas dan osteoklas dikontrol oleh beberapa faktor fisik dan
hormon.6
Faktor-faktor yang mengontrol aktivitas osteoblas dirangsang oleh olah raga
dan stres beban akibat arus listrik yang terbentuk sewaktu stres mengenai tulang.
Fraktur tulang secara drastis merangsang aktivitas osteoblas, tetapi mekanisme
pastinya belum jelas. Estrogen, testosteron, dan hormon perturnbuhan adalah
promotor kuat bagi aktivitas osteoblas dan pertumbuhan tulang. Pertumbuhan
tulang dipercepat semasa pubertas akibat melonjaknya kadar hormon-hormon
tersebut. Estrogen dan testosteron akhirnya menyebabkan tulang-tulang panjang
berhenti tumbuh dengan merangsang penutupan lempeng epifisis (ujung
pertumbuhan tulang). Sewaktu kadar estrogen turun pada masa menopaus,
aktivitas osteoblas berkurang. Defisiensi hormon pertumbuhan juga mengganggu
pertumbuhan tulang.6
Vitamin D dalam jumlah kecil merangsang kalsifikasi tulang secara
langsung dengan bekerja pada osteoblas dan secara tidak langsung dengan
merangsang penyerapan kalsium di usus. Hal ini meningkatkan konsentrasi
kalsium darah, yang mendorong kalsifikasi tulang. Namun, vitamin D dalam
jumlah besar meningkatkan kadar kalsium serum dengan meningkatkan
penguraian tulang. Dengan demikian, vitamin D dalam jumlah besar tanpa
13
Sendi lutut (knee joint) merupakan sendi yang paling unik dibandingkan
sendi-sendi yang lain dalam tubuh manusia, karena tulang-tulang yang
membentuk sendi ini masing-masing tidak ada kesesuaian bentuk seperti pada
persendian yang lain. Sebagai kompensasi ketidaksesuaian bentuk persendian ini
terdapat meniscus, kapsul sendi, bursa dan diskus yang memungkinkan gerakan
sendi ini menjadi luas, sendi ini juga diperkuat oleh otot-otot besar dan berbagai
ligamentum sehingga sendi menjadi kuat dan stabil. Sendi lutut terdiri dari
hubungan antara6 :
(1) os femur dan os tibia (tibio femorale joint),
(2) os femur dan os patella (patello femorale joint) dan
(3) os tibia dan os fibula (tibia fibulare proximalis joint).
Otot disekitar lutut mempunyai fungsi sebagai stabilitas aktif sekaligus
sebagai penggerak dalam aktifitas sendi lutut, otot tersebut antara
lain: m.quadriceps femoris (vastus medialis, vastus intermedius, vastus lateralis,
rectus femoris). Keempat otot tersebut bergabung sebagai grup ekstensor
sedangkan grup fleksor terdiri dari: m.gracilis, m.sartorius dan m.semi tendinosus.
Untuk gerak rotasi pada sendi lutut dipelihara oleh otot-otot grup fleksor baik
grup medial/endorotasi (m.semi tendinosus, semi membranosus, sartorius,
gracilis, popliteus dan grup lateral eksorotasi (m.biceps femoris, m.tensor
fascialata). Untuk memperkuat stabilitas pergerakan yang terjadi pada sendi lutut
maka di dalam sendi lutut terdapat beberapa ligamen, yaitu ligamen cruciatum
anterior dan posterior yang berfungsi untuk menahan hiperekstensi dan menahan
bergesernya tibia ke depan (eksorotasi). Ligamen cruciatum posterior berfungsi
untuk menahan bergesernya tibia ke arah belakang. Pada gerakan endorotasi
kedua ligamen cruciatum menyatu, yang mengakibatkan kedua permukaan sendi
tertekan, sehingga saling mendekat dan kemampuan bergerak antara tibia dan
femur berkurang. Pada gerakan eksorotasi, kedua ligamen cruciatum saling
sejajar, sehingga pada posisi ini sendi kurang stabil. Di sebelah medial dan lateral
sendi lutut terdapat ligamen collateral medial dan lateral. Ligamen collateral
medial menahan gerakan valgus serta eksorotasi, sedangkan ligamen collateral
lateral hanya menahan gerakan ke arah varus. Kedua ligamen ini menahan
bergesernya tibia ke depan dari posisi fleksi lutut 90.5,6
15
3.2 Osteoarthritis
3.2.1. Definisi
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang
mengakibatkan keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis.
Ditandai dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyaline sendi, meningkatnya
ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian
sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otot-
otot yang menghubungkan sendi. 7
16
3.2.2. Epidemiologi
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi pada orang dewasa yang
paling umum di dunia. Dilaporkan bahwa dari satu dari tiga orang dewasa
memiliki tanda-tanda radiologis terhadap OA. OA pada lutut merupakan tipe OA
yang paling umum dijumpai pada orang dewasa. Penelitian epidemiologi dari
Joern et al (2010) menemukan bahwa orang dewasa dengan kelompok umum 60-
64 tahun sebanyak 22%. Pada pria dengan kelompok umur yang sama, dijumpai
23% menderita OA pada lutut kanan, sementara 16,3% sisanya didapati menderita
OA pada lutut kiri. Berbeda halnya pada wanita yang terdistribusi merata, dengan
insiden OA pada lutut kanan sebanyak 24,2% dan pada lutut kiri sebanyak
24,7%.8
c. Penyakit Metabolik/Endokrin
OA sekunder dapat pula disebabkan oleh penyakit metabolik/sendi (penyakit
okronosis, akromegali, mukopolisakarida, deposisi kristal, atau setelah
inflamasi pada sendi. (misalnya, OA atau artropati karena inflamasi).
Kartilago sendi dibentuk oleh sel tulang rawan sendi (kondrosit) dan
matriks rawan sendi. Kondrosit berfungsi mensintesis dan memelihara matriks
tulang rawan sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan
baik. Matriks rawan sendi terutama terdiri dari air, proteoglikan dan kolagen.
Perkembangan perjalanan penyakit osteoarthritis dibagi menjadi 3 fase, yaitu
sebagai berikut7 :
1) Fase 1
Terjadinya penguraian proteolitik pada matriks kartilago. Metabolisme
kondrosit menjadi terpengaruh dan meningkatkan produksi enzim seperti
metalloproteinase yang kemudian hancur dalam matriks kartilago. Kondrosit
juga memproduksi penghambat protease yang mempengaruhi proteolitik.
Kondisi ini memberikan manifestasi pada penipisan kartilago.
2) Fase 2
Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago, disertai
adanya pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen ke dalam cairan
sinovial.
3) Fase 3
Proses penguraian dari produk kartilago yang menginduksi respons inflamasi
pada sinovial. Produksi magrofag sinovial seperti interleukin 1 (IL-1), tumor
necrosis factor-alpha (TNF-), dan metalloproteinase menjadi meningkat.
Kondisi ini memberikan manifestasi balik pada kartilago dan secara langsung
memberikan dampak adanya destruksi pada kartilago. Molekul-molekul pro-
inflamasi lainnya seperti nitric oxide (NO) juga ikut terlibat. Kondisi ini
memberikan manifestasi perubahan arsitektur sendi dan memberikan dampak
terhadap pertumbuhan tulang akibat stabilitas sendi. Perubahan arsitektur
sendi dan stress inflamasi memberikan pengaruh pada permukaan articular
menjadi kondisi gangguan yang progresif.
18
Gambar. 3. Sendi lutut normal dan sendi lutut yang mengalami osteoarthritis.
penambahan berat badan atau masa tubuh dapat meningkatkan beban tekan lutut
sekitar 4 kilogram. Dan terbukti bahwa penurunan berat badan dapat mengurangi
resiko terjadinya OA atau memperparah keadaan lutut.9
3. Jenis kelamin wanita
Angka kejadian osteoartritis berdasarkan jenis kelamin didapatkan lebih tinggi
pada perempuan dengan nilai persentase 68,67% yaitu sebanyak 149 pasien
dibandingkan dengan laki-laki yang memiliki nilai persentase sebesar 31,33%
yaitu sebanyak 68 pasien. 9
4. Riwayat trauma
Cedera sendi, terutama pada sendi sendi penumpu berat tubuh seperti sendi pada
lutut berkaitan dengan risiko osteoartritis yang lebih tinggi. Trauma lutut yang
akut termasuk robekan terhadap ligamentum krusiatum dan meniskus merupakan
faktor timbulnya osteoartritis lutut.9
5. Riwayat cedera sendi
Pada cedera sendi perat dari beban benturan yang berulang dapat menjadi faktor
penentu lokasi pada orang-orang yang mempunyai predisposisi osteoarthritis dan
berkaitan pula dengan perkembangan dan beratnya osteoarthritis.9
6. Faktor genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis. Adanya mutasi
dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang
rawan sendi seperti kolagen dan proteoglikan berperan dalam timbulnya
kecenderungan familial pada osteoarthritis.9
7. Kelainan pertumbuhan tulang
Pada kelainan kongenital atau pertumbuhan tulang paha seperti penyakit perthes
dan dislokasi kongenitas tulang paha dikaitkan dengan timbulnya osteoarthrtitis
paha pada usia muda. 9
8. Pekerjaan dengan beban berat
Bekerja dengan beban rata-rata 24,2 kg, lama kerja lebih dari 10 tahun dan
kondisi geografis berbukit-bukit merupakan faktor resiko dari osteoarthritis lutut.
Dan orang yang mengangkat berat beban 25 kg pada usia 43 tahun, mempunyai
resiko lebih tinggi untuk terjadinya osteoarthritis dan akan meningkat tajam pada
usia setelah 50 tahun.9
20
Gambaran
Osteoartritis Artritis Reumatoid Gout
Radiologi
Sendi penyangga Mengenai sendi- Paling sering pada
berat badan seperti sendi kecil PIP, sendi kecil seperti
Daerah
coxae, genu, vertebre MCP, pergelangan MTP 1
Predileksi
siku, pergelangan
kaki, dll
Baik hingga
Celah sendi Menyempit Menyempit
menyempit
Erosi pada pinggir
tulang over
hanging lip
Erosi Tidak ada Erosif sekitar sendi
Punched out
dengan garis
sklerotik
Kesimetrisan Tidak simetris Simetris dan bilateral Asimetris
Kista Ada Ada (pseudocyst) Tidak Ada
Ada pada pinggir Tidak ada Tidak ada
Osteofit
sendi
b. Pemeriksaan Radiologi
1. Radiografi polos (X-Ray)
Pemeriksaan radiografi berupa radiografi polos lutut merupakan
penunjang penting dalam diagnosis OA lutut. Radiografi lutut merupakan
metode pencitraan sendi lutut yang sederhana dan murah, tetapi memiliki
keterbatasan dalam menunjukkan tahap awal OA maupun kelainan pada
jaringan lunak sendi lutut seperti inflamasi sinovial maupun kelainan pada
meniskus. Radiografi digunakan secara rutin pada klinis praktis untuk
mengkonfirmasi diagnosis OA lutut dan pada penelitian klinis untuk
memonitor progresivitas OA lutut. 11
Radiografi lutut memungkinkan visualisasi dari perubahan tulang yang
meliputi pembentukan osteofit marginal (spur) akibat dari proses reparatif
pada area dengan beban stress yang ringan (low-stress area) yang
seringkali terjadi pada bagian perifer/tepi tulang, sklerosis tulang subkondral
(eburnasi) sebagai akibat dari proses reparatif/remodeling, kista subkondral
akibat dari kontusio tulang yang menyebabkan timbulnya mikrofraktur dan
masuknya cairan sinovium ke dalam tulang yang mengalami perubahan
tersebut, serta penyempitan celah sendi akibat dari penipisan tulang
rawan sendi. Definisi radiografik pada OA lutut terutama didasarkan pada
adanya osteofit dan penyempitan celah sendi. Osteofit dianggap spesifik
pada OA dan timbul lebih awal dari pada penyempitan celah sendi. Osteofit
juga berkorelasi dengan nyeri yang timbul, lebih mudah ditentukan
daripada kelainan gambaran radiografiklainnya, serta mewakili kriteria
yang dapat diterima secara luas untuk mendefinisikan adanya OA.
Sedangkan progresivitas dari penyempitan celah sendi pada umumnya
menggunakan kriteria penilaian untuk menentukan progresivitas OA.11
Keparahan dari OA secara radiografik umumnya menggunakan sistem
klasifikasi dari Kellgren dan Lawrence. Penilaian keparahan tersebut
didasarkan pada derajat osteofit, penyempitan celah sendi, sklerosis tulang
subkondral dan perubahan bentuk tulang.11
24
sendi femorotibia medialis dan lateralis adalah deformitas varus dan vagus,
akan terjadi deformasi varus dan jika terjadi penyempitan celah sendi
baku 0,7 mm) dan pada laki-laki sehat sebesar 5,7 mm (dengan simpangan
baku 0,8 mm). Karena tulang rawan sendi merupakan struktur yang
sendi secara teoritis dapat dideteksi apabila terjadi pengurangan jarak antar
penyempitan celah sendi dilaporkan terjadi sebesar 0,1 sampai 0,2 mm per
tahun.11
sendi, yang saat ini dinilai berdasarkan gambaran radiografi. Hal yang
tiga dimensi, harus dapat tervisualisasi hanya dengan proyeksi dua dimensi
sehingga dapat diperoleh lebar celah sendi yang berbeda-beda antara satu
sendi adalah alignment antara tepi anterior dan posterior plateau tibia, yang
diharapkan saling menyatu dengan jarak antara tepi anterior dan posterior
plateau tibia ataupun melalui penyesuaian derajat flexi lutut dengan arah
sinar-X untuk menyatukan tepi anterior dan posterior plateau tibia. Suatu
terjadi superimposisi dari tepi anterior dan posterior plateau tibia (jarak
alignment yang kurang baik dari plateau tibia adalah terdapatnya separasi
tepi anterior dan posterior plateau tibia yang cukup jauh (>1,5mm).11
A A B
Gambar. 5. Contoh alignment plateau tibia medialis yang baik (A) dan
kurang baik (B) pada radiografi lutut.
A B
3. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi merupakan pencitraan radiologi yang non-invasif,
tidak memberikan paparan radiasi ionisasi, relatif tidak mahal serta dapat
dilakukan berulang- ulang pada area anatomi yang berbeda-beda. Di
bidang muskuloskeletal, transduser USG yang digunakan adalah transduser
linier dengan frekuensi tinggi. USG menjadi sangat penting dalam
diagnosis penyakit muskuloskeletal karena dapat mendeteksi berbagai
lesi jaringan lunak. USG banyak digunakan sebagai modalitas pencitraan
yang cukup valid dibandingkan dengan artroskopi maupun MRI, serta
reliabel untuk menilai kelainan sinovium, selain juga memiliki kemampuan
dalam menggambarkan perluasan inflamasi sinovial dan perubahan volume
sinovial dari waktu ke waktu. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi spektrum
patologik yang luas pada sendi, yang meliputi abnormalitas sinovial,
tendon, permukaan tulang maupun otot, saraf maupun kulit di sekitar
sendi. 13
Dibandingkan dengan artroskopi, USG lutut memiliki keunggulan
karena merupakan pemeriksaan yang non invasif tetapi memungkinkan
30
A B
Gambar. 9. Gambaran USG tulang rawan sendi lutut. (A) Tulang rawan
hyalin merupakan struktur hipoekoik homogen dengan tepi yang tegas, melapisi
tulang subkondral yang terlihat hiperekoik. (B) Lesi pada tulang rawan sendi
berupa fibrilasi yang terlihat pada USG sebagai iregularitas permukaan dan
penipisan tulang rawan sendi.13
3.2.8. Tatalaksana
3. Terapi operatif
DAFTAR PUSTAKA
7. Felson DT, Sharma L, Song J, Cahue S, Shamiyeh MS, Dunlop DD. 2008. The
role of Knee Alignment in Disease Progression and Functional Decline in Knee
Osteoarthritis . JAMA 286 : 188-195
11. Frank, Eugene D, Long, Bruce W, Smith, Barbara J, 2007. Merrils Atlas of
Radiographic Positioning and Procedures Edition 11 (Volume One), St. Louis
: Mosby Elsevier