NYERI SENDI
Skenario :
Kata sulit :
Nyeri
Nyeri adalah sensorik yang bersifat emosional dan subjektif berupa keadaan
tidak menyenangkan yang diakibatkan oleh kerusakan jaringan.
Kata kunci :
Seorang perempuan umur 35 tahun
Nyeri pada jari – jari tangan kiri & kanan
Dialami sejak 3 bulan terakhir
Kaku pagi hari berlangsung selama 30 menit sampai 1 jam
Keluhan demam tidak menggigil sering dialami
Pertanyaan :
1. Jelaskan tentang anatomi organ terkait!
2. Jelaskan tentang lingkup gerak masing – masing sendi pada manus!
3. Bagaimana mekanisme nyeri secara umum?
4. Jelaskan patomekanisme gejala pada skenario!
5. Jelaskan hubungan jenis kelamin dan usia terhadap penyakit!
6. Jelaskan penyakit – penyakit yang menyebabkan nyeri sendi akibat inflamasi
& gangguan mekanik
7. Jelaskan langkah – langkah diagnosis!
8. Jelaskan DD & DS dari skenario
Jawaban pertanyaan :
1. Anatomi Manus
a. Tulang
1) Ossa Carpi (Carpalia)
Terdiri dari 8 buah tulang dan terletak dalam 2 baris :
Baris I (deretan proximal) : os scaphoideum (os naviculare manus), os
lunatum, os triquentrum dan os pisiforme.
Baris II (deretan distal) : os trapezium (os multangulum majus), os
trapezoideum (os multangulum minus), os capitulum dan os hamatum.
2) Ossa Metacarpi (Metacarpalia)
Terdiri dari 5 buah os longum. Setiap os metacarpale mempunyai
basis, corpus dan caput metacarpalis.
3) Ossa Digitorum (Phalanges)
b. Otot-otot Manus
Diklasifikasikan menjadi otot-otot yang membentuk :
I. Thenar, dibentuk oleh:
M. Abductor Pollicis Brevis
M. Opponens Pollicis
M. Flexor Pollicis Brevis
M. Adductor Pollicis
II. Hypothenar, dibentuk oleh:
M. Palmaris Brevis
M. Abductor Digiti Quinti (M. Abductor Digiti Minimi)
M. Flexor Digiti Quinti Brevis (M. Flexor Digiti Minimi)
M. Opponens Digiti Quinti (M. Opponens Digiti Minimi)
III. Gugusan profundus, terdiri dari:
Mm. Lumbricales
Mm. Interossei
c. Persendian
2) Articulatio Intercarpalis
3) Articulatio Carpometacarpalis
4) Articulatio Metacarpophalangealis
Dibentuk oleh basis phalanx I (proximalis) yang mempunyai
permukaan konkaf dengan capitulum metacarpalis yang berbentuk bola.
5) Articulatio Interphalangealis
2. Jelaskan tentang lingkup gerak sendi masing – masing sendi pada manus
Menggigil
Tubuh dapat memperoleh panas dari produksi panas internal yang
dihasilkan oleh aktivitas metabolik atau dari lingkungan eksternal, jika
lingkungan eksternal lebih hangat dari suhu tubuh, karena suhu tubuh
biasanya lebih tinggi daripada suhu lingkungan sehingga respon terhadap
penurunan suhu inti yang disebabkan oleh pajanan dingin, hipotalamus
bekerja melalui jalur – jalur desendens yang berakhir di neuron motorik
yang mengontrol otot rangka, mula – mula meningkatkan tonus otot
rangka. Dalam waktu singkat dimulailah menggigil. Selama proses
menggigil kontraksi ritmik otot rangka berlangsung cepat 10 – 20
kali/detik, produksi panas dapat meningkat 2-5 kali lipat dari normal
(Sherwood, 2014)
a. inflamasi
1) Osteoartritis (OA)
Osteoartritis primer
Osteoartritis primer atau OA idiopatik belum diketahui
penyebabnya dan tidak berhubungan dengan penyakit sistemik maupun
proses perubahan lokal pada sendi. Meski demikian, osteoartritis primer
banyak dihubungkan pada penuaan. Pada orangtua, volume air dari tulang
mudameningkat dan susunan protein tulang mengalami degenerasi.
Akhirnya, kartilago mulai degenerasi dengan mengelupas atau membentuk
tulang muda yang kecil. Pada kasus-kasus lanjut, ada kehilangan total dari
bantal kartilago antara tulang-tulang dan sendi-sendi. Penggunaan
berulang dari sendi-sendi yang terpakai dari tahun ke tahun dapat membuat
bantalan tulang mengalami iritasi dan meradang, menyebabkan nyeri dan
pembengkakan sendi. Kehilangan bantalan tulang ini menyebabkan
gesekan antar tulang, menjurus pada nyeri dan keterbatasan mobilitas
sendi. Peradangan dari kartilago dapat juga menstimulasi pertumbuhan-
pertumbuhan tulang baru yang terbentuk di sekitar sendi-
sendi.Osteoartritis primer ini dapat meliputi sendi-sendi perifer (baik satu
maupun banyak sendi), sendi interphalang, sendi besar (panggul, lutut),
sendi – sendi kecil (carpometacarpal, metacarpophalangeal), sendi
apophyseal dan atau intervertebral pada tulang belakang, maupun variasi
lainnya seperti OA inflamatorik erosif, OA generalisata, chondromalacia
patella, atau Diffuse Idiopathic Skeletal Hyperostosis (DISH) (Yovita,
2014)
Osteoartritis sekunder
2) Arthritis rheumatoid
Inflamasi jaringan synovial yang bersifat destruktif, kronk,
progresif dan sistemik dan merupakan peradangan pada jarimgan synovial
yang di sebabkan oleh bakteri. Arthritis rheumatoid terjadi karena
terbentuknya igG akan menyerang igG antigen dan membentuk komplek
yang bersarang pada sinovium dan jaringan penyambung
lainnya.sebenarnya arthritis rheumatoid disebut juga penyakit autoimun
tetapi tidak mutlak murni. Arthritis rheumatoid ada 2 macam yaitu :
3) Gout
Asam urat (gout) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat adanya
deposisi Kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi
asam urat di dalam cairan ekstraseluler (Christanto, 2014)
b. gangguan mekanik
Anamnesis
Pemeriksaan Muskuloskeletal
2. Pemeriksaan Regional
Pemeriksaan dilakukan pada sisi yang sakit, kemudian
bandingkan pada sisi yang normal.
a. Inspeksi :
1) Inspeksi dilakukan dari sisi anterior, lateral dan posterior.
2) Ekstremitas atas dan bawah diperiksa dari proksimal ke
distal (apakah ada pemendekan (shortening), deformitas,
malalignment, edema, pembengkakan, ulkus, sinus, sikatriks,
atrofi kulit dan otot).
b. Palpasi :
1) Suhu di area tersebut (hangat/dingin ?)
2) Krepitasi
3) Nyeri pada palpasi : nyeri tekan superfisial atau nyeri tekan
dalam.
c. Gerakan:
1) Untuk menilai keterbatasan range of motion (ROM) sendi dan
kekuatan otot MMRC (Modified Medical Research Council).
2) Aktif: dilakukan oleh pasien sendiri. Pemeriksaan gerakan
aktif dilakukan sebelum pemeriksaan dengan gerakan pasif.
3) Pasif: dilakukan oleh pemeriksa, dicatat derajat gerakannya,
misalnya 30o-90o.
d. Gaya berjalan (walking-gait) :
1) Normal gait: Stance phase 60% dan swing phase 40%
2) Antalgic gait
3) Trendelenburg gait
e. Pengukuran :
1) Apparent limb length discrepancy
2) True limb length discrepancy
3) Circumference limb
4) Inspeksi
- Kulit (tekstur, warna, inflamasi, pembengkakan)
- Kuku (warna, bentuk)
- Deformitas jari (swan neck, boutoniere deformation, mallet
deformations, herberden’s node, boucherd’s node)
- Muscle wasting
- Adanya guttering first web space
- Aspek palmar
- Kulit (warna, tekstur, kontraktur)
- Pembengkakan
- Muscle wasting : eminensia thenar/hypothenar
5) Palpasi :
- Perubahan suhu (normal, menurun, meningkat ?
- Kulit : kering, lembab
- Nyeri tekan
- Sendi-sendi di pergelangan tangan adalah radiocarpal joint, distal
radioulnar joint dan intercarpal joint, sedangkan sendi-sendi di
telapak tangan adalah metacarpophalangeal joint, proximal
interphalangeal joint dan distal interphalangeal joint.
6) Pada pergerakan
- ROM Aktif
- ROM Pasif
Gambar 5.Kiri : deviasi radial (normal : 0 - 20o); kanan : deviasi ulnar (normal : 0
- 35o)
Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
- Darah Perifer Lengkap (Complete blood cell count)
- Factor Rheumatoid (FR)
- Laju Endap Darah (LED) atau C-reactive protein (CRP)
- Pemeriksaan Fungsi Hati
- Pemeriksaan Fungsi Ginjal
- Pemeriksaan anti-RA33 (Bila FR dan anti-CCP negatif)
2) Pemeriksaan Radiologi
- Foto Polos (Plain Radiograph)
Pemeriksaan foto polos memiliki peranan penting dalam
menilai kelainan pada sendi, meskipun gambaran yang diberikan
tidak terlalu baik pada beberapa kelainan jaringan lunak.
Aspek yang harus dinilai pada foto polos sendi antara lain:
a) Densitas tulang. Meningkat atau Menurun (Osteopenia)
b) Erosi
c) Kista (Subkondral atau sinovial)
d) Penyempitan celah sendi
e) Distribusi. Unilateral atau Bilateral
f) Produksi tulang (osyeofit, sklerosis subkondral atau osteofikasi
tendon atau ligamen).
Gejala
Osteoartritis Rheumatoid
Gout
Manus Artritis
Kata Kunci
Wanita 35 tahun - + -
Nyeri pada jari tangan + + +
Kaku pagi hari
berlangsung 30 menit – _ + _
1 jam
Demam tidak
_ + _
menggigil
OSTEOARTHRITIS
Definisi
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yg berkaitan
dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut,dan pergelangan
kaki paling sering terkena oa. Pasien oa biasanya mengeluh nyeri pada
waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yg terkena.
Pada derajat yg lebih berat nyeri dapat dirasakan terus menerus sehingga
sangat mengganggu mobilitas pasien. Karena prevalensi yg cukup tinggi
dan sifatnya kronis progresif(Rosani, 2014)
Etiopatogenesis
Faktor resiko
umur
Dari semua fakor resiko untuk timbulnya oa, faktor ketuaan adalah
yang terkuat. Prevalensi dan beratnya oa semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. Oa hampir tak pernah pada anak anak, jarang pada
umur dibawah 40 tahun. Dan sering pada umur di atas 60 tahun, akan tetapi
harus diingat bahwa oa bukan akibat ketuaan saja. Perubahan tulang rawan
sendi pada ketuaan bebeda dengan perubahan pada oa.
jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena oa lutut dan oa banyak sendi. Dan lelaki
lebih sering terkena oa paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan , dibawah 45 tahun frekuensi oa kurang lebih sama pada laki
laki dan wanita, tetapi diatas 50 tahun frekuensi oa lebih banyak pada
wanita daripada pria. Hal ini menujukan adanya peran hormonal pada
pathogenesis oa.
suku bangsa
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada oa nampaknya terdapat
perbedaan di antara masing - masing suku bangsa misalnya oa jarang di
antara orang orang kulit hitam dan asia dari pada kaukasia, oa lebih sering
dijumpai pada orang orang amerika asli, daripada orang orang kulit putih.
Hal ini mungin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan
pada frekuensi kongenital dan pertumbuhan.
Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya oa misalnya,pada ibu
dari seorang wanita dengan oa pada sendi sendi interfalang distal (nodus
heberden) terdapat dua kali lebih sering oa pada sendi sendi tersebut dan
anak anaknya perempuan cenderung mempunyai 3 kali lebih sering dari
pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa oa tersebut. Adanya mutasi
dalam gen prokolagen II atau gen gen strukutal lain untuk unsur unsur
tulang rawan sendi seperti kolagen tipe IX dan XII,proten pengikat atau
proteoglikan dikatakan berperan dalam timbulnya kecendeungan oa pada
familial tertentu.
Riwayat penyakit
Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama yg seringkali membawa pasien
ke dokter.nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang
dengan istirahat.
Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah
imobilitas seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yg cukup lama
atau bahkan setelah bangun tidur.
Krepitasi
Rasa gemeretak pada sendi yg sakit
Pembesaran sendi
Penatalakanaan
2) Terapi farmakologis
- Analgesik oral non opial
- Analgesic topikal
- Oains
- Chondroprotective
- Steroid intraartikular
3) Terapi bedah
- Malaligment, deformitas lutut vargus-varus dsb
- Atrthroscopi debridement dan joint lavage
- Osteotomi
- Artroplasti sendi total
GOUT
Definisi
Epidemiologi
Etiologi
Etiologi dari artritis gout meliputi usia, jenis kelamin, riwayat medikasi,
obesitas, konsumsi purin dan alkohol. Pria memiliki tingkat serum asam urat
lebih tinggi daripada wanita, yang meningkatkan resiko mereka terserang
artritis gout. Perkembangan artritis gout sebelum usia 30 tahun lebih banyak
terjadi pada pria dibandingkan wanita. Wanita mengalami peningkatan
resiko artritis gout setelah menopause, kemudian resiko mulai meningkat
pada usia 45 tahun dengan penurunan level estrogen karena estrogen
memiliki efek urikosurik (Setiati,2014)
Patogenesis
Manifestasi Klinis
Diagnosis
Penatalaksanaan
Komplikasi
Prognosis
Artritis Rheumatoid
Definisi
Artritis rheumatoid merupakan penyakit inflamasi kronik sisstemik yang
ditandai dengan pembengkakan dan nyeri sendi, serta dekstruksi membrane
synovial persendian. Artritis rheumatoid dapat mengakibatkan terjadinya
disabilitas berat serta mortalitas (Setiati,2014)
Etiologi
Faktor Risiko
1. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya AR, faktor usia adalah
yang terkuat. Prevalensi dan beratnya AR semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. AR hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada
umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena AR lutut dan sendi, dan lelaki lebih
sering terkena AR paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan di bawah 45 tahun frekuensi AR kurang lebih sama pada
laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi AR lebih banyak pada
wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
patogenesis AR.
3. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya AR. Sebagai
contoh, pada ibu dari seorang wanita dengan AR pada sendi-sendi
interfalang distal terdapat dua kali lebih sering AR pada sendi-sendi
tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali
lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa AR.
4. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada AR nampaknya terdapat
perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya AR paha
lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada
kaukasia. AR lebih sering dijumpai pada orang – orang Amerika asli
dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan
cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan.
5. Obesitas (Kegemukan)
Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan AR pada sendi
yang menanggung beban, tapi juga dengan AR sendi lain (tangan atau
sternoklavikula).
6. Aktifitas/mobilitas yang berlebihan
Aktifitas penderita dengan usia yang sangat lanjut sangatlah
membutuhkan perhatian yang lebih, karena ketika penderita dengan
kondisi tubuh yang tidak memungkinkan lagi untuk banyak bergerak,
akan memberatkan kondisi penderita yang menurun terlebih lagi system
imun yang sangat buruk. Hal ini dikarenakan kekuatan sistem
musculoskeletal penderita yang tidak lagi seperti usianya beberapa tahun
yang lalu, masih dapat beraktifitas maksimal.
7. Lingkungan
Patofisiologi
Manifestasi Klinik
Diagnosis
Penatalaksanaan
1) Terapi medikamentosa :
OAINS
DMARDs
Terapi DMARD dapat dilakukan secara tunggal maupun
kombinasi.
- Sulfasalazine
- MTX
- Klorukiun fosfat atau hidroksiklorokuin
- Leflunomid
- Agen biologik
- Kortikosteroid sistemik
Komplikasi
Prognosis