Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN

“NYERI”

Oleh :

1. Diyana Putri (2002013)


2. Hanifatul Awwaliyah (2002019)
3. Nabila Diah K. (2002029)
4. Putri Cahyaning Fuadiyah (2002032)
5. Shinta Permata Sari (2002035)
6. Silva Fitriah (2002036)
7. Siti Halimatus Sa’diyah (2002038)
8. Yuliana Widiastuti (2002041)
9. Ardellina Novitasari (2002046)

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
PURWODADI
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP KEBUTUHAN DASAR NYERI

I. KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN MANUSIA MENGENAI


GANGGUAN NYERI
A. Pengertian
Nyeri merupakan sinyal distes tubuh yang sangat sulit diabaikan sehingg anyeri
menjadi alas an utma sesorang untuk mencari bantuian utama seseorang untuk mencari
bantian perawatan kesehatan, nyeri sangat menganggu dan menyulitkan kehidupan
seseorang (Smelzer & Bare, 2015).
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat kerusakan jaringan, baik actual maupun potensial atau yang digambarkan dalam
bentuk kerusakan tersebut. Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel
yaitu nosisepsi, sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitiasi sentral, eksitabilitas
ektopik, reorganisasi structural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera
jaringan dan pengalam subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri : tranduksi,
transmisi, modulasi, dan persepsi (Bachrudin, 2017).
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang
disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat sujektif dan bersifat individual. Nyeri
merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi untuk melindungi
diri. Ketika suatu jaringan mengalami cedera, atau kerusakan mengakibatkan
dilepasnya bahan-bahan yang dapat menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin,
histamine, ion kalium, bradikinin, prostaglandin, dan substansi P yang akan
mengakibatkan respon nyeri (Kozier dkk). Nyeri juga dapat disebabkan stimulus
mekanik seperti pembengkakan jaringan yang menekan pada reseptor nyeri (Taylor C.
dkk) (Potter & Perry, 2015).
B. Fungsi Fisiologis
1. Anatomi Fisiologi

Pergelangan kaki terbentuk dari tiga persendian yaitu articulation tzlocruralis,


articulation subtalaris dan articulation tibiofibularis distal. Ketiga sendi ini
berkerjasama untuk mengatur pergerakan bagian belakang kaki sehingga mampu
bergerak plantarfleksi-dorsofleksi, inversion-eversio dan endorotasi-eksorotasi.
Gabungan ketiga jenis gerakan tadi selanjutnya dapat membentuk gerakan pronasi
(dorsofleksi-eversio-eksorotasi) dan supinasi (plantarfleksi-inversio-endorotasi).
a. Articulatio Talocruralis (sendi loncat bagian atas)
Articulation talocruralis dibentuk oleh ujung distal tulang tibia dan fibula
serta bagain atas dari talus. Ligamentum pada articulation talocruralis terdiri
dari :
1) Ligamentum mediale atau Deltoideum
Ligamentum ini merupakan ligamentum yang kuat dengan
puncaknya melekat pada ujung malleolus medialis. Sedangkan
serabut dalamnya melekat pada ujung malleolus medialis.
Sedangkan setabut dalamnya melekat pada permukaan medial
corpus tali serta serabut superficial yang melekat pada permukaan
medial corpus tali serta serabut superficial yang melekat pada bagian
medial corpus tali serta serabut superficial yang melekat pada bagian
medial talus, sustentaculum tali, ligamentum calcaneonaviculare
plantare dan tuberositas ossis naviculare.
2) Ligamentum lateral
Ligamentum lateral memiliki kekuatan yang lebih lemah dari
ligamentum mediale dan tersusun dari tiga pita :
a) Ligamentum talofibulare anterior, berjalan dari malleolus
lateralis ke permukaan lateral talus
b) Ligamnetum calcaneofibulare, berjalan dari ujung malleolus
lateralis kea rah bawah dan belakang menuju permukaan
lateral calcaneus
c) Ligamentum talofibulare posterior, berjalan dari malleolus
lateralis kearah bawah dan belakang menuju permukaan
lateral calcaneus
d) Ligamentum talofibulare posterior, berjalan dari malleolus
lateralis ke tuberculum posterior ossis tali.
b. Articulation subtalaris (sendi loncat bagian bawah)
Sendi ini dibentuk oleh talus dan calcaneus, sendi ini
memungkinkan tungkai bawah yang memiliki axis gerak berupa axis
longitudinal melakukan gerakan endorotasi dan eksorotasi, gerakan pada
tungkai bawah ini selanjutnya diteruskan pada kaki yang meiliki axis
gerak berupa axis transversal yangsedikit miring sehingga memungkinkan
terjadinya gerakan supinasi dan pronasi pada kaki. Articulation subtalaris
terdiri dari dua buah sendi pronasi pad kaki. Articulation subtalaris terdiri
dari dua buah sendi yang di pisahkan oleg logamentum talocalcaneare
interosseum menjadi articulation subtalaris dan subtalaris posterior,
ligamentum talocalcaneacare interosseum berfungsi menahan pergeseran
talus ke medial. Saat supinasi bagian depan ligamentumakan tegang dan
saat pronasi ligamentum menjadi kendor.
c. Articulation tibiofibularis distal
Sendi ketiga yang membentuk pergelangan kaki ini merupakan
pertemuan tibia dan fibula yang merupakan syndesmosis sehingga
pergerakannya terbatas. Sendi ini distabilkan posisinya oleh membrane
interosseus yang tebal serta loigamentum tibiofibularis anterior et
posterior. Syndesmosis articulation tibiofibularis distal ini diperlukan
untuk kestabilan bagian atap dari articulation talocruralis cedera yang
terjadi biasanya mengenai ligamentum tibiofibularis anterior inferior saat
gerakan eversion.

C. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Nyeri


1. Jenis-jenis gangguan nyeri akut
Jenis-jenis nyeri berdasarkan beberapa hal adalah sebagai berikut :
a. Nyeri berdasarkan tempatnya
Menurut Irman (2007) dalam Handayani (2015) dibagi menjadi :
1.) Pheriperal pain
Merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh. Nyeri ini
termasuk nyeri pada kulit dan permukaan kulit. Stimulus yang efektif
untuk menimbulkan nyeri dikulit dapat berupa rangsangan mekanis, suhu,
kimiawi, atau listrik. Apabila hanya kulit yang terlibat, nyeri sering
dirasakan sebagai menyengat, tajam, meringis, atau seperti terbakar.
2.) Deep pain
Merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih
dalam (nyeri somatik) atau pada organ tubuh visceral. Nyeri somatis
mengacu pada nyeri yang berasal dari otot, tendon, ligament, tulang, sendi
dan arteri. Struktur-struktur ini memiliki lebih sedikit reseptor nyeri
sehingga lokalisasi sering tidal jelas.
3.) Reffered pain
Merupakan nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/
struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang
berbeda bukan dari daerah asalnya misalnya, nyeri pada lengan kiri atau
rahang berkaitan dengan iskemia jantung atau serangan jantung.
4.) Central pain
Merupakan nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau
disfungsi primer pada sistem saraf pusat seperti spinal cord, batang otak,
thalamus, dan lain-lain.
b. Nyeri berdasarkan sifatnya
Meliala (2007) dalam Handayani (2015) menyebutkan bahwa nyeri ini
digolongkan menjadi tiga, yaitu :
1.) Incidental pain
Merupakan nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang. Nyeri ini
biasanya sering terjadi pada pasien yang mengalami kanker tulang.
2.) Steady pain
Merupakan nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam jangka
waktu yang lama. Pada distensi renal kapsul dan iskemik ginjal akut
merupakan salah satu jenis.
3.) Proximal pain
Merupakan nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri
tersebut biasanya menetap selama kurang lebih 10-15 menit, lalu
menghilang kemudian timbul lagi.
c. Nyeri berdasarkan ringan beratnya
Nyeri ini dibagi ke dalam tiga bagian (Wartonah, 2005 dalam Handayani
2015) sebagai berikut :
1.) Nyeri ringan
Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas ringan. Nyeri ringan
biasanya pasien secara obyektif dapat berkomunikasi dengan baik.
2.) Nyeri sedang
Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas yang sedang. Nyeri
sedang secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan
lokasi nyeri dan mendiskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan
baik.
3.) Nyeri berat
Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas berat. Nyeri berat secara
obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih
respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendiskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang.
d. Nyeri berdasarkan waktu serangan
1.) Nyeri akut
Merupakan nyeri yang mereda setelah dilakukan intervensi dan
penyembuhan. Awitan nyeri akut biasanya mendadak dan berkaitan dengan
masalah spesifik yang memicu individu untuk segera bertindak
menghilangkan nyeri. Nyeri berlangsung singkat (kurang dari 6 bulan) dan
menghilang apabila faktor internal dan eksternal yang merangsang reseptor
nyeri dihilangkan. Durasi nyeri akut berkaitan dengan faktor penyebabnya
dan umumnya dapat diperkirakan (Asmadi, 2008).
2.) Nyeri kronis
Merupakan nyeri yang berlangsung terus menerus selama 6 bulan atau
lebih. Nyeri ini berlangsung diluar waktu penyembuhan yang diperkirakan
dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri
kronis ini berbeda dengan nyeri akut dan menunjukkan masalah baru, nyeri
ini sering mempengaruhi semua aspek kehidupan penderitanya dan
menimbulkan distress, kegalauan emosi dan mengganggu fungsi fisik dan
sosial (Potter & Perry, 2005 dalam Handayani, 2015).
2. tanda dan gejala
Menurut Kemenkes (2016) Tanda dan gejala yang biasa muncul pada
kasus fraktur yakni :
1.) Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi, hematoma, dan edema
2.) Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
3.) Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot
yangmelekat diatas dan dibawah tempat fraktur
4.) Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
5.) Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit.
3. Penyebab nyeri akut
Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma, mekanik, thermos,
elektrik, neoplasma (jinak dan ganas), peradangan (inflamasi), gangguan sirkulasi
darah dan kelainan pembuluh darah serta yang terakhir adalah trauma psikologis
(Handayani, 2015).

D. Pentalaksanaan

American Academy of Orthopaedic Surgeons (2019) dan (Muttaqin, 2008)


menyatakan bahwa penatalaksanaan fraktur terbuka yang dapat dilakukan yaitu:

1. Non operatif
a.) Reposisi
Tindakan reposisi dengan cara manipulasi diikuti dengan imobilisasi
dilakukan pada fraktur dengan dislokasi fragmen yang berarti seperti pada
fraktur radius distal. Reposisi dengan traksi dilakukan terus - menerus selama
masa tertentu, misalnya beberapa minggu, kemudian diikuti dengan
imobilisasi.
b.) Imobilisasi
Pada imobilisasi dengan fiksasi dilakukan imobilisasi luar tanpa
reposisi, tetapi tetap memerlukan imobilisasi agar tidak terjadi dislokasi
fragmen. Contoh cara ini adalah pengelolaan fraktur tungkai bawah tanpa
dislokasi yang penting. Imobilisasi yang lama akan menyebabkan mengecilnya
otot dan kakunya sendi.
c.) Rehabilitasi
Rehabilitasi berupaya mengembalikan kemampuan anggota yang
cedera atau alat gerak yang sakit agar dapat berfungsi kembali seperti sebelum
mengalami gangguan atau cedera.Pasien dianjurkan untuk keluar dari tempat
tidur dengan dibantu ahli fisioterapi.
d.) Traksi
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk
menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan traksi adalah
untuk menangani fraktur, dislokasi atau spasme otot dalam usaha dan untuk
memperbaiki deformitas dan mempercepat penyembuhan.
2. Debridemen dan Irigasi
Debridemen dan irigasi merupakan langkah pertama dalam mengendalikan
risiko infeksi. Dalam debridemen, semua bahan asing bahan yang terkontaminasi
dan jaringan yang rusak dari luka akan dikeluarkan. Luka kemudian akan dicuci
atau diairi dengan beberapa liter larutan garam. Setelah luka dibersihkan,
selanjutnya mengevaluasi fraktur dan menstabilkan tulang. Patah tulang terbuka
diobati dengan fiksasi internal atau eksternal.
a.) Fiksasi Internal
Fiksasi internal dapat digunakan untuk mengobati fraktur terbuka di
mana: lukanya bersih; ada kerusakan kulit atau jaringan minimal; potongan-
potongan tulang yang patah bisa disejajarkan dengan baik. Hal ini dapat
dilakukan sebagai operasi awal atau ditunda jika jaringan lunak perlu sembuh.
Setelah fiksasi internal, anggota tubuh yang terluka akan diimobilisasi dalam
sling cast atau belat hingga fraktur sembuh. Selanjytnya dapat diberikan
antibiotik untuk jangka waktu tertentu untuk membantu mencegah infeksi.
Selama proses penyembuhan, luka harus selalu diperiksa untuk memastikan
tidak ada tanda-tanda infeksi.
b.) Fiksasi Eksternal
Fraktur terbuka yang parah pertama kali distabilkan dengan fiksasi
eksternal. Dalam operasi ini, akan dimasukkan sekrup atau pin logam ke
tulang di atas dan di bawah lokasi fraktur. Pin dan sekrup diproyeksikan
keluar dari kulit yang menempel pada logam atau batang serat karbon. Fiksasi
eksternal memiliki keuntungan menstabilkan tulang yang patah.Dalam
beberapa kasus, luka mungkin memerlukan debridemen lebih lanjut atau
pencangkokan kulit dan jaringan untuk menutupi tulang yang terluka.Fiksasi
eksternal di tempat, pasien sering dapat bangun dari tempat tidur dan bergerak
meskipun luka terbuka. Dalam kebanyakan kasus, fixator eksternal tetap di
tempatnya hanya sampai aman untuk melakukan fiksasi internal.Namun,
kadang-kadang, fixator eksternal digunakan untuk menstabilkan tulang
sampai penyembuhan selesai.Ini kemudian dihapus selama prosedur kedua
ketika fraktur sembuh.
3. Penatalaksanaan Pembedahan
a.) Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-
Wire (kawat kirschner), misalnya pada fraktur jari.
b.) Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF: Open Reduction internal
Fixation).
c.) Reduksi terbuka dengan fiksasi eksternal (OREF: Open reduction Eksternal
Fixation). Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka
dengan kerusakan jaringan lunak. Alat ini memberikan dukungan yang
stabil untuk fraktur kominutif (hancur atau remuk)
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah riwayat nyeri keluhan seperti
lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan
dengan cara “PQRST”
1. P (Provokatif/Paliatif), yaitu faktor yang mempengaruhi bahaya atau ringannya nyeri.
2. Q (Quality), dari nyeri seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat.
3. R (Radiates), daerah perjalanan nyeri.
4. S (Severity), adalah keparahan atau intensitas nyeri.
5. T (Time), adalah waktu atau serangan frekuensi nyeri.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut (D.0077)
2. Intoleransi aktivitas (D.0056)
C. Perencanaan / Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


(SDKI) Hasil (SLKI) (SIKI)
1. Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan Manajemen nyeri (L.08238)
asuhan keperawatan Observasi
Definisi : pengalaman
selama 2x24 jam  Identifikasi lokasi,
sensorik atau emosional diharapkan tingkat karakteristik, durasi,
nyeri (L.08066) frekuensi, kualitas,itensitas
yang berkaitan dengan
 Keluhan nyeri  Identifikasi respon nyeri non
kerusakan jaringan atau menurun verbal
fungsional, dengan onset  Meringis menurun  Identifikasi faktor yang
 Sikap protektif mempeberat dan
mendadak atau lambat dan menurun meringankan nyeri
berintensitas ringan  Kesulitan tidur  Identifikasi pengetahuan
menurun tentang nyeri
hingga berat yang  Menarik diri  Identifikasi pengaruh pada
berlangsung kurang dari 3 menurun kualitas hic
 Berfokus pada diri  Monitor keberhasilan terapi
bulan sendiri menurun komplementer sudah
Nyeri Akut (D.0077)  Frekuensi nadi diberikan
membaik  Monitor efek samping
Berhubungan dengan
 Pola napas membaik penggunaan analgeti
Agen pencedera fisiologis  Tekanan darah terapeutik
membaik  Berikan teknik
(mis. Inflamasi, iskemia,
nonfarmakologi untuk
neoplasma)  Proses berpikir mengurangi rasa nyeri
membaik (mis. Akupresur,
Agen pecendera kimiawi
 Fokus membaik termusik, terapi pijat,
(mis Terbakar, bahan  Fungsi berkemih kopres
membaik  Kontrol lingkungan yang
kimia iritan)
 Perilaku membaik memperberat rasa (mis.
Agen pecendera fisik (mis.  Nafsu makan Suhu ruangan
membaik pencahayaan, kebising,
Abses, amputasi, terbakar,
 Pola tidur membaik  Fasilitas istirahat dan
terpotong mengangkat tidur
berat, prosedur operasi, Kontrol nyeri  Pantau jenis dan sumber
(L.08063) nyeri pemilihan strategi
trauma, latihan fisik  Melaporkan nyeri meredakan nyeri edukasi
berlebihan). terkontrol meningkat  Jelaskan penyebab,
 Kemampuan periode, dan pemicu
Gejala dan Tanda Mayor nyeri
mengenali onset
 Mengeluh nyeri nyeri meningkat  Anjurkan memonitor
 Kemampuan secara mandiri
Tampak tampak  Anjurkan menggunakan
mengenali penyebab
 Bersikap protektif nyeri meningkat analgetik secara tepat
 Kemampuan  Ajarkan teknik
(mis Waspada, nonfarmakologis untuk
menggunakan teknik
menghindari nyeri) non-farmakologis mengurangi rasa nyeri
meningkat kolaborasi pemberian
 Gelisah analgetik
 Dukungan orang
 Frekuensi nadi terdekat meningkat Pemberian analgetik
 Penggunaan menurun (I.08243)
meningkat  Identifikasi :
 Sulit tidur Mobilitas fisik Indentifikasi nyeri (mis.
(L.05042) Pencetus, pereda,
Gejala dan tanda minor 1. Pergerakan kualitas, lokasi,
ekstremitas intensitas, frekuensi,
 Tekanan darah
meningkat durasi)
meningkat 2. Kekuatan otot  Identifikasi riwayat obat
meningkat : identifikasi jenis
 Pola nafas berubah
3. Rentang gerak analgesik (mis.
 Nafsu makan berubah (ROM) meningkat Narkotika, non narkotik,
4. Kecemasan menurun atau NSAID) dengan
 Proses berfikir 5. Kaku sendi menurun tingkat keparahan nyeri
terganggu 6. Gerakan tidak  Monitor tanda-tanda
terkoordinasi vital sebelum dan
 Menarik diri- menurun sebelum pemberian
berfokus pada diri 7. Gerakan terbatas analgetik
menurun  Monitor efektifitas
sendiri 8. Kelemahan fisik analgesik
menurun  Diskusikan jenis
 Diaforesis. analgesik yang disukai
untuk meningkatkan
analgesik optimal
performa penggunaan
infus kontinu, atau bolus
oploid untuk
mempertahankan kadar
dalam serum
 Tetapkan target
efektifitas analgesik
untuk mengoptimalkan
respons pasien
 Dokumentasikan
respons terhadap efek
analgesik dan efek yang
tidak diinginkan
Edukasi
 Jelaskan efek terapi dan
efek samping obat
 Kolaborasi memberikan
dosis dan jenis analgesik
2. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan Manajemen energi (I.05178)
asuhan keperawatan Observasi :
(D.0056)
selama 2x24 jam  Identikasi gangguan fungsi
Definisi : ketidakcukupan diharapkan toleransi tubuh yang mengakibatkan
aktivitas meningkat kelelahan
energi untuk melakukan
(L.05047)  Monitor kalelahan fisik dan
aktivitas sehari-hari.  Frekuensi nadi emosional
meningkat  Monitor pola dan jam tidur
Intoleransi Aktivitas
 Saturasi oksigen  Monitor lokasi dan
(D.0056) meningkat ketidaknyannan selama
Berhubungan dengan :  Kemudahan dalam melakukan aktivitas
melakukan aktivitas Terapeutik
1. Ketidakseimbanga sehari-hari  Sediakan lingkungan
n antara suplai dan meningkat nyaman dan rendah
 Kecepatan berjalan sömufus (mis cahaya, suara,
kebutuhan oksigen Jarak berjalan kunjungan)
2. Tirah baring meningkat  Lakukan lathan rentang
 Kekuatan tubuh gerak pasif dan/atau aktif
3. Kelemahan bagian atas  Berikan aktivitas distraksi
4. Imobilitas meningkat yang menenangkan
 Kekuatan tubuh  Fasilitasi duduk di sini
5. Gaya hidup bagian bawah tempat tidur, jika tidak
monoton Toleransi dalam dapat berpindah atau
menaiki tangga berjalan
Gejala dan Tanda Mayor
Edukasi
Subjektif :  Anjurkan tirah baring
1. Mengeluh lelah  Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
Objektif :  Anjurkan manghubungi
1. Frekuensi jantung perawat ka nde dan gejale
kelelahan tidak berkurang
meningkat >20% dari Ajarkan strategi koping
kondisi istirahat untuk mengurangi
kelelahan
Gejala dan Tnda Minor Kolaborasi
Subjektif :  Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
1. Dispnea saat/setelah asupan makanan.
aktivitas
2. Merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas
3. Merasa lemah
Objektif :
1. Tekanan darah
berubah >20% dari
kondisi istirahat
2. Gambaran EKG
menunjukkan aritmia
saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG
menunjukkan iskemia
4. Sianosis

D. Evaluasi keperawatan
Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan batas waktu dan kondisi pasien maka
diharapkan
1. Pasien menunjukkan wajah rileks
2. Pasien dapat mengatasi kecemasan
3. Pasien mengatakan skala nyerinya berkurang

Anda mungkin juga menyukai