Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Fraktur

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau

tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan

jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi

itu lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak

lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang (Price dan Wilson, 2006)

Fraktur merupakan hilangnya atau terputusnya kontiunitas jaringan

tulang, baik yang bersifat total atau sebagian yang disebabkan oleh trauma

fisik, kekuatan sudut, luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture

tendon, luka organ-organ tubuh, kerusakan pembuluh darah, dan ditentukan

sesuai luas dan jenisnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang

lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. Keluhan utama yang sering

ditemukan pada pasien fraktur yaitu nyeri (Smeltzer, 2009).

Klasifikasi berdasarkan garis fraktur yaitu Oblik adalah garis fraktur

menyilang tulang pada sumbu 45 derajat terhadap sumbu tulang. Transversal

adalah garis fraktur membentuk sudut tegak lurus terhadap sumbu.

Longitudinal adalah garis fraktur membentang dalam arah longitudinal

disepanjang sumbu. Spiral adalah fraktur yang membentuk lingkaran

mengitari korteks dan bisa bergeser dengan gerakan memuntir. Linier adalah

garis fraktur berjalan sejajar dengan sumbu tulang. Klasifikasi secara umum

27
Efektifitas Aromaterapi Lemon..., DWI MELIYA PANDAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
28

meliputi fraktur tertutup (Simple Fraktur) yaitu fraktur yang fragmen

tulangnya tidak menembus kulit. Fraktur terbuka (Compound Fraktur) yaitu

fraktur yang fragmen tulangnya menembus ke kulit dan mengakibatkan kulit

menjadi robek. Fraktur total (Kompleta Fraktur) yaitu kontiunitas fragmen

tulang terputus seluruhnya pasial (Inkompleta Fraktur) yaitu kontuinitas

fragmen tulang belum terputus seluruhnya (Kowalak, 2011).

Berdasarkan posisi fragmen fraktur diklasifikasikan menjadi beberapa

bagian menurut Kowalak (2011) seperti Avulsi adalah fraktur yang

diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang.

Fraktur impaksi adalah fraktur yang terjadi ketika kedua tulang menumbuk

tulang ketiga yang berada diantaranya, seperti pada vertebra dengan dua

vetebra lainnya. Fraktur komunitiva adalah fraktur dimana garis patah lebih

dari satu dan saling berhubungan. Fraktur angulata adalah kedua fragmen

fraktur berada pada posisi yang membentuk sudut satu sama lain. Fraktur

nondislokata adalah kedua potongan tulang tetap mempertahankan kelurusan.

Fraktur dislokata adalah fragmen fraktur saling terpisah.

Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur

merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan

membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk

oleh aktivitas sel-sel tulang. Penyembuhan tulang merupakan proses biologis

dimana setiap terjadinya patah tulang akan mengalami perdarahan disekitar

fraktur, yang disebabkan oleh pembuluh darah terputus dan terjadi

pengumpulan darah. Fase ini disebut juga fase Hematoma, sel-sel darah

Efektifitas Aromaterapi Lemon..., DWI MELIYA PANDAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
29

membetuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat

tumbuhnya kapiler baru dan fibrosis. Jaringan yang menempel fragmen

patahan tulang dinamakan kalus fibrosa. Kedalam hematom dan jaringan

fibrosis kemudian tumbuh sel kondrogenik yang membentuk kondroid yang

merupakan bahan dasar tulang rawan. Sel berubah menjadi osteoblast dan

membentuk osteoid karena ditempat yang jauh dari patahan tulang yang

vakularisasinya relatif lebih banyak (Keningsih, 2006)

Pada tahap berikutnya adalah fase penyatuan klinis dimana terjadinya

penulangan atau ossfikasi kesemua menyebabkan kalus fibrosa berubah

menjadi kalus tulang. Kemudian fase selanjutnya adalah fase konsolidasi, bila

aktivitas osteoblast dan osteoid berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi

lamellar. Sistem ini sekarang dan memungkinkan osteoblast menerobos

reruntuhan pada garis fraktur dan tepat dibelakangnya osteoblast mengisi

celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Proses ini

cukup lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk

membawa beban yang normal (Muttaqin, 2009).

Komplikasi pada proses penyembuhan menurut Price dan Wilson (2006)

yaitu mal union, delayed union, dan non union. Malunion adalah suatu

keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak

seharusnya. Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan

dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. Non union adalah

kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang lengkap.

Efektifitas Aromaterapi Lemon..., DWI MELIYA PANDAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
30

Prinsip penanganan fraktur ada rekognisi, reduksi, retensi, dan

rehabilitiasi. Rekognisi merupakan penentuan atau pengenalan jaringan akibat

fraktur dan tindakan selanjutnya. Reduksi merupakan tindakan untuk

mengembalikan letak asal fragmen tulang yang patah. Retensi merupakan

upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali

seperti semula secara optimal dengan cara fiksasi. Rehabilitasi merupakan

mengembalikan akftifitas fungsional semaksimal mungkin (Sabiston, 2012).

B. Nyeri

1. Definisi

Nyeri dapat diartikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang

tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.

Nyeri juga bisa dianggap sebagai proses patologis pada tubuh. Nyeri

merupakan sesuatu yang menyakitkan pada tubuh individu yang

mengalaminya dan bisa terjadi kapan saja sewaktu-waktu. Nyeri merupakan

gambaran suatu fenomena kompleks yang tidak hanya melibatkan respon fisik

atau mental tatapi juga reaksi emosional dari individu (Potter dan Perry,

2009).

2. Fisiologi Nyeri

Reseptor nyeri merupakan organ tubuh yang berfungsi untuk menerima

rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah

ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat

yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nociceptor, secara

Efektifitas Aromaterapi Lemon..., DWI MELIYA PANDAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
31

anatomis reseptor nyeri (nociceptor) ada yang bermeylin dan ada juga yang

tidak bermeylin dan saraf perifer. Berdasarkan letaknya nociceptor dapat

dikelompokkan dalam beberapa bagian tubuh yaitu pada somatik dalam (deep

somatic), pada kulit (Kutaneus) dan pada daerah viseral, karena letaknya yang

berbeda-beda, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda

(Tamsuri, 2008).

Menurut Tamsuri (2008) Reseptor jaringan kulit (Kutaneus) dibagi

dalam dua komponen yaitu Reseptor A delta merupakan serabut komponen

cepat (kecepatan transmisi 6-30 mnt/detik) yang memungkinkan timbulnya

rasa nyeri yang tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri tersebut

dihilangkan. Serabut C merupakan komponen lambat (kecepatan transmisi 0,5

mnt/detik) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat

tumpul dan sulit dialokasikan.

3. Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri menurut Tamsuri (2008) Nyeri superfisial biasanya

timbul akibat stimulasi terhadap kulit seperti laserasi, luka bakar, dan

sebagainya, pada nyeri ini memliki durasi pendek dan memliki sensai lebih

tajam. Nyeri somatik merupakan nyeri yang terjadi pada otot dan tulang

struktur penyokong. Nyeri viseral merupakan nyeri yang disebabkan oleh

kerusakan organ internal. Nyeri radiasi (sebar) merupakan sensai nyeri yang

meluas dari daerah asal kajaringan sekitarnya. Nyeri fantom merupakan nyeri

khusus yang dirasaka oleh pasien yang mengalami amputasi. Nyeri alih

merupakan nyeri yang timbul akibat viseral yang menjalar ke organ lain

Efektifitas Aromaterapi Lemon..., DWI MELIYA PANDAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
32

sehingga dirasakan nyeri pada beberapa tempat atau lokasi.

Klasifikasi nyeri menurut Smeltzer (2009) yang pertama nyeri

akut adalah nyeri akut biasanya dikaitkan dengan cedera spesifik dan

mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi. Jika kerusakan

tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut biasanya

menurun sejalan dengan terjadi penyembuhan, nyeri ini umumnya terjadi

kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Nyeri

kronik adalah nyeri konstan atau nyeri ini berlangsung di luar waktu

penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan

penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan

yang ditetapkan dengan tetap dan sering sulit untuk diobati karena biasanya

nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada

penyebab pastinya. Meski nyeri akut dapat menjadi signal yang sangat penting

bahwa sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya, nyeri kronis biasanya

menjadi masalah dengan sendirinya.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

Menurut Potter dan Perry (2006) ada beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi nyeri. Usia, semakin bertambah usia maka semakin

mentoleransi rasa nyeri yang timbul, sangat berbeda usia anak-anak dengan

lansia dalam mengontrol nyeri. Jenis kelamin, tidak ada perbedaan yang

signifikan antara pria dan wanita dalam merespon nyeri. Kebudayaan, nilai-

nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Perhatian,

perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat,

sedangkan upaya penglihatan (ditraksi) dihubungkan dengan respon nyeri

Efektifitas Aromaterapi Lemon..., DWI MELIYA PANDAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
33

yang menurun. Ansietas, nyeri dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas.

Pengalaman yang lau, tidak berarti bahwa individu akan menerima nyeri

dengan mudah pada masa yang akan datang. Keletihan, meningkatkan

persepsi nyeri. Dukungan keluarga dukungan keluarga akan membuat individu

merasa lebih nyaman dan tenang.

5. Mekanisme Nyeri

Mekanisme nyeri, nyeri timbul setelah menjalani proses transduksi,

transmisi, modulasi dan persepsi. Transduksi adalah rangsangan nyeri diubah

menjadi depolarisasi membran reseptor yang kemudian menjadi impuls saraf.

Transmisi adalah saraf sensori perifer yang melanjutkan rangsang ke terminal

di medula spinalis disebut sebagai neuron aferen primer. Jaringan saraf yang

naik dari medula spinalis ke batang otak dan talamus disebut neuron penerima

kedua, neuron yang menghubungkan dari talamus ke kortek serebri disebut

neuron penerima ketiga. Selanjutkan modulasi, proses dimana terjadi interaksi

antara system analgesic endogen (endorphin, serotonin, noradrenalin) dengan

asupan nyeri yang masuk ke kornus posterior sehingga asupan nyeri dapat

ditekan. Jadi merupakan proses desendern yang dikontrol oleh otak

seseorang, pada fase modulasi terdapat suatu interaksi dengan system inhibisi

dari transmisi nosisepsi berupa suatu analgesic endogen. Persepsi merupakan

nyeri sangat dipengaruhi oleh faktor subyektif, walaupun mekanismenya

belum jelas. Nyeri dapat berlangsung berjam-jam sampai berhari-hari. Fase ini

dimulai pada saat dimana nosiseptor telah mengirimkan sinyal pada formatio

reticularis dan talamus, sensasi nyeri memasuki pusat kesadaran dan efek

sinyal ini kemudian dilanjutkan ke area limbik. Area ini mengandung sel-sel

Efektifitas Aromaterapi Lemon..., DWI MELIYA PANDAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
34

yang bisa mengatur emosi. Tahap persepsi ini merupakan tahapan yang amat

komplek (Saputra dan Sudirman, 2009).

6. Transmisi Nyeri

Terdapat berbagai teori (Gate Control Theory) yang berusaha

menggambarkan bagaimana nosiseptor atau reseptor nyeri dapat menghasilkan

rangsang nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai teori yang mencoba

menjelaskan bagaimana nyeri yang timbul, namun teori gerbang kendali nyeri

dianggap paling relevan (Tamsuri, 2008). Teori Gate Control Theory dari

Melzack dan Wall (1965) dikutip dari Potter dan Perry (2006) mengusulkan

bahwa impuls nyeri diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di

sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri

dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah

pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar

teori menghilangkan nyeri.

Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol

desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C

melepaskan substansi C melepaskan substansi P untuk mentransmisi impuls

melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoresptor, neuron

beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat yang melepaskan neurotransmiter

penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A,

maka akan menutup mekanisme pertahanan. Diyakini mekanisme penutupan

ini dapat terlihat saat seorang terapis menggosok punggung klien dengan

lembut. Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoresep apabila

Efektifitas Aromaterapi Lemon..., DWI MELIYA PANDAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
35

masukan yang dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka

membuka pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan sensasi nyeri.

Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang lebih

tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiat

endogen, seperti endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang

berasal dari tubuh. Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan

dengan mnghambat pelepasan substansi P. Teknik distraksi, konseling dan

pemberian plasebo merupakan upaya untuk melepaskan endorfin (Potter dan

Perry, 2006).

7. Pengukuran Skala Nyeri

Intensitas nyeri merupakan gambaran untuk mempermudah dalam

pengukuran intensitas nyeri dan seberapa parahnya nyeri yang dirasakan oleh

individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat subyektif dan individual artinya

hasil tes tergantung dari persepsi yang dirasakan penderita tersebut, atau

memungkinkan nyeri dalam intensitas nyeri dalam intensitas sama dirasakan

sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda.

Beberapa alat ukur untuk menilai skala nyeri pasien menurut Potter dan

Perry (2006) Verbal Dimension Scale (VDS), Visual Analog Scale (VAS), Face

Pain Scale, Numeric Rating Scale (NRS) merupakan skala yang valid, numerik

memiliki sensitivitas yang baik dan menghasilkan data yang dapat dianalisis

secara statistik untuk tujuan audit (Wiiliomson et al, 2005). Skala biasanya

digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi

terapeutik. Pasien ditanyakan tentang derajat nyeri yang dirasakan dengan

Efektifitas Aromaterapi Lemon..., DWI MELIYA PANDAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
36

menunjukkan angka 0 sampai 5 atau 0 sampai 10, dimana angka 0

menunjukkan tidak adanya nyeri, angka 1 sampai 3 menunjukkan nyeri

ringan, angka 4 sampai 6 menunjukkan nyeri sedang dan angka 7 sampai 10

menunjukkan nyeri berat.

8. Manajemen Nyeri

Manajemen nyeri ada dua teknik yaitu farmakologi dan non

farmakologi. Farmakologi merupakan penanganan yang sering digunakan

untuk menurunkan nyeri biasanya menggunakan obat. Obat adalah salah satu

bentuk pengendalian nyeri yang sering digunakan, obat nyeri terbagi menjadi

tiga golongan yaitu analgesik oploid (meperidin, morpin), analgesik nonpioid

(obat anti inflamasi Nonsteroid / OAINS), adjuvan dan koanalgesik

(amitriptilin) (Cunningham et al, Anggorowati dkk, 2007). Non farmakologi,

ada beberapa teknik dan metode yang dapat dilakukan dalam upaya untuk

mengatasi nyeri antara lain yaitu meditasi, distraksi, hipnotis, terapi musik,

akupuntur, pijat, kompres panas dan dingin, teknik relaksasi nafas dalam serta

aromaterapi (Lynn, 2006).

C. Aromaterapi

1. Definisi

Aromaterapi berasal dari dua kata, yaitu aroma dan terapi dengan

memakai minyak essensial dengan ekstrak dan unsur kimianya diambil

dengan utuh. Aroma berarti bau harum atau bau-bauan dan terapi berarti

pengobatan. Sehingga aromaterapi adalah salah satu pengobatan

Efektifitas Aromaterapi Lemon..., DWI MELIYA PANDAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
37

menggunakan wangi-wangian. Aromaterapi merupakan pemberian minyak

essensial melalui teknik atau metode pijat, mandi, kompres panas dan

dingin, inhalasi untuk menangani nyeri, mengurangi nyeri dan

menimbulkan efek kenyamanan dan relaksasi (Agusta, 2002).

2. Mekanisme Aromaterapi

Mekanisme kerja perawatan aromaterapi dalam tubuh manusia

berlangsung melalui dua sistem fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh dan sistem

penciuman. Wewangian dapat mempengaruhi kondisi psikis, emosi

seseorang dan daya ingat (Wong, 2010). Hidung atau organ penciuman

memiliki kemampuan untuk sarana komunikasi alamiah pada manusia dan

dapat membedakan lebih dari 100.000 bau tanpa disadari oleh manusia.

Bau-bauan tersebut masuk kehidung dan berhubungan dengan silia.

Reseptor di silia mengubah bau tersebut menjadi impuls listrik yang

dipancarkan ke otak dan mempengaruh bagian otak yang berkaitan dengan

mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran (Tara, 2005).

Menurut Koensoemardiyah (2009) mengungkapkan bahwa teknik

pemberian aromaterapi menjadi salah satu alternatif terapi bagi mereka

yang sedang mengalami tekanan batin atau stres, dan yang paling penting

yaitu untuk menurunkan intensitas nyeri, minyak essensial atau minyak

atsiri yang bersifat menurunkan/menghilangkan rasa nyeri, antara lain :

Lemon, lavender, cengki, nankincense, wintergreen, pappermint, karena

terapi dengan menggunakan wewangian dari berbagai jenis tanaman ini

bisa membuat seseorang menjadi lebih rileks dan tenang.

Efektifitas Aromaterapi Lemon..., DWI MELIYA PANDAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
38

Penciuman terbagi menjadi 3 tingkatan yaitu dimulai dengan

penerimaan molekul bau tersebut pada olfactory epithelium, yang

merupakan suatu reseptor yang berisi 20 juta ujung saraf. Kemudian bau

tersebut akan ditransmisikan ke pusat penciuman yang berada pada

pangkal otak. Pada tempat ini berbagai sel neuron menginterpretasikan bau

tersebut dan mengantarkannya ke sistem limbik yang selanjutnya akan

dikirm ke hipotalamus untuk diolah. Selanjutnya melalui penghantar

respons yang dilakukan oleh hipotalamus, seluruh unsur pada minyak

essensial tersebut akan diantar oleh sistem sirkulasi dan agen kimia pada

organ tubuh yang mebutuhkan. Secara fisiologis kandungan unsur-unsur

dari bahan aromterapi tersebut akan memperbaiki ketidakseimbangan yang

terjadi didalam tubuh (Primadiatri, 2002).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan universitas Warwick,

inggris, menemukan bahwa bau yang dihasilkan dari aroma terapi

berkaitan dengan gugus steroid didalam kelenjar keringat yang disebut

osmon yang mempunyai potensi sebagai penenang kimia alami yang akan

merangsang neurokimia otak. Bau yang menyenangkan akan menstimulasi

thalamus untuk mengeluarkan enkefalin. Enkefalin memiliki fungsi

sebagai penghilang rasa sakit alami. Enkefalin juga memiliki fungsi dalam

menghasilkan perasaan sejahtera (Smelzer, 2006). Beberapa penelitian lain

telah membuktikan bahwa aroma terapi efektif menurunkan intensitas

nyeri yang dirasakan klien (Kim Nam & Paik 2005).

3. Manfaat Minyak Aromaterapi

a. Lemon

Lemon merupakan aroma yang digunakan untuk menenangkan

Efektifitas Aromaterapi Lemon..., DWI MELIYA PANDAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
39

suasana. Aromanya yang menggemaskan dapat meningkatkan rasa

percaya diri, merasa lebih santai, dapat menenangkan syaraf, tetapi

tetap membuat kita sadar. Minyak lemon untuk tubuh bermanfaat

untuk mengatasi masalah pencernaan, untuk meringankan nyeri,

insomnia, sakit kepala, stress (depresi) dan dapat merelaksasikan

tubuh. Meningkatan daya tahan tubuh, infeksi kulit dan sangat nyaman

untuk kulit (Clarke, 2009).

b. Lavender

Minyak esensial Lavender umumnya digunakan di aromaterapi

dan pijat. Manfaat utamanya klinis pada sistem saraf pusat. Banyak

penelitian dilakukan pada hewan dan manusia mendukung

penggunaannya sebagai modulator suasana hati dan penenang. Minyak

lavender memiliki aktivitas in vitro antimikroba terhadap bakteri,

jamur dan beberapa serangga (Chu dan Kemper, 2001)

c. Jasmine

Pembangkit gairah, baik untuk kesuburan wanita, dapat

mengobati impotensi, anti-depresi, pegal linu, sakit menstruasi dan

radang selaput lendir. bisa digunakan untuk menenangkan, aprodisiak,

antidepresi, tapi sebaiknya tidak digunakan selama kehamilan dan jika

kulit sensitif.

d. Cypress

Dapat mengatasi tekanan darah rendah, system sirkulasi, wasir,

selulit serta mengurangi keringat yang berlebihan dari dalam tubuh.

Juga bisa untuk revitalisasi, obat pengkelat. Selain itu juga dapat

Efektifitas Aromaterapi Lemon..., DWI MELIYA PANDAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
40

menghilangkan bengkak, mengurangi sakit kram pada saat menstruasi,

tapi sebaiknya hindari pada 1-3 bulan masa kehamilan.

e. Peppermint

Aroma peppermint bisa membantu meningkatkan daya ingat dan

kewaspadaan. Cocok buat mereka yang sedang mengalami kelelahan.

Aroma Peppermint juga menyegarkan, dan menghidupkan kulit.

f. Rosemary

Aroma rosemary memberi efek pada munculnya perasaan puas

dan efek positif pada mood dan kinerja, dan menurunkan tingkat

hormon kortisol yaitu hormon pemicu stres.

g. Sandalwood

Dapat membantu menyembuhkan infeksi saluran kencing dan alat

kelamin, mengobati radang dan luka bakar, masalah tenggorokan,

membantu mengatasi sulit tidur dan menciptakan ketenangan hati.

h. Tea tree

Berperan sebagai tonik kekebalan yang baik mengobati penyakit

paru-paru, alat kelamin, vagina, sinus, infeksi mulut, infeksi jamur,

cacar air, ruam saraf serta melindungi kulit karena radiasi bakar selama

terapi kanker.

i. Mawar

Aroma mawar dapat membantu mengurangi stres, kesedihan dan

menstabilisasi kondisi tubuh.

Efektifitas Aromaterapi Lemon..., DWI MELIYA PANDAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
41

j. Kenanga

Bersifat menenangkan, melegakan sesak napas, berfungsi

sebagai tonik rambut sekaligus sebagai pembangkit rasa cinta.

k. Juniper

Khusus perawatan penyempitan pembuluh arteri dan masalah-

masalah yang berhubungan dengan penyumbatan seperti peregangan

pembuluh darah, wasir dan selulit.

Berdasarkan uraian diatas aromaterapi mempunyai manfaat

meringankan nyeri adalah jenis aromaterapi lemon. Minyak essensial

lemon di ekstrak dari buah-buahan. Dari uraian semua aromaterapi,

lemon dianggap paling bermanfaat dari semua minyak essensial.

4. Kandungan Pada Minyak Essensial Lemon

Menurut Young (2011) minyak aromaterapi lemon mudah

didapatkan dan mempunyai kandungan limonene 66-80%, geranil asetat,

nerol, linalil asetat, ɑ pinene 0,4-15%, ɑ pinene 1-4%, terpinene 6-14%

dan mycren. Limonene merupakan komponen utama dalam senyawa

kimia jeruk dapat menghambat kerja prostaglandin sehingga dapat

mengurangi rasa nyeri (Cheragi dan Valadi, 2010). Selain itu limonene

mengontrol siklooksigenase I dan II, mencegah aktivitas prostaglandin dan

mengurangi rasa sakit (Namazi et al., 2014). Dari uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa kandungan utama pada lemon adalah limonene 66-

80%.

5. Teknik Pemberian Aromaterapi

Teknik penggunaan aromaterapi pada minyak atsiri dapat diserap

Efektifitas Aromaterapi Lemon..., DWI MELIYA PANDAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
42

dalam tubuh dalam 3 cara menurut (Craig hospital, 2013) :

a. Sistem penciuman / tanpa sentuhan (inhalasi) biasanya disarankan

untuk masalah dengan pernafasan, penderita nyeri bahkan untuk

mengatasi kecemasan dan dapat dilakukan dengan menggunakan

tungku atau mangkuk air yang mengepul kemudian uap tersebut

dihirup selama beberapa menit dengan efek yang ditingkatkan dengan

menempatkan handuk dan diletakkan diatas kepala kearah mangkuk

sehingga membentuk tenda supaya lebih dapat menangkap uapnya.

b. Pijat / dengan sentuhan (Massage) penggunaan minyak essensial

dalam pemijatan dapat dikombinasikan dengan minyak dasar yang

dapat merangsang atau menenangkan tergantung pada minyak yang

digunakan. Biasanya teknik pemijatan diterapkan di area tertentu

bahkan ke seluruh tubuh.

c. Perendaman diterapkan dengan cara mandi menggunakan minyak

essensial dan berlangsung selama 10 sampai 20 menit yang

direkomendasikan untuk menenangkan saraf dan masalah kulit.

6. Prosedur Inhalasi Aromaterapi

Metode kerja inhalasi dengan kapas basah berisi cairan

aromaterapi lemon dengan konsentrat 2% pasien menghirup aromaterapi

dengan menggunakan kapas dilapisi masker. Intervensi yang dilakukan

kurang lebih 20 menit (Kim et al, 2006).

Penelitian Fadhla (2014) menguji mengenai efektifitas terapi aroma

lemon terhadap penurunan nyeri pada pasien laparatomi, dengan hasil

bahwa adanya penurunan skala nyeri yang signifikan sebelum dan sesudah

menghirup aroma lemon. Rata-rata intensitas nyeri pada responden

Efektifitas Aromaterapi Lemon..., DWI MELIYA PANDAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
43

sebelum diberikan aroma lemon yaitu 5,07 dan setelah diberikan aroma

lemon terjadi penurunan skala nyeri yang signifikan menjadi 2,60.

Aromaterapi yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan

menggunakan produk merek Young Living essensial oil kemasan 15ml,

bentuk persediaan cair tidak lengket bermanfaat untuk menenangkan

syaraf, merasa lebih santai, mengharmoniskan, meningkatkan rasa percaya

diri, menyegarkan, merasa lebih santai, menyeimbangkan, merilekskan dan

produk Young Living teruji efektifitasnya no BPOM NE51160602330.

Gambar 2.1
Keterangan BPOM Produk Young Living

Gambar 2.2

Young Living, Essensial oil Lemon (15 ml)

Efektifitas Aromaterapi Lemon..., DWI MELIYA PANDAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
44

D. Kerangka Teori

Kerangka dalam bentuk bagan sebagai berikut :

E. Faktor yang Fraktur


mempengaruhi Nyeri :
1. F.Usia
2. Jenis kelamin Intensitas Penatalaksanaan Nyeri
3. G.Kebudayaan Nyeri
4. Perhatian
5. H.Ansietas
6. Pengalaman yang
I. lalu Farmakologi Non Farmakologi
7. Keletihan
8. J. Dukungan
Aromaterapi Lemon
keluarga

Numerical Rating
Scale (NRS)

Gambar 2.3 Kerangka modifikasi dari Potter & Perry (2005), Andarmoyo (2013),

dan Betty Neumen (1970)

Keterangan :

: Yang akan diteliti

: Yang tidak diteliti

Efektifitas Aromaterapi Lemon..., DWI MELIYA PANDAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
45

E. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini, kerangka konsep yang diambil oleh peneliti yaitu sebagai

berikut :

Variabel Independen : Variabel Dependen :

Aromaterapi Lemon Nyeri pada pasien fraktur

Gambar 2.4 Kerangka konsep

F. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis yang peneliti susun adalah :

1. Ho : tidak terdapat efektifitas aromaterapi lemon terhadap penurunan

nyeri pada pasien fraktur di ruang rawat inap seruni RSUD Prof. Dr.

Margono Soekarjo Purwokerto.

2. Ha : terdapat efektifitas aromaterapi lemon terhadap penurunan nyeri

pada pasien fraktur di ruang rawat inap seruni RSUD Prof. Dr.

Margono Soekarjo Purwokerto.

Efektifitas Aromaterapi Lemon..., DWI MELIYA PANDAWATI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Anda mungkin juga menyukai