Anda di halaman 1dari 43

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN KASUS FRAKTUR TERBUKA TIBIA FIBULA GRADE


IIIA DI RUANGAN IRINA A BAWAH RSUP PROF. DR. R. D.
KANDOU MANADO

CT : Ns. Mario Katuuk, M. Kep. Sp. KMB.

Oleh :
Nama: Priska Andaki
NIM: 20014104012

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MANADO 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR TIBIA

A. Pengertian
Fraktur atau patah tulang adalah terputusya kontinuitas jaringan tulang dan tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Brunner and Suddarth, 2001).
Fraktur Tibia adalah fraktur yang terjadi pada bagian tibia sebelah kanan maupun
kiri akibat pukulan benda keras atau jatuh yang bertumpu pada kaki. (E. Oswari,
2011).
Fraktur Tibia adalah patah atau gangguan kontinuitas pada tulang tibia.
B. Klasifikasi Fraktur
Klasifikasi fraktur ada empat yang utama adalah :
1. Incomplit
Fraktur yang hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang.
2. Complit
Garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan
fragmen tulang biasanya berubah tempat atau bergeser (bergeser dari
posisi normal).
3. Tertutup (simple)
Fraktur tidak meluas dan tidak menyebabkan robekan pada kulit.
4. Terbuka (compound)
Fragmen tulang meluas melewati otot dan adanya perlukaan di kulit yang
terbagi menjadi 3 derajad :
Derajad 1 : luka kurang dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak
ada tanda remuk, fraktur sederhana atau kominutif ringan dan
kontaminasi minimal.
Derajad 2 : laserasi lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak, tidak luas,
fraktur kominutif sedang, dan kontaminasi sedang.
Derajad 3 : terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas(struktur kulit, otot,
dan neurovaskuler) serta kontaminasi derajad tinggi.
C. Etiologi
Menurut (Rasjad, 2009) penyebab paling utama fraktur tibia yang disebabkan
oleh pukulan yang membengkokkan sendi lutut dan merobek ligamentum
medialis sendi tersebut, benturan langsung pada tulang tibia misalnya
kecelakaan lalu lintas, serta kerapuhan struktur tulang. Penyebab terjadinya
fraktur yang diketahui adalah sebagai berikut :
1. Trauma langsung (direct)
Fraktur yang disebabkan oleh adanya benturan langsung pada jaringan
tulang seperti pada kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, dan
benturan benda keras oleh kekuatan langsung.
2. Trauma tidak langsung (indirect)
Fraktur yang bukan disebabkan oleh benturan langsung, tapi lebih
disebabkan oleh adanya beban yang berlebihan pada jaringan tulang atau
otot , contohnya seperti pada olahragawan atau pesenam yang
menggunakan hanya satu tangannya untuk menumpu beban badannya.
3. Trauma pathologis
Fraktur yang disebabkan oleh proses penyakit seperti osteomielitis,
osteosarkoma, osteomalacia, cushing syndrome, komplikasi kortison /
ACTH, osteogenesis imperfecta (gangguan congenital yang mempengaruhi
pembentukan osteoblast). Terjadi karena struktur tulang yang lemah dan
mudah patah.
a. Osteoporosis terjadi karena kecepatan reabsobsi tulang melebihi
kecepatan pembentukan tulang, sehingga akibatnya tulang menjadi
keropos dan rapuh dan dapat mengalami patah tulang.
b. Osteomilitis merupakan infeksi tulang dan sum-sum tulang yang
disebabkan oleh bakteri piogen dimana mikroorganisme berasal dari
fokus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
c. Ostheoartritis itu disebabkan oleh rusak atau menipisnya bantalan sendi
dan tulang rawan
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur tibia adalah :
1. Nyeri hebat pada daerah fraktur, dan bertambah jika ditekan/diraba
2. Tak mampu menggerakan kaki
3. Terjadi deformitas (kelainan bentuk) diakibatkan karena perubahan
posisi fragmen tulang. Dapat membentuk sudut karena adanya tekanan
penyatuan dan tidak seimbangnya dorongan otot. Dapat pula
memendek ekstermitas bawah karena adanya tarikan dari otot
ektermitas bawah saat fragmen tergelincir dan tumpah tindih dengan
tulang lainnya. Dan dapat juga terjadi rotasional karena tarikan yang
tidak seimbang oleh otot yang menempel pada fragmen tulang
sehingga fragmen fraktur berputar keluar dari sumbu longitudinal
normalnya.
4. Adanya krepitus (teraba adanya derik tulang) diakibatkan karena
gesekan antara fragmen satu dengan fragmen yang lainnya.
5. Terjadi ekimosis atau perdarahan subkutan diakibatkan kerusakan
pembuluh darah sehingga darah merembes dibawah kulit sekitar area
kulit.
6. Terjadi pembengkakan dan perubahan warna pada kulit diakibatkan
karena terjadi ekstravasasi darah dan cairan jaringan di sekitar area
fraktur.

E. Patofisiologi
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.
O.
P.
Q.
R.
S.
T.
U.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Rongent
Menentukan luas atau lokasi minimal 2 kali proyeksi, anterior,
posterior lateral.
2. CT Scan tulang, fomogram MRI
Untuk melihat dengan jelas daerah yang mengalami kerusakan.
3. Arteriogram (bila terjadi kerusakan vasculer)
4. Hitung darah kapiler
- HT mungkin meningkat (hema konsentrasi) meningkat atau menurun.
- Kreatinin meningkat, trauma obat, keratin pada ginjal meningkat.
- Kadar Ca kalsium, Hb
G. Penatalaksanaan
Konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu menangani fraktur
yaitu : rekognisi, reduksi, retensi, dan rehabilitasi.
1. Rekognisi /Pengenalan
Riwayat kejadian harus jelas untuk mentukan diagnosa dan tindakan
selanjutnya.
2. Reduksi/Manipulasi/Reposisi
Yaitu upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali
seperti semula secara optimal. Metode reduksi terbagi atas ;
 Reduksi Tertutup ; dilakukan dengan mengembalikan fragmen
tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan).
Ektermitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan
sementara gips, bidai atau alat lain. Alat imobilisasi akan
menjaga reduksi dan menstabilkan ekstermitas untuk
penyembuhan tulang. Sinar-X harus dilakukan untuk mengetahui
apakah fragmen tulang telah dalam kesejajaran yang benar.
 Traksi ; alat yang dapat digunakan menarik anggota tubuh yang
fraktur untuk meluruskan tulang. Beratnya traksi disesuaikan
dengan spaasme otot yang terjadi.
o Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur
dengan menepelkan plester langsung pada kulit untuk
mempertahankan bentuk, membantu menimbulkan
spasme otot pada bagian yang cidera dan biasanya
digunakan untuk jangka pendek (48-72jam).
o Skeletal traksi adalah traksi yang digunakan untuk
meluruskan tulang yang cidera dan sendi panjang untuk
mempertahankan traksi, memutuskan pins (kawat)
kedalam tulang.
o Maintenance traksi merupakan lanjutan dari traksi,
kekuatan lanjutan dapat diberikan secara langsung pada
tulang dengan kawat atau pins.
 Reduksi Terbuka : dilakukan dengan pembedahan fragmen
tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat,
sekrup, plat paku, atau batangan logam digunakan untuk
mempertahankan fragmen tulang dalam posisnya sampai
penyembuhan tulang yang solid terjadi. Alat ini dapat diletakkan
di sisi tulang atau langsung ke rongga sumsum tulang, alat
tersebut menjaga aproksimasi dan fiksasi yang kuat bagi fragmen
tulang.
 OREF (Open Reduction Eksternal Fixation) adalah
reduksi terbuka dengan fiksasi internal dimana tulang di
transfiksasikan di atas dan di bawahnya fraktur, sekrup
atau kawat ditransfiksi dibagian proksimal dan distal
kemudian dihubungkan satu sama lain dengan suatu
batang lain.
Fiksasi eksternal ini digunakan utnuk mengobati fraktur
terbuka dengan kerusakan jaringan lunak. Alat ini
memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur
komunitif (hancur atau remuk). Pin yang telah terpasang
dijaga agar tetap terjaga posisinya, kemudian dikaitkan
pada kerangkanya. Fiksasi ini memberikan rasa nyaman
bagi pasien yang mengalami kerusakan fragmen tulang.
 ORIF (Open Reduction Internal Fixation) adalah metode
penatalaksanaan patah tulang dengan cara pembedahan
reduksi terbuka dan fiksasi internal dimana dilakukan
insisi pada tempat yang mengalami cedera dan ditemukan
sepanjang bidang anatomic temapt yang mengalami
fraktur.
3. Retensi/Immobilisasi
Merupakan upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang
sehingga kembali seperti semula secara optimun. Imobilisasi fraktur.
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau
dipertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau
interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi
kontinu, pin dan teknik gips, atau fiksator eksterna. Implan logam dapat
digunakan untuk fiksasi interna yang berperan sebagai bidai interna
untuk mengimobilisasi fraktur.
4. Rehabilitasi
Bertujuan untuk mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal
mungkin untuk menghindari atropi atau kontraktur. Bila keadaan
memungkinkan,harus segera dimulai latihan-latihan untuk
mempertahankan kekuatan anggota tubuh dan mobilisasi.

H. Proses Penyembuhan Tulang


1. Tahap Hematoma atau Inflamasi (1-3 hari)
Hematoma terbentuk dari darah yang berasal dari pembuluh darah yang
robek. Hematoma dibungkus oleh jaringa lunak sekitar (periosteum dan
otot). Hal ini terjadi sekitar 1-2 x 24 jam.
2. Tahap Proliferasi (3 hari – 2 minggu)
Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periosteum di sekitar frakur. Sel-sel
ini menjadi precursor osteoblast, dan akan tumbuh kearah fragmen tulang.
Proliferasi juga terjadi di jaringan sumsum tulang.
3. Tahap Kallus (2-6 minggu)
Osteoblast membentuk tulang lunak (kallus) dan memberikan rigiditasi pada
fraktur. Jika terlihat massa kallus pada X-ray berarti fraktur telah menyatu.
4. Tahap Ossifikasi/Jaringan lunak mengeras (3 minggu-6 bulan)
Kallus mengeras dan menutup lubang frakturb(fraktur gap) antara
periosteum dan korteks menggambungkan fragmen. Dan secara bertahap
tulang menjadi mature. Union tulang yang dapat dipastikan melalui X-ray
dikatakan telah terjadi ketika tidak ada gerakan dengan stress (tekanan)
ringan dan tidak ada tenderness dengan pressure (penekanan) langsung pada
area langsung.
5. Tahap Konsolidasi dan Remodelling (6 bulan – 1 tahun)
Kallus yang tidak diperlukan dibuang/reabsorbsi dari tulang yang sembuh.
Proses reabsorbsi dan penyimpanan tulang sepanjang garis yang fraktur
memberikan kekuatan tulang dalam menahan semua beban.
I. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada fraktur tibia adalah :
1. Komplikasi awal ;
Compartemant Syndrome : Komplikasi ini sangat berbahaya karena dapat
menyebabkan gangguan vaskularisasi ektermitas bawah yang dapat
mengancam kelangsungan hidup ektermitas bawah. Mekasnisme terjadi
fraktur tibia terjadi perdarahan intra – compartment, hal ini akan
menyebabkan tekanan intrakompartemen meninggi, menyebabkan aliran
balik balik darah vena terganggu. Hal ini akan menyebabkan oedema.
Dengan adanya oedema tekanan intrakompartemen makin meninggi
sampai akhirnya sedemikian tinggi sehingga menyumbat arteri di
intrakompartemen. Gejalanya rasa sakit pada ektermitas bawah dan
ditemukan paraesthesia, rasa sakit akan bertambah bila jari digerakan
secara pasif. Kalau hal ini berlangsung cukup lama dapat terjadi paralyse
pada otot-otot ekstensor hallusis longus, ekstensor digitorum longus dan
tibial anterior.
2. Komplikasi dalam waktu lama :
 Malunion : Dalam suatu keadaan dimana tulang yang patah telah
sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya. Malunion merupakan
penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat
kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas).
 Delayed Union : adalah proses penyembuhan yang terus berjalan
dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. Delayed
union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan
waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan
karena penurunan suplai darah ke tulang.
 Non Union : merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9
bulan. Non union di tandai dengan adanya pergerakan yang berlebih
pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau
pseuardoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang
kurang.
J. Konsep Asuhan Keperawatan
Pada pengkajian fokus yang perlu di perhatikan pada pasien fraktur ada
berbagai macam meliputi:
a. Riwayat penyakit sekarang
Kaji kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang kruris,
pertolongan apa yang di dapatkan, apakah sudah berobat ke dukun patah
tulang. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan,
perawat dapat mengetahui luka kecelakaan yang lainya. Adanya trauma
lutut berindikasi pada fraktur tibia proksimal. Adanya trauma angulasi akan
menimbulkan fraktur tipe konversal atau oblik pendek, sedangkan trauma
rotasi akan menimbulkan tipe spiral. Penyebab utama fraktur adalah
kecelakaan lalu lintas darat.
b. Riwayat penyakit dahulu
Pada beberapa keadaan, klien yang pernah berobat ke dukun patah tulang
sebelumnya sering mengalami mal-union. Penyakit tertentu seperti kanker
tulang atau menyebabkan fraktur patologis sehingga tulang sulit
menyambung. Selain itu, klien diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko
mengalami osteomielitis akut dan kronik serta penyakit diabetes
menghambat penyembuhan tulang.
c Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang cruris adalah
salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang
sering terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang cenderung
diturunkan secara genetik.
d. Pola kesehatan fungsional
1) Aktifitas/ Istirahat
Keterbatasan/ kehilangan pada fungsi di bagian yang terkena (mungkin
segera, fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder, dari
pembengkakan jaringan, nyeri)
2) Sirkulasi
a. Hipertensi ( kadang – kadang terlihat sebagai respon nyeri atau
ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah)
b. Takikardia (respon stresss, hipovolemi)
c. Penurunan / tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera,pengisian
kapiler lambat, pusat pada bagian yang terkena.
d. Pembangkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera.
3) Neurosensori
a. Hilangnya gerakan / sensasi, spasme otot
b. Kebas/ kesemutan (parestesia)
c. Deformitas local: angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi
(bunyi berderit) Spasme otot, terlihat kelemahan/ hilang fungsi.
d. Angitasi (mungkin badan nyeri/ ansietas atau trauma lain)
4) Nyeri / kenyamanan
a. Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada
area jaringan / kerusakan tulang pada imobilisasi ), tidak ada nyeri
akibat kerusakan syaraf .
b. Spasme / kram otot (setelah imobilisasi)
5) Keamanan
a. Laserasi kulit, avulse jaringan, pendarahan, perubahan warna
b. Pembengkakan local (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-
tiba).
6) Pola hubungan dan peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat
karena klien harus menjalani rawat inap.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Dampak yang timbul dari klien fraktur adalah timbul ketakutan dan
kecacatan akibat fraktur yang dialaminya, rasa cemas, rasa ketidak
mampuan untuk melakukan aktifitasnya secara normal dan pandangan
terhadap dirinya yang salah.
8) Pola sensori dan kognitif
Daya raba pasien fraktur berkurang terutama pada bagian distal fraktur,
sedangkan indra yang lain dan kognitif tidak mengalami gangguan.
Selain itu juga timbul nyeri akibat fraktur.
9) Pola nilai dan keyakinan
Klien fraktur tidak dapat beribadah dengan baik, terutama frekuensi dan
konsentrasi dalam ibadah. Hal ini disebabkan oel nyeri dan keterbatasan
gerak yang di alami klien

K. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


1) Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
Tujuan : Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria : Klien akan menunjukkan tindakan santai, mampu berpartisipasi
dalam beraktivitas, tidur, istirahat dengan tepat, menunjukkan
penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas trapeutik sesuai
indikasi untuk situasi individual.
Intervensi :
a) Pertahankan imobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips,
bebat dan atau traksi
R/ : Mengurangi nyeri dan mencegah malformasi.
b) Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena.
R/ : Meningkatkan aliran balik vena, mengurangi edema/nyeri.
c) Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif.
R/ : Mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sirkulasi
vaskuler.
d) Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase,
perubahan posisi)
R/ : Meningkatkan sirkulasi umum, menurunakan area tekanan lokal
dan kelelahan otot.
e) Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri (latihan napas dalam,
imajinasi visual, aktivitas dipersional)
R/ : Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, meningkatkan kontrol
terhadap nyeri yang mungkin berlangsung lama.
f) Lakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 jam pertama) sesuai
keperluan.
R/ :Menurunkan edema dan mengurangi rasa nyeri.
g) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
R/ :Menurunkan nyeri melalui mekanisme penghambatan rangsang
nyeri baik secara sentral maupun perifer.
2) Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah
(cedera vaskuler, edema, pembentukan trombus)
Tujuan : Klien akan menunjukkan fungsi neurovaskuler baik
Kriteria : Akral hangat, tidak pucat dan syanosis, bisa bergerak secara
aktif.
Intervensi :
a) Dorong klien untuk secara rutin melakukan latihan menggerakkan
jari/sendi distal cedera.
R/ : Meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah kekakuan sendi.
b) Hindarkan restriksi sirkulasi akibat tekanan bebat/spalk yang terlalu
ketat.
R/ : Mencegah stasis vena dan sebagai petunjuk perlunya penyesuaian
keketatan bebat/spalk
c) Pertahankan letak tinggi ekstremitas yang cedera kecuali ada
kontraindikasi adanya sindroma kompartemen
R/ : Meningkatkan drainase vena dan menurunkan edema kecuali pada
adanya keadaan hambatan aliran arteri yang menyebabkan penurunan
perfusi.
d) Berikan obat antikoagulan (warfarin) bila diperlukan.
R/ : Mungkin diberikan sebagai upaya profilaktik untuk menurunkan
trombus vena.
e) Pantau kualitas nadi perifer, aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan
kulit distal cedera, bandingkan dengan sisi yang normal.
R/ : Mengevaluasi perkembangan masalah klien dan perlunya
intervensi sesuai keadaan klien.
3) Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli,
perubahan membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru,
kongesti)
Tujuan : Klien akan menunjukkan kebutuhan oksigenasi terpenuhi
Kriteria : Tidak sesak nafas, tidak cyanosis analisa gas darah dalam
batas normal
Intervensi :
a) Instruksikan/bantu latihan napas dalam dan latihan batuk efektif.
R/ : Meningkatkan ventilasi alveolar dan perfusi.
b) Lakukan dan ajarkan perubahan posisi yang aman sesuai keadaan klien.
R/ : Reposisi meningkatkan drainase sekret dan menurunkan kongesti
paru.
c) Kolaborasi pemberian obat antikoagulan (warvarin, heparin) dan
kortikosteroid sesuai indikasi.
R/ : Mencegah terjadinya pembekuan darah pada keadaan
tromboemboli. Kortikosteroid telah menunjukkan keberhasilan
untuk mencegah/mengatasi emboli lemak.
d) Analisa pemeriksaan gas darah, Hb, kalsium, LED, lemak dan
trombosit
R/ : Penurunan PaO2 dan peningkatan PCO2 menunjukkan gangguan
pertukaran gas; anemia, hipokalsemia, peningkatan LED dan kadar
lipase, lemak darah dan penurunan trombosit sering berhubungan
dengan emboli lemak.
e) Evaluasi frekuensi pernapasan dan upaya bernapas, perhatikan adanya
stridor, penggunaan otot aksesori pernapasan, retraksi sela iga dan
sianosis sentral
R/ : Adanya takipnea, dispnea dan perubahan mental merupakan tanda
dini insufisiensi pernapasan, mungkin menunjukkan terjadinya
emboli paru tahap awal.
4) Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri,
terapi restriktif (imobilisasi)
Tujuan : Klien dapat meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada
tingkat paling tinggi yang mungkin dapat mempertahankan posisi
fungsional meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan
mengkompensasi bagian tubuh.
Kriteria : Klien dapat menunjukkan tekhnik yang memampukan
melakukan aktivitas
Intervensi :
a) Pertahankan pelaksanaan aktivitas rekreasi terapeutik (radio, koran,
kunjungan teman/keluarga) sesuai keadaan klien
R/ : Memfokuskan perhatian, meningkatakan rasa kontrol diri/harga
diri, membantu menurunkan isolasi sosial.
b) Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit
maupun yang sehat sesuai keadaan klien.
R/ : Meningkatkan sirkulasi darah muskuloskeletal,
mempertahankan tonus otot, mempertahakan gerak sendi,
mencegah kontraktur/atrofi dan mencegah reabsorbsi kalsium
karena imobilisasi.
c) Berikan papan penyangga kaki, gulungan trokanter/tangan sesuai
indikasi.
R/ : Mempertahankan posis fungsional ekstremitas.
d) Bantu dan dorong perawatan diri (kebersihan/eliminasi) sesuai
keadaan klien.
R/ : Meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan diri sesuai
kondisi keterbatasan klien.
e) Ubah posisi secara periodik sesuai keadaan klien.
R/ : Menurunkan insiden komplikasi kulit dan pernapasan (dekubitus,
atelektasis, penumonia)
f) Dorong/pertahankan asupan cairan 2000-3000 ml/hari.
R/ : Mempertahankan hidrasi adekuat, men-cegah komplikasi urinarius
dan konstipasi.
g) Berikan diet TKTP.
R/ : Kalori dan protein yang cukup diperlukan untuk proses
penyembuhan dan mem-pertahankan fungsi fisiologis tubuh.
h) Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.
Pemberian tambahan oksigen, Hindari penggunaan barbiturate/opiate.
R/ : Kerjasama dengan fisioterapis perlu untuk menyusun program
aktivitas fisik secara individual.
5) Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi
(pen, kawat, sekrup).
Tujuan : Klien menyatakan ketidaknyamanan hilang,
Kriteri : Klien menunjukkan perilaku tekhnik untuk mencegah kerusakan
kulit/memudahkan penyembuhan sesuai indikasi, mencapai
penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadi
Intervensi :
a) Pertahankan tempat tidur yang nyaman dan aman (kering, bersih, alat
tenun kencang, bantalan bawah siku, tumit).
R/ : Menurunkan risiko kerusakan/abrasi kulit yang lebih luas.
b) Masase kulit terutama daerah penonjolan tulang dan area distal
bebat/gips.
R/ : Meningkatkan sirkulasi perifer dan meningkatkan kelemasan kulit
dan otot terhadap tekanan yang relatif konstan pada imobilisasi
c) Lindungi kulit dan gips pada daerah perianal
R/ : Mencegah gangguan integritas kulit dan jaringan akibat
kontaminasi fekal
d) Observasi keadaan kulit, penekanan gips/bebat terhadap kulit, insersi
pen/traksi.
R/ : Menilai perkembangan masalah klien.
e) Jaga keadaan kulit agar tetap kering dan bersih.
R/ : Kulit yang basah terus menerus memicu terjadi iritasi yang
mengarah terjadinya dikubitus.
f) Anjurkan pada klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan
kering yang menyerap keringat dan bebas keriput.
R/ : Mencegah iritasi kulit dan meningkatkan evaporasi.
g) Kolaborasi dalam pemberian foam dan tempat tidur angin.
R/ : Mencegah penekanan yang terlalu lama pada jaringan yang dapat
membatasi perfusi seluler, sehingga dapat mengurangi iskemik
jaringan.
6) Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan
kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang
Tujuan : Klien mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.
Kriteria : Bebas drainase purulen atau eritema dan demam
Intervensi :
a) Lakukan perawatan pen steril dan perawatan luka sesuai protokol
R/ : Mencegah infeksi sekunderdan mempercepat penyembuhan luka.
b) Ajarkan klien untuk mempertahankan sterilitas insersi pen.
R/ : Meminimalkan kontaminasi.
c) Kolaborasi pemberian antibiotika dan toksoid tetanus sesuai indikasi.
R/ : Antibiotika spektrum luas atau spesifik dapat digunakan secara
profilaksis, mencegah atau mengatasi infeksi. Toksoid tetanus untuk
mencegah infeksi tetanus.
d) Analisa hasil pemeriksaan laboratorium (Hitung darah lengkap, LED,
Kultur dan sensitivitas luka/serum/tulang)
R/ : Leukositosis biasanya terjadi pada proses infeksi, anemia dan
peningkatan LED dapat terjadi pada osteomielitis. Kultur untuk
mengidentifikasi organisme penyebab infeksi.
e) Observasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda peradangan lokal pada
luka.
R/ : Mengevaluasi perkembangan masalah klien.
7) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap
informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi
yang ada.
Tujuan : Klien akan menunjukkan pengetahuan meningkat.
Kriteria : Klien mengerti dan memahami tentang penyakitnya
Intervensi :
a) Kaji kesiapan klien mengikuti program pembelajaran.
R/ : Efektivitas proses pemeblajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik
dan mental klien untuk mengikuti program pembelajaran.
b) Diskusikan metode mobilitas dan ambulasi sesuai program terapi fisik.
R/ : Meningkatkan partisipasi dan kemandirian klien dalam
perencanaan dan pelaksanaan program terapi fisik
c) Ajarkan tanda/gejala klinis yang memerluka evaluasi medik (nyeri
berat, demam, perubahan sensasi kulit distal cedera)
R/ : Meningkatkan kewaspadaan klien untuk mengenali tanda/gejala
dini yang memerulukan intervensi lebih lanjut.
d) Persiapkan klien untuk mengikuti terapi pembedahan bila diperlukan.
R/ : Upaya pembedahan mungkin diperlukan untuk mengatasi
maslaha sesuai kondisi klien.

DAFTAR PUSTAKA

E. Oswari, 2011, Bedah dan Perawatannya, cetakan VI, Jakarta.

Keliat Anna Budi, SKp, MSC,2010, Proses Keperawatan, penerbit EGC, Jakarta.
Mariylnn E. Doenges, at all 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi III, penerbit EGC,
Jakarta.
Priharjo Rasional, 2009, Perawatan Nyeri Untuk Paramedis, edisi revisi penerbit EGC,
Jakarta.
Rasjad Chaeruddin, Ph. D. Prof, 2009, Ilmu Bedah Orthopedi, cetakan IV, penerbit
Bintang Lamumpatue, Makassar
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama Mahasiswa : Priska Andaki


Nama Klien : Tn. HP
Ruang/ Kamar : Irina A Bawah Kamar 8 B II
No. Rekam Medis : 738970
Tanggal Masuk RS : 11/4/2021
Tanggal Pengkajian : 19/5/2021
Diagnosa Medik : Fraktur Terbuka Tibia Fibula Dekstra
Grade IIIa
Autoanamnese :  Alloanamnese:

I. IDENTITAS
A. PASIEN
Nama Initial : Tn. H.P
Umur : 32 Tahun
Status perkawinan : Belum Kawin
Jumlah anak : -
Agama/ suku : Islam/jawa
Warganegara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat rumah : Madidir, Bitung

B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. P.Y
Umur : 28 tahun
Alamat rumah : Madidir, Bitung
Hubungan dengan pasien : Teman kerja

II. DATA MEDIK


Diagnosa Medik
Saat masuk : Fraktur Terbuka Tibia Fibula Dekstra Grade IIIa
Saat Pengkajian : Fraktur Terbuka Tibia Fibula Dekstra Grade IIIa

III. KEADAAN UMUM


A. KEADAAN SAKIT
Pasien tampak sakit sedang
Alasan : Pasien masuk rumah sakit karena kecelakaan lalu lintas
dengan fraktur tibia terbuka dextra, dan sudah di lakukan operasi debriment sudah
perawatan hari ke-8, pasien hanya terbaring di tempat tidur, semua ADL dibantu,
kesadaran compos mentis, orientasi pasien baik.

B. TANDA-TANDA VITAL
1. Kesadaran
Skala Coma Glasgow
a. Respon Motorik : 6
b. Respon Bicara : 5
c. Respon Membuka Mata : 4
Jumlah 15
Kesimpulan : kesadaran compomentis
2. Tekanan darah : 116/71 mmhg
MAP : 86
Kesimpulan : pasien dikategorikan hipertensi ringan
3. Nadi : 90 x/menit
Irama : teratur
4. Suhu : 36,5
5. Pernafasan : 22 x/menit
Irama : teratur
Jenis : dada

C. PENGUKURAN
Tinggi Badan : 168 cm
Berat badan : 68 kg
Indeks Massa Tubuh (IMT) : 20,23
Kesimpulan : Dari hasil IMT disimpulkan normal

D. GENOGRAM

Ket: : Pasien
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal

IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
1. Keadaan Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit, sangat meperhatikan kesehatannya, jika ada keluhan
langsung memeriksakan kesehatan dan langsung minum obat. Pasien tidak merokok.
Pasien mengatakan baru pertama kali masuk rumah sakit
2. Riwayat penyakit saat ini :
a. Keluhan utama : Nyeri
b. Riwayat keluhan utama :
Pasien mengeluh nyeri di kaki bagian kanan karena ada luka fraktur tibia terbuka,
dengan skala nyeri 7 yang dirasakan terus-menerus saat diam dan saat digerakkan,
nyeri seperti di tusuk-tusuk. Pasien mengatakan sulit menggerakan kakinya karena
fraktur. Pasien mengatakan takut menggerakan kakinya. Saat dilakukan
pengkajian terdapat luka terbuka pada tibia dextra dengan luas luka 2x3 cm, luka
bersih, tampak banyak keluar eksudat berwarna kuning disertai darah. Tidak ada
perdarahan berlebih. Pasien hanya terbaring di tempat tidur.
3. Riwayat penyakit yang pernah di alami :
Pasien mengatakan riwayat penyakit yang pernah dialami adalah gastritis apabila
pasien terlambat makan dan dialami sudah sejak 5 tahun yang lalu
4. Riwayat kesehatan keluarga :
Pasien mengatakan, ibunya menderita hipertensi dan sudah meninggal dunia
5. Pemeriksaan Fisik :
a. Kebersihan rambut : Rambut hitam tampak berminyak
b. Kulit Kepala : Tidak ada lesi di kulit bersih, dan tampak bersih
c. Kebersihan kulit : Kulit berwarna hitam, bersih, terdapat luka lecet
di tangan
d. Hygiene rongga mulut : Bersih, keadaan gigi masih lengkap
e. Kebersihan genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
f. Kebersihan anus : Tidak dilakukan pemeriksaan

B. POLA NUTRISI DAN METABOLIK


1. Keadaan Sebelum sakit :
Pasien mengatakan frekuensi makan normal, tiga kali sehari.
2. Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan sejak berada di rumah sakit porsi makannya berubah, dan
hanya makan setengah porsi saja.
3. Observasi : pasien terlihat pucat
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan rambut : Rambut berwarna hitam, tampak berminyak
b. Hidrasi kulit : Kulit lembab
c. Palpebrae : Tidak tampak kantung mata/ conjungtiva anemis
/conjungtiva
d. Sklera : Sklera non ikterik
e. Hidung : Hidung simetris, penciuman baik
f. Rongga mulut : Bersih ,mukosa bibir lembab
g. Gigi : sudah tidak lengkap
h. Lidah : Bersih
i. Pharing : Tidak dilakukan pemeriksaan
j. Kelenjar getah : Tidak dilakukan pemeriksaan
k. Kelenjar parotis : Tidak tampak pembesaran, tidak ada nyeri
l. Kelenjar tiroid : Tidak tampak pembesaran, tidak ada nyeri
m. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk : konkaf, tidak ada massa
Bayangan Vena : Tidak tampak
Auskultasi : Peristaltik usus : 10 x/menit
Palpasi : Nyeri : Tidak ada nyeri
Benjolan : Tidak ada benjolan
Perkusi : Ascites Positif Negatif
n. Kulit : Edema Positif Negatif
Icterik Positif Negatif
Tanda -tanda radang : tidak ada
o. Lesi : Tidak ada lesi

C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan Sebelum sakit :
BAK: Normal, tidak ada gangguan, 6-7 kali dalam sehari untuk BAK
BAB: Normal,tidak ada gangguan
2. Keadaan sejak sakit :
BAK: pasien menggunakan kateter,warna urin normal
BAB: pasien mengatakan baru lima kali BAB selama berada di rumah sakit
(sudah 8 hari perawatan)
3. Pemeriksaan Fisik
a. Peristaltik usus : Positif, terdengar bising usus 10 kali per menit
b. Palpasi kandung : Ascites Full blast Normal
kemih
c. Nyeri ketuk ginjal : Positif Negatif
d. Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan
e. Lesi
Peradangan : Tidak ada
Hemorroid : Tidak dilakukan pemeriksaan

D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN


1. Keadaan Sebelum sakit :
Pasien mengatakan bekerja diperusahan BUMN sebagai karyawan, dan sekarang
bekerja di Tol Manado Bitung
2. Keadaan sejak sakit :
Aktivitas terbatas dan semua aktivitas di bantu oleh keluarga dan perawat di
ruangan. Gerakan ekstremitas bawah kiri dan kanan terbatas karena pasien takut
menggerakkan kakinya dan karena adanya luka fraktur.
3. Observasi
a. Aktivitas harian
Makan : 2 bantuan orang
Mandi : 4 Bantuan penuh
Pakaian : 3 Bantuan alat dan orang
Kerapihan : 2 Bantuan orang
Buang air besar : 3 Bantuan alat dan orang
Buang air kecil : 3 Bantuan alat dan orang
Mobilisasi di : 2 Bantuan orang
Tempat tidur
b. Postur Tubuh : Postur tubuh tegap
c. Gaya jalan : Tidak di lakukan pemeriksaan
d. Disabilitas anggota : Tidak ada

Pemeriksaan Fisik
a. CRT : >2 detik
b. Thorax & Paru
Inspeksi
Bentuk Thorax : Simteris kanan dan kiri
Sianosis : Tidak ada sianosis
Palpasi
Vocal Premitus : Positif
Perkusi
Batas hepar : Sonor Redup
Pekak
Kesimpulan : Tidak ada kelainan bentuk thoraks
Auskultasi
Suara nafas : Vesikuler
Suara ucapan : Normal, terdengar
Suara tambahan : Tidak ada
Stridor : Tidak ada
c. Jantung
Inspeksi
Ictus cordis : Tidak tampak
Palpasi
Ictus cordis : Tidak teraba
Perkusi
Batas atas : ICS II Sinistra bunyi pekak
Batas kanan : ICS III-IV linea parasternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi
BJ II Aorta : Terdengar pada ICS II parasternal kanan
BJ II Pulmonal : Terdengar pada ICS II parasternal kiri
BJ I Triskupid : Terdengar pada ICS IV parasternal kiri
BJ II Mitral : Terdengar pada ICS 5 mid klavikula kiri
BJ II Irama : Reguler
Murmur : Tidak terdengar
HR : 90 x/m
d. Ekstremitas
Atrofi otot : Positif Negatif
Rentang gerak
Kaku sendi : Adanya kekakuan sendi pada

ektremitas kiri bawah


Uji kekuatan otot
Atas Kiri : 5
Atas Kanan : 5
Bawah Kiri : 5
Bawah kanan : Tidak dilakukan pemeriksaan karena
terdapat fraktur tibia
Refleks patologi :
Babinski, Kiri : Positif Negatif
Kanan : Positif Negatif
Clubbing finger : Negatif, tidak ada kelainan bentuk
kuku jari-jari tangan atau kaki akibat
pembengkakan jaringan
Varises Tungkai : Tidak ada
e. Columna Vetebralis
Inspeksi
Kelainan bentuk : Tidak ada kelainan bentuk
Palpasi
Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
N. III – IV - VI : Tidak ada kelainan pada otot mata
pasien
N. V Motorik : Pergerakan otot wajah normal
N. VII Motorik : Pasien bisa tersenyum, ekspresi wajah
sesuai, dapat mengangkat alis mata,
menutup kelopak mata
N. VIII Romberg Test : Tidak bisa dilakukan pemeriksaan
N. XI : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kaku kuduk : Tidak bisa dilakukan pemeriksaan

E. POLA ISTIRAHAT DAN TIDUR


1. Keadaan Sebelum sakit :
Tidur normal tidak ada gangguan dan keluhan. Pasien tidur 6-8 jam.
2. Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan semenjak ada di rumah sakit, pola tidurnya terganggu, tidur
siang hanya 1 jam, dan sering terbangun pada malam hari karena lingkungan
rumah sakit yang bising dan karena nyeri yang dirasakan
3. Observasi : Pasien dirawat di rumah sakit di kelas 3 dan lingkungan sekitarnya
bising
Ekspresi wajah : Positif Negatif
mengantuk
Banyak menguap : Positif Negatif
Palpebra inferior gelap : Positif Negatif

F. POLA PERSEPSI KOGNITIF


1. Keadaan Sebelum sakit :
Pasien berbicara dengan normal dapat merespon dengan tepat setiap
pembicaraan. Tidak ada gangguan fungsi penghidu, penglihatan, perasa,
pengecapan, dan pendengaran.
2. Keadaan sejak sakit :
Pasien berbicara dengan normal dapat merespon dengan tepat setiap
pembicaraan. Tidak ada gangguan fungsi penghidu, penglihatan, perasa,
pengecapan, dan pendengaran. Orientasi pasien baik.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Penglihatan
Cornea : Jernih
Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pupil : Bulat, isokor 2,5 mm/2,5 mm
b. Pendengaran
Kanalis : Normal
Membran Timpani : Normal
c. NI : Tidak dilakukan pemeriksaan
d. N II : Tidak dilakukan pemeriksaan
e. N V Sensorik : Tidak dilakukan pemeriksaan
f. N VII Sensorik : Tidak dilakukan pemeriksaan
g. N VIII Pendengaran : Tidak ada gangguan

G. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI


1. Keadaan Sebelum sakit :
Pasien merasa bangga dengan dirinya dan bersyukur dengan apa yang dia miliki
saat ini
2. Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan tetap menerima keadaan saat ini meskipun ada fraktur di
kaki kanan bawah akibat kecelakaan, pasien tetap optimis bahwa ia kan sembuh
dan dapat beraktivitas kembali. Pasien tidak merasa malu terhadap keadaannya
saat ini.
3. Observasi
a. Kontak mata : Ada
b. Rentang Perhatian : Pasien kurang memperhatikan saat bercerita
c. Suara, cara bicara : Suara keras dan jelas
d. Postur Tubuh : Tegap saat bercerita
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kelainan Kongenital : Tidak ada
b. Abdomen
Bentuk : Simetris
Bayangan Vena : Tidak ada
Benjolan massa : Tidak ada
c. Kulit (Masalah : Kulit tidak ada masalah, kulit lembab
Kulit)
d. Penggunaan Protesa : Tidak ada

H. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA


1. Keadaan Sebelum sakit :
Pasien mengatakan memiliki hubungan baik dengan keluarga dan teman-teman
kerjanya
2. Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan memiliki hubungan baik dengan keluarga dan teman-teman
kerjanya.
3. Observasi :
Tampak teman kerjanya bergantian menjaga pasien selama di rawat di RS.

I. POLA REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS


1. Keadaan Sebelum sakit :
Pasien mengatakan belum menikah
2. Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan belum menikah.

J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES


1. Keadaan Sebelum sakit :
Pasien mengatakan saat menghadapi masalah atau stress, pasien
melampiaskannya dengan bermain fustsal serta langsung menyelesaikan
masalah yang di hadapi.
2. Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan ikhlas dan menerima tentang apa yang dia alami sekarang,
dan selalu berdoa meminta pertolongan dari Allah SWT.
3. Observasi :
Pasien sangat tenang ,rileks dan sangat koperatif saat ditanya
4. Pemeriksaan fisik
Tekanan Darah
Berbaring : 116/71 mmHg
HR : 90 x/mnt
Kulit
Keringat dingin : tidak

K. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN


1. Keadaan Sebelum sakit :
Pasien mengatakan ibadahnya selalu lima waktu dan berserah kepada Tuhan
Yang Maha Esa
2. Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan selalu berdoa dan meminta kesembuhan untuk dirinya

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal: 17/04/2021

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan


HEMATOLOGI
Leukosit 13.3 4.0-10.0 10^3/uL
Eritrosit 2.81 4.70 – 6.10 10^6/uL
Hemoglobin 8.3 12.0-16.0 g/dL
Trombosit 144 150-450 10^3/uL
Hematokrit 24.6 37.0 –47.0 %
MCH 29.4 27,0 – 35, 0 pg
MCHC 33.5 30,0 – 40,0 gr/dL
001 Eosinofil 0 1-5 %
002 Basofil 0 0-1 %
003 Netrofil Batang 5 2-8 %
004 Netrofil Segmen 85 50-70 %
005 Limfosit 8 20-40 %
006 Monosit 2 2-8 %
MCV 87.6 80.0-100.0 fL
KIMIA KLINIK
SGOT 298 < 33 U/L
SGPT 86 < 43 U/L
Ureum Darah 26 10 – 40 mg/dL
Creatinin Darah 0.9 0.5 – 1.5 mg/dL
Chlorrida Darah 89.0 98.0 – 109.0 mEq/L
Kalium Darah 4.56 3.50 – 5.30 mEq/L
Natrium Darah 144 135-153 mEq/L
PROGRAM TERAPI

Nama Obat/Terapi Cara Dosis Kandungan Indikasi Kontraindikasi


Pemberian
Ceftriaxone IV 2 gr/8 jam Tiap vial mengandung Untuk mengatasi infeksi- Jangan mengonsumsi obat
ceftriaxone sodium infeksi berat yang di ini jika mempunyai
setara dengan sebabkan oleh kuman kondisi medis seperti:
ceftriaxone 1,0 g
-kuman gram positif  Alergi terhadap
maupun gram negatif yang ceftriaxone
resistensi terhadap  Bayi prematur
antibiotika lain:  Bayi 1 bulan ke
 Infeksi saluran bawah
oernapasan
 Infeksi saluran kemih
 Infeksi gonoreal
 Septisemia bakteri
 Infeksi tulang dan
jaringan
 Infeksi kulit
Metrodinazole IV 500 mg/8 Metrodinazol 500 ml Digunakan untuk pasien yang hipersensitif
jam pengobatan bakteri terhadap metrodinazole
vaginosis, infeksi gusi,
infeksi usus
besar,trikomoniasis dan
bakteri lainya

Ranitidin IV 50 mg/12 Ranitidin 150 mg Pengobatan jangka pendek Gangguan ginjal sedang
jam tukak duodenum aktif, sampai berat
tukak lambung aktif,
mengurangi gejala refluks
esofagitis. Terapi
pemeliharaan setelah
penyembuhan tukak
doudenum dan lambung
Ketorolac IV 30 mg/8 jam Ketorolac Untuk penatalaksaan nyeri - Hipersensitif terhadap
Tromethamine akut yang berat jangka ketorolac
30mg/ml pendek (, 5 hari) tromethamine dan
pernah menunjukkan
reaksi alerg terhadap
aspirin atau obat
AINS lainnya
- Pasein dengan atau
yang mempunyai
riwayat ulkus
peptikum akut,
perdarahan saluran
cerna atau perforasi
- Penderita gangguan
ginjal berat atau
berisiko menderita
gagal ginjal
- Pasien yang diduga
menderita perdarahan
serebrovaskular,
diatesis hemoragik
- Pasien yang sedang
mengalami proses
persalinan
- Ibu menyusui
- Mendapatkan obat
AINS lainnya dan
probenecid
- Tidak boleh diberikan
secara intratekal atau
epidural
KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Objektif


- Pasien mengeluh nyeri di kaki - Pasien tampak meringis
bagian kanan karena ada luka
fraktur tibia terbuka, dengan skala - Pasien tampak gelisah
nyeri 7 yang dirasakan terus-
menerus saat diam dan saat - Pasien sulit tidur
digerakkan, nyeri seperti di tusuk-
tusuk - Akvitas terbatas dan semua
aktivitas di bantu oleh keluarga dan
- Pasien mengatakan sulit perawat di ruangan
menggerakan kakinya karena
fraktur - Adanya kekakuan sendi pada
ekstremitas kiri bawah
- Pasien mengatakan takut
menggerakan kakinya - Gerakan ekstremitas bawah kiri
dan kanan terbatas

- Terdapat luka fraktur terbuka pada


tibia dextra

- luas luka 2x3 cm

- tampak banyak keluar eksudat


berwarna kuning disertai darah
pada luka fraktur

- Frekuensi nadi: 90 kali per menit

ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
Ds: Agen pencedera Fisik Nyeri Akut
- Pasien mengeluh (Fraktur terbuka akibat
nyeri di kaki bagian trauma langsung)
kanan karena ada
luka fraktur tibia
terbuka, dengan
skala nyeri 7 yang
dirasakan terus-
menerus saat diam
dan saat digerakkan,
nyeri seperti di
tusuk-tusuk

Do:
- Pasien tampak
meringis
- Pasien tampak
gelisah
- Pasien sulit tidur
- Frekuensi nadi: 90
kali per menit

Ds: Kerusakan integritas Gangguan mobilitas fisik


- Pasien mengatakan struktur tulang
sulit menggerakan
kakinya karena
fraktur
- Pasien mengatakan
takut menggerakan
kakinya

Do:
- Akvitas terbatas dan
semua aktivitas di
bantu oleh keluarga
dan perawat di
ruangan
- Adanya kekakuan
sendi pada
ekstremitas kiri
bawah
- Gerakan ekstremitas
bawah kiri dan
kanan terbatas

Ds: Faktor mekanis (Penekanan Gangguan Integritas


- Pasien mengeluh pada tonjolan tulang) kulit/jaringan
nyeri di kaki bagian
kanan karena ada
luka fraktur tibia
terbuka
Do:
- Terdapat luka
terbuka pada tibia
dextra dengan luas
luka 2x3 cm dan
tampak banyak
keluar eksudat
berwarna kuning
disertai darah

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. (D.0077) Nyeri Akut b.d Agen pencedera Fisik (fraktur terbuka akibat trauma
langsung) d.d:
Data Subjektif:
- Pasien mengeluh nyeri di kaki bagian kanan karena ada luka fraktur tibia terbuka,
dengan skala nyeri 7 yang dirasakan terus-menerus saat diam dan saat digerakkan,
nyeri seperti di tusuk-tusuk
Data Objektif:
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- Pasien sulit tidur
- Frekuensi nadi: 90 kali per menit

2. (D.0054) Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang d.d:
Data Subjektif:
- Pasien mengatakan sulit menggerakan kakinya karena fraktur
- Pasien mengatakan takut menggerakan kakinya
Data Objektif:
- Akvitas terbatas dan semua aktivitas di bantu oleh keluarga dan perawat di ruangan
- Rentang gerak menurun pada ekstremitas bawah kanan dan kiri
- Adanya kekakuan sendi pada ekstremitas kiri bawah
- Gerakan ekstremitas bawah kiri dan kanan terbatas

3. (D.0129) Gangguan Integritas kulit b.d Faktor mekanis (penekanan pada tonjolan
tulang) d.d:
Data Subjektif:
- Pasien mengeluh nyeri di kaki bagian kanan karena ada luka fraktur tibia terbuka
Data Objektif:
- Terdapat luka fraktur terbuka pada tibia dextra
- luas luka 2x3 cm
- tampak banyak keluar eksudat berwarna kuning disertai darah pada luka fraktur
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan SIKI SLKI

1 (D.0077) Nyeri Akut b.d Agen Setelah di lakukan tindakan keperawatan Manajamen Nyeri (I. 08238)
pencedera Fisik (fraktur terbuka akibat selama 3x8 jam, maka Tingkat Nyeri
trauma langsung) d.d: Menurun dengan kriteria hasil: Observasi
DS : - Identifikasi lokasi ,karakteristik durasi,
- Pasien mengeluh nyeri di kaki Tingkat Nyeri (L.08066) frekuensi,kualitas, intensitas nyeri
bagian kanan karena ada luka - Keluhan nyeri menurun - Identifikasi skla nyeri
fraktur tibia terbuka, dengan - Meringis menurun - Identifikasi respons nyeri non verbal
skala nyeri 7 yang dirasakan - Gelisah menurun - Identifikasi faktor memperberat dan memperingan
terus-menerus saat diam dan - Kesulitan tidur menurun nyeri
saat digerakkan, nyeri seperti di
tusuk-tusuk Teraupetik
DO : - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
- Pasien tampak meringis rasa nyeri (mis.TENS, hipnotis akupresur, terapi
- Pasien tampak gelisah musik,biodfeedback, terapi pijat,aromaterapi, teknik
- Pasien sulit tidur imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
- Frekuensi nadi: 90 kali per bermain)
menit - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan, pencahayaan kebisingan)
- Fasilitasi istirahat tidur

Edukasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 (D.0054) Gangguan mobilitas fisik b.d Setelah di lakukan tindakan keperawatan Dukungan Mobilisasi (I.05173)
kerusakan integritas struktur tulang selama 3x8 jam, maka Mobilitas Fisik
d.d: Meningkat dengan kriteria hasil: Observasi
DS: - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Pasien mengatakan sulit Mobilitas Fisik (L.05042) - Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
menggerakan kakinya karena - Kekuatan otot meningkat - Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
fraktur - Pergerakan ekstremitas meningkat sebelum memulai mobilisasi
- Pasien mengatakan takut - Nyeri menurun - Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
menggerakan kakinya
DO: Teraupetik
- Akvitas terbatas dan semua - Fasilitasi aktivits mobilisasi dengan alat bantu
aktivitas di bantu oleh keluarga (mis.pagar tempat tidur)
dan perawat di ruangan - Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
- Rentang gerak menurun pada meningkatkan pergerakan
ekstremitas bawah kanan dan
kiri Edukasi
- Adanya kekakuan sendi pada - Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
ekstremitas kiri bawah - Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus di lakukan
- Gerakan ekstremitas bawah kiri (mis. duduk di tempat tidur,duduk disisi tempat
dan kanan terbatas tidur,pindah dari dari tempat tidur ke kursi)

3 (D.0129) Gangguan Integritas kulit b.d Setelah di lakukan tindakan keperawatan Perawatan Luka (I.14564)
Faktor mekanis (penekanan pada selama 3x8 jam, maka Integritas Kulit
tonjolan tolong) d.d: Meningkat dengan kriteria hasil: Observasi
DS: - Monitor tanda-tanda infeksi
- Pasien mengeluh nyeri di kaki Integritas kulit/jaringan (L.14125) Teraupetik
bagian kanan karena ada luka - Kerusakan jaringan menurun - Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
fraktur tibia terbuka - Kerusakan lapisan kulit menurun - Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
DO: - Kemerahan menurun nontoksik,sesuai kebutuhan
- Terdapat luka fraktur terbuka - Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi ,jika perlu
pada tibia dextra - Pasang balutan sesuai jenis luka
- luas luka 2x3 cm - Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan
- tampak banyak keluar eksudat luka
berwarna kuning disertai darah - Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
pada luka fraktur - Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai
kebutuhan pasien
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
CATATAN PERKEMBANGAN
19 April 2021
Dx Jam Implementasi Jam Evaluasi

1. 10.25 - Mengidentifikasi lokasi ,karakteristik durasi, 13.00 S:


frekuensi, kualitas, intensitas nyeri - Pasien mengeluh nyeri karena ada luka fraktur tibia
Hasil: nyeri karena ada fraktur tibia dextra terbuka, terbuka, nyeri di rasakan seperti di tusuk-tusuk,
nyeri di rasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri di rasakan skala nyeri 7, dirasakan terus-menerus saat diam
terus menerus saat diam dan saat digerakkan dan digerakkan
- Pasien mengatakan sulit tidur karena nyeri
- Mengidentifikasi skala nyeri
Hasil: pasien mengatakan skala nyeri 7 O:
- Pasien tampak meringis
- Mengidentifikasi respons nyeri non verbal - Pasien tampak gelisah
Hasil: pasien tampak meringis dan menahan nyeri
A: luaran belum tercapai:
- Mengidentifikasi faktor memperberat dan - Keluhan nyeri belum menurun
memperingan nyeri - Meringis belum menurun
Hasil : pasien mengatakan lingkungan sekitar panas,
dan bising, pasien mengatakan kurang nyaman dengan
balutan yang tebal P: Intervensi di lanjutkan
- Identifikasi respons nyeri non verbal
10.30 - Mengukur TTV pasien: - Kontrol lingkungan yang mem perberat rasa nyeri
TD: (mis.suhu ruangan pencahayaan ,kebisingann)
Nadi: - Ajarkan teknik non farmakologis
Respirasi: - Kolaborasi pemberian analgetik
SB:

10.35 - Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri


(mis.suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Hasil: Batasi jumlah pengunjung.
Penjaga pasien hanya 1 orang saja

12.00 - Mengajarkan teknik non farmakologis untuk


mengurangi nyeri
Hasil: Teknik nonfarmakologis yang di berikan yaitu
teknik relaksasi napas dalam

- Berkolaborasi pemberian anlagetik


Hasil: Injeksi ketorolac 30 mg intravena
2. 08.00 - Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu 13.10 S:
(mis. pagar tempat tidur) - Pasien mengatakan nyeri saat menggerakan kakinya
Hasil: menaikkan pagar tempat tidur kiri dan kanan karena fraktur
dan memastikan pagar sudah terkunci
O:
10.25 - Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik - ADL dibantu
lainnya - Gerakan ekstremitas bawah kri dan kanan terbatas
Hasil : pasien mengeluh nyeri karena ada fraktur tibia - Tampak pasien takut untuk melakukan pergerakkan
terbuka atau menggerakkan ekstremitas kiri bawah

10.27 - Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan A: luaran belum tercapai:


Hasil: pasien mampu bergerak miring kiri miring - Kekuatan otot belum meningkat
kanan dengan bantuan perawat - Pergerakan ekstremitas belum meningkat
- Nyeri belum menurun
10.30 - Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan P: Intervensi di lanjutkan
Hasil: keluarga membantu dalam mengatur posisi - Fasilitasi aktvitas mobilisasi dengan alat bantu.
pasien (posisi MiKa MiKi) (mis.pagar tempat tidur)
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
10.35 - Melakukan ROM pasif pada ekstremitas kiri bawah meningkatkan pergerakan
pasien - Fasilitasi pergerakan
Hasil: pasien kooperatif, ROM pasif dilakukan pada
ekstremitas kiri untuk mencegah kekakuan sendih
akibat lama tidak digerakkan

3 09.55 - Memantau tanda-tanda infeksi 14.00 S:


Hasil: Luka bersih. tidak ada pendarahan, keluar - Pasien mengeluh nyeri karena luka fraktur tiba
eksudat berwarnan kuning dan sedikit darah terbuka di kaki

10.00 - Mempertahankan teknik steril saat melakukan O:


perawatan luka - Terdapat luka fraktur tibia dextra terbuka keluar
Hasil : setelah membuka perban luka handscoen on eksudat berwarna kuning bercampur darah saat
steril setelah itu di ganti dengan handscoen steril, dibersihkan
menghindari terjadinya infeksi - Kondisi luka bersih, balutan luka luka tampak rapi
dan bersih
10.00 - Melepaskan balutan dan plester secara perlahan
Hasil: pasien tampak kooperatif, balutan luka tampak A: Luaran belum tercapai:
berwarna kuning bercampur darah dan basah - Kerusakan jaringan belum menurun
- Kerusakan lapisan kulit belum menurun
10.05 - Membersihkan dengan cairan NaCl - Kemeragan belum menurun
Hasil: membersihkan luka dengan NaCl 0,9% dengan P:
mengunakan kasa - Monitor tanda-tanda infeksi
- Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
10.10 - Memasang balutan sesuai jenis luka nontoksik,sesuai kebutuhan
Hasil: menggunakan Therasorb sebagai dasar balutan - Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
luka untuk membantu penyerapan eksudat lluka yang - Pasang balutan sesuai jenis luka
keluar - Pertahankan teknik saat melakukan perawatan luka
- Ganti balutan sesuai jumlah dan drainase
10.10 - Mengganti balutan sesuai jumlah dan drainase - Kolaborasi pemberian antibiotik
Hasil: jumlah balutan yang di gunakan 4 kasa, 1
therasorb, dan kasa roll

10.15 - Menjelaskan tanda dan gejala infeksi


Hasil: pasien tampak memperhatikan dan memahami
dan banyak bertanya pada saat di berikan edukasi
tentang tanda dan gejala infeksi

10.30 - Menganjurkan perubahan posisi setiap 2 jam atau


sesuai kebutuhan pasien
Hasil: pasien dibantu keluarga dan perawat mengubah
posisi MiKa MiKI

12.00 - Berkolaborasi pemberian antibiotik,


Hasil: diberikan
Metronidazol infus 5mg/ml (Antibiotik)
Asam traneksamat inj 100mg/mL (5 mL) (anti
perdarahan)

Rabu, 21 April 2021


D Jam Implementasi Jam Evaluasi
x
1 08.00 - Mengidentifikasi respons nyeri non verbal 13.05 S:
Hasil: pasien tampak meringis dan menahan nyeri - Pasien masih mengeluh nyeri karena ada luka
fraktur tibia terbuka, nyeri di rasakan seperti di
tusuk-tusuk, skala nyeri 5, dirasakan saat
08.10 - Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri digerrakkan
(mis.suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Hasil: Batasi jumlah pengunjung. O:
Penjaga pasien hanya 1 orang saja (kakak pasien) - Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah

08.15 - Menganjurkan teknik non farmakologis untuk A: Luaran tercapai


mengurangi nyeri - Keluhan nyeri menurun
Hasil: Teknik nonfarmakologis yang di berikan yaitu - Meringis menurun
teknik relaksasi napas dalam, teknik distaksi - Gelisah menurun

10.05 - Berkolaborasi pemberian anlagetik P: Intervensi di lanjtkan:


Hasil: Diberikan Injeksi ketorolac 30 mg intravena - Identifikasi respons nyeri non verbal
- Kontrol lingkungan yang mem perberat rasa nyeri
(mis.suhu ruangan pencahayaan, kebisingann)
- Kolaborasi pemberian analgetik

2 09.00 - Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu 13.50 S:


(mis. pagar tempat tidur) - Pasien mengatakan sulit menggerakan kakinya
Hasil: menaikkan pagar tempat tidur kiri dan kanan karena fraktur
dan memastikan pagar sudah terkunci - Pasien mengatan nyeri saat ada pergerakkan

O:
09.15 - Memfasilitasi pergerakkan: melakukan ROM pasif - Gerakan ekstremitas bawah kri dan kanan terbatas
Hasil: melakukan ROM pasif pada ekstremitas kiri - Pasien tampak sudah mampu bergerak sedikit demi
bawah pasien sedikit, miring kanan dan miring kiri serta mampu
menggerakkan ekstremitas kiri bawah secara
perlahan

A:
- Kekuatan otot belum meningkat
- Pergerakan ekstremitas meningkat
- Nyeri belum menurun

P: Intervensi di lanjutkan
- Fasilitasi aktvitas mobilisasi dengan alat bantu.
(mis.pagar tempat tidur)
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
3 09.40 - Memantau tanda-tanda infeksi 14.10 S:
Hasil: Luka bersih. tidak ada pendarahan, keluar - Pasien mengeluh nyeri karena luka fraktur tiba
eksudat berwarna kuning dan sedikit darah terbuka di kaki

09.45 - Melepaskan balutan dan plester secara perlahan O:


Hasil: pasien tampak kooperatif, balutan luka tampak - Terdapat luka fraktur tibia dextra terbuka
berwarna kuning bercampur darah dan basah - Keluar eksudat pada saat perawatan luka

- Mempertahankan teknik steril saat melakukan A:


perawatan luka - Kerusakan jaringan belum menurun
Hasil : setelah membuka perban luka handscoen on - Kerusakan lapisan kulit belum menurun
steril setelah itu di ganti dengan handscoen steril, - Kemerahan menurun
menghindari terjadinya infeksi
P: lanjutkan intervensi:
09.50 - Membersihkan dengan cairan NaCl - Monitor tanda-tanda infeksi
Hasil: membersihkan luka dengan NaCl 0,9% dengan - Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
mengunakan kasa - Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik saat melakukan perawatan luka
- Memasang balutan sesuai jenis luka - Ganti balutan sesuai jumlah dan drainase
Hasil: menggunakan Therasorb sebagai dasar balutan - Kolaborasi pemberian antibiotik
luka untuk membantu penyerapan eksudat lluka yang
keluar

10.00 - Mengganti balutan sesuai jumlah dan drainase


Hasil: jumlah balutan yang di gunakan 4 kasa, 1
therasorb, dan kasa roll

10.06 - Menjelaskan tanda dan gejala infeksi


Hasil: pasien tampak memperhatikan dan memahami
dan banyak bertanya pada saat di berikan edukasi
tentang tanda dan gejala infeksi

10.10 - Menganjurkan perubahan posisi setiap 2 jam atau


sesuai kebutuhan pasien
Hasil: pasien dibantu keluarga dan perawat mengubah
posisi MiKa MiKI

12.05 - Berkolaborasi pemberian antibiotik,


Hasil: diberikan
Metronidazol infus 5mg/ml (Antibiotik)
Asam traneksamat inj 100mg/mL (5 mL) (anti
perdarahan
JURNAL PENELITIAN
Judul : KARAKTERISTIK PASIEN FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH
Penulis : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran 2) Departemen Orthopaedi dan
Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran hesti13001@unpad.ac.id

P I C O T
(Problem) (Intervention) (Compar (Outco (Time)
ative) me)

Berdasarkan hal tersebut Hasil dari penelitian Di RSU dr.


Fraktur
maka belum diketahui ini yaitu semua
merupakan salah Slamet
karakteristik penderita responden berjenis
satu penyebab
Garut,
fraktur ekstremitas bawah kelamin laki-laki
cacat diantaranya
sehingga dengan mengetahui (100%), sebagian waktu
akibat kecelakaan.
karakteristik dapat diketahui besar responden
Fraktur penelitian
pencegahan agar tidak terjadi berusia 36-45
ekstremitas bawah
yaitu dari
risiko fraktur. Untuk itu, (42,5%), untuk jenis
sering terjadi
peneliti tertarik melakukan fraktur sebagian bulan
terkait dengan
penelitian mengenai besar yaitu fraktur
morbiditas yang Februari
gambaran karakteristik terbuka sebanyak 25
cukup besar dan
sampai Juli
pasien fraktur ekstremitas (62,5%) dan lokasi
menyebabkan
bawah di RSUD dr. Slamet fraktur terbanyak tahun 2015.
perawatan panjang
Garut yang merupakan yaitu pada tibia
di rumah sakit.
rumah sakit rujukan untuk sebanyak 26
Gangguan akibat
penanganan pasien responden (62,5%).
fraktur berdampak
fraktur.Penelitian ini Fraktur dapat
pada toleransi
merupakan penelitian memengaruhi
aktivitas sehingga
kuantitatif dengan desain produktivitas
mengurangi
deskriptif kuantitatif dengan penderita akibat
produktivitas.
pendekatan observasional adanya gangguan
Selama ini
dan studi dokumentasi. ekstremitas akibat
karakteristik
Penelitian ini mengambarkan cedera yang
penderita fraktur
karakteristik pada pasien menganggu fungsi
ektermitas bawah
fraktur ekstremitas bawah. tubuh. Dengan
Populasi dalam penelitian ini mengetahui
belum diketahui
yaitu pasien fraktur karakteristik pasien
sehingga tidak
ekstremitas bawah selama fraktur ekstremitas
dapat diketahui
perawatan di ruang ortopedi bawah, maka perawat
pencegahan resiko
di RSU dr. Slamet Garut, dapat melakukan
fraktur
waktu penelitian yaitu dari intervensi
bulan Februari sampai Juli keperawatan yang
tahun 2015. Sampel yang sesuai. Diperlukan
digunakan yaitu penelitian lebih
menggunakan desain total lanjut mengenai
sampling. Total responden faktor risiko yang
yang menjadi sampel dalam memengaruhi fraktur
penelitian fraktur sebagian ekstremitas bawah
besar pada tibia yaitu yang dikaitkan
sebanyak 18 responden dengan karakteristik.
(45%)

Anda mungkin juga menyukai