Oleh :
Nama: Priska Andaki
NIM: 20014104012
A. Pengertian
Fraktur atau patah tulang adalah terputusya kontinuitas jaringan tulang dan tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Brunner and Suddarth, 2001).
Fraktur Tibia adalah fraktur yang terjadi pada bagian tibia sebelah kanan maupun
kiri akibat pukulan benda keras atau jatuh yang bertumpu pada kaki. (E. Oswari,
2011).
Fraktur Tibia adalah patah atau gangguan kontinuitas pada tulang tibia.
B. Klasifikasi Fraktur
Klasifikasi fraktur ada empat yang utama adalah :
1. Incomplit
Fraktur yang hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang.
2. Complit
Garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan
fragmen tulang biasanya berubah tempat atau bergeser (bergeser dari
posisi normal).
3. Tertutup (simple)
Fraktur tidak meluas dan tidak menyebabkan robekan pada kulit.
4. Terbuka (compound)
Fragmen tulang meluas melewati otot dan adanya perlukaan di kulit yang
terbagi menjadi 3 derajad :
Derajad 1 : luka kurang dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak
ada tanda remuk, fraktur sederhana atau kominutif ringan dan
kontaminasi minimal.
Derajad 2 : laserasi lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak, tidak luas,
fraktur kominutif sedang, dan kontaminasi sedang.
Derajad 3 : terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas(struktur kulit, otot,
dan neurovaskuler) serta kontaminasi derajad tinggi.
C. Etiologi
Menurut (Rasjad, 2009) penyebab paling utama fraktur tibia yang disebabkan
oleh pukulan yang membengkokkan sendi lutut dan merobek ligamentum
medialis sendi tersebut, benturan langsung pada tulang tibia misalnya
kecelakaan lalu lintas, serta kerapuhan struktur tulang. Penyebab terjadinya
fraktur yang diketahui adalah sebagai berikut :
1. Trauma langsung (direct)
Fraktur yang disebabkan oleh adanya benturan langsung pada jaringan
tulang seperti pada kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, dan
benturan benda keras oleh kekuatan langsung.
2. Trauma tidak langsung (indirect)
Fraktur yang bukan disebabkan oleh benturan langsung, tapi lebih
disebabkan oleh adanya beban yang berlebihan pada jaringan tulang atau
otot , contohnya seperti pada olahragawan atau pesenam yang
menggunakan hanya satu tangannya untuk menumpu beban badannya.
3. Trauma pathologis
Fraktur yang disebabkan oleh proses penyakit seperti osteomielitis,
osteosarkoma, osteomalacia, cushing syndrome, komplikasi kortison /
ACTH, osteogenesis imperfecta (gangguan congenital yang mempengaruhi
pembentukan osteoblast). Terjadi karena struktur tulang yang lemah dan
mudah patah.
a. Osteoporosis terjadi karena kecepatan reabsobsi tulang melebihi
kecepatan pembentukan tulang, sehingga akibatnya tulang menjadi
keropos dan rapuh dan dapat mengalami patah tulang.
b. Osteomilitis merupakan infeksi tulang dan sum-sum tulang yang
disebabkan oleh bakteri piogen dimana mikroorganisme berasal dari
fokus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
c. Ostheoartritis itu disebabkan oleh rusak atau menipisnya bantalan sendi
dan tulang rawan
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur tibia adalah :
1. Nyeri hebat pada daerah fraktur, dan bertambah jika ditekan/diraba
2. Tak mampu menggerakan kaki
3. Terjadi deformitas (kelainan bentuk) diakibatkan karena perubahan
posisi fragmen tulang. Dapat membentuk sudut karena adanya tekanan
penyatuan dan tidak seimbangnya dorongan otot. Dapat pula
memendek ekstermitas bawah karena adanya tarikan dari otot
ektermitas bawah saat fragmen tergelincir dan tumpah tindih dengan
tulang lainnya. Dan dapat juga terjadi rotasional karena tarikan yang
tidak seimbang oleh otot yang menempel pada fragmen tulang
sehingga fragmen fraktur berputar keluar dari sumbu longitudinal
normalnya.
4. Adanya krepitus (teraba adanya derik tulang) diakibatkan karena
gesekan antara fragmen satu dengan fragmen yang lainnya.
5. Terjadi ekimosis atau perdarahan subkutan diakibatkan kerusakan
pembuluh darah sehingga darah merembes dibawah kulit sekitar area
kulit.
6. Terjadi pembengkakan dan perubahan warna pada kulit diakibatkan
karena terjadi ekstravasasi darah dan cairan jaringan di sekitar area
fraktur.
E. Patofisiologi
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.
O.
P.
Q.
R.
S.
T.
U.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Rongent
Menentukan luas atau lokasi minimal 2 kali proyeksi, anterior,
posterior lateral.
2. CT Scan tulang, fomogram MRI
Untuk melihat dengan jelas daerah yang mengalami kerusakan.
3. Arteriogram (bila terjadi kerusakan vasculer)
4. Hitung darah kapiler
- HT mungkin meningkat (hema konsentrasi) meningkat atau menurun.
- Kreatinin meningkat, trauma obat, keratin pada ginjal meningkat.
- Kadar Ca kalsium, Hb
G. Penatalaksanaan
Konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu menangani fraktur
yaitu : rekognisi, reduksi, retensi, dan rehabilitasi.
1. Rekognisi /Pengenalan
Riwayat kejadian harus jelas untuk mentukan diagnosa dan tindakan
selanjutnya.
2. Reduksi/Manipulasi/Reposisi
Yaitu upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali
seperti semula secara optimal. Metode reduksi terbagi atas ;
Reduksi Tertutup ; dilakukan dengan mengembalikan fragmen
tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan).
Ektermitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan
sementara gips, bidai atau alat lain. Alat imobilisasi akan
menjaga reduksi dan menstabilkan ekstermitas untuk
penyembuhan tulang. Sinar-X harus dilakukan untuk mengetahui
apakah fragmen tulang telah dalam kesejajaran yang benar.
Traksi ; alat yang dapat digunakan menarik anggota tubuh yang
fraktur untuk meluruskan tulang. Beratnya traksi disesuaikan
dengan spaasme otot yang terjadi.
o Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur
dengan menepelkan plester langsung pada kulit untuk
mempertahankan bentuk, membantu menimbulkan
spasme otot pada bagian yang cidera dan biasanya
digunakan untuk jangka pendek (48-72jam).
o Skeletal traksi adalah traksi yang digunakan untuk
meluruskan tulang yang cidera dan sendi panjang untuk
mempertahankan traksi, memutuskan pins (kawat)
kedalam tulang.
o Maintenance traksi merupakan lanjutan dari traksi,
kekuatan lanjutan dapat diberikan secara langsung pada
tulang dengan kawat atau pins.
Reduksi Terbuka : dilakukan dengan pembedahan fragmen
tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat,
sekrup, plat paku, atau batangan logam digunakan untuk
mempertahankan fragmen tulang dalam posisnya sampai
penyembuhan tulang yang solid terjadi. Alat ini dapat diletakkan
di sisi tulang atau langsung ke rongga sumsum tulang, alat
tersebut menjaga aproksimasi dan fiksasi yang kuat bagi fragmen
tulang.
OREF (Open Reduction Eksternal Fixation) adalah
reduksi terbuka dengan fiksasi internal dimana tulang di
transfiksasikan di atas dan di bawahnya fraktur, sekrup
atau kawat ditransfiksi dibagian proksimal dan distal
kemudian dihubungkan satu sama lain dengan suatu
batang lain.
Fiksasi eksternal ini digunakan utnuk mengobati fraktur
terbuka dengan kerusakan jaringan lunak. Alat ini
memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur
komunitif (hancur atau remuk). Pin yang telah terpasang
dijaga agar tetap terjaga posisinya, kemudian dikaitkan
pada kerangkanya. Fiksasi ini memberikan rasa nyaman
bagi pasien yang mengalami kerusakan fragmen tulang.
ORIF (Open Reduction Internal Fixation) adalah metode
penatalaksanaan patah tulang dengan cara pembedahan
reduksi terbuka dan fiksasi internal dimana dilakukan
insisi pada tempat yang mengalami cedera dan ditemukan
sepanjang bidang anatomic temapt yang mengalami
fraktur.
3. Retensi/Immobilisasi
Merupakan upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang
sehingga kembali seperti semula secara optimun. Imobilisasi fraktur.
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau
dipertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau
interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi
kontinu, pin dan teknik gips, atau fiksator eksterna. Implan logam dapat
digunakan untuk fiksasi interna yang berperan sebagai bidai interna
untuk mengimobilisasi fraktur.
4. Rehabilitasi
Bertujuan untuk mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal
mungkin untuk menghindari atropi atau kontraktur. Bila keadaan
memungkinkan,harus segera dimulai latihan-latihan untuk
mempertahankan kekuatan anggota tubuh dan mobilisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat Anna Budi, SKp, MSC,2010, Proses Keperawatan, penerbit EGC, Jakarta.
Mariylnn E. Doenges, at all 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi III, penerbit EGC,
Jakarta.
Priharjo Rasional, 2009, Perawatan Nyeri Untuk Paramedis, edisi revisi penerbit EGC,
Jakarta.
Rasjad Chaeruddin, Ph. D. Prof, 2009, Ilmu Bedah Orthopedi, cetakan IV, penerbit
Bintang Lamumpatue, Makassar
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
I. IDENTITAS
A. PASIEN
Nama Initial : Tn. H.P
Umur : 32 Tahun
Status perkawinan : Belum Kawin
Jumlah anak : -
Agama/ suku : Islam/jawa
Warganegara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat rumah : Madidir, Bitung
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. P.Y
Umur : 28 tahun
Alamat rumah : Madidir, Bitung
Hubungan dengan pasien : Teman kerja
B. TANDA-TANDA VITAL
1. Kesadaran
Skala Coma Glasgow
a. Respon Motorik : 6
b. Respon Bicara : 5
c. Respon Membuka Mata : 4
Jumlah 15
Kesimpulan : kesadaran compomentis
2. Tekanan darah : 116/71 mmhg
MAP : 86
Kesimpulan : pasien dikategorikan hipertensi ringan
3. Nadi : 90 x/menit
Irama : teratur
4. Suhu : 36,5
5. Pernafasan : 22 x/menit
Irama : teratur
Jenis : dada
C. PENGUKURAN
Tinggi Badan : 168 cm
Berat badan : 68 kg
Indeks Massa Tubuh (IMT) : 20,23
Kesimpulan : Dari hasil IMT disimpulkan normal
D. GENOGRAM
Ket: : Pasien
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan Sebelum sakit :
BAK: Normal, tidak ada gangguan, 6-7 kali dalam sehari untuk BAK
BAB: Normal,tidak ada gangguan
2. Keadaan sejak sakit :
BAK: pasien menggunakan kateter,warna urin normal
BAB: pasien mengatakan baru lima kali BAB selama berada di rumah sakit
(sudah 8 hari perawatan)
3. Pemeriksaan Fisik
a. Peristaltik usus : Positif, terdengar bising usus 10 kali per menit
b. Palpasi kandung : Ascites Full blast Normal
kemih
c. Nyeri ketuk ginjal : Positif Negatif
d. Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan
e. Lesi
Peradangan : Tidak ada
Hemorroid : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
a. CRT : >2 detik
b. Thorax & Paru
Inspeksi
Bentuk Thorax : Simteris kanan dan kiri
Sianosis : Tidak ada sianosis
Palpasi
Vocal Premitus : Positif
Perkusi
Batas hepar : Sonor Redup
Pekak
Kesimpulan : Tidak ada kelainan bentuk thoraks
Auskultasi
Suara nafas : Vesikuler
Suara ucapan : Normal, terdengar
Suara tambahan : Tidak ada
Stridor : Tidak ada
c. Jantung
Inspeksi
Ictus cordis : Tidak tampak
Palpasi
Ictus cordis : Tidak teraba
Perkusi
Batas atas : ICS II Sinistra bunyi pekak
Batas kanan : ICS III-IV linea parasternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi
BJ II Aorta : Terdengar pada ICS II parasternal kanan
BJ II Pulmonal : Terdengar pada ICS II parasternal kiri
BJ I Triskupid : Terdengar pada ICS IV parasternal kiri
BJ II Mitral : Terdengar pada ICS 5 mid klavikula kiri
BJ II Irama : Reguler
Murmur : Tidak terdengar
HR : 90 x/m
d. Ekstremitas
Atrofi otot : Positif Negatif
Rentang gerak
Kaku sendi : Adanya kekakuan sendi pada
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal: 17/04/2021
Ranitidin IV 50 mg/12 Ranitidin 150 mg Pengobatan jangka pendek Gangguan ginjal sedang
jam tukak duodenum aktif, sampai berat
tukak lambung aktif,
mengurangi gejala refluks
esofagitis. Terapi
pemeliharaan setelah
penyembuhan tukak
doudenum dan lambung
Ketorolac IV 30 mg/8 jam Ketorolac Untuk penatalaksaan nyeri - Hipersensitif terhadap
Tromethamine akut yang berat jangka ketorolac
30mg/ml pendek (, 5 hari) tromethamine dan
pernah menunjukkan
reaksi alerg terhadap
aspirin atau obat
AINS lainnya
- Pasein dengan atau
yang mempunyai
riwayat ulkus
peptikum akut,
perdarahan saluran
cerna atau perforasi
- Penderita gangguan
ginjal berat atau
berisiko menderita
gagal ginjal
- Pasien yang diduga
menderita perdarahan
serebrovaskular,
diatesis hemoragik
- Pasien yang sedang
mengalami proses
persalinan
- Ibu menyusui
- Mendapatkan obat
AINS lainnya dan
probenecid
- Tidak boleh diberikan
secara intratekal atau
epidural
KLASIFIKASI DATA
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
Ds: Agen pencedera Fisik Nyeri Akut
- Pasien mengeluh (Fraktur terbuka akibat
nyeri di kaki bagian trauma langsung)
kanan karena ada
luka fraktur tibia
terbuka, dengan
skala nyeri 7 yang
dirasakan terus-
menerus saat diam
dan saat digerakkan,
nyeri seperti di
tusuk-tusuk
Do:
- Pasien tampak
meringis
- Pasien tampak
gelisah
- Pasien sulit tidur
- Frekuensi nadi: 90
kali per menit
Do:
- Akvitas terbatas dan
semua aktivitas di
bantu oleh keluarga
dan perawat di
ruangan
- Adanya kekakuan
sendi pada
ekstremitas kiri
bawah
- Gerakan ekstremitas
bawah kiri dan
kanan terbatas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. (D.0077) Nyeri Akut b.d Agen pencedera Fisik (fraktur terbuka akibat trauma
langsung) d.d:
Data Subjektif:
- Pasien mengeluh nyeri di kaki bagian kanan karena ada luka fraktur tibia terbuka,
dengan skala nyeri 7 yang dirasakan terus-menerus saat diam dan saat digerakkan,
nyeri seperti di tusuk-tusuk
Data Objektif:
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- Pasien sulit tidur
- Frekuensi nadi: 90 kali per menit
2. (D.0054) Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang d.d:
Data Subjektif:
- Pasien mengatakan sulit menggerakan kakinya karena fraktur
- Pasien mengatakan takut menggerakan kakinya
Data Objektif:
- Akvitas terbatas dan semua aktivitas di bantu oleh keluarga dan perawat di ruangan
- Rentang gerak menurun pada ekstremitas bawah kanan dan kiri
- Adanya kekakuan sendi pada ekstremitas kiri bawah
- Gerakan ekstremitas bawah kiri dan kanan terbatas
3. (D.0129) Gangguan Integritas kulit b.d Faktor mekanis (penekanan pada tonjolan
tulang) d.d:
Data Subjektif:
- Pasien mengeluh nyeri di kaki bagian kanan karena ada luka fraktur tibia terbuka
Data Objektif:
- Terdapat luka fraktur terbuka pada tibia dextra
- luas luka 2x3 cm
- tampak banyak keluar eksudat berwarna kuning disertai darah pada luka fraktur
INTERVENSI KEPERAWATAN
1 (D.0077) Nyeri Akut b.d Agen Setelah di lakukan tindakan keperawatan Manajamen Nyeri (I. 08238)
pencedera Fisik (fraktur terbuka akibat selama 3x8 jam, maka Tingkat Nyeri
trauma langsung) d.d: Menurun dengan kriteria hasil: Observasi
DS : - Identifikasi lokasi ,karakteristik durasi,
- Pasien mengeluh nyeri di kaki Tingkat Nyeri (L.08066) frekuensi,kualitas, intensitas nyeri
bagian kanan karena ada luka - Keluhan nyeri menurun - Identifikasi skla nyeri
fraktur tibia terbuka, dengan - Meringis menurun - Identifikasi respons nyeri non verbal
skala nyeri 7 yang dirasakan - Gelisah menurun - Identifikasi faktor memperberat dan memperingan
terus-menerus saat diam dan - Kesulitan tidur menurun nyeri
saat digerakkan, nyeri seperti di
tusuk-tusuk Teraupetik
DO : - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
- Pasien tampak meringis rasa nyeri (mis.TENS, hipnotis akupresur, terapi
- Pasien tampak gelisah musik,biodfeedback, terapi pijat,aromaterapi, teknik
- Pasien sulit tidur imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
- Frekuensi nadi: 90 kali per bermain)
menit - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan, pencahayaan kebisingan)
- Fasilitasi istirahat tidur
Edukasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 (D.0054) Gangguan mobilitas fisik b.d Setelah di lakukan tindakan keperawatan Dukungan Mobilisasi (I.05173)
kerusakan integritas struktur tulang selama 3x8 jam, maka Mobilitas Fisik
d.d: Meningkat dengan kriteria hasil: Observasi
DS: - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Pasien mengatakan sulit Mobilitas Fisik (L.05042) - Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
menggerakan kakinya karena - Kekuatan otot meningkat - Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
fraktur - Pergerakan ekstremitas meningkat sebelum memulai mobilisasi
- Pasien mengatakan takut - Nyeri menurun - Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
menggerakan kakinya
DO: Teraupetik
- Akvitas terbatas dan semua - Fasilitasi aktivits mobilisasi dengan alat bantu
aktivitas di bantu oleh keluarga (mis.pagar tempat tidur)
dan perawat di ruangan - Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
- Rentang gerak menurun pada meningkatkan pergerakan
ekstremitas bawah kanan dan
kiri Edukasi
- Adanya kekakuan sendi pada - Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
ekstremitas kiri bawah - Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus di lakukan
- Gerakan ekstremitas bawah kiri (mis. duduk di tempat tidur,duduk disisi tempat
dan kanan terbatas tidur,pindah dari dari tempat tidur ke kursi)
3 (D.0129) Gangguan Integritas kulit b.d Setelah di lakukan tindakan keperawatan Perawatan Luka (I.14564)
Faktor mekanis (penekanan pada selama 3x8 jam, maka Integritas Kulit
tonjolan tolong) d.d: Meningkat dengan kriteria hasil: Observasi
DS: - Monitor tanda-tanda infeksi
- Pasien mengeluh nyeri di kaki Integritas kulit/jaringan (L.14125) Teraupetik
bagian kanan karena ada luka - Kerusakan jaringan menurun - Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
fraktur tibia terbuka - Kerusakan lapisan kulit menurun - Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
DO: - Kemerahan menurun nontoksik,sesuai kebutuhan
- Terdapat luka fraktur terbuka - Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi ,jika perlu
pada tibia dextra - Pasang balutan sesuai jenis luka
- luas luka 2x3 cm - Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan
- tampak banyak keluar eksudat luka
berwarna kuning disertai darah - Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
pada luka fraktur - Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai
kebutuhan pasien
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
CATATAN PERKEMBANGAN
19 April 2021
Dx Jam Implementasi Jam Evaluasi
O:
09.15 - Memfasilitasi pergerakkan: melakukan ROM pasif - Gerakan ekstremitas bawah kri dan kanan terbatas
Hasil: melakukan ROM pasif pada ekstremitas kiri - Pasien tampak sudah mampu bergerak sedikit demi
bawah pasien sedikit, miring kanan dan miring kiri serta mampu
menggerakkan ekstremitas kiri bawah secara
perlahan
A:
- Kekuatan otot belum meningkat
- Pergerakan ekstremitas meningkat
- Nyeri belum menurun
P: Intervensi di lanjutkan
- Fasilitasi aktvitas mobilisasi dengan alat bantu.
(mis.pagar tempat tidur)
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
3 09.40 - Memantau tanda-tanda infeksi 14.10 S:
Hasil: Luka bersih. tidak ada pendarahan, keluar - Pasien mengeluh nyeri karena luka fraktur tiba
eksudat berwarna kuning dan sedikit darah terbuka di kaki
P I C O T
(Problem) (Intervention) (Compar (Outco (Time)
ative) me)