Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FRAKTUR

Makalah disusun guna memenuhi tugas


mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

Dosen Pengampu: Ns. Fiora Ladesvita, M.Kep, Sp.Kep.MB

Disusun oleh:

1. Erika Deliana - 1810711004 9. Alfiyatul Hasanah - 1810711071


2. Siti Juhariyah - 1810711011 10. Nisrina Puspaningrum - 1810711079
3. Regita Siti Nurjanah - 1810711013 11. Zahra Amanda N. - 1810711092
4. Nanda Syifa Melinda - 1810711031 12. Mutiara Novella - 1810711097
5. Rizki Nur Azizah - 1810711033 13. Annisa Nabilla - 1810711098
6. Nabilla Adyatrin - 1810711043 14. Karina Oktaviyadi - 1810711101
7. Siti Nur Khasanah - 1810711047 15. Niken Dwi P. - 1810711104
8. Mella Mahardika – 1810711052 16. Nur Sari Dewi - 1810711105

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan penyakit pengeroposan tulang
diantaranya penyakit yang sering disebut osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa
dan dapat juga disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga.
Fraktur femur mempunyai insiden yang cukup tinggi diantara jenisjenis patah tulang.
Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah. Fraktur femur lebih sering
terjadi pada laki-laki dari pada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering
berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan.
Menurut jenisnya fraktur dibagi menjadi dua yaitu fraktur tertutup dan terbuka, fraktur
tertutup adalah fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit masih
utuh.sedangkan fraktur terbuka adalah fraktur dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak
dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau membran mukosa sampai ke
patahan tulang(Mansjoer,2000) .

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian fraktur?
2. Apa klasifikasi fraktur?
3. Apa etiologi fraktur?
4. Apa faktor risiko fraktur?
5. Bagaimana patofisiologi fraktur?
6. Apa tanda dan gejala fraktur?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang fraktur?
8. Apa saja penatalaksanaan medis fraktur?
9. Apa saja komplikasi fraktur?
10. Bagaimana asuhan keperawatan fraktur?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian fraktur.
2. Mengetahui klasifikasi fraktur.
3. Mengetahui etiologi fraktur.
4. Mengetahui faktor risiko fraktur.
5. Mengetahui patofisiologi fraktur.
6. Mengetahui tanda dan gejala fraktur.
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang fraktur.
8. Mengetahui penatalaksanaan medis fraktur.
9. Mengetahui komplikasi fraktur.
10. Mengetahui asuhan keperawatan fraktur.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Fraktur atau patah tulang adalah suatu kondisi dimana kontinuitas jaringan tulang
dan/atau tulang rawan terputus secara sempurna atau sebagian yang pada disebabkan oleh
rudapaksa atau osteoporosis (Smeltzer & Bare, 2013; American Academy Orthopaedic
Surgeons [AAOS], 2013).
Fraktur adalah terputusnya tulang dan ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya
(Brunner & Suddarth, 2001 dalam Wijaya & Putri, 2013: 235). Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan
oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000 dalam Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012: 15). Fraktur
didefinisikan sebagai suatu kerusakan morfologi pada kontinuitas tulang atau bagian
tulang, seperti lempeng epifisisatau kartilago (Chang, 2010: 371).

B. Klasifikasi
Fraktur dapat dijelaskan dengan banyak cara. Bahkan ada lebih dari 150 tipe fraktur
yang telah dinamai bergantung pada berbagai metode klasifikasi (Black, 2014). Menurut
Wahid (2013) penampilan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang
praktis, dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu:
1. Berdasarkan etiologis
a. Fraktur traumatic: Fraktur akibat kecelakaan
b. Fraktur beban/kelelahan: Fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang
c. Fraktur patologis: Fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang
2. Berdasarkan sifar fraktur
a. Fraktur tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih karena kulit masih utuh tanpa
komplikasi.
b. Fraktur terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
Fraktur terbuka dibagi atas 3 derajat, yaitu:
1) Grade 1: sakit jelas dan sedikit kerusakan kulit.
2) Grade II: Fraktur terbuka dan sedikit kerusakan kulit.
3) Grade III: Banyak sekali jejas kerusakan kulit, otot jaringan saraf dan
pembuluh darah serta luka sebesar 6-8 cm
3. Berdasarkan komplit atau ketidak komplitan fraktur
a. Fraktur komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
b. Fraktur inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang
seperti :
1) Hair line fracture (patah retak rambut). Hal ini disebabkan oleh stress yang
tidak biasa atau berulang-ulang dan juga karena berat badan terus menerus
pada pergelangan kaki.
2) Buckle atau torus fracture, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan
kompresi tulang spongiosa dibawahnya.
3) Green stick fracture, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya
yang terjadi pada tulang panjang.
4. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma:
a. Fraktur tranversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan
akibat trauma angulasi atau langsung.
b. Fraktur oblik: Fraktur yang arah garis patahannya membentuk sudut terhadap
sumbu tulang dan merupakan akibat trauma angulasi juga.
c. Fraktur spiral: Fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi.
d. Fraktur kompresi: Fraktur yang terjadi karena trauma aksial fieksi yang
mendorong tulang arah permukaan lain.
e. Fraktur avulsi: Fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot
pada insersinya pada tulang
5. Berdasarkan jumlah garis patah
a. Fraktur komunitif: Fraktur dimana garis patah lebuh dari satu dan saling
berhubungan.
b. Fraktur segmental: Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan
c. Fraktur multiple: Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak padda
tulang yang sama.
6. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang
a. Fraktur undisplaced (tidak bergeser): Garis patah lengkap tetapi kedua fragmen
tidak bergeser dan masih utuh
b. Fraktur displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut
lokasi fragmen, terbagi atas:
c. Dislokasi ad longitudinam cum contraction (pergeseran searah sumbu dan
overlapping)
d. Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut)
e. Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh)

C. Etiologi
Penyebab fraktur adalah trauma, yang dibagi atas trauma langsung, trauma tidak
langsung, dan trauma patologis.
1. Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada
daerah tekanan. Frakur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan lunak
ikut mengalami kerusakan. Misalnya karena trauma yang tiba-tiba mengenai tulang
dengan kekuatan yang besar dan tulang tidak mampu menahan trauma tersebut
sehingga terjadi patah.
2. Trauma tidak langsung
Disebut trauma tidak langsung apabila trauma dihantarkan kedaerah yang lebih jauh
dari daerah fraktur. Misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan
fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini jaringan lunak tetap utuh, tekanan
membengok yang menyebabkan fraktur transversal, tekanan berputar yang
menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblik
3. Trauma patologis
Trauma patologis adalah suatu kondisi rapuhnya tulang karena proses patologis.
Contohnya :
a. Osteoporosis terjadi karena kecepatan reabsorbsi tulang melebihi kecepatan
pembentukan tulang, sehingga akibatnya tulang menjadi 6 keropos secara cepat
dan rapuh sehingga mengalami patah tulang, karena trauma minimal.
b. Osteomilitis merupakan infeksi tulang dan sum sum tulang yang disebabkan oleh
bakteri piogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan
beredar melalui sirkulasi darah.
c. Ostheoartritis itu disebabkan oleh rusak/ menipisnya bantalan sendi dan tulang
rawan.

D. Faktor Risiko
1. Faktor Manusia
Beberapa faktor yang berhubungan dengan orang yang mengalami fraktur atau
patah tulang antara lain dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, aktivitas olah raga dan
massa tulang.
a. Umur
Pada kelompok umur muda lebih banyak melakukan aktivitas yang berat daripada
kelompok umur tua. Aktivitas yang banyak akan cenderung mengalami kelelahan
tulang dan jika ada trauma benturan atau kekerasan tulang bisa saja patah.
Sehingga, meningkatkan risiko terjadinya benturan atau kecelakaan yang
menyebabkan fraktur.
b. Jenis Kelamin
Laki – laki pada umumnya lebih banyak mengalami kecelakaan yang
menyebabkan fraktur yakni 3 kali lebih besar daripada perempuan. Pada
umumnya Laki – laki lebih aktif dan lebih banyak melakukan aktivitas daripada
perempuan. Misalnya aktivitas di luar rumah untuk bekerja sehingga mempunyai
risiko lebih tinggi mengalami cedera. Cedera patah tulang umumnya lebih banyak
terjadi karena kecelakaan lalu lintas.
c. Aktivitas Olahraga
Aktivitas yang berat dengan gerakan yang cepat pula dapat menjadi risiko
penyebab cedera pada otot dan tulang. Daya tekan pada saat berolah raga seperti
hentakan, loncatan atau benturan dapat menyebabkan cedera dan jika hentakan
atau benturan yang timbul cukup besar maka dapat mengarah pada fraktur.
d. Massa Tulang
Massa tulang yang rendah akan cenderung mengalami fraktur daripada tulang
yang padat. Dengan sedikit benturan dapat langsung menyebabkan patah tulang
karena massa tulang yeng rendah tidak mampu menahan daya dari benturan
tersebut.
2. Faktor Perantara
Dikatakan sebagai suatu perantara utama terjadinya fraktur adalah trauma
benturan. Benturan yang keras sudah pasti menyebabkan fraktur karena tulang tidak
mampu menahan daya atau tekanan yang ditimbulkan sehingga tulang retak atau
langsung patah.
3. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya fraktur dapat berupa kondisi
jalan raya, permukaan jalan yang tidak rata atau berlubang, lantai yang licin dapat
menyebabkan kecelakaan fraktur akibat terjatuh.

E. Patofisiologi
F. Tanda Dan Gejala
Menurut Black dan Hawks (2014) tanda dan gejala fraktur sebagai berikut:
1. Deformitas
Deformitas adalah perubahan struktur dan bentuk, baik yang terlihat atau teraba yang
dapat diketahui dengan membandingkan bagian ekstremitas yang mengalami fraktur
dengan ekstremitas yang normal. Disebabkan oleh ekstremitas tidak dapat berfungsi
dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang yang menjadi
tempat melekatnya otot.
2. Pembengkakan
Pembengkakan atau penumpukan cairan/darah karena kerusakan pembuluh darah,
berasal dari proses vasodilatasi, eksudasi plasma dan adanya peningkatan leukosit
pada jaringan di sekitar tulang.
3. Spasme Otot
Spasme otot karena tingkat kecacatan, kekuatan otot yang sering disebabkan karena
tulang menekan otot.
4. Memar
Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.
5. Nyeri
Nyeri yang dirasakan terus menerus dan akan bertambah beratnya selama beberapa
hari bahkan beberapa minggu Nyeri biasanya meningkat jika fraktur dimobilisasi.
Nyeri yang dihasilkan bersifat tajam dan menusuk yang timbul karena adanya infeksi
tulang akibat spasme otot atau penekanan pada syaraf sensoris.
6. Ketegangan
Ketegangan diatas lokasi fraktur disebabkan oleh cedera yang terjadi.
7. Kehilangan fungsi
Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan fraktur atau karena hilangnya
fungsi pengungkit lengan pada tungkai yang terkena. Kelumpuhan juga dapat terjadi
dari cedera saraf.
8. Krepitasi
Krepitasi terjadi karena pergerakan bagian fraktur sehingga menyebabkan kerusakan
jaringan sekitarnya. Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian
tulang digerakkan.
9. Perubahan neurovascular
Cedera neurovaskuler terjadi akibat kerusakan saraf perifer atau struktur vaskular
yang terkait, Klien dapat mengeluhkan rasa kebas atau kesemutan atau tidak teraba
nadi pada daerah distal dari fraktur
10. Syok
Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah. Perdarahan besar atau tersembunyi
dapat menyebabkan syok.
11. Mobilitas abnormal
Pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi normalnya tidak
terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.
12. Gambaran X-ray
Untuk menentukan fraktur ; Gambaran ini akan menentukan lokasi dan tipe fraktur

G. Penatalaksanaan Medis
Prinsip menangani fraktur adalah mengembalikan posisi patahan ke posisi semula dan
mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang. Menurut Istianah
(2017) penatalaksanaan medis antara lain :
1. Diagnosis dan penilaian fraktur
Anamnesis pemeriksaan klinis dan radiologi dilakukan dilakukan untuk mengetahui
dan menilai keadaan fraktur. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan lokasi fraktur,
bentuk fraktur, menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan komplikasi yang
mungkin terjadi selama pengobatan.
2. Reduksi (manipulasi/ reposisi)
Reduksi adalah usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen fragmen tulang
yang patah sedapat mungkin kembali lagi seperti letak asalnya. Tujuan dari reduksi
untuk mengembalikan panjang dan kesejajaran garis tulang yang dapat dicapai
dengan reduksi terutup atau reduksi terbuka. Reduksi tertutup dilakukan dengan traksi
manual atau mekanis untuk menarik fraktur, kemudian memanipulasi untuk
mengembalikan kesejajaran garis normal. Jika reduksi tertutup gagal atau kurang
memuaskan, maka bisa dilakukan reduksi terbuka. Reduksi terbuka dilakukan dengan
menggunakan alat fiksasi internal untuk mempertahankan posisi sampai
penyembuhan tulang menjadi solid. Alat fiksasi interrnal tersebut antara lain pen,
kawat, skrup, dan plat. Alat-alat tersebut dimasukkan ke dalam fraktur melalui
pembedahan ORIF (Open Reduction Internal Fixation). Pembedahan terbuka ini akan
mengimobilisasi fraktur hingga bagian tulang yang patah dapat tersambung kembali.
3. Retensi (Immobilisasi)
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti
semula secara optimal. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi,
atau di pertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan.
Jadi imobilisasi fraktur bertujuan untuk mencegah pergeseran fragmen dan mencegah
pergerakan yang dapat mengancam penyatuan. Pemasangan plat atau traksi
dimaksudkan untuk mempertahankan reduksi ekstremitas yang mengalami fraktur.
4. Rehabilitasi
Mengembalikan aktivitas fungsional seoptimal mungkin. Setelah pembedahan, pasien
memerlukan bantuan untuk melakukan latihan. Menurut Kneale dan Davis (2011)
latihan rehabilitasi dibagi menjadi tiga kategori yaitu :
a. Gerakan pasif bertujuan untuk membantu pasien mempertahankan rentang gerak
sendi dan mencegah timbulnya pelekatan atau kontraktur jaringan lunak serta
mencegah strain berlebihan pada otot yang diperbaiki post bedah.
b. Gerakan aktif terbantu dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
pergerakan, sering kali dibantu dengan tangan yang sehat, katrol atau tongkat
c. Latihan penguatan adalah latihan aktif yang bertujuan memperkuat otot. Latihan
biasanya dimulai jika kerusakan jaringan lunak telah pulih, 4-6 minggu setelah
pembedahan atau dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan ekstremitas
atas.
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges (2000) ada beberapa pemeriksaan penunjang pada pasien fraktur
lainnya :
1. Pemeriksaan rontgen : untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur
2. Scan, tulang, tomogram, CT-scan/MRI : memperlihatkan fraktur dan
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
3. Pemeriksaan darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple_.
Peningkatan sel darah putih adalah respon stress normal setelah trauma
4. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
5. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse multiple,
atau cedera hati.

I. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi fraktur. Komplikasi tergantung pada jenis cedera , usia
klien, adanya masalah kesehatan lain (komordibitas) dan penggunaan obat yang
mempengaruhi perdarahan, seperti warfarin, kortikosteroid, dan NSAID. Komplikasi
yang terjadi setelah fraktur menurut Black dan Hawks (2014) antara lain :
1. Cedera saraf
Fragmen tulang dan edema jaringan yang berkaitan dengan cedera dapat
menyebabkan cedera saraf. Perlu diperhatikan terdapat pucat dan tungkai klien yang
sakit teraba dingin, ada perubahan pada kemampuan klien untuk menggerakkan jari-
jari tangan atau tungkai. parestesia, atau adanya keluhan nyeri yang meningkat.
2. Sindroma kompartemen
Kompartemen otot pada tungkai atas dan tungkai bawah dilapisi oleh jaringan fasia
yang keras dan tidak elastis yang tidak akan membesar jika otot mengalami
pembengkakan. Edema yang terjadi sebagai respon terhadap fraktur dapat
menyebabkan peningkatan tekanan kompartemen yang dapat mengurangi perfusi
darah kapiler. Jika suplai darah lokal tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolik
jaringan, maka terjadi iskemia. Sindroma kompartemen merupakan suatu kondisi
gangguan sirkulasi yang berhubungan dengan peningkatan tekanan yang terjadi
secaraprogresif pada ruang terbatas.
Hal ini disebabkan oleh apapun yang menurunkan ukuran kompartemen.gips yang
ketat atau faktor-faktor internal seperti perdarahan atau edema. Iskemia yang
berkelanjutan akan menyebabakan pelepasan histamin oleh otot-otot yang terkena,
menyebabkan edema lebih besar dan penurunan perfusi lebih lanjut. Peningkatan
asam laktat menyebabkan lebih banyak metabolisme anaerob dan peningkatan aliran
darah yang menyebabakn peningkatan tekanan jaringan. Hal ini akan menyebabkan
suatu siklus peningkatan tekanan kompartemen. Sindroma kompartemen dapat terjadi
dimana saja, tetapi paling sering terjadi di tungkai bawah atau lengan. Dapat juga
ditemukan sensasi kesemutanatau rasa terbakar (parestesia) pada otot.
3. Kontraktur Volkman
Kontraktur Volkman adalah suatu deformitas tungkai akibat sindroma kompartemen
yang tak tertangani. Oleh karena itu, tekanan yang terus-menerus menyebabkan
iskemia otot kemudian perlahan diganti oleh jaringan fibrosa yang menjepit tendon
dan saraf. Sindroma kompartemen setelah fraktur tibia dapat menyebabkan kaki nyeri
atau kebas, disfungsional, dan mengalami deformasi.
4. Sindroma emboli lemak
Emboli lemak serupa dengan emboli paru yang muncul pada pasien fraktur. Sindroma
emboli lemak terjadi setelah fraktur dari tulang panjang seperti femur, tibia, tulang
rusuk, fibula, dan panggul

Komplikasi jangka panjang dari fraktur antara lain:

1. Kaku sendi atau artritis


Setelah cedera atau imobilisasi jangka panjang , kekauan sendi dapat terjadi dan dapat
menyebabkan kontraktur sendi, pergerakan ligamen, atau atrofi otot. Latihan gerak
sendi aktif harus dilakukan semampunya klien. Latihan gerak sendi pasif untuk
menurunkan resiko kekauan sendi.
2. Nekrosis avascular
Nekrosis avaskular dari kepala femur terjadi utamanya pada fraktur di proksimal dari
leher femur. Hal ini terjadi karena gangguan sirkulasi lokal. Oleh karena itu, untuk
menghindari terjadinya nekrosis vaskular dilakukan pembedahan secepatnya untuk
perbaikan tulang setelah terjadinya fraktur.
3. Malunion
Malunion terjadi saat fragmen fraktur sembuh dalam kondisi yang tidak tepat sebagai
akibat dari tarikan otot yang tidak seimbang serta gravitasi. Hal ini dapat terjadi
apabila pasien menaruh beban pada tungkai yang sakit dan menyalahi instruksi dokter
atau apabila alat bantu jalan digunakan sebelum penyembuhan yang baik pada lokasi
fraktur.
4. Penyatuan terhambat
Penyatuan menghambat terjadi ketika penyembuhan melambat tapi tidak benar-benar
berhenti, mungkin karena adanya distraksi pada fragmen fraktur atau adanya
penyebab sistemik seperti infeksi.
5. Non-union
Non-union adalah penyembuhan fraktur terjadi 4 hingga 6 bulan setelah cedera awal
dan setelah penyembuhan spontan sepertinya tidak terjadi. Biasanya diakibatkan oleh
suplai darah yang tidak cukup dan tekanan yang tidak terkontrol pada lokasi fraktur.
6. Sindroma nyeri regional kompleks
Sindroma nyeri regional kompleks merupakan suatu sindroma disfungsi dan
penggunaan yang salah yang disertai nyeri dan pembengkakan tungkai yang sakit.

J. Asuhan Keperawatan Fraktur


KASUS :
Seorang pasien dirawat diruangan perawatan umum dirumah sakit pemerintah. Pasien
dirawat dengan keluhan patah tulang pada femur sinistra dan luka terbuka sehingga
tulang keluar dari kulit, nyeri hebat, dan perdarahan. Seorang perawat melakukan
anamnesa, didapatkan hasil sebagai berikut: pasien mengatakan sakitnya karena
kecelakaan ditabrak motor, saat kecelakaan pasien menyatakan sadar akan kejadian, dan
tungkai sinistra sakit untuk digerakkan. Dari hasil pemeriksaan fisik didapat data: tingkat
kesadaran composmentis, TTV: TD 100/60 mmHG, HR 112 x/menit, T 37 oC, RR 20
x/menit, palpasi daerah farktur ada bagian tulang yang menonjol dan ada krepitus di
femur sisnistra, tulang keluar dari permukaan kulit, perdarahan. Dari hasil pemeriksaan
laboraturium Hb 12 gr/dl, Ht 40%, Lekosit 12.000, GDS 125, Hasil Rontgen Femur
Sinistra: Fraktur Kominutif. Tindakan sementara pasien terpasang spalk dan akan
direncanakan dilakukan ORIF, pasien terpasang Infus RL 28 tts/menit, dan mendapat
antibiotik Cefizox 1 gr/IV. Diagnosa medis klien Fraktur Terbuka Kominutif Sinistra.
Perawat dan dokter serta paramedic lainnya yang terkait melakukan perawatan secara
integrasi untuk menghindari / mengurangi resiko komplikasi lebih lanjut.

A. PENGKAJIAN

Tanggal Pengkajian : 24 A gustus 2020


Tanggal Masuk : 24 Agustus 2020
Ruang / Kelas : Melati/1
Nomor Register : 24082020
Diagnosa Medis : Pasien dengan Fraktur

a. Identitas Klien
Nama Klien : Ny. S
Jenis Kelamin : perempuan
Usia : 30 thn
Status Perkawinan : kawin
Agama : islam
Suku Bangsa : suku sunda
Pendidikan : SMA
Bahasa yg digunakan : Bahasa Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jalan Limo
Sumber biaya : Pribadi
Sumber informasi : Pasien
Penanggung jawab:
Nama : Tn. A
Umur : 33 tahun
Hub. Keluarga: Suami
Pekerjaan : Guru

b. Riwayat kesehatan
 Riwayat Kesehatan Sekarang
 Keluhan utama : pasien mengeluh nyeri pada Femur sinistra dan luka
terbuka sehingga tulang keluar dari kulit, nyeri hebat, dan perdarahan.
 Kronologis keluhan : pasien mengatakan sakitnya karena kecelakaan ditabrak
motor, saat kecelakaan pasien menyatakan sadar akan kejadian, dan tungkai
sinistra sakit untuk digerakkan.
1. Faktor pencetus : kecelakaan ditabrak motor
2. Timbulnya keluhan : ( √) Mendadak ( ) Bertahap
3. Lamanya : 1 hari
4. Upaya mengatasi : Pemasangan Spalk
 Riwayat Kesehatan Masa lalu
 Riwayat alergi ( obat, makanan, binatang, lingkungan ):
Tidak ada
 Riwayat Kecelakaan :
Tidak ada
 Riwayat di rawat di RS ( kapan, alasan,, dan berapa lama ) :
Tidak Ada
 Riwayat penggunaan obat-obatan :
Tidak ada
 Penyakit yang pernah di derita oleh anggota keluarga ( faktor resiko ):
Tidak ada

c. Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan Fisik Umum
a. Ber : 50 kg Sebelum sakit : 50 kg
at badan
b. Tin : 150 cm
ggi badan
c. Te :100/60 mmHg
kanan darah
d. Na : 112 x/menit
di
e. Fre : 20 x/menit
kuensi nafas
f. Su : 37 ° C
hu tubuh

 Sistem Muskuloskeletal
 Kesulitan dalam pergerakan : (√) Ya ( ) Tidak
 Sakit pada tulang, sendi, kulit : (√) Ya ( ) Tidak
 Fraktur : (√) Ya ( ) Tidak
Lokasi : Femur sinistra

 Skala nyeri : 5
 Pemeriksaan fisik lainnya
Palpasi daerah farktur ada bagian tulang yang menonjol dan ada krepitus di femur
sisnistra, tulang keluar dari permukaan kulit, perdarahan.

d. Data Penunjang
 Hasil pemeriksaan laboratorium:
- Hb 12 gr/dl,
- Ht 40%,
- Lekosit 12.000,
- GDS 125,
 Hasil Rontgen Femur Sinistra: Fraktur Kominutif.
e. Penatalaksanaan ( Terapi / tindakan pengobatan, termasuk diet )
- pasien terpasang spalk dan akan direncanakan dilakukan ORIF,
- Infus RL 28 tts/menit,
- antibiotik Cefizox 1 gr/IV.

B. DATA FOKUS
DATA FOKUS

No Data Subjektif Data Objektif


.
1. Pasien mengatakan sakitnya karena - TTV: TD 100/60 mmHG, HR 112
kecelakaan ditabrak motor x/menit, T 37oC, RR 20 x/menit,
2. Pasien mengatakan saat kecelakaan pasien - Hasil pemeriksaan fisik didapat
sadar akan kejadian data:
3. Pasien mengatakan tungkai kirinya sakit - tingkat kesadaran: composmentis,
untuk digerakkan. - palpasi daerah farktur ada bagian
4. Pasien mengatakan nyeri hebat tulang yang menonjol dan ada
5. Data tambahan krepitus di femur sisnistra
- P: pasien mengatakan tungkai kiri - tulang keluar dari permukaan kulit
atas nyeri karena kecelakaan - terjadi perdarahan
ditabrak motor dan nyeri jika - wajah pasien terlihat Manahan sakit
digerakan
- Hasil pemeriksaan laboraturium:
- Q: pasien mengatakan nyerinya
- Hb 12 gr/dl,
seperti tertusuk-tusuk
- Ht 40%,
- R: pasien mengatakan nyeri
- Lekosit 12.000, (↑)
ditungkai kiri atas (femur sinistra)
- GDS 125,
- S: pasien mengatakan skala nyeri 5
- Hasil Rontgen Femur Sinistra:
- T: pasien mengatakan Nyerinya Fraktur Kominutif.
terus menerus - Terapi yang sudah dilakukan
- klien mengatakan nyeri pada
 Pemasangan spalk
tungkai kirinya sementara dan akan
- Klien mengatakan darah merembas direncanakan dilakukan
di celananya ORIF
 Terpasang infus RL 28
tts/mnt
 Mendapat antibiotic cefizox
1 gr/IV

C. ANALISA DATA
ANALISA DATA
Nama Klien/Umur: Ny. S/ 30 tahun
No. Tempat Tidur: 5
Ruang/RS: Melati/Pemerintah

No. Pengolompokan Data Masalah Etiologi


1 Data Subjektif: Nyeri Akut Agens Cedera Fisik
- Pasien mengatakan sakitnya (Fraktur)
karena kecelakaan ditabrak
motor.
- Pasien mengatakan nyeri
hebat.
- P: pasien mengatakan tungkai
kiri atas nyeri karena
kecelakaan ditabrak motor dan
nyeri jika digerakan
- Q: pasien mengatakan nyerinya
seperti tertusuk-tusuk
- R: pasien mengatakan nyeri
ditungkai kiri atas (femur
sinistra)
- S: pasien mengatakan skala
nyeri 5
- T: pasien mengatakan
Nyerinya terus menerus

Data Objektif:
- Tingkat kesadaran:
Composmentis.
- krepitus di femur sisnistra
- wajah pasien terlihan menahan
sakit
- TTV:
TD : 100/60 mmHG
HR : 112 x/menit
T : 37oC
RR : 20 x/menit
2 Data subjektif : Klien mengatakan Kerusakan Tekanan Pada
darah merembas di celananya Integritas Kulit Tonjolan Tulang
Data Objektif:
- TTV:
TD : 100/60 mmHG
HR : 112 x/menit
T : 37oC
RR : 20 x/menit
- Palpasi daerah farktur ada
bagian tulang yang menonjol.
- Ada krepitus di femur sisnistra.
- Terjadi Perdarahan.
- GDS 125.
3 Data Subjektif: Hambatan Mobilitas Kerusakan
- Pasien mengatakan tungkai Fisik Integritas Struktur
sinistra sakit untuk digerakkan. Tulang
Data Objektif:
- Hasil Rontgen Femur Sinistra:
Fraktur Kominutif.
4 Data subjektif : klien mengatakan Risiko Infeksi Gangguan
nyeri pada tungkai kirinya Integritas Kulit
Data Objektif:
- TTV:
TD : 100/60 mmHG
HR : 112 x/menit
T : 37oC
RR : 20 x/menit
- Palpasi daerah farktur ada
bagian tulang yang menonjol.
- Terdapat luka terbuka dan
perdarahan
- Hb 12 gr/dl
- Ht 40%
- Lekosit 12.000 (↑)

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Klien/Umur: Ny. S/ 30 tahun
No. Tempat Tidur: 5
Ruang/RS: Melati/Pemerintah
Paraf &
Tanggal Tanggal
No. Diagnosa Keperawatan Nama
Ditemukan Teratasi
Jelas
1. Nyeri Akut b.d Agens Cedera Fisik 24/08/2020 27/08/2020 Kelompok 1
(Fraktur) (Nanda, 00132, 445).
2. Kerusakan Integritas Kulit b.d Tekanan 24/08/2020 27/08/2020 Kelompok 1
pada tonjolan tulang. (Nanda, 00046,
406)
3. Hambatan Mobilitas Fisik b.d 24/08/2020 27/08/2020 Kelompok 1
Kerusakan integritas struktur tulang.
(Nanda, 00085, 217)
4. Risiko Infeksi b.d Gangguan Integritas 24/08/2020 27/08/2020 Kelompok 1
Kulit (Nanda, 00004, 382)

E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN & PELAKSANAAN (CATATAN


KEPERAWATAN)

Tgl Tujuan & kriteria hasil Rencana tindakan Paraf


24/08/2 Setelah dilakukan perawatan 3x24 A. Pemberian Analgesik (NIC, kelompo
0 jam masalah nyeri akut teratasi 2013: 247: 2210) k
dengan kh: - Tentukan lokasi,
A. Kontrol Nyeri (NOC, 2013 karakteristik, kualitas,
: 247: 1605) dan keparahan nyeri
- Menggunakan tindakan sebelum mengobati
pengurangan [nyeri] pasien
tanpa analgesic Rasional: untuk
dipertahankan pada mengetahui nyeri
jarang menunjukkan - Cek perintah pengobatan
(skala 2) ditingkatkan meliputi obat, dosis dan
pada sering frekuensi obat analgesic
menunjukkan (skala 5) yang diresepkan
- Menggunakan analgesic Rasional: agar tidak
yang direkomendasikan terjadi kesalahan saat
dipertahankan pada pemberian obat
jarang menunjukkan - Cek adanya riwayat
(skala 2) ditingkatkan alergi obat
pada sering Rasional: untuk
menunjukkan (skala 5) mengetahui riwayat
B. Tingkat Nyeri alergi pada pasien
(NOC,2013 : 577 : 2102) - Kolaborasikan dengan
- Nyeri yang dilaporkan dokter apakah obat,
dipertahankan sedang dosis, rute pemberian,
(skala 3) ditingkatkan Rasional: Rasional: agar
tidak ada (skala 5) tidak terjadi kesalahan
C. Tanda-tanda vital saat pemberian obat
(NOC,2013 : 563 : 0802) B. Manajemen Nyeri (NIC,
- Suhu tubuh 2013: 198: 1400)
dipertahankan deviasi - Lakukan pengkajian
sedang dari kisaran nyeri komprehensif yang
normal (skala 3) meliputi lokasi,
ditingkatkan tidak ada karakteristik, durasi,
deviasi dari kisaran frekuensi, kualitas,
normal (skala 5) intensitas atau berat
- Denyut nadi radial nyeri, dan faktor
dipertahankan deviasi pencetus.
sedang dari kisaran Rasional: untuk
normal (skala 3) mengetahui nyeri
ditingkatkan tidak ada - Kolaborasi dengan
deviasi dari kisaran pasien, orang terdekat
normal (skala 5) dan tim kesehatan
lainnya untuk memilih
dan
mengimplementasikan
tindakan penurunan nyeri
nonfarmakologis sesuai
kebutuhan.
Rasional: untuk
mengurangi nyeri

C. Monitor tanda-tanda vital


(NIC, 2013: 237 : 6680)
- Monitor tekanan darah,
nadi, suhu, dan status
pernafasan dengan tepat
- Rasional: untuk
mengetahui keadaan
umum pasien dan
menentukan intervensi
yang tepat
D. Terapi Relaksasi (NIC,
2013: 446: 6040)
- Gambarkan rasionalisasi
dan manfaat relaksasi
serta jenis relaksasi yang
tersedia (teknik nafas
dalam)
Rasional: mengetahui
manfaat relaksasi untuk
mengurangi rasa nyeri
- Dorong klien untuk
mengulang praktik teknik
relaksasi, jika
memungkinkan
Rasional: pasien dapat
memahami teknik
relaksasi.
24/08/2 Setelah dilakukan perawatan 3x24 A. Perawatan Luka Tekan Kelomp
0 jam masalah gangguan integritas (NIC, 2013: 3520: 376) ok
kulit teratasi dengan kh: - Monitor warna, suhu,
A. Tanda-tanda vital (NOC, udem, kelembaban, dan
2013 : 563 : 0802 ) dibatas kondisi area sekitar luka
normal - Rasional: Untuk
- TD: sistol: 100-120 mmHg mengetahui keadaan
- Diastole : 60-90 mmHg umum pasien dan bias
- Nadi : 60-100x/menit menjalani intervensi
- RR : 12-20x/menit yang tepat.
B. Integritas Jaringan: Kulit - Jaga agar luka tetap
& Membran Mukosa lembab untuk membantu
(NOC, 2013: 1101, 107) proses penyembuhan.
- Sensasi pada kulit - Monitor tanda dan gejala
dipertahankan dari sangat infeksi di area luka.
terganggu (1) ditingkatkan B. Pelindungan Infeksi (NIC,
ke cukup terganggu (4) 2013: 6550, 398)
- Lesi pada kulit - Monitor adanya tanda
dipertahankan dari sangat dan gejala infeksi
terganggu (1) ditingkatkan sistemik dan local.
ke cukup terganggu (2) - Periksa kondisi setiap
C. Penyembuhan Luka: sayatan bedah atau luka.
Primer. (NOC, 2013: 1102: - Anjurkan peningkatan
431) mobilitas dan latihan
- Memperkirakab [kondisi] dengan tepat.
kulit dipertahankan pada
skala besar (4) ditingkatkan
ke skala terbatas (2)
- Eritema kulit di sekitarnya
dipertahankan pada skala
besar (4) ditingkatkan ke
skala terbatas (2)
- Lebam di kulit sekitarnya
dipertahankan pada skala
besar (4) ditingkatkan ke
skala terbatas (2)
24/08/2 Setelah dilakukan perawatan 3x24 A. terapi latihan : ambulasi Kelomp
0 jam masalah hambatan mobilitas (NIC, 2013 : 438 : 0221) ok
fisik teratasi dengan kh: - Monitor ttv
A. Tanda-tanda vital (NOC, - bantu pasien untuk
2013 : 563 : 0802 ) dibatas duduk di sisi tempat tidur
normal untuk memfasilitasi
- TD: sistol: 100-120 mmHg penyesuaian sikap tubuh
- Diastole : 60-90 mmHg - atur tempat tidur
- Nadi : 60-100x/menit berketinggian rendah /
- RR : 12-20x/menit sesuai kebutuhan
B. Ambulasi : kursi roda - konsultasi pada ahli
(2013 : 76 : 0201) fisioterapi untuk rencana
- perpindahan ke dandari ambulasi
kursi roda dipertahankan - siapkan dan bantu pasien
pada skala 1(sangat dalam menggunakan alat
terganggu) ditingkatkan ke bantu (walker, kursi
skala 4 (sedikit terganggu) roda, tongkat)
- menjalankan kursi roda - libatkan keluarga untuk
dengan aman dipertahankan membantu pasien dalam
pada skala 2(banyak meningkatkan ambulasi.
terganggu) ditingkatkan ke B. Bantuan perawatan diri
skala 4 (sedikit terganggu). (NIC, 2013 : 79 : 1800)
C. Ambulasi ( 2013 : 75 : - monitor ttv pasien
0200) - monitor kebutuhan
- menopang berat badan pasien terkait alat alat
dipertahankan pada skala kebersihan diri, alat
1(sangat terganggu) bantu berpakaian,
ditingkatkan ke skala berdandan, eliminasi dan
4(sedikit terganggu) makan
- berjalan dengan langkah - berikan lingkungan yag
yang efektif dipertahankan terapeutik dengan
pada skala 1(sangat menjaga privasi klien
terganggu) ditingkatkan ke - dorong pasien untuk
skala 4(sedikit terganggu) melakukan aktivitas
- berjalan pelan dipertahankan normal sehari hari
pada skala 1(sangat sampai batas
terganggu) ditingkatkan ke kemampuannnya
skala 4(sedikit terganggu) - ajarkan orang tua /
D. Status perawatan diri keluarga untuk
(2013 : 555 : 0313) mendukung kemandirian
- mempertahankan kebersihan dengan membantu hanya
diri dipertahankan pada ketika pasien tak mampu
skala 2 (banyak terganggu) melakukannya
ditingkatkan ke skala 5(tidak - monitor kemampuan
terganggu) perawatan diri secara
- berpakaian sendiri di mandiri.
pertahankan pada skala 3
(cukup terganggu)
ditingkatkan ke skala 5
(tidak terganggu).
24/08/2 Setelah dilakukan perawatan 3x24 A. kontrol infeksi (NIC, 2013 : Kelomp
0 jam masalah Risiko infeksi teratasi 134 : 6540) ok
dengan kh: - Monitor ttv pasien
A. Tanda-tanda vital (NOC, - ajarkan pasien dan
2013 : 563 : 0802 ) dibatas keluarga mengenai tanda
normal dan gejala infeksi
- TD: sistol: 100-120 mmHg - ajarkan pasien dan
- Diastole : 60-90 mmHg keluarga mengenai
- Nadi : 60-100x/menit bagaimana menghindari
- RR : 12-20x/menit infeksi
B. Control risiko : proses - cuci tangan sebelum dan
infeksi (NOC, 2013 : 267 : sesudah kegiatan
1924) perawatan pasien
- menidentifikasi risiko - tingkatkan intake nutrisi
infeksi dalam aktivitas yang tepat
sehari hari dipertahankan - kolaborasi pemberian
pada skala 3 (kadang- antibiotic (cefizox)
kadang menunjukan) B. Perawatan luka (NIC,
ditingkatkan ke skala 1(tidak 2013 : 373 : 3660)
pernah menunjukan) - monitor karakteristik
- mengidentifikasi tanda dan luka, termasuk drainase,
gejala infeksi dipertahankan warna, ukuran, dan bau
pada skala 3 (kadang- - berikan balutan yang
kadang menunjukan) sesuai dengan jenis luka
ditingkatkan ke skala 1(tidak - lakukan perawatan luka
pernah menunjukan). secara teratur
- me monitor faktor - pertahankan teknin
lingkungan yang balutan steril ketika
berhubungan dengan risiko melakukan perawatan
infeksi dipertahankan pada luka
skala 3 (kadang kadang - ajarkan pasien dan
menunjukan) ditingkatkan keluarga pada prosedur
ke skala 1 (tidak pernah perawatan luka
menunjukan).
C. keparahan cidera fisik
( NOC, 2013 : 128 : 1913)
- fraktur ekstremitas
dipertahankan pada skala
cukup berat 2 ditingkatkan
ke skala 4 (ringan)
- perdarahan dipertahankan
pada skala 3(sedang)
ditingkatkan ke skala 5(tidak
ada)
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan penyakit
pengeroposan tulang diantaranya penyakit yang sering disebut osteoporosis, biasanya
dialami pada usia dewasa dan dapat juga disebabkan karena kecelakaan yang tidak
terduga.
B. Saran
Sakit dan sehat memang sudah ada yang mengatur. Tetapi kita bisa menjauhkan
keadaan sakit itu dengan berusaha untuk tetap prima dan fit agar tubuh kita tetap sehat
dengan cara pola hidup sehat. Jika mengalami keadaan tubuh yang kurang sehat
segeralah berobat untuk mendapatkan tindakan dan pengobatan secara dini sebelum
terjadi sakit yang kronis.
DAFTAR PUSTAKA

A, Widiyawati. 2018. Konsep Fraktur. Yogyakarta: Poltekkes Jogja.


SNA, Estu. 2018. Teori Fraktur. Yogyakarta: Poltekkes Jogja.
Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Imunologi. Jakarta: Salemba Medika
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1360/4/4%20CHAPTER%202.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=10445
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 vol.3. EGC.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai