Anda di halaman 1dari 12

KEDUDUKAN HUKUM TENAGA KEPERAWATAN

DEPENDEN
DALAM TRANSAKSI TERAPEUTIK

M. Fakih
Fakultas Hukum Universitas Lampung
e-mail: mfakihfh@yahoo.co.id

Abstract

Nursing personnel is one of the most important actor in helping doctor to perform medical acts. Medical
acts, performed by doctor in hospital, are generally known as therapeutic transaction or healing agreement.
parties who are involved directly in therapeutic transaction are doctor and patient. Therefore nursing
personnel as doctor helper in that transaction shall not be positioned as a party in the agreement.
Nursing personnel in this context holds the position as participant in the agreement, not as “contractan”.
Within this context, nursing personnel can’t be sued by the reason of default. Legal standing of nursing
personnel in helping doctor to perform therapeutic transaction, within medical law literature, is legally
known as performing dependent function.

Keyword: legal standing, nursing personnel, and therapeutic transaction.

Abstrak

Tenaga keperawatan adalah salah satu tenaga kesehatan yang paling utama dalam membantu dokter
untuk melakukan tindakan medik. Tindakan medik yang dilakukan oleh dokter di rumah sakit, dalam literatur
hukum kesehatan sering disebut sebagai transaksi terapeutik atau perjanjian penyembuhan. Pihak-pihak
yang terlibat secara langsung dalam transaksi terapeutik adalah dokter dan pasien. Oleh karena itu,
tenaga keperawatan yang difungsikan sebagai pembantu dokter dalam transaksi tersebut kedudukannya
bukanlah sebagai pihak dalam perjanjian. Tenaga keperawatan dalam konteks ini berkedudukan sebagai
peserta dalam perjanjian bukan sebagai “contractan”. Dengan demikian tenaga keperawatan tidak dapat
digugat berdasarkan wanprestasi. Kedudukan tenaga keperawatan dalam membantu dokter melakukan
transaksi terapeutik, dalam literatur hukum medik lebih dikenal sebagai menjalankan fungsi dependent.

Kata Kunci: kedudukan hukum, transaksi terapeutik

A. PENdAHULUAN kekuatan kembali pada pasien (Patricia Potter,


Tenaga keperawatan adalah salah satu dkk, 2009 : 82). Dengan demikian, esensi dari
tenaga kesehatan yang sangat penting dalam keperawatan adalah untuk membantu pasien
pelayanan kesehatan di masyarakat. Khususnya dalam rangka meningkatkan status kesehatannya.
di rumah sakit atau pelayanan kesehatan, tenaga Tujuan keperawatan sebagaimana yang
keperawatan juga merupakan tenaga kesehatan dik emuk akan Hender son d i a t a s , d a l a m
yang ada pada garis depan, dalam rangka kenyataannya di Indonesia telah mengalami
membantu dokter yang melakukan tindakan medik. perkembangan yaitu sejak adanya kesepakatan
Secara teoritik tugas utama perawat di rumah pada Lokakarya Keperawatan Nasional Tahun
sakit adalah memberi perawatan (care) kepada 1983. Melalui Lokakarya tersebut, dikemukakan
pasien dengan cara memberi asuhan keperawatan bahwa yang disebut keperawatan adalah:
(nurturing) untuk memuaskan kebutuhan fisiologis “sebagai bentuk pelayanan profesional
dan psikologis pasien. Henderson secara konkrit yang merupakan bagian integral dari pelayanan
mengemukakan bahwa tujuan keperawatan keperawatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
adalah untuk membantu pasien mendapatkan keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-
kebebasan secepat mungkin dan memberikan sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan

132 Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Kedudukan Hukum Tenaga Keperawatan ...
kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik terhadap pasiennya secara hukum digolongkan
sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses sebagai transaksi terapeutik atau perjanjian
kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan penyembuhan. Dokter dalam melakukan transaksi
berupa bantuan yang diberikan karena adanya terapeutik tidak dimungkinkan untuk berkerja
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan secara mandiri. Bahkan dalam praktik, dokter
pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju bukan hanya dibantu oleh tenaga keperawatan
kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari saja melainkan oleh tenaga kesehatan lainnya
secara mandiri (Julius Ake, 2003 : 4-5)”. seperti tenaga kebidanan, tenaga gizi, tenaga
kefarmasian, dan lain sebagainya. Selain itu,
Berdasarkan konsep keperawatan hasil
dokter dalam melakukan transaksi terapeutik
lokakarya tersebut, dapat ditarik beberapa hal yang
juga memerlukan bantuan penunjang medik
merupakan hakikat atau prinsip dari keperawatan
antara lain laboratorium dan radiologi. Dengan
yaitu: Pertama, keperawatan adalah bagian yang
demikian, dalam pelayanan medik di rumah sakit
tidak terpisahkan dari profesi kesehatan lain dalam
telah terjadi “konfigurasi personal” yang masing-
memberikan layanan kesehatan kepada pasien.
masing personal mempunyai tanggungjawab yang
Sebagai bagian integral dari layanan kesehatan
berbeda-beda dan sesuai dengan kompetensinya.
kedudukan perawat dengan profesi kesehatan
lainnya (misalnya dokter) adalah sama, yakni Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan
sebagai mitra. Kedua, keperawatan mempunyai bahwa dalam transaksi terapeutik kehadiran
beberapa tujuan, antara lain memberi bantuan tenaga keperawatan mutlak diperlukan agar tujuan
yang paripurna dan efektif kepada pasien serta perjanjian tersebut dapat tercapai. Oleh karena,
memenuhi kebutuhan dasar pasien. Ketiga, dalam konteks ini timbul pertanyaan bagaimana
fungsi utama perawat adalah membantu pasien kedudukan hukum tenaga keperawatan dalam
baik dalam kondisi sakit maupun sehat, guna transaksi terapeutik antara dokter dan pasien
mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui di rumah sakit. Mengingat tenaga keperawatan
layanan keperawatan. Layanan keperawatan adalah tenaga kesehatan non medik yang terlibat
diberikan karena adanya kelemahan fisik, mental, langsung dalam transaksi terapeutik, maka dalam
dan keterbatasan pengetahuan serta kurangnya pembahasan akan dikemukakan mengenai
kemampuan untuk dapat melaksanakan kegiatan fungsi perawat sebagai tenaga kesehatan, sifat
kehidupan sehari-hari secara mandiri. Keempat, keperdaatan transaksi terapeutik dan kedudukan
intervensi keperawatan dilakukan dalam upaya hukum perawat dalam transaksi terapeutik serta
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, tanggung jawab perdata tenaga keperawatan
menyembuhakan, serta memelihara kesehatan dalam transaksi terapeutik.
melalui upaya promotif, kuratif dan rehabilitatif
sesuai wewenang, tanggung jawab, etika profesi B. PEMBAHASAN
keperawatan yang memungkinkan setiap orang
1. Fungsi Perawat
mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif.
Pr insip- prinsip k eperaw atan ter sebut Secara teoritik menurut Patricia W. Iyer,
menunjukk an bahwa profesi keperawatan perawat dalam melaksanakan pelayanan
memegang peranan penting dalam sitem kesehatan mempunyai tiga fungsi, yaitu: fungsi
pelayanan kesehatan utamanya di rumah sakit. keperawatan mandiri, fungsi ketergantungan
Selanjutnya, dalam UU No. 36 Tahun 2009 dan fungsi kolaboratif. Fungsi keperawatan
Tentang Kesehatan juga telah menetapkan mandiri (independent) adalah aktivitas
ketentuan yang serupa dengan Hasil Lokakarya keperawatan yang dilaksanakan atas inisiatif
Nasional Keperawatan Tahun 1983 di atas, perawat itu sendiri berdasarkan pada ilmu dan
bahwa pelayanan kesehatan harus bertumpu kiat keperawatan (Patricia W. Iyer, 2006 : 8-9).
pada ilmu pengetahuan dan ketrampilan di bidang Mundinger menyebutnya sebagai otonomous
kesehatan. Hal ini tertuang dalam Pasal 1 angka nursing practice to independent nursing atau
6 dan Pasal 63 ayat (2), (3) dan (4) UU No. 36 those activity that are considered to be within
Tahun 2009. nursing’s scope of diagnosis and treatment
Tenaga keperawatan dengan berbekal ilmu (Kusnanto, 2004 : 88). Fungsi keperawatan
pengetahun dan ketrampilan yang dimiliki, harus mandiri pada prinsipnya juga sering disebut
mampu membatu dokter yang melakukan tindakan sebagai perawatan holistik, yaitu keperawatan
medik terhadap seorang pasien di rumah sakit. yang berfokus pada promosi kesehatan yang
Pada prinsipnya, tindakan medik hanya dapat melihat individu secara keseluruhan baik fisik,
dilakukan oleh tenaga medik yaitu dokter dan dokter pikiran dan jiwanya (Deborah McElligot, 2010
gigi. Tindakan medik yang dilakukan oleh dokter : 1). Praktik keperawatan secara mandiri

Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Kedudukan Hukum Tenaga Keperawatan ... 133
dan profesional ini sering diasumsikan sama memegang tanggung jawab paling besar
dengan praktik kedokteran. Oleh karena untuk perawatan pasien dalam kerangka
itu, dalam fungsi independen perawat kerja bidang respektif mereka. Meskipun
bertanggung jawab terhadap akibat yang ada bidang yang tumpang tindih, mayoritas
timbul dari tindakan yang dilakukan. Contoh pelayanan yang diberikan mereka adalah
tindakan perawat dalam menjalankan fungsi lengkap” (Eugenia Siegler dkk, 2000 : 2).
independen sebagaimana yang dikemukakan Praktik kolaboratif menekankan tanggung
oleh Sri Praptianingsih adalah sebagai berikut jawab bersama dalam manajemen perawatan
(Sri Praptianingsih, 2006 : 32): pasien, dengan proses pembuatan keputusan
(a) pengkajian terhadap seluruh riwayat bilateral didasarkan pada pendidikan masing-
kesehatan pasien/keluarganya dan masing dan kemampuan praktisi. Menurut
menguji secara fisik untuk menentukan Kozier, bahwa fungsi kolaboratif merupakan
status kesehatan; “kerja sama sejati” yang di dalamnya terdapat
(b) mengidentifikasi tindakan keperawatan kesamaan nilai-nilai dari masing-masing
yang mungkin dilakukan untuk memelihara pihak dengan pengakuan dan penerimaan
atau memperbaiki kesehatan; terpisah serta kombinasi dari lingkup aktivitas
(c) membantu pasien dalam kegiatan sehari- (Kusnanto, 2004 : 89).
hari;
(d) mendorong pasien untuk berprilaku 2. Fungsi Perawat dependen dalam Transaksi
secara wajar. Terapeutik
Fungsi perawat dalam konteks ini
Pada umumnya pelayanan keperawatan,
digambarkan oleh Carpenito dan Moyet
dilakukan oleh perawat pada saat sebelum dan
sebagai tindakan intervensi medik atau
setelah tindakan medik oleh dokter. Tindakan
intervensi delegasi yang mengandung makna
medik yang dilakukan dokter bertujuan untuk
bahwa intervensi medik yang dibuat oleh
kesembuhan pasien yang dilakukan dengan
tenaga medik dan akan dilaksanakan oleh
pengobatan (curing) ataupun tindakan operasi,
tim perawat (Haryanto, 2007 : 76). Pada
sedangkan tindakan keperawatan bertujuan
prinsipnya instruksi dokter di rumah sakit
untuk meningkatkan atau mempertahankan
bukan merupakan instruksi untuk perawat,
kesehatan optimal pasien (caring). Akan
melainkan untuk pasien yang akan dibantu
tetapi, pelayanan keperawatan bersifat care
oleh perawat jika ada indikasi. Menurut
yang hasilnya bisa berupa penurunan kondisi
Daldiyono konsep instruksi dokter kepeda
kesehatan pasien atau kondisi pasien tetap
perawat adalah bahwa dokter membuat
seperti semula bahkan tidak ada peningkatan
rencana medik yang jelas dan rinci, yang
status kesehatan. Jadi di sini ada dua
kemudian akan diterjemahkan dalam rencana
tindakan secara terintegrasi tetapi masing-
keperawatan (Daldiyono, 2006 : 287).
masing berdiri sendiri dan dilakukan sesuai
Namun demikian, pada kenyataannya,
dengan standar profesinya.
perawat melak sanakan tindakan yang
Fungsi keperawatan ketergantungan
bersifat rutin dan spesifik. Dengan kata
(dependent) adalah aktivitas keperawatan
lain, di rumah sakit perawat membantu
yang dilaksanakan atas perintah dokter atau
dokter memberi pelayanan pengobatan dan
di bawah pengawasan dokter (the activities
tindakan khusus yang menjadi wewenang
performed based in the phsycian’s order).
dokter, seperti pemasangan infus, pemberian
Selanjutnya yang dimaksud dengan fungsi
obat maupun melakukan suntikan. Oleh
keperawatan kolaboratif (interdependent)
karena, itu setiap kegagalan medik menjadi
adalah aktivitas yang dilaksanakan atas
tanggung jawab dokter, bukan tanggung
kerja sama dengan pihak lain atau tim
jawab perawat. Menurut Soerjono Soekanto,
tenaga kesehatan lain. Menurut Patricia W.
bagi perawat yunior lebih banyak memerlukan
Iyer, fungsi ini digambarkan sebagai carried
pengawasan dari pada seorang perawat
out in conjunction with other health team
senior. Selanjutnya, disebutkan bila perintah
members (patricia W. Iyer, 2006 : 6), yang
dokter adalah mengenai hal-hal yang bersifat
tampak dalam kolaborasi mengupayakan
rutin, maka pertanggung jawaban ada pada
kesembuhan pasien. Selanjutnya Shortridge
perawat itu sendiri (Soerjono Soekanto, 1986
dalam mengemukakan bahwa yang dimaksud
: 18-19). Jadi semakin besar kemahiran
dengan kolaborasi adalah: “...hubungan
dan hak yang ada pada perawat, maka
timbal balik di mana (pemberi layanan)
semakin besar pula tanggung jawabnya

134 Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Kedudukan Hukum Tenaga Keperawatan ...
di bidang hukum. Namun demikian untuk perawat kesehatan dengan kemahiran
menentukan kesalahan profesional terlebih khusus, biasanya diatur dengan peraturan
dahulu harus dibuktikan, dan apabila terbukti tersendiri (standing order)”.
maka seorang perawat dapat dikenakan
Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Dasar hukum pendelegasian tindakan
Perdata (KUHPerdata). medik yang dilakukan perawat diatur dalam
Terhadap keberadaan perawat di rumah suatu arrest Hoge raad tanggal 4 November
sakit, pada prinsipnya mempunyai tugas 1952, yang menyebutkan bahwa orang yang
pokok memberikan pelayanan perawatan belum pernah menjadi dokter (dimaksud semi
paripurna. Namun dalam praktik belum arts) dapat melakukan tindakan kedokteran
jelas apa yang dimaksud dengan pelayanan di bawah suatu pengawasan. Ketentuan
perawatan paripurna tersebut. Menurut ini diperlakukan juga pada perawat, yang
Picard dalam, kedudukan perawat di rumah terkenal dengan teori verlengde arm van de
sakit memang membingungkan, selanjutnya arts (perpanjangan lengan dokter) atau yang
Picard mengemukakan(Soerjono Soekanto, dalam literatur Amerika disebut expanding
Herkuntanto, 1987 : 103): role of nursing (Perle Slavic Cowen dan Sue
Moorhead, 2006 : 680). Ajaran verlengde arm
“in the modern hospital a nurse is in an
van de arts ini secara eksplisit diperjelas dalam
anomalous position. she is a professional
suatu keputusan pengadilan di Arnhen tanggal
with certain skills, knowledge and judgment,
20 Februari 1955, yang menyebutkan bahwa
yet she is an employee of the hospital and,
seorang dokter dapat menyerahkan tindakan
although she is an indispensable part of the
medik yang dilakukan kepada orang lain.
health care team, she has a duty to carry out
Bahkan pemberian suntik pinisilin termasuk
the doctor’s orders and he can rely on her to
tugas perawat, sehingga tidak termasuk
do so. if she falls below the standard oh the
rumusan perpanjangan tangan dokter (Fred
reasonable nurse, she will be negligent and
Ameln, 1991 : 77-78). Pelimpahan tindakan
the hospital will be vicariously liable”.
medik oleh dokter kepada perawat harus
Dalam hubungannya dengan fungsi memenuhi beberapa syarat dan pasien harus
perawat di rumah sakit tersebut di atas, Yani dijamin akan mendapat pertolongan atas
Kasim, mengemukakan bahwa tanggung pertanggung jawaban dokter. Menurut Danny
jawab perawat haruslah dilihat dari berbagai Wiradharma syarat-syarat tersebut meliputi
fungsinya. Ketika perawat melakukan fungsi (Danny Wiradharma, 2006 : 129-130):
mandiri dan kolaboratif perawat mempunyai (1) keputusan mengenai diagnosis dan
tanggung jawab yang mandiri (Soerjono terapi serta mengenai gejala-gejala yang
Soeknto, Herkuntanto, 1987 : 103). Di lain dijumpai tidak dapat dilimpahkan kepada
pihak masih terdapatnya kekurangan tenaga orang lain;
perawat (mandiri) yang saat ini menjadi (2) d o k t e r h a r u s y a k i n b e n a r a k a n
persoalan dalam pelayanan kesehatan kemampuan orang yang diberi
(Beatrice J. Kalisch, 2010 : 939). Persoalannya wewenang, dengan kata lain dokter
adalah dalam fungsi teraupetik, bagaimana hanya mempercayakan hal-hal yang
tanggung jawab perawat dependen? terhadap menurut pendidikan keperawatan mampu
pertanyaan ini Yani Kasim mengemukakan dan cakap dilakukan oleh perawat;
pendapatnya (Beatrice J. Kalisch, 2010 : (3) apabila merasa tidak mampu perawat
939).: yang bersangkutan berhak menolak
“Dalam keadaan tertentu beberapa per intah dok ter, dalam k aitan ini
kegiatan diagnostik dan tindakan medik Henderson dalam mengemuk akan
dapat dilimpahkan untuk dilaksanakan oleh bahwa perawat tidak boleh selalu tunduk
perawat. Dalam hal ini perlu diperhatikan mengikuti perintah dokter, Henderson
bahwa tanggung jawab utama tetap pada sendiri mempertanyakan filosofi yang
dokter yang memberi tugas sedangkan membolehkan seorang dokter memberi
perawatmempunyai tanggung jawab perintah kepada tenaga kesehatan
sebagai pelaksana. Juga perlu diperhatikan lainnya (Asmadi, 2005 : 16);
pelimpahan hanya dapat dilaksanakan setelah (4) delegasi yang diberikan pada perawat
perawat tersebut mendapat pendidikan dan harus dilakukan secara tertulis, dan
kompetensi yang cukup untuk menerima perlu disebutkan dengan jelas mengenai
pelimpahan. Pelimpahan jangka panjang instruksi-instruksi yang diberikan;
atau terus-menerus dapat diberikan kepada

Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Kedudukan Hukum Tenaga Keperawatan ... 135
(5) serta harus ada petunjuk medik tergan- Ketentuan Pasal 10 Kepmenkes tersebut
tung dari situasi yang ada kepa perawat, di atas sesuai dengan teori kebutuhan
dokter sewaktu-waktu dapat diminta (necessity) yang mengajark an bahwa
datang, atau harus hadir di tempat di dalam keadaan darurat manusia dapat
mana dilakukan tindakan yang sulit. menyelamatkan dirinya dan orang lain dari
suatu penyakit atau kematian. Dengan kata
Syarat-s yarat tersebut di atas lain, kewenangan perawat di sini didapat
menunjukkan bahwa perawat tidak dibenarkan karena posisi (authority by position) dan
untuk mengambil inisiatif secara mandiri, kewenangan karena situasi (authority by
artinya adalah: situation).
(a) dokter secara moral maupun yuridis Selanjutnya yang dimaksud dengan fungsi
bertanggung jawab atas tindakan- keperawatan kolaboratif (interdependent)
tindak an per awat yang dilak uk an adalah aktivitas yang dilaksanakan atas
berdasarkan perintahnya; kerja sama dengan pihak lain atau tim
(b) dokter harus mampu untuk mengawasi tenaga kesehatan lain. Menurut Patricia W.
segala tindakan yang dilakukan perawat, Iyer, fungsi ini digambarkan sebagai carried
dokter harus dapat menjamin bahwa apa out in conjunction with other health team
yang dilakukan perawat adalah benar; members (Patricia W. Iyer, 2006 : 6), yang
(c) dokter mendidik perawat agar mampu tampak dalam kolaborasi mengupayakan
memberikan informasi yang benar kesembuhan pasien. Selanjutnya Shortridge
kepada pasien; dalam mengemukakan bahwa yang dimaksud
dengan kolaborasi adalah: “...hubungan
Dengan demikian, seorang perawat timbal balik di mana (pemberi layanan)
sebagai penerima perintah dokter tidak memegang tanggung jawab paling besar
boleh berbuat lain selain apa yang telah untuk perawatan pasien dalam kerangka
diperintahkannya serta harus bertanggung kerja bidang respektif mereka. Meskipun
jawab atas pelaksanaanya tersebut. Oleh ada bidang yang tumpang tindih, mayoritas
karena itu, delegasi di sini tidak hanya pelayanan yang diberikan mereka adalah
menyangk ut aspek administratif saja,
lengkap” (Eugenia Siegler dkk, 2000 : 2).
melainkan harus diartikan menurut hukum
Praktik kolaboratif menekankan tanggung
perdata. Dokter tetap harus bertanggung
jawab bersama dalam manajemen perawatan
jawab, dan ia dapat meminta pertanggung
pasien, dengan proses pembuatan keputusan
jawaban dari penerima delegasi.
bilateral didasarkan pada pendidikan masing-
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa masing dan kemampuan praktisi. Menurut
tindakan medik sesungguhnya hanya dapat Kozier, bahwa fungsi kolaboratif merupakan
dilakukan oleh dokter secara profesional. “kerja sama sejati” yang di dalamnya terdapat
Perawat dapat dibenarkan melakukan tindakan kesamaan nilai-nilai dari masing-masing
medik atas perintah dan petunjuk langsung pihak dengan pengakuan dan penerimaan
dari dokter bersangkutan. Sebenarnya
terpisah serta kombinasi dari lingkup aktivitas
menurut Ketentuan Pasal 10 ayat (1) dan
(Kusnanto, 2004 : 89).
(2) Kepmenkes Hk.02.02/Menkes/148/2010
Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Berdasarkan uraian tersebut di atas,
Perawat, seorang perawat dibenarkan diperoleh penjelasan mengenai tiga fungsi
melakukan tindakan medik di luar perintah perawat dalam melak uk an pela yanan
dokter apa bila: kesehatan. Hal ini tampak dalam hubungan
antara perawat dengan pasien dan perawat
(a) D a l a m k e a d a a n d a r u r a t u n t u k
dengan dokter maupun dengan tenaga
menyelamatkan nyawa seseorang atau
kesehatan lainnya. Dalam menjalankan fungsi
pasien dan tidak ada dokter di tempat
mandiri dan kolaboratif, perawat mempunyai
kejadian, perawat dapat melakukan
hubungan langsung dengan pasien. Akan
pelayanan kesehatan di luar kewenangan
tetapi, dalam fungsinya yang dependen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.
perawat tidak mempunyai hubungan langsung
(b) Bagi perawat yang menjalankan praktik di
dengan pasien karena di sini perawat
daerah yang tidak memiliki dokter dalam
berposisi sebagai pembantu dokter. Selain
rangka pelaksanaan tugas pemerintah,
itu, perawat dalam melaksanakan pelayanan
dapat melakukan pelayanan kesehatan
kesehatan sangat dipengaruhi oleh keadaan
di luar k ewenangan sebagaimana
sosial, yang oleh Guwandi disebutkan bahwa
dimaksud dalam Pasal 8.

136 Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Kedudukan Hukum Tenaga Keperawatan ...
tenaga kesehatan dalam melaksanakan penyembuhan antara dokter dan pasien,
pelayanan kesehatan senantiasa dipengaruhi maka kedua belah pihak telah mendapatkan
oleh doktrin locaityl rule (Guwandi, 2003 perlindungan hukum. Dalam hal ini dokter yang
: 2). Doktrin ini menyebutkan bahwa tolok diminta melaksanakan upaya penyembuhan
ukur dalam pelayanan kesehatan sangat berkepentingan mendapatkan perlindungan
ditentukan oleh lokasi atau rumah sakit yang hukum agar dapat bekerja sesuai dengan
berlainan. standar profesinya. Selain itu juga pasien
mendapat jaminan hukum akan mendapat
3. Sifat Keperdataan Transaksi Terapeutik pelayanan kesehatan sesuai dengan standar
dan Kedudukan Perawat dependent dalam profesi dokter bersangkutan, sehingga
Transaksi Terapeutik harapannya untuk memeproleh kesembuhan
Pada dasarnya pelayanan kesehatan menjadi lebih besar. Oleh karena itu, pada
khususnya di rumah sakit diawali dengan hakikatnya perjanjian penyembuhan adalah
sebuah transaksi teraupetik atau perjanjian perjanjian yang bersifat keperdataan yang
penyembuhan antara dokter dengan pasien. diadakan untuk melindungi dokter dan pasien.
Perjanjian penyembuhan yang oleh beberapa Perjanjian penyembuhan merupakan
pakar hukum kesehatan sering juga disebut hubungan individu dengan individu yaitu
transaksi teraupetik, berasal dari kata dokter dengan pasien. Hubungan tersebut
transactie yang artinya perjanjian dan dilakukan dalam suasana saling percaya,
therapeuticus yang artinya penyembuhan. bertujuan menyembuhkan dan mencegah
Jadi transaksi terapeutik artinya perjanjian penyakit, meringankan penderitaan pasien,
penyembuhan. Perjanjian penyembuhan serta mendampingi pasien. Dengan demikian,
atau transaksi teraupetik pada dasarnya hubungan antara dokter dan pasien adalah
belum ada penafsiran otentik dari pembuat hubungan keperdataan, sehingga wajar
undang-undang. Oleh karena itu, untuk kalau hubungan ini diatur dalam ketentuan-
dapat mengerti apa yang dinamakan dengan ketentuan hukum perdata (M Fakih, 2012
perjanjian penyembuhan atau transaksi : 347). Dalam kaitan ini pertama kali perlu
teraupetik perlu ditelaah melalui pendapat ditentukan sifat keperdataan perjanjian
ahli hukum atau doktrin yang ada. Menurut penyembuhan, dengan kata lain terlebih
veronica Komalawati yang dimaksud dengan da hu l u h ar u s di l ak uk a n “ k w al if ik a s i”
perjanjian penyembuhan adalah suatu (pembatasan atau penempatan) untuk
perjanjian yang obyeknya adalah pelayanan menentukan termasuk dalam jenis perjanjian
medik atau upaya penyembuhan (veronica apakah transaksi terapeutik tersebut.
Kumalasari, 1989 : 84). Hermien Hadiati
Koeswadji menyebutkan yang dimaksud Apabila ditelaah, perjanjian penyembuhan
dengan transaksi terapeutik adalah transaksi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
antara dokter dengan pasien untuk mencari a. adanya perjanjian antara dua pihak yaitu
atau menemukan terapi sebagai upaya dokter atau rumah sakit dengan pasien;
penyembuhan penyakit pasien oleh dokter b. p i h a k y a n g s a t u m e m i n t a j a s a
(Hermien Hadiati Koeswadji, 1998 : 99). pertolongan pihak lain untuk membantu
Bat a sa n ya ng d ik emu k ak an ol eh menyembuhkan atau meringankan
veronica Komalawati tersebut di atas, penyak it yang dideritanya dengan
hanya menyebutk an obyek perjanjian melakukan tindakan medik atau upaya
saja, yaitu pelayanan medik atau upaya penyembuhan;
penyembuhan dan tidak menjelaskan apa c. pihak yang diminta jasa pertolongannya
yang dimaksud dengan pelayanan medik tersebut adalah seorang yang mempunyai
dan upaya penyembuhan. Selain itu, batasan k e a h l i a n d a n k e w e n an g a n u n t u k
yang dikemukakan oleh veronica tidak menyembuhkan, dan dapat mencegah
menjelaskan siapa yang merupakan pihak- atau menghentikan proses penyakit yang
pihak yang terikat dalam perjanjian tersebut. bersangkutan;
Berbeda dengan apa yang dikemukakan d. sebagai imbalannya pihak yang meminta
veronica, nampaknya Hermien Hadiati dilakukanya jasa tersebut bersedia
Koeswadji lebih menekankan bahwa transaksi membayar atau memberikan honorarium
terapeutik merupakan kegiatan dalam aspek berdasarkan tarif yang telah ditentukan
penyembuhan atau pelayanan kesehatan oleh pihak yang melakukan jasa;
kuratif. Selanjutnya, dengan adanya perjanjian

Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Kedudukan Hukum Tenaga Keperawatan ... 137
e. cara yang ditempuh untuk mancapai wilsverklaring). Dalam hukum kesehatan
tujuan per janjian ini s epenuhn ya kesepakatan dalam perjanjian penyembuhan
diserahkan kepada pihak yang diminta merupak an syarat untuk adanya atau
untuk melakukan jasa tersebut. terjadinya (bestaansvoorwaarden) sekaligus
merupakan salah satu syarat untuk sahnya
Berdasarkan ciri-ciri tersebut di atas, dapat (geldingsvoorwaarden) perjanjian. Apabila
disimpulkan bahwa perjanjian penyembuhan ditinjau secara teoretis yuridis, perjanjian itu
termasuk dalam jenis perjanjian untuk terjadi apabila syarat pertama (toestemming)
melakukan jasa-jasa tertentu sebagaimana terpenuhi. Namun demikian, apakah jika
diatur dalam Pasal 1601 KUHPerdata. perjanjian itu sudah terjadi maka perjanjian
Menurut Subekti, yang dimaksud dengan itu sah dan berlaku? Jika perjanjian telah
perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu terjadi belum tentu sah, karena tiga syarat
adalah (Subekti, 2007 : 57-58): lainnya harus dipenuhi yaitu kecakapan
“ Suat u per jan j ian d i man a su atu (bekwaamheid), hal atau pokok tertentu
pihak menghendaki dari pihak lawannya (bepaald onderwerp) dan sebab yang halal
dilakukannya suatu pekerjaan untuk mencapai (geoorloofde oorzaak). Perjanjian dapat
sesuatu tujuan, untuk mana is bersedia berlaku, sebab apabila perjanjian itu sudah
membayar upah, sedangkan apa yang akan terjadi maka dengan sendirinya akan berlaku.
dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut Dengan demikian, syarat terjadinya perjanjian
sama sekali terserah kepada pihak lawan harus dipisahkan dengan syarat sahnya
itu. Biasanya pihak lawan itu adalah seorang perjanjian.
ahli dalam melakukan pekerjaan tersebut Dalam per janjian pen yembuhan
dan biasanya ia juga sudah memasang kesepakatan terwujud dalam informed concent.
tarif untuk jasanya itu. Upahnya biasanya Pasal 1 angka 1 Permenkes RI No.290/
dinamakan honorarium. Perjanjian ini Menkes/Per/III/2008 Tentang Persetujuan
lazimnya dimasukkan antara lain hubungan Tindakan Kedokteran menentukan bahwa
seorang pasien dengan seorang dokter persetujuan tindakan kedokteran atau
yang diminta jasanya untuk menyembuhkan informed concent adalah persetujuan yang
suatu penyakit. Hubungan antara seorang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat
pengacara (advocat) dengan kliennya yang setelah mendapat penjelasan secara lengkap
minta diurus suatu perkara. Hubungan antara mengenai tindakan kedokteran yang akan
seorang notaris dengan seorang yang datang dilakukan terhadap pasien. Informed consent
kepadanya untuk dibuatkan suatu akta dan dalam suatu transaksi terapeutik bukan saja
lain sebagainya”. syarat untuk adanya dan salah satu syarat
Selain perjanjian penyembuhan untuk sahnya perjanjian tersebut, tetapi juga
termasuk dalam perjanjian untuk melakukan mengandung makna yang mendasar yang
jasa-jasa tertentu, perjanjian ini juga dapat bersifat individual yaitu hak atas informasi
dikategorikan sebagai pengurusan orang lain (the right to information) dan hak untuk
(zaakwaarneming) yang diatur dalam Pasal menentukan nasib sendiri (the right of self
1354 KUHPerdata. Dikategorikan sebagai determination).
zaakwaarneming karena dalam perjanjian Perjanjian penyembuhan yang dilakukan
penyembuhan terdapat ciri pemberian sesuai prosedur yang ditentukan undang-
pertolongan. Oleh karena itu, sebagaian ahli undang (KUHPerdata) merupakan suatu
mengatakan bahwa perjanjian penyembuhan perjanjian yang sah dan mengikat para pihak
termasuk perjanjian yang punya sifat tersendiri sebagai undang-undang sebagaimana yang
(sui generis). telah ditegaskan dalam Pasal 1338 ayat (1)
Selanjutnya, untuk menilai keabsahan KUHPerdata. Selanjutnya, siapakah yang
perjanjian penyembuhan harus digunakan menjadi pihak langsung dan siapakah pihak-
kriteria yang terdapat dalam ketentuan pihak yang terlibat secara tidak langsung
Pasal 1320 KUHPerdata. Persyaratan dalam perjanjian penyembuhan? Sebelum
pertama untuk sahnya (geldingsvoorwaarden) menjawab pertanyaan tersebut, per lu
per j an j ia n m en ur ut k e tent ua n P a sa l dikemukakan terlebih dahulu bahwa obyek
1320 KUHPerdata adalah kesepakatan perjanjian penyembuhan adalah pelayanan
(toesteming) atau persesuaian kehendak medik atau upaya penyembuhan. Pelayanan
(wilsovereenstemming). Secara konkrit medik atau tindakan kedokteran adalah suatu
persesuain kehendak adalah persesuain tindakan medik berupa preventif, diagnostik,
pernyataan kehendak (overeenstemmende

138 Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Kedudukan Hukum Tenaga Keperawatan ...
terapeutik atau rehabilitatif yang dilakukan dimaksud dengan perikatan hasil atau
oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien akibat (resultaatsverbintenis) adalah suatu
(Pasal 1 angka 3 Permenkes No. 290/Menkes/ perikatan yang hasilnya sudah pasti dan
Per/III/2008). Berdasarkan ketentuan Pasal dapat dipastikan. Dengan kata lain, suatu
1 angka 3 Permenkes No. 290/Menkes/Per/ perikatan disebut perikatan hasil atau usaha
III/2008 tersebut dapat diperoleh penjelasan, (resultaatsverbintenis) apabila debitur
bahwa tindakan medik adalah tindakan- berkewajiban menghasilkan suatu hasil atau
tindakan yang hanya dapat dilakukan oleh akibat.
dokter dan tindakan tersebut dilakukan Dalam hal perawat berposisi sebagai
terhadap pasien. Oleh karena itu, pihak yang peserta dalam perjanjian penyembuhan, maka
terlibat secara langsung dalam perjanjian secara yuridis kedudukan yang emban oleh
penyembuhan adalah dokter sebagai pihak seorang perawat adalah sebagai pembantu
yang melakukan tindakan medik dan pasien atau pendukung dokter dalam pelayanan
sebagai pihak yang menerima tindakan medik medik. Kedudukan sebagai pembantu dokter
tersebut. di sini, lebih dikenal dengan fungsi dependent
Dokter dan pasien inilah yang terikat atau ketergantungan (the activities performed
dalam perikatan yang ditimbulkan dari on the physician’s order). Perawat membantu
perjanjian penyembuhan. Antara dokter dokter memberi pelayanan pengobatan dan
dan pasien tersebut, kemudian muncul hak- tindakan khusus yang menjadi wewenang
hak dan kewajiban-kewajiban yang saling dokter dan seharusnya dilakukan dokter,
bertimbal balik. Selain dokter dan pasien seperti pemasangan infus, pemberian obat,
sebagai pihak langsung dalam perjanjian dan melakukan suntikan. Secara konkrit
penyembuhan tersebut, masih ada pihak- fungsi dependen dari perawat adalah sebagai
pihak lain yang terlibat secara tidak langsung. bawahan dokter. Istilah bawahan dokter pada
Mereka ini adalah mutlak diperlukan dalam dasarnya adalah kurang tepat, karena baik
perjanjian penyembuhan dan tanpa mereka dokter maupun perawat sama-sama tenaga
tujuan perjanjian sulit untuk dicapai. Mereka kesehatan sebagaimana yang diatur dalam
ini sering disebut dengan istilah peserta Pasal 2 PP No.32 Tahun 1996.
dalam perjanjian. Kata “peserta” menurut Siti Perawat yang melaksanakan perintah
Ismijati Jenie digunakan untuk membedakan dokter, pada dasarnya merupakan pelimpahan
dengan pihak langsung yang terkait dengan wewenang dari dokter kepada perawat.
perjanjian penyembuhan (Siti Ismijati Jenie, Pelimpahan ini terjadi apabila pasien dalam
1994 : 20). Para peserta tersebut, adalah proses penyembuhan diharuskan menjalani
tenaga keperawatan yang merupakan rawat inap di rumah sakit. Dokter setelah
tenaga kesehatan vital dalam perjanjian melakukan tindakan medik, misalnya pasien
penyembuhan. Dikatakan vital, karena dokter telah selesai dioperasi, maka perlu perawatan
tidak dimungkinkan untuk bekerja sendiri guna meningkatkan status kesehatan pasien.
dalam menangani pasien terutama di rumah Bahkan sebelum dilakukan tindakan medik
sakit. Terlampau sulit bagi dokter untuk oleh dokter di rumah sakit, ada kalanya pasien
melakukan prestasi yang dijanjikan dalam sudah dilakukan perawatan oleh perawat,
perjanjian penyembuhan tanpa bantuan misalnya ketika menunggu waktu diadakan
perawat. operasi atau tindakan medik lainnya. Jadi
Selanjutnya, perjanjian antara dokter perawat dalam melaksanakan profesinya
dan pasien akan menimbulkan perikatan. terutama di rumah sakit ada dua tindakan
Perikatan yang pada umumnya muncul dari yaitu tindakan yang dilakukan berdasarkan
perjanjian penyembuhan adalah perikatan profesinya dan tindakan yang merupakan
yang dilakukan dengan hati-hati dan usaha pelimpahan berdasarkan wewenang dari
k eras (inspanningsverbintenis) buk an dokter. Pembagian ini dalam perjanjian
perikatan yang prestasinya menghasilkan penyembuhan mempunyai arti penting,
sesuatu yang sifatnya sudah pasti yaitu untuk menentukan kedudukan hukum
(resultaatsverbintenis). Disebut sebagai perawat dan pertanggungjawaban perawat
perikatan usaha (inspanningsverbintenis) dalam melaksanakan profesinya.
karena debitur berkewajiban melakukan
ichtiar atau suatu usaha (pemeliharaan, 4. Ta n g g u n g J a w a b P e r d a t a Te n a g a
perawatan, pengabdian) untuk mencapai Keperawatan dependent dalam Transaksi
suatu tujuan tertentu. Selanjutnya, yang Terapeutik

Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Kedudukan Hukum Tenaga Keperawatan ... 139
Sebagaimana telah dikemukakan di tahun 2004, bahwa dari 2.095 pemberi
atas, bahwa di rumah sakit tidak seluruh jasa pelayanan kesehatan yang 1.565 di
tindakan medik dilakukan oleh profesi antaranya adalah perawat, dilaporkan bahwa
dokter. Dokter selalu mendelegasikan tugas- 93% merasa yakin lisensinya akan dicabut
tugasnya yang bersifat rutin seperti pemberian apabila mereka melakukan kesalahan yang
obat, pemasangan infus, penyuntikan dan fatal dalam pemberian obat (Suharjo B.
tindakan medik lainnya yang bersifat ringan. Cahyono, 2008 : 165).
Sebenarnya tindakan medik bukan wewenang Timbul pertanyaan bagaimana tanggung
perawat, akan tetapi dalam keadaan tertentu jawab perdata tenaga keperawatan dependen
misalnya dokter harus memeriksa pasien dalam transaksi terapeutik? Dengan kata
lain, ada tindakan operasi yang sifatnya lain, dalam konteks ini siapakah yang
segera, bahkan sampai terbatasnya jumlah dapat dimintai pertanggung jawaban?
dokter dalam suatu rumah sakit, sehingga Perawat, rumah sakit atau dokter. Pada
tidak dimungkinkan segala tindakan medik dasarnya perawat selalu dapat dimintai
dilakukan oleh dokter. pertanggungjawaban atas suatu tindakan
Pelimpahan tugas dokter kepada perawat medik yang tidak sesuai dengan petunjuk
dependen harus melalui pengawasan yang dokter, tetapi walaupun demikian secara
ketat dari dokter. Misalnya dalam bekerja dokter perdata rumah sakit tetap dapat dimintai
memerlukan dukungan obat-obatan guna tanggung jawab atas tindakan perawat selaku
mengurangi penderitaan dan penyembuhan pegawai atau karyawannya dan rumah sakit
pasien. Obat adakalanya sebagai salah yang harus membayar kerugian (Pasal 1367
satu sarana yang ampuh bagi para dokter. ayat (3) KUHPerdata). Demikian juga dokter
Oleh karena itu, dimungkinkan adanya dapat dimintai pertanggung jawaban jika ia
pemberian obat yang berkelebihan, sehingga telah memberikan petunjuk-petunjuk medik
menjadi salah satu sumber kesalahan yang keliru. Sebagai contoh dalam suatu
medik. Kesalahan yang sering dilakukan operasi bedah yang dilakukan di rumah
perawat dalam pemberian obat adalah sakit, biasanya dokter bedah dibantu oleh
salah membaca label, salah menangani beberapa perawat yang bekerja di rumah
pasien, dan yang lebih berat lagi adalah sakit. Selama operasi berjalan para perawat
salah memberikan transfusi darah sehingga tersebut di bawah perintah dokter bedah
mengakibatkan hal yang fatal. Dalam hal secara penuh. Sebagai suatu konsekwensi
pemberian obat kepada pasien, perawat maka di sini dokter bedah dapat dimintai
harus mengikuti prinsip-prinsip yang benar. pertanggung jawaban terhadap kesalahan-
Kalau perbuatannya memberikan suntikan, kesalahan yang dilakukan oleh perawat.
diwajibkan kehati-hatian bukan saja pada Selesai operasi bedah selama pasien masih
pelaksanaan perbuatan penyuntikannya, di bawah narkoise maka perawat dianggap
tetapi juga perawat harus secara seksama masih ada di bawah pimpinan dokter bedah.
memeriksa secara akurat alat suntuik tersebut. Di sini dikenal doktrin captain of the ship,
Mengenai pemberi an obat, dunia dokter bedah harus bertanggung jawab bila
internasional menentukan lima prinsip cara- selama operasi terjadi sesuatu, termasuk
cara pemberia obat yaitu: right medicine apabila terjadi kelalaian atau kesalahan
(obat yang benar, sesuai indikasi), right dose dari perawat. Jadi jelas kedudukan perawat
(dosis tepat), right route (cara pemberian yang sebagai borrowed servant oleh rumah sakit
benar, misalnya melalui mulut, injeksi dan kepada dokter bedah.
sebaginya), right patient (pasien yang benar) Dalam kaitan ini apakah perawat yang
dan right time (waktu yang tepat, misalnya membantu dokter melakukan tindakan
sebelum makan atau sesudah makan). medik dapat digugat ke pengadilan dengan
Selain itu, perawat setelah memberikan obat alasan wanprestasi? Dikarenakan perawat
pada pasien harus melakukan monitoring dalam membantu dokter bukan sebagai
terhadap efek samping obat. Satu orang pihak atau contractan dalam perjanjian
perawat mungkin saja harus merawat dan melainkan sebagai peserta, maka perawat
bertanggungjawab lebih dari sepuluh orang tidak dapat digugat berdasarkan wanprestasi.
pasien. Oleh karennya dalam hal pemberian Gugat berdasarkan wanprestasi dasarnya
obat, dimungkinkan terjadinya kesalahan- adalah perjanjian, dalam hal ini adalah
kesalahan. Menurut survei yang dilakukan perjanjian penyembuhan antara dokter atau
oleh Institute for Sale Medication practice rumah sakit dan pasien. Hukum perjanjian

140 Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Kedudukan Hukum Tenaga Keperawatan ...
mengenal suatu asas yang disebut asas dan Pasal 46 UU No.44 Tahun 2009 Tentang
“kepribadian” (personalitas). Asas kepribadian Rumah sakit, maka dapat ditafsirkan untuk
merupakan asas yang menentukan bahwa memberikan kemungkinan menggugat tenaga
seseorang yang akan melakukan atau kesehatan baik berdasarkan wanprestasi
membuat perjanjian hanya untuk kepentingan maupun perbuatan melawan hukum. Pada
perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam prinsipnya gugat berdasarkan wanprestasi,
ketentuan Pasal 1315 dan 1340 KUHPerdata. penggugat harus dapat membuktikan bahwa
Pasal 1315 KUHPerdata menentukan, si tergugat (dokter) tidak memberikan
bahwa: “Pada umumnya seseorang tidak pelayanan kesehatan yang memadai menurut
dapat mengadakan perikatan atau perjanjian ukuran-ukuran standar profesi sehingga
selain untuk dirinya sendiri”. Selanjutnya, lebih pasien menderita kerugian. Dalam praktek
ditegaskan oleh Pasal 1340 KUHPerdata, pembuktian mengenai pelanggaran standar
bahwa: “Perjanjian hanya berlaku antara profesi tidaklah mudah, karena standar
pihak-pihak yang menbuatnya”. Ini berarti, profesi hanya diketahui oleh tergugat (dokter),
bahwa perjanjian yang dibuat oleh para sedangkan tergugat (pasien) pada umumnya
pihak yang berlaku bagi mereka yang tidak mengetahui dan memahami standar
membuatnya. Dengan kata lain, berdasarkan profesi. Oleh karena itu, gugat wanprestasi
dua ketentuan pasal tersebut di atas, bahwa nampaknya jarang digunakan untuk menuntut
suatu perjanjian hanya pihak-pihaklah yang dokter ke pengadilan.
terikat pada perjanjian tersebut. Pihak Berbeda dengan gugat wanprestasi,
ketiga tidak terikat pada pada perjanjian gugatan berdasarkan perbuatan melawan
yang diadakan oleh orang lain, dalam arti hukum jauh lebih luas karena dapat ditujukan
pihak ketiga tidak dapat dirugikan atau terhadap setiap perbuatan yang masuk
mendapat manfaat dari perjanjian yang kategori perbuatan melawan hukum yang
diadakan oleh pihak lain, kecuali dalam hal menimbulkan kerugian pada pihak lain.
yang diperolehkan melalui undang-undang. Gugat berdasarkan perbuatan melawan
Sebagai suatu perjanjian keperdataan, suatu hukum dasarnya adalah undang-undang
perjanjian penyembuhan juga terikat pada bukan perjanjian. Dasar hukum gugat
asas kepribadian. Oleh sebab itu, dalam berdasarkan melawan hukum seperti yang
perjanjian penyembuhan pihak yang terikat telah dikemukakan di atas yaitu Pasal
hanyalah pihak yang mengadakan perjanjian 58 UU No. 36 Tahun 2009, Pasal 46 UU
yaitu dokter atau rumah sakit dan pasien. No.44 Tahun 2009, Pasal 1365, 1366 dan
Meskipun pada dasarnya pelaksanaan 1367 KUHPerdata. Gugatan berdasarkan
perjanjian pen yembuhan dibantu oleh melawan hukum dapat ditujukan kepada
perawat sebagai peserta perjanjian, perawat pelaku perbuatan itu sendiri misalnya dokter,
bukanlah pihak dalam perjanjian tersebut. perawat atau rumah sakit yang melakukan
Apabila perjanjian penyembuhan di kemudian perbuatan melawan hukum (Pasal 1365 jo
hari tidak mencapai tujuannya karena Pasal 1366 KUHPerdata). Selain itu, gugatan
wanprestasi, maka gugatan hanya dapat juga dapat ditujukan pada orang-orang
ditujukan pada dokter atau rumah sakit yang bertanggung jawab atas perbuatan
yang merupakan pihak dalam perjanjian. orang-orang yang menjadi tanggungannya
Dikarenakan perawat berposisi sebagai (misalnya perawat sebagai pembantu dokter)
pembantu dokter, maka tidak dapat digugat atau barang-barang yang berada di bawah
berdasarkan wanprestasi. pengawasannya (Pasal 1367 KUHPerdata).
Dalam hukum kesehatan gugat
berdasarkan wanprestasi dapat dilancarkan C. PENUTUP
apabila seorang dokter atau rumah sakit telah
memberikan pelayanan kesehatan, tetapi Kedudukan hukum tenaga keperawatan
kemudian ternyata bahwa ia tidak cukup dependent dalam transaksi terapeutik antara
melaksanakan janji tersebut, padahal ia tidak dokter dan pasien di rumah sakit adalah sebagai
dalam keadaan memaksa. Wanprestasi seperti peserta dalam perjanjian. Dikatakan peserta
tersebut di atas, tentunya akan menimbulkan karena tenaga keperawatan bukan sebagai
kerugian, oleh karena itu pasien berhak pihak, melainkan sebagai pembantu dokter dalam
untuk menuntut pemberian ganti kerugian. mencapai kesembuhan pasien. Oleh karena itu,
Selanjutnya, dengan berpedoman pada tenaga keperawatan dalam hal ini tidak dapat
ketentuan Pasal 58 UU No. 36 Tahun 2009 dimintai pertanggungjawaban secara perdata
berdasarkan wanprestasi. Namun demikian,

Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Kedudukan Hukum Tenaga Keperawatan ... 141
berdasarkan Pasal 1365 KHUPerdata tentang Dokter dalam melakukan tindakan medik di
perbuatan melawan hukum, pasien yang merasa rumah sakit sangat sulit kiranya tanpa dibantu
dirugikan dalam suatu transaksi terapeutik oleh tenaga keperawatan. Fungsi bantuan tenaga
selain dapat menggugat dokternya juga dapat keperawatan dalam tindakan medik yang dikenal
menggugat tenaga keperawatan yang ada di dengan fungsi dependent, sering dikaitkan
dalamnya. Terhadap gugatan berdasarkan dengan fungsi yang bersifat grey area. Dikatakan
perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad) demikian karena pada prinsipnya fungsi utama
pasien harus membuktikan bahwa telah terjadi dari tenaga keperawatan adalah menjalankan
suatu perbuatan melawan hukum dan antara fungsi mandiri yang tidak harus tergantung pada
perbuatan melawan hukum yang dilakukan tenaga kesehatan lain. Namun dalam praktik di
tersebut dengan kerugian yang dideritanya ada rumah sakit, justru fungsi denpendent inilah yang
hubungan kausal. lebih dominan.

dAFTAR PUSTAKA

Ake. Yulianus. 2003. Malpraktik dalam Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Ameln, Fred. 1991. Kapita Selekta Hukum Kedokteran. Jakarta: Penerbit Grafikatama Jaya

Asmadi. 2005. Konsep dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Cahyono, Suharjo B. 2008. Membangun Budaya Keselamatan pasien dalam praktik Kedokteran.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Cowen, Perle Slavic dan Sue Moorhead. 2006, current Issues In Nursing. Mosby Inc, an affiliate of
Elsevier Inc.

Daldiyono. 2006. Bagaimana dokter Berpikir dan Bekerja, Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

Elligot Mc, Deborah, Katheleen Leask Capitulo, Diana Lynn Morris dan Elizabeth R.Click, 2010, The Effect
of a Holistic program on Health-promoting Behaviors in Hospital registered Nurses, Journal of
Holistic Nursing, American Holistic Nurses Association, vo. XX No. X, 2010, Hlm. 1-9.

Fakih, M. 2012. Aspek Keperdataan dalam pelaksanaan Tugas Tenaga Keperawatan di Bidang pelayanan
Kesehatan di propinsi Lampung. Yogyakarta: Disertasi Program Doktor Ilmu Hukum Universitas
Gadjah Mada.

Guwandi, J. 2003. dokter, pasien, dan Hukum, Jakarta: Penerbit Fakutas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Haryanto. 2007. Konsep dasar Keperawatan dan pemetaan Konsep, Jakarta:Penerbit Salemba Medika.

Iyer, Patricia, W. 2006. Nursing process and Nursing diagnosis. Philadelphia. London. Toronto. Mexico
City. Rio de Janeiro. Sidney. Tokyo Hongkong: W.B. Saunders Company.

Jenie, Siti Ismijati. 1994. Berbagai Aspek Keperdataan di dalam Hukum Kesehatan. Yogyakarta: Fakultas
Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Kalisch J. Beatrice, Hyumhwa Lee dan Monica Raochman, 2010. Nursing Staff teamwork and Job
Satisfaction. Journal of Nursing Management No.18, 2010, Hlm. 938-946.

Komalawati, veronica. 1989. Hukum dan Etika dalam praktik dokter. Jakarta: Penerbit Pustaka Sinar
Harapan.

Koeswadji, Hermien Hadiati. 1998. Hukum Kedokteran (Studi Tentang Hubungan Hukum dalam Mana
dokter Sebagai Salah Satu pihak). Jakarta: Penerbit Citra Aditya Bakti.

142 Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Kedudukan Hukum Tenaga Keperawatan ...
Kusnanto. 2004. profesi dan praktik keperawatan profesional, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Potter, Patricia A., dan Anne G. Perry. 2009, Fundamentals of Nursing (Fundamental Keperawatan).
Penerjemah dr.Adrina Ferderika. Edisi 7 Buku 1. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Praptianingsih, Sri. 2006. Kedudukan perawat dalam Upaya pelayanan Kesehatan di rumah Sakit.
Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada.

Siegler Eugenia L dan Fay W Whitney. 2000. Kolaborasi perawat-dokter. Jakarta: Penerbit, Buku
Kedokteran EGC.

Soekanto, Soerjono dan Herkutanto. 1987 pengantar Hukum Kesehatan. Bandung: Penerbit Remadja
Karya.

Soekanto, Soerjono. 1986. Tanggung Jawab perdata dari pembantu dokter, dalam Bunga rampai Hukum
dan profesi Kedokteran dalam Masyarakat Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Liberty.

Subekti. 2007. Aneka perjanjian, Bandung: Penerbit Alumni.

Wiradharma, Danny. 2006, Hukum Kedokteran. Jakarta: Penerbit Binarupa Aksara.

Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Kedudukan Hukum Tenaga Keperawatan ... 143

Anda mungkin juga menyukai