Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS JURNAL

Efektivitas Active Cycle Of Breathing Terhadap Penurunan


Keluhan Sesak Nafas Pada Penderita Tuberkolosis Paru

OLEH

Auliyaa Nur Rahmah


841718004

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh Mycrobacterium Tuberculosis. Mycrobacterium tuberculosis masih
menjadi penyakit pembunuh terbanyak diantara penyakit menular. Di tahun
2016 ditemukan 10 juta kasus aktif dan 1,7 juta pasien meninggal diakibatkan
oleh tuberkulosis (WHO, 2017).
Menurut data World Health Organization (WHO) Global
Tuberkulosis Report (2016) Indonesia menempati posisi kedua dengan beban
TBC tertinggi didunia. Berdasarkan data dari WHO 2017 diperkirakan ada
1.020.000 kasus di indonesia dan baru terlaporkan ke kementrian kesehatan
sebanyak 420.000 kasus.
Individu yang terinfeksi tuberkulosis akan mengalami gejala-gejala
yang berhubungan dengan obstruksi saluran pernafasan. Penderita
Tuberkulosis akan mengalami sesak yang disebabkan oleh penumpukan
mukus disaluran pernafasan, penderita tuberkulosis juga akan mengalami
batuk sebagai respon tubuh untuk mengeluarkan mukus di jalan nafas
(Santosa, Teguh, & Widjaja, 2014). Mukus merupakan produk dari infeksi
atau proses patologi penyakit yang harus dikeluarkan dari jalan nafas agar
diperoleh hasil pengurangan sesak nafas, pengurangan batuk dan perbaikan
pola nafas (Desianti, Burhan, & Ratnawati, 2017).
Terapi yang sering digunakan untuk mengatasi sesak pada penderita
TBC salah satunya adalah penggunaan alat nebulizer yang menggunakan obat
ventoline. Ventoline sendiri berfungsi sebagai bronkodilator untuk
mempermudah pengeluaran mukus yang menyebabkan sesak pada penderita
tuberculosis. Pengobatan TBC dengan menggunakan terapi nebulizer
(ventoline) hanya dapat digunakan dalam jangka waktu pendek karena
penggunaan ventoline secara terus menerus dapat menyebabkan penurunan
tonus dinding saluran pernafasan dan memburuknya ventilasi dikarenakan
perfusi yang tidak sesuai (Santosa, Teguh, & Widjaja, 2014).

2
Oleh karena itu perawat perlu melakukan tindakan mandiri
keperawatan yang mampu mengurangi sesak napas pada pasien TBC selain
melakukan terapi menggunakan nebulizer ventoline. Salah satu bentuk
pelayanan kesehatan non farmakologi yang dapat membantu penderita
tuberkulosis untuk mengurangi keluhan sesak dan memperbaiki pola
napasnya adalah dengan metode active cycle of breathing technique (ACBT).
Metode Active Cycle Of Breathing Technique(ACBT) merupakan
salah satu tehnik terapi dada yang berfungsi membersihkan saluran
pernafasan (Lestari, 2015). ACBT bertujuan untuk membersihkan jalan nafas
dari mukus agar diperoleh hasil pengurangan sesak nafas, pengurangan batuk
dan perbaikan pola nafas. (Huriah & Ningtias, 2017)
Latihan pernafasan active cycle of breathing technique (ACBT) terdiri
atas 3 urutan pernafasan yang pertama adalah breathing control, kemudian
thoracic expansion exercise dan forced expiration technique. pada breathing
control pernafasan dikontrol seperti pernafasan orang normal dengan inspirasi
3 detik dan ekpirasi 2 detik sehingga udara yang masuk dan keluar paru lebih
maksimum dilakukan 3-5 kali pengulangan. Dilanjutkan dengan thoracic
expansion exercise pada tahap ini dada di kembangkan dengan menahan nafas
selama 4 detik sebelum dihembuskan hal ini bertujuan untuk mengembangkan
rongga toraks, peningkatan volume paru dan mereekspansi jaringan paru
dilakukan 3-5 kali pengulangan. Forced expiration technique adalah
hembusan nafas kuat tanpa menutup glotis.(Sukratini, Sriyono & Sasmita,
2015).
Terapi rehabilitasi paru-paru dengan active cycle of breathing
technique (ACBT) ini adalah cara yang sangat mudah dilakukan, tanpa
memerlukan alat bantu apapun, dan juga tanpa efek negatif seperti pemakaian
obat-obatan (Lubis, 2016).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
analisis jurnal tentang “Efektivitas Active Cycle Of Breathing Terhadap
Penurunan Keluhan Sesak Nafas Pada Penderita Tuberkolosis Paru”.

3
1.2 Tujuan
Mendeskripsikan Efektivitas Active Cycle Of Breathing Technique
Terhadap Penurunan Keluhan Sesak Nafas Pada Penderita Tuberkolosis Paru
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Bagi Program Studi Profesi Ners, diharapkan analisis jurnal ini dapat
dijadikan sebagai perkembangan teori yang dapat diterapkan dalam teori
tambahan dan aplikasi dalam asuhan keperawatan medikal bedah.
1.3.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Program Studi Profesi Ners
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan teori dan bahan
bacaan tentang keperawatan medikal bedah.
b. Bagi Perawat
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan
bagi perawat dalam asuhan keperawatan medikal bedah.
c. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi masukan bagi Rumah
Sakit dalam melaksanakan penatalaksanaan asuhan keperawatan
medikal bedah khususnya di ruang Tropik/Infeksi.

4
BAB II
METODE DAN TINJAUAN TEORITIS
2.1 Metode Pencarian
Analissi jurnal ini menggunakan metode pencarian jurnal, yaitu
1. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan alamat situs :
www.pnri.go.id
2. International Journal of Engineering Science dengan alamat situs :

https://science direct.com

3. Google Cendekia dengan alamat situs: https://scholar.google.co.id

4. https://www.ncbi.nlm.nih.gov

2.2 Konsep Tentang Tinjauan Teoritis


2.2.1 Penyakit Tubekulosis (TBC)
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit infeksi saluran pernafasan
bagian bawah. Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme
Mycrobacterium tuberkulosis, yang biasanyan ditularkan melalui inhalasi
percikan ludah (droplet), dari satu individu ke individu lainnya dan
membentuk kolonisasi si bronkiolus atau alveolus. Kuman juga dapat masuk
ketubuh melalui saluran cerna, melalui ingesti susu tercemar yang tidak
dipasteurisasi (Corwin, 2009).
Individu yang terinfeksi tuberkulosis akan mengalami gejala-gejala yang
berhubungan dengan obstruksi saluran pernafasan. Penderita Tuberkulosis
akan mengalami sesak yang disebabkan oleh penumpukan mukus disaluran
pernafasan, penderita tuberkulosis juga akan mengalami batuk sebagai respon
tubuh untuk mengeluarkan mukus di jalan nafas (Santosa, Teguh, & Widjaja,
2014).
Mukus merupakan produk dari infeksi atau proses patologi penyakit
(Desianti, Burhan, & Ratnawati, 2017). Mukus hasil inflamasi seringkali
merupakan penyebab dari meningkatnya jumlah dan ukuran sel goblet (sel
yang berperan dalam produksi lendir) juga kelenjar mukus, sehingga terjadi
peningkatan sekresi kelenjar mukus, serta terganggunya motilitas silia. Selain

5
itu, terjadi penebalan sel-sel otot polos dan jaringan penghubung (connective
tissue) pada saluran napas (Williams dan Bourdet, 2014). Penebalan
mengakibatkan berkurangnya luas permukaan membran pernafasan total dan
menyebabkan kerusakan jaringan paru yang hebat (Huriah & Ningtias, 2017).
Inflamasi dapat terjadi pada saluran napas sentral maupun periferal.
Apabila terjadi inflamasi kronik maka akan menghasilkan kerusakan berulang
yang akan menyebabkan luka dan terbentuknya fibrosis paru. Penurunan
volume ekspirasi paksa (FEV1) merupakan respon terhadap inflamasi yang
terjadi pada saluran napas sebagai hasil dari abnormalitas perpindahan gas ke
dalam darah dikarenakan terjadi kerusakan sel parenkim paru. Kerusakan sel-
sel parenkim paru mengakibatkan terganggunya proses pertukaran gas di
dalam paru-paru, yaitu pada alveoli dan pembuluh kapiler paru-paru
(Williams dan Bourdet, 2014).
2.2.2 Active Cycle Breathing Technique
Active Cycle Of Breathing Technique (ACBT) merupakan salah satu
tehnik terapi dada yang berfungsi membersihkan saluran pernafasan akibat
akumulasi mukus karena proses patologis sehingga saluran pernafasan akan
bersih dan penderita akan bernafas dengan lebih nyaman (Lestari, 2015).
ACBT bertujuan untuk membersihkan jalan nafas dari mukus agar
diperoleh hasil pengurangan sesak nafas, pengurangan batuk dan perbaikan
pola nafas (Huriah & Ningtias, 2017).
Latihan pernafasan active cycle of breathing technique (ACBT) terdiri
atas 3 urutan pernafasan yaitu :
1. Breathing control
Responden diposisikan duduk rileks diatas tempat tidur atau kursi,
kemudian dibimbing untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi. Pernafasan
dikontrol seperti pernafasan orang normal dengan inspirasi 3 detik dan
ekpirasi 2 detik sehingga udara yang masuk dan keluar paru lebih
maksimum dilakukan 4-5 kali pengulangan.

6
2. Thoracic expansion exercise
Masih dengan posisi duduk yang sama, pada tahap ini dada di
kembangkan dengan menahan nafas selama 4 detik sebelum dihembuskan
secara pelan hal ini bertujuan untuk mengembangkan rongga toraks,
peningkatan volume paru dan mereekspansi jaringan paru. langkah ini
dilakukan 3-5 kali pengulangan
3. Forced expiration technique
Setelah melakukan 2 langkah diatas, selanjutnya responden diminta
untuk mrngambil nafas dalam secukupnya lalu mengkontraksi otot
perutnya untuk menekan nafas saat ekspirasi dan menjaga mulut serta
tenggororkan tetap terbuka. Huffing dilakukan 2-3 kali dengan cara yang
sama, lalu diakhiri dengan batuk efektif.

7
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Author Judul Metode Hasil Source
Titin Active Cycle Quasi Terdapat Google
Sukartini, Of Breathing Experimental perbedaan scholar
sriyono, menurunkan purposive hasil post
Iwan Widia keluhan sesak sampling latihan nafas
Sasmita nafas pada pre–post test active cycle of
penderita design brething yang
tuberkulosis signifikan
paru terhadap
keluhan sesak
nafas antara
kelompok
perlakuan dan
kelompok
kontrol dengan
hasil uji mann-
whitney U-Test
(p=0.010)
Titih Pengaruh Quasi Hasil analisis Google
Huriah, Dwi Active Cycle Experiment statistik scholar
Wulandari Of Breathing dengan pre– menunjukkan
Ningtias Technique post test bahwa latihan
Terhadap design with ACBT
Penigkatan control memberikan
Nilai VEP!, group pengaruh yang
Jumlah Mukus signifikan
dan Monilisasi terhadap
Sungkar jumlah mukus
Thoraks dan ekspansi
Pasien PPOK thoraks pada
kelompok
intervensi dari
pada kelompok
kontrol yang
tidak diberikan
ACTBT
dengan p <
0.004.
Titin Pernafasan Quasi Hasil Google
Sukartini, Active Cycle Experimental penelitian scholar
sriyono, Of Breating purposive menunjukkan
Iwan Widia meningkatkan sampling bahwa terdapat
Sasmita Aliran pre–post test perbedaan
Ekspirasi design yang signifikan
Maksimum hasil post

8
Penderita PEFR antara
Tuberkulosis kelompok
Paru perlakuan dan
kelompok
kontrol dengan
hasil uji
statistik
menggunakan
Independent-
Ttes (p-0.020).
Hesham Comparison True Terdapat International
Abdelhalim, between active experiment perbandingan Journal of
heba cycle of dengan one terkait skor Engineering
Aboelnaga, breathing with group pre dyspnea Science
Karim postural test - post MMRC
Fathy drainage test sebelum dan
versus sesudah ACBT
conventional menggunnakan
chest Paired T-test
physiotherapy (t=6,325,
in subject with p=0.000)
bronchiectasis
Shereen Impact Of Cohort Index dispnea Scopemed
Hamed, Active Cycle design pre dan post
Walid Breathing perawatan ada
Kamal, technique On perbedaan
Karim Fungsioanl yang signifikan
Ahmed Capacity In dimana nilai
Patient With rata-rata pra-
Bronchiectasis perawatan
(100.73 ±
14.91) dan
untuk post
perawatan
adalah (71.53
± 15.58)
dimana nilai t=
10.25 dan nilai
p= 0.0001. dan
presentasi
adalah 28.98%.

9
3.2 Pembahasan
Pada penelitian yang berjudul “Active Cycle Of Breathing
menurunkan keluhan sesak nafas pada penderita tuberkulosis paru” yang teliti
oleh Tintin et al didapatkan bahwa latihan active cycle of breathing dapat
menurunkan sesak nafas. Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian bahwa
terdapat perbedaan post respiratory rate (RR) yang signifikan antara
kelompok pelakukan dengan kelompok kontrol dengan hasil uji statistik
independent t-test (p = 0.008) begitu pula post tes untuk keluhan sesak nafas
terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol denga hasil uji statistik Mann-whitney U-Test (p = 0.10). Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Titih yang berjudul “Pengaruh
Active Cycle Of Breathing Technique Terhadap Penigkatan Nilai VEP1,
Jumlah Mukus dan Monilisasi Sungkar Thoraks Pasien PPOK” dimana hasil
penelitian ini memperlihatkan bahwa latihan ACBT memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap jumlah sputum dan ekspansi toraks kelompok
intervensi daripada kelompok kontrol yang tidak diberi ACBT dengan nilai p
= 0.026 untuk jumlah sputum dan p = 0.004 untuk ekspansi toraks.
Dalam hal durasi latihan active cycle of breathing kelima penelitian
ini menggunakan waktu penelitian yang berbeda-beda, dimana pada
penelitian Titih (2017) latihan dilakukan 3 hari dengan durasi latihan 1 kali
sehari selama 15-20 menit. pada penelitian Tintin (2017) latihan dilakukan 1
kali sehari selama 10 hari dengan durasi latihan 20-30 menit. Sedangkan
Hesham et al (2016) latihan dilakukan 14 hari berturut-turun dengan
frekuensi 2 kali sehari dan latihan yang dilakukan oleh Shereen 3 kali /
minggu dalam 2 bulan. Walaupun pemberian durasi latihan yang berbeda-
beda hasil penelitian ini tetap menunjukkan hasil yang sama dimana latihan
active cycle of breathing yang dilakukan dapat menurunkan sesak nafas pada
klien yang mengalami infeksi pernafasan. Dari kelima penelitian yang
dilakukan dalam anlisa jurnal semua penelitian meneliti pada penyakit yang
berbeda-beda ada TBC, PPOK dan bronchiectasis tetapi penyakit-penyakit

10
ini masuk dalam penyakit infeksi saluran pernafasan dan merujuk pada 1
gejala yaitu sesak nafas.
Keluhan sesak nafas pada pasien yang mengalami infeksi pernafasan
disebabkan karena kurang terpenuhinya sirkulasi paru karena terhambatnya
compliance dan elastisitas paru serta terdapatnya sekret yang menutupi
saluran pernafasan. Latihan active cycle of breathing dapat memperbaiki
ventilasi dan oksigenasi. Otot pernafasan yang dilatih akan memungkinkan
peningkatan sirkulasi paru sehingga meningkatkan ventilasi hal ini terjadi
pada tahap breathing control. Pada tahap thoracic expansion exercise dapat
mengembangkan jaringan paru dan meningkatkan volume paru. Forced
expiration tecnique dapat mencegah terjadinya bronkospasme saluran
pernafasan dan dapat mengeluarkan sekret yang menutupi saluran pernafasan
(Sukartini, Sriyono, & Sasmita 2017).
Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Heshamet al
(2016) “Comparison between active cycle of breathing with postural drainage
versus conventional chest physiotherapy in subject with bronchiectasis”
dimana Hesham membandingkan antara ACBT dengan terapi paru
convensional, didaptkan bahwa kedua terapi ini sama-sama berpengaruh
tetapi ternyata ACBT mencapai peningkatan unggul dalam bersihan jalan
nafas tercermin dari jumlah sputum perhari yang di keluarkan sehingga dapat
mengurangi sesak pada responden (Abdelhalim, Aboelnaga, & Fathy, 2016).
Shereen et al (2015) dalam penelitiannya “Impact Of Active Cycle
Breathing technique On Fungsioanl Capacity In Patient With
Bronchiectasis” penelitian ini menggunakan desiain kohor, hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada test bejalan 6 menit terdapat perbedaan yang
signifikan dalam t-istirahat antara sebelum dan sesudah perawatan dimana
nilai dari pra-perawatan (82,26 ± 27.32) dan untuk post-perawatan (130.33 ±
43,85) dimana nilai t= 7.54 dan nilai p = 0.0001 dengan peningkatan
presentasi 58.42%. Index dispnea pre dan post perawatan ada perbedaan yang
signifikan dimana nilai rata-rata pra-perawatan (100.73 ± 14.91) dan untuk
post perawatan adalah (71.53 ± 15.58) dimana nilai t= 10.25 dan nilai p=

11
0.0001. dan presentasi adalah 28.98%. Latihan ini memudahkan perpindahan
sekret sehingga mengurangi dysnea pada pasien. Dalam penelitian ini
dijelaskan bahwa ACBT merupakan teknik latihan yang baik untuk
pembersihan saluran pernafasan dan meningkatkan kapasitas fungsional pada
responden (Elsayed, Besset, & fathy, 2015).
Tintin et al dalam penelitiannya “Pernafasan Active Cycle Of Breating
meningkatkan Aliran Ekspirasi Maksimum Penderita Tuberkulosis Paru”
mengatakan bahwa latihan nafas dapat mengaktifkan serat-serat saraf
simpatis yang sifatnya lemah, karena beberapa serat ini menembus masuk ke
bagian pusat dari paru. batang bronkus berkontak secara sangat luas dengan
norepinefrin dan epinefrin dalam sirkulasi, yang dilepaskan kedalam tubuh
oleh perangsangan simpatis dari medulla granula adrenal. Kedua hormon ini,
terutama epinefrin menyebabkan dilatasi pada batang bronkus akibat kuatnya
perangsangan pada reseptor beta. Sehingga dapat membebaskan jalan nafas
dan mengurangi sesak nafas.
3.2 Implikasi Keperawatan
Active cycle of breathing dapat dijadikan alternatif tindakan mandiri
keperawatan yang dilakukakn pasien yang tidak menimbulkan efek samping
dan mengeluarkan uang. Dimana latihan ini berpengaruh dalam penurunan
sesak akibat jumlah sekret yang meningkat pada pasien yang mengalami
infeksi saluran pernafasan.

12
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Latihan active cycle of breathing technique dapat menurunkan
keluhan sesak disebabkan karena terjadi pengeluaran mukus dari saluran
pernafasan serta meningkatkan pemasukan O2 sehigga kebutuhan oksigen
terpenuhi.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Program Studi Profesi Ners
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan teori dan
bahan bacaan tentang keperawatan medikal bedah.
4.2.2 Bagi Perawat
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan
bagi perawat dalam tindakan mandiri keperawatan yaitu latihan Active Cycle
Of Breathing Technique Terhadap Penurunan Keluhan Sesak Nafas Pada
Penderita Tuberkolosis Paru
4.2.3 Bagi Rumah Sakit
Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi masukan bagi Rumah
Sakit dalam penggunaan terapi komplementer khususnya terapi Active Cycle
Of Breathing Technique (ACBT) dapat dipertimbangkan untuk menjadi salah
satu tindakan pada pasien yang mengalami sesak akibat infeksi pada paru-
paru dalam upaya peningkatan pelayanan di Fasilitas Kesehatan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdelhalim, H. A., Aboelnaga, H. H., & Fathy, K. A. (2016). Comparison Between


Active Cycle Of Breathing with Postural Drainage Versus Conventional
Chest Physiotherapy in Subjects with Brochiectasis. Egyptian Journal Of
Chest Diseases and Tuberculosis, 157-165.

Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Desianti, Burhan, & Ratnawati. (2017). Sputum Quality And Bacteriological


Positivity Comparison Between Intervention Of Individually Guided Active
Cycle Breathing Technique (ACBT) andVideo Guided ACBT in
Tuberculosis Case Detection A Randomized Controlled Trial. American
Journal Of Respiratory and Critical Care A1166, 195.

Elsayed, S. H., Besset, W. K., & fathy, K. A. (2015). Impact Of Active Cycle Of
Breathing Technique On Functional capacity In Patient With
Bronchiectasis. International Journal Of Therapies and Rehabilitation
Research, 287-293.

Huriah, T., & Ningtias, D. W. (2017). Pengaruh Active Cycle Of breathing


Technique Terhadap Peningkatan Nilai VEP1, Jumlah Sputum dang
Mobilisasi Sangkar Thoraks Pasien PPOK. Indonesian Journal Of Nursing
Practices Vol 1 No 2, 44-54.

Lestari. (2015). Manfaat Active Cycle Of Breathing Technique bagi penderita


penyakit paru obstruksi kronik (PPOK).
http:eprints.ums.ac.id/34569/1/1.%NASKAH%PUBLIKASI.pdf

Santosa, S., Teguh, A. D., & Widjaja, J. T. (2014). Pengaruh Pemberian


Bronkodilator (Ventolin) Secara Inhalasi Terhadap Tingkat Reversibilitas
Faal Paru Penderita Asma Bronkial. JKM, Vol 4 No 1, 8-21.

Sukartini, T., Sriyono, & Sasmita, I. W. (2015). Pernafasan Active Cycle of


Breathing Meningkatkan Aliran Ekspirasi Maksimum Penderita
Tuberkulosis. Jurnal Ners.

Sukartini, T., Sriyono, & Sasmita, I. W. (2017). Active Cycle Of Breathing


Menurunkan Keluhan Sesak Nafas Penderita Tuberkulosis Paru. Jurnal
Ners, 21-25.

14
World Health Orgnization. Global Tuberculosis Report 2017. Geneva : World
Health Organization, 2017
http://www.who.int/tb/publications/global_report/en/

15

Anda mungkin juga menyukai