Anda di halaman 1dari 27

askep hemaptoe susp TB

BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernafasan dimulai dengan keluhan-
keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-
gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan
kegagalan pernafasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan
pernafasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun
demikian mortalitas  masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak
menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak
jatuh dalam kegagalan pernafasan (Depkes, 2009).
Infeksi Paru seperti TB paru, Bronkiektasis, Abses paru, Pneumonia dan
Bronkitis merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan di masyarakat.
Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru infeksi paru terjadi, di mana sekitar 1/3
penderita terdapat di sekitar puskesmas, 1/3 lagi ditemukan pada pelayanan rumah
sakit/klinik pemerintah dan swasta, praktek swasta, dan sisanya belum terjangkau oleh
unit pelayanan kesehatan. Kematian karena infeksi tersebut diperkirakan 175.000 per
tahun, di mana penderita sebagian besar adalah kelompok usia produktif dan sebagian
besar sosial ekonomi lemah 
(Depkes RI, 2009).
Penelitian yang dilakukan di RS persahabatan oleh Retno dkk pada 323 pasien
hemoptisis di IGD RS Persahabatan didapatkan penyebab hemaptoe adalah TB paru
64,43 %, bronkiektasis 16,71 % , karsinoma paru 3,4 %. Selanjutnya Penelitian Maria
terhadap 102 pasien hemoptisis yang dirawat inap dan di IGD RS Persahabatan
didapatkan bahwa penyebab hemaptoe  adalah  TB paru 75,6 %,  bekas TB paru 16,7
%, bronkiektasis 7,8 % .
Hemoptisis merupakan suatu kedaruratan medis yang memerlukan penanganan
khusus supaya tidak berakibat fatal dengan angka mortaliti hemoptisis masif 75%
disebabkan oleh asfiksia dan 70% penyebab hemoptisis di Indonesia adalah
tuberkulosis. Hemoptisis masif juga berhubungan dengan keganasan bronkopulmoner,
infeksi, trauma dan penyakit kongenital (Fitriah, dkk, 2009).
B. Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan terjadinya hemaptoe pada pasien yang  dirawat di ruang
perawatan paru RSUD Banyumas tahun 2017.
2.      Tujuan Khusus
a.       Diketahuinya angka penderita TB Paru, yang dirawat di ruang perawatan RSUD
Banyumas tahun 2017.
b.       Diketahuinya angka kejadian Hemaptoe pada pasien TB Paru yang  dirawat di
ruang perawatan RSUD Banyumas.
c.       Diketahuinya hubungan antara penderita TB Paru, dengan kejadian Hemaptoe di
ruang perawatan RSUD Banyumas tahun 2017.
C.    Ruang Lingkup Penulisan 
Penulisan malakalah ini menggunakan pendekatan sumber reverensi yang mendukung
guna mengetahui hubungan antara teori dengan kondisi sesungguhnya. Penulisan
makalah ini menggunakan lembar isian sebagai alat bantu pengumpulan data.
Kemudian data yang berhasil dikumpulkan akan dianalisis kembali. penulis
mengumpulkan data dengan melakukan wawancar langsung dengan pasien dan
keluarga yang terlibat langsung.
D.    Manfat penulisan
Penulis dapat mengetahui tentang latar belakang terjadinya penyakit hemaptoe dan
terjadinya TB pada pasien serta komplikasi yang akan tibul dan penulis dapat
melakukan implementasi asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai dengan sumber
dan pengetahuan yang ada.
E.     Sistematika penulisan
BAB I : berisi tentang PENDAHULIAN yang terdiri dari :
1.      Latar belakang : berisi tentang hal yang mendasari masalh yang timbul pada
pasien.
2.      Tujuan penulisan : berisi tentang tujuan penulis dalm membuat dan merumuskan
asuhan keperawatan.
3.      Ruang lingkup : berisi tentang teknik yang di gunakan penulis dalam penyusunan
makalah asuhan keperawatan.
4.      Manfat penulisan : bersi tentang hal-hal yang dapat di ambil dari penyusunan
asuhan keperawatan.
BAB II : berisi tentang TINJAUAN TEORI yang meliputi :
1.      Pengertian : berisi tentang masalah yang akan disusun oleh penulis.
2.      Etiologi : berisi tentang penyebab timbulnya masalh yang disusun oleh penulis.
3.      Tanda dan gejal : berisi tentang tanda dan gejala yang tibul pada masalh yang aka
di susun oleh penulis.
4.      Patofisiologi/pathways : berisi hal yang dapat menyebabkan terjadinya masalah
yng akan di susun oleh penulis.
5.      Pemeriksaan penunjang : berisi hasil dari pemeriksaan tambahan yang
mendukung penegakan diagnostik.
6.      Penatalaksanaan : berisi tentang tindakan yang akan di lakukan dan yang sesuai
dengan data yang mendukung.
7.      Diagnosa keperawatan dan fokus intervensi : berisi tentang penegakan diagnosa
dari data yang di dapatkan dari pengkajian pada pasien.
BAB III : berisi tentang TINJAUAN KASUS yang meliputi :
1.      Pengkajian : berisi tentang data yang berkaitan tentang keluhan pasien sampai
timbul masalah yang akan di lakukan tindakan keperawatan.
2.      Analisa data : berisi tentang kumpulan data yng menjadi data awal dan penunjang
timbulnya masalah keperawatan.
3.      Perumusan diagnosa : berisi tentang penegakan diagnosa keperawatan yang sesuai
dengan data yang di dapatkan langsung dari pasien.
4.      Perencanaan : berisi tentang rencana yang akan di lakukan pada pasien guna
melaksanakan asuahan keperawatan.
5.      Implementasi : berisi tentang tindakan yang di laksanakan pada pasien
6.      Evaluasi : berisi tentang pemantauan keberhasilan tindakan yang telah di lakukan

BAB IV : berisi tentang PEMBAHASAN yang meliputi :


1.      Pengkajian : berisi tentang data pasien  yang berkaitan tentang keluhan pasien
sampai timbul masalah yang akan di lakukan tindakan keperawatan.
2.      Analisa data : berisi tentang kumpulan data yng menjadi data awal dan penunjang
timbulnya masalah keperawatan.
3.      Perumusan diagnosa : berisi tentang penegakan diagnosa keperawatan yang sesuai
dengan data yang di dapatkan langsung dari pasien.
4.      Perencanaan : berisi tentang rencana yang akan di lakukan pada pasien guna
melaksanakan asuahan keperawatan.
5.      Implementasi : berisi tentang tindakan yang di laksanakan pada pasien
6.      Evaluasi : berisi tentang pemantauan keberhasilan tindakan yang telah di lakukan
BAB V : berisi tentang PENUTUP yang terdiri dari :
1.      Kesimpulan : berisi tentang kesimpulan masalah yang di bahas oleh
penulis.
2.      Saran : berisi tentang pesan penulis yang akan di di jujukan kepada
pembaca maupun pada rekan sejawat dan intitusi lainya.
Daftar pustaka : berisi tentang sumber yang di gunakan penulis dalm
penyusunan asuhan keprawatan
Lampiran : berisi tentang data asli yang di lampirkan kembal

BAB II
TINJAUAN TEORI
A.    Pengertian
            Hemaptoe (batuk darah) adalah darah yang di batukan yang berasal dari
saluran pernafasan bagian bawah,di katakana batuk darah massif apabila jumlah darah
yang keluar ,< 600 ml dalam waktu 24 jam hemaptoe adalah ekspetorasi darah/mucus
yang berdarah ( Anonimous,2012 ).
            Babatuk darah atau yang dalam istilah kedokteran di sebut dengan hemoptisis
adalah ekspetorasi darah akibat perdarahan pada saluran nafas bawah laring atau
perdarahan yang keluara ke saluaran nafas bawah .batuk darah merupakan tanda atau
gejala penyakit dasar,maka penyebabnya harus segera di temukan dengan
pemeriksaan yang seksama ( Dzen,2009 ).
            Hemaptoe (hemaptisis ) adalah batuk dengan sputum yang mengandung darah
yang berasal dari paru atau percabangan bronkus ( Kusmiati dan Laksmi,2011 ).
B.     Etiologi
Penyebab hemoptisis secara umum dapat di bagi menjadi empat yaitu
infeksi,neoplasma,kelainan kardiovaskuler dan hal lainya infeksi adalah penyebab
tersering hemoptisis,tuberculosis adalah infeksi yang menonjol pada
tuberculosis,hemoptisis dapat di sebabkan oleh kavitas aktif atau oleh proses
inflamasi tuberculosis di jaringan paru apabila tuberculosis berkembang menjadi
fibrosis dan perkinjuan dapat menjadi aneurisma arteri pulmonalis dan bronkiektasis
yang akan mengakibatkan hemoptisis.
Darah yang keluar dapat tercampur oleh sisa makanan lain warna darah bisa
merah segar atau kehitaman,sedangkan pada batuk berdahak darah berasal dari
saluran pernafasan.warna darah merah segara dn tampak tercampur lender dan
tampak berbusa karena adanya gelembung-gelembung udara.
C.    Tanda dan gejala / manifestasi klinis
            Saluran nafas yang di lalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus
dan alveoli, di dalamnya terdapat suatu system yang sedemikian rupa yang dapat
menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli.terdapat juga suatu system pertahana
yang  memeungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk dapat di keluarkan
dengan baik melalui batuk ataupun bersin,paru-paru di bungkus dengan plura,plura
ada yang menempel langsung pada paru-paru yang di sebut plura visceral,sedangkan
plura yang menempel pada dinding rongga dada disebut plura parietal.Adapun tanda
dan gejalanya yaitu sebagai berikut :
1)      Batuk darah
          Pada setiap saluran ini terdapat pembuluh darah, umumnya terjadinya
perdarahan karena robeknya saluran pernafasan sehingga pembuluh darah di
bawahnya ikut robek dan darah menjadi keluar adanya cairan darah
kemudian di keluarkan oleh adanya batuk.
( Azizah,2009 )
2)      Sesak nafas
          Karena adanya tahanan atau ketidak bersihan jalan nafas yang
menyumbat jalan nafas menjadi tidak bersih yang menjadikan sesak nafas (
Azizah,2009 ).
3)      Riwayat perokok dan minuman beralkohol
          Riwayat merokok dapat menyebabkan sesak nafas karena seorang yang
memiliki riwayat merokok yang menahun pada pembuluh darah menyempit
di karenakan adanya flag-flag di pembuluh darah ketika menyempit oksigen
yang mengalir akan mengurang.

4)      Penyakit TBC (tuberculosis)


            Batuk darah adalah salahsatu dari sekian gejala TBC,tapi biasanya merupakan
gejala lanjut.Perbedaan batuk darah karena TBC dengan penyakit lain yaitu TBC
biasanya di sertai keluhan lainya,seperti napsu makan menurun demam yang tidak
terlalu tinggi,badan terasa lebih berkeringat sedangkan batuk darah karena penyakit
lain tanpa gejala hanya batuk darah biasa yang di sebabkan karena kelaina jantung
atau karena infeksi lainya.
D.    patofisiologi / pathways
            Hemoptisis disebabkan oleh satu atau lebih dari kerusakan berikut ,kerusakan
pembuluh darah, hipertensi, pulmonum hebat, dan masalah pembekuan
darah,kerusakanpembuluh darah dapat di sebabkan oleh peradangan, nekrosis,
neoplasia atau truma. Hipertensi pulmo umumnya di sebabkan oleh troboembolisme 
pulmonum gangguan ventrikuler kiri gangguan pembekuan darah di akibatkan oleh
abnormalitas factor pembekuan atau platelet.
            Hemoptisis menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah sedikit tetapi jika
belangsung kronois dapat berkembang menjadi anemia, aspiksasi dan hipovolemia.
Saluran nafas terdiri dari bebagai saluran yang di mulai dari rongga hidung sampai
saluran kecil alveoli di paru-paru,pada setiap salalu ini tyerdapat pembuluh darah
umumnya menyebabkan perdarahan sehingga terjadi batuk darah adalah karena
robeknya lapisan saluran pernafasan sehingga pembuluh darah di bawahnya ikut
robek sehingga darah mengalir keluar.
Batuk darah masif /banyak ( > 200 cc atau lebih dari Satu gelas belimbing ) dapat
mengganggu saluran pernafasan dan mwerupakan indikasi untuk segera kerumah
sakit kondisi ini membahayak karena darah dapat menymbat saluran pernafasan dan
menimbulkan kematian.
              

  Pathways

E.     pemeriksaan penunjang
A.    Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan suhu tubuh bika panas maka ada proses peradangan
Auskultasi :
terdengar suara rales kemungkinan menunjukan lokasi adanya aspirasi,ronki
menetap,wheezing lokal,kemungkinan penyumbatan oleh ca,dan pembekuan
darah.friction rub : emboli paru,infark paru.
Clubing finger : bronkiektasis.neoplasma.
B.     Labolatorium
Pemeriksaan hemoglobin
Pemeriksaan faal hemeostasis dan lainya
C.     Radiologi
Pemeriksan rongen thorak AP/PA lateral
Pemeriksaan CT_Scan
D.    Pemeriksaan khusus
·         Mematikan asal darah,perdarahan berulang,jumlah darah,warna
darah dan lama perdarahan
·         Pemeriksaan seputum,bakteriologi,dan sitologi
·         Bronkoskopy

F.     penatalaksaan
a.       tujuan umum
1.      membersihkan jalan nafas
2.      mencegah aspirasi
3.      menghentikan perdarahan dan dan pengobatan penyakit dasar
b.      konservative
hemaptoe sedikit  ( < 200 ml/24 jam ) dapat berhenti dengan pengobatan
farmakologi : pemberia obat codein deorin penyakit dasar badrest total,tenang
c.       tindakan invasif
rigit bronkoskopi,mebuka jalan nafas,pemasangan endotrakeal untuk suction darah
lebih mudah

G.    pengkajian
1.      Riwayat kesehatan dahulu :
Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit pernafasan klien. Secara
umum perawat menanyakan tentang : Riwayat merokok : merokok
merupakan penyebab penting kanker paru-paru, emfisema dan bronchitis
kronik. Semua keadaan itu sangat jarang menimpa non perokok.
2.      Riwayat kesehatan keluarga
Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-paru
sekurang-kurangnya ada tiga, yaitu:
a.       Penyakit infeksi tertentu: khususnya tuberkulosa, ditularkan
melalui satu orang ke orang lainnya; jadi dengan menanyakan riwayat
kontak dengan orang terinfeksi dapat diketahui sumber penularannya.
b.      Kelainan alergis, seperti asthma bronchial, menunjukkan suatu
predisposisi keturunan tertentu; selain itu serangan asthma mungkin
dicetuskan oleh konflik keluarga atau kenalan dekat.
c.       Pasien bronchitis kronik, mungkin bermukim di daerah yang
polusi udaranya tinggi. Tapi polusi udara tidak menimbulkan
bronchitis kronik, hanya memperburuk penyakit tersebut.
3.      Pemeriksaan Fisik
a.       Inspeksi :
Pemeriksaan dada dimulai dari thorax posterior, klien pada posisi duduk.
Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainnya.
Tindakan dilakukan dari atas (apex) sampai ke bawah.Inspeksi thorax
poterior terhadap warna kulit dan kondisinya, skar, lesi, massa, gangguan
tulang belakang seperti : kyphosis, scoliosis dan lordosis.
b.      Palpasi
Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan
mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi). Palpasi thoraks untuk
mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti : massa,
lesi,bengkak. Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien mengeluh
nyeri. Vocal premitus : getaran dinding dada yang dihasilkan ketika
berbicara.
c.       Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ
yang ada disekitarnya dan  pengembangan  (ekskursi) diafragma. Jenis
suara perkusi: Suara  perkusi normal: Resonan (Sonor): bergaung, nada
rendah. Dihasilkan pada jaringan paru normal. Dihasilkan di atas bagian
jantung atau paru. Suara Perkusi Abnormal: Hiperresonan Flatness:
bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul pada
bagian paru    yang    abnormal berisi   udara.

d.      Auskultasi
Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup mendengarkan
suara nafas normal, suara tambahan  (abnormal),
a.       Vesikular : terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi.
Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi  terdengar seperti
tiupan. Suara nafas tambahan
b.      Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan
karakter suara nyaring, musikal, suara terus menerus yang
berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yang menyempit.
c.       Ronchi : terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter
suara terdengar perlahan, nyaring, suara mengorok terus-menerus,
berhubungan dengan sekresi kental dan  peningkatan produksi sputum.
d.      Pleural friction rub : terdengar saat inspirasi dan ekspirasi.
Karakter suara : kasar, berciut, suara seperti gesekan akibat dari
inflamasi pada daerah pleura. Sering kali klien juga    mengalami    
nyeri   saat   bernafas  dalam.
e.       Crackles Fine crackles : setiap fase lebih sering terdengar saat
inspirasi. Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati
daerah yang lembab di alveoli atau bronchiolus. Suara seperti    
rambut  yang digesekkan.
f.       Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara
lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau
sekresi pada jalan nafas yang besar. Mungkin  akan berubah  ketika
klien batuk.

4.      Pengkajian Psikososial
Kaji tentang aspek kebiasaan hidup klien yang secara signifikan berpengaruh terhadap
fungsi respirasi. Beberapa kondisi respiratory timbul akibat stress. Penyakit
pernafasan kronik dapat menyebabkan perubahan dalam peran keluarga dan hubungan
dengan orang lain, isolasi sosial, masalah keuangan, pekerjaan atau ketidakmampuan.
Dengan mendiskusikan mekanisme koping, perawat dapat mengkaji reaksi klien
terhadap masalah stres psikososial dan mencari  jalan keluarnya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.            bersihan jalan nafas berhubungan dengan lingkingan (merokok) obstruksi
jalan nafas (materi asing dalam jalan nafas). (Nanda, 2017)
NOC (tujuan keperawatan)
Respiratory Status : Ventilation Respiratory Status : Airway Patency
·         Klien bisa mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas
yang bersih, tidak ada sianosis, dan dypsneu (mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
·         Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa
dadanya tertekan,irama nafas,frekuensi pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas abnormal)
·         Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan nafas.
NIC (rencana tindakan) Airway Management
a.       Buka jalan nafas,gunakan tekhnik chinlift atau jaw thrust bila
perlu  
b.      Posisikan pasien untuk memaksimalakan ventilasi
c.       Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
d.      Lakukan fisioterapi dada bila perlu
e.       Keluarkan secret dengan batuk atau suction
f.       Auskultasi suara nafas,catat adanya suara tambahan
g.      Berikan bronkodilator bila perlu
h.      Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml per hari
i.        Monitor respirasi dan identifikasi pemberian O2
j.        Kolaboras pemberian oksigen dan obat – obatan sesuai dengan
indikasi
Airway Suction
a.       Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning
b.      Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
c.       Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan
d.      Berikan O2 dengan menggunakan nasal  untuk memfasilitasi
suction nasotrakeal  
e.       Gunakan alat yang steril setiap melakukan melakukan tindakan
f.       Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam setelah catheter
dikeluarkan dari nasotrakeal
g.      Monitor status oksigen pasien
h.      Ajarkan keluarga klien bagaimana cara melakukan suction
i.        Hentikan suction dan berikan oksigen apabila oksigen apabila
pasien menunjukkan bradikardi,peningkatan saturasi O2,
2.            Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen dalam tubuh. (Nanda, 2017)
NOC (tujuan keperawatan)
Energy conservation
·         Dapat melakukan aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan RR.
·         Mampu  melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri (mandi,
berpakaian, toileting, berjalan, makan).

NIC (rencana keperawatan)


Energy Management :
a.       Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
aktivitas.    
b.      Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas.
c.       Monitor tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien.
d.      Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara
berlebih   
e.       Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat Activity
Therapy: Menentukan penyebab intoleransi aktivitas.
f.       Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medic dalam
merencanakan program terapi yang tepat.
g.      Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
h.      Pantau respon kardiopulmonal sebelum dan sesudah
beraktivitas.
i.        Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang di inginkan
j.        Ajarkan kepada klien bagaimana bagaimana menggunakan
teknik pernafasan ketika beraktivitas.
k.      Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas (kursi
roda,krek)
l.        Bantu klien untuk membuat jadwal latihan di wakatu luang
m.    Monitor respon fisik,emosi social,dan spiritual
3.            Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
 (Nanda, 2017)
NOC (tujuan keperawatan)
Knowledge deseases proses
·         Klien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan.
·         Klien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar.
·         Klien dan keluarga memapu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesahatan lainnya.
NIC (rencana keperawatan)
Teaching : disease Process
a.       Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
proses penyakit yang spesifik
b.      Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
tepat.
c.       Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
penyakit, dengan cara yang tepat
d.      Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
e.       Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
f.       Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara
yang tepat
g.      Hindari jaminan yang kosong
h.      Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat.
i.        Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit.
j.        Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
k.      Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan.
l.        Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara
yang tepat
m.    Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat.
n.      Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara
yang tepat.
BAB III
TINJAUAN KHUSUS

Dalam bab ini penulis membahas tentang asuhan keperawatan pada Tn.K yang
dimulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.penulis mengaitkan data subjektif
tentang pasien dengan diagnose medis hemaptoe susp TB yang di mulai dari tanggal
01 agustus 2017.
A.    Pengkajian
Penulis melakukan pengkajian pada Tn.K di mulai pada tanggal 01 agustus
sampai dengan tanggal 3 agustus 2017 di ruang cempaka RSUD BANYUMAS
penulis melakukan pengkajian dengan menggunakan teknik wawancara langsung
pada pasien dan di dapatkan data focus sebagai berikut : Nama : Tn.K, umur : 66
Tahun, Jenis kelamin : laki-laki, Status : pasien telah menikah, Alamat : Tanjung
jatilawang rt 06 rw 05, Agama : Islam, Suku/bangsa : Jawa, pendidikan : SMP,
Pekerjaan : Kuli bangunan di Jakarta, tanggal masuk : 01 agustus 2017, Diagnose
medis : Hemaptoe.
1.      Riwayat kesehatan
a.       Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengeluh batuk berdahak sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit jika batuk
batuk berdarh awalnya kental berwarnamerah kecoklatan kemudian saat msuk
rumahsakit batuk berdarah berwarna merah encer,pasen demam,pasien batuk sudah
lam sejak 2 minggu lalu namun tidak berdarah.Keluhan utama : sesek nafas, Keluhan
tambahan : batuk berdahak, susah tidur, demam, susah beraktivitas. Riwayat penyakit
dahulu : pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit yang saat
ini di rasakan. Riwayat penyakit keluarga : pasien dan keluarga mengatakan dalam
keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang sama dengan penyakit pasien
saat ini.

2.      Pengkajian saat ini


Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan : Pasien mengatakan kesehatanya
sangat penting.Karena kesehata itu mahal harganya,pasien jika sakit langsung
periksa pada layanan kesehatan.pola nutrisi  : sebelum sakit pasien mengatakan
makan kurang lebih 3 x sehari dengan porsi sedang tidak ada masalah napsu
makan. Selama sakit pasien mengatakan susah makan, makan hanya sedikit
rasanya sudah tidak enak. Pola eliminasi : sebelum sakit pasien mengatakan BAK
kurang lebih 6 x sehari dan BAB 3 sampai 4 x sehari. sedangkan selama sakit
pasien mengatakan BAB dan BAK mengalami sedikit perubahan karena pasien
tidak napsu makan dan minum. Pola latihan dan aktivitas : sebelum sakit pasien
mengatakan tidak mengalami gangguan pasien bekerja sebagai kuli banguna di
Jakarta.selama sakit pasien mengatakan sulit beraktivitas mandiri badan terasa
berat dan dadanya terasa sesak.
  Table 3.1
Kemampuan perawatan diri                                       0      1       2        3       4

Makan /minum                                                                
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas ditempat tidur
Ambulasi / ROM
                 Jumlah                                                                               10

 Keterangan :
0 : mandiri
1 : denan bantuan alat
2 : dengan bantuan orang lain
3 : dengan bantuan alat dan orang lain
4 : ketergantungan total
Pola persepsi sensasi dan kognitif : sebelum sakit pasien mengatakan tidak ada
gangguan persepsi pancainda pasien memiliki alergi terhadap semen bangunan.selama
sakit : pasien mengatakan tidak ada perubahan pada panca indranya.pola istirahat dan
tidur : sebelum sakit pasien mengatakan jika dirumah mulai tidur jam 10an sampai
subuh sudah bangun jika lembur jarang tidur.selama sakit pasien mengatakan tidak
bisa tidur  karena sesak nafas sampai sakit perut dan dadanya.pola konsep diri :
sebelum sakit pasien mengatakan tidak minder dengan keadaanya sekarang karena
sedang sakit.selama sakit pasien mengatakan tidak ada perasaan minder dengan
keadaanya yang sekarang.pola hubungan peran : sebelum sakit pasien mengatakan
banyak memiliki tetangga dan menjalin hubungan dengan baik dengan tetangga dan
lingkungan sekitarnya. Selama sakit pasien hubunganya dengan lingkungan dan
tetangga masih baik hanya pasien tidak dapat ikut serta dalam kegiatan kemasyarakan
yang ada saat pasien sakit. Pola reproduksi : sebelum sakit pasien mengatakan sudah
memiliki keluarga dan memiliki anak,selama sakit pasien mengatakan tidak ada
gangguan pada organ reproduksinya hanya saja tidak dapat menjadi seorang kepala
rumah tanga karena sedang sakit. Koping stress dan toleransi : sebelum sakit pasien
mengatakan jika stress dapat mengatasinya dengan mencar hiburan, selama sakit :
pasien mengatakan masih bisa mengurangi stress denga bantuan istri dan anaknya.
Pola keyakinan dan nilai : sebelum sakit pasien mengatakan solat teratur jika ingat
selama sakit pasien mengatakan tidak menjalankan solat karena sesak.

3.      Pemeriksaan fisik
Kesadaran umum : composmeltis, kesadaran : sadar penuh, GCS : E4 M6 V5, tanda
vital : TD 130/70 mmHg, nadi 116 x/menit, RR 38x/menit, suhu 37,10c. Tinggi
badan ; 160 cm.  Berat badan : Sebelum sakit 60 kg, selama sakit 50 kg kepala :
rambut sedikit lembab tidak rontok dan  tidak ada luka tidak ada nyeri tekan tidak ada
kutu dan ketombe. Mata :simetris antara kanan dan kiri konjungtiva anemis kornra
mata tidak ada kelainan ukuran dan tidak ada dangguan melihat. Wajah : simetris
tidak ada luak dan nyeri tekan pada wajah dan tidak ada penurunan sensasi pada area
wajah. Hidung : simetris tidak ada pengeluaran cairan melalui hidung tidak ada
penuruna indra penciumanya. Mulut dan gigi : mulut bersih tidak ada stomatitis gigi
bersih ada yang tanggal gusi tidak ada yang luka. Telinga : simetris tidak ada penurun
pendengaran tidak ada sumbatan dan kotoran. Leher : tidak ada gangguan menelan
tidak ada pembengkakan kelenjar tirod dan tidak ada nyeri tekan. Dada : simetris
tidak ada nyeri tekan auskultasi bunyi redup pada apical paru terdengar suara
tambahan pada paru kana dan kiri. Abndomen : simetris tidak ada luka terdengar
bising usus tiap 2 menit tidak ada nyeri tekan terdengar bunyi tompani. Ektermitas
atas dan bawah terdapat udim dan eksudat  pada tangak karena alergi seman tidak ada
mengalami gangguan beraktifitas,pada kaki tidak ada luka tidaka ada nyeri tekan.
Genetalia : tidak ada perubahan dan penurunan sensasi.

4.      Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan labolatorium tanggal 01 agustus 2017 jam 15:16


Table 3.2
Nama        Hasil           Nilai normal                                     satuan
WBC      14,8      3,70-10,1                                                    10e3/ul
NEU       11,5      1,63-6,96   39,3-73,7                                 77,9 %
LYM      964       1,09-2,99  18,0-48,3                                   6,50 %
MONO   2,11      240-790    4,40-12,7                                   14,2 %
EOS       001        030-440  600-7,30                                      010 %
BASO    210        0,00-080  0,00-1,70                                   1,41 %

RBC       4,84      4,06-5,58                                                  10e3/ul


HGB      15,1      12,9-15,9                                                     g/dl
HCT      3,94       37,7-53,7                                                        %
MCV     81,4       81,1-96,0                                                        fl
MCH     31,3       27,0-31,2                                                         pg
MCHC  38,5       31,8-35,4                                                       g/dl
RDW    10,4       11,5-14,5                                                         %

PLT      190        155-366                                                   10e3/ul


MPV    7,80        6,90-10,6                                         fl
Table 3.3

Nama                                                         result               nilai normal               satuan


Asc :aspatate aminotranferase                    36                     0-50                              u/l
Alt   : alamn aminotranferase                      32                     0-50                              u/l
Bun : blood urea nitrigen                           20  h1                 7-15                             
mg/dl
Cre   : kreatinin                                           2,71 h1                 0,35-1,30                    
mg/dl
Na    :  natrium                                               129
K      : kalium                                                   3,5
Cl     klorida                                                      91

Pemeriksaan radiologi
Rontgen tanggal 01 agustus 2017  hasil :, Tampak konsolidasi infiltrasi di kedua paru,
Sinus dan diagfragma tertutup, Besar  co normal, Mediastinum normal sistema tulang
intake, Kesan : TB parut tk advance

5.      Program terapi
Injeksi kalnekx 500 mg per 5 jam, injeksi cefotaxime per 6 jam, injeksi ranitidine 50
mg per 6 jam, injeksi methylprednisolone 62,5 gr per 6 jam, nebulizer per 6 jam, obat
oral sabutamol ambroxoldan pamol per 5 jam

B.     Analisa data dan perumusan diagnose keperawatan


1.      Analisa data
Table 3.4
Data   Etiologi problem
Ds : pasien mengatakan sesak
nafas Akumulasi sekret Bersihan jalan nafas tidak
Do : pasien terlihat kesulitan efektif
bernafas RR 38x/menit

Ds : pasien mengatakan
susah tidur karena sesak
nafas Gejala terkait Gangguan pola tidur
Do : mata pasien terlihat  penyakit
kemerahan dan pasien
tampak mengantuk

Ds : pasien mengatakan Hambatan mobilitas fisik


susah beraktifitas Ketidak nyamanan
Do : pasien terlihat tiduran
jika ingin berpindah di bantu
keluarga

2.      Diagnose keperawatan yang mungkin muncul


a.       Gangguan pola tidur berhubungan dengan gejala terkait penyakit
b.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret
c.       Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidak nyamanan
3.      Diagnose sesuai dengan prioritas
a.       Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret
b.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidak nyamana
c.       Gangguan pola tidur berhubungan dengan gejala terkait penyakit

C.    Intervensi, Implementasi dan Evaluasi


1.      bersihan jala nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan  selama 3 x 24 jam di harapkan
masalah bersihan jalan nafas dapat teratasi dengan kriteria hasil :
ventilation respiratory status : airway patency
Tabel 3.5
Indicator IR E
R
Tidak ada sianosis 1 5
Mendemonstrasikan batuk efektif 1 5
Frekuensi nafas normal 1 5

Keterangan :
1: keluhan ektrim
2: keluhan berat
3: keluhan sedang
4 : keluhan ringan
5: tidak ada keluhan

Intervensi
Airway manajement
1.      bebaskan jalan nafas pasien dengan cara memposisikan pasien setegah duduk
( semi fowler )
2.      identifikasi pemberian oksigen pada pasien
3.      posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
4.      ajarkan cara batuk efektif yang benar
5.      auskultasi suara nafas tambahan pada pasien
6.      berikan bronkodilator bila perlu
7.      kolaborasikan dengan dokter pemberan oksigen dan brokodilator serta obat-
obatan yang sesuai indikasi pasien
Implementasi
1.      membebaskan jalan nafas pasien dengan cara memposisikan pasien setegah duduk
( semi fowler )
2.      mengidentifikasi pemberian oksigenasi pada pasien yang sesuai program terapi
3.      memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
4.      mengajarkan cara batuk efektif yang benar
5.      mendengarkan suara nafas tambahan pada pasien
6.      memberikan bronkodilator sesuai dengan program terapi
Evaluasi
S : pasien mengatakan sesak masih belum ada peruhan tetapi dahak sudah   mulai
berubah warnyanya tidak darah lagi.
O : pasien terlihat bernafas cepat, dangkal dan batuk dahak berwarna coklat
kemerahan.

A : masalah belum teratasi


Indicator IR ER  A
Tidak ada sianosis 1 5 2
Mendemonstrasikan batuk efektif 1 5 2
Frekuensi nafas normal 1 5 2
P : lanjutkan intervensi
1.      lakuan batuk efektif
2.      auskultasi suara tambahan
3.      berikan bronkodilator

2.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidak nyamanan


Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selam 3 x 24 jam di harapkan
masalah hambatan mobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil:
Ambulasi kemampuan berjalan
  Tabel 3.6
indikator IR ER
Peningkatan aktifitas 1 4
Mengerti peningkatan aktifitas 1 4
Memverbalkan peningkatan kekuatan dan kemampuan 1 4

Keterangan :
1: keluhan ektrim
2: keluhan berat
3: keluhan sedang
4 : keluhan ringan
5: tidak ada keluhan

Intervensi
Exercise therapy ambulation.
1.      Monitor vital sign sebelum dan sesudah beraktifitas.
2.      Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi.
3.      Bantu pasien dalam beraktifitas di tempat tidur.
4.      Ajarkan pasien untuk ambulansi.
5.      Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan.
6.      Menganjurkan keluarga untuk selalu mendampingi pasien.
7.      Berkolaborasi dengan fisioterapi tentang rencana ambulansi.
Implementasi
1.      Memonitor vital sign sebelum dan sesudah beraktifitas.
2.      Mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi di tempat tidur.
3.      membantu pasien dalam beraktifitas di tempat tidur.
4.      mengajarkan pasien untuk ambulansi di tempat tidur.
5.      Melatih pasien dalam pemenuhan kebutuhan.
6.      Menganjurkan keluarga untuk selalu mendampingi pasien.
7.      Berkolaborasi dengan fisioterapi tentang rencana ambulansi.
Evaluasi
S : pasien mengatakan sudah bisa ambulasi di tempat tidur.
O : pasien terlihat miring dan berganti posisi di tempat tidur.
A : masalah teratasi.                                 
indikator IR ER A Tabel 3.7
Peningkatan aktifitas 1 4 4
Mengerti peningkatan aktifitas 1 4 4
Memverbalkan peningkatan kekuatan dan kemampuan 1 4 4
P : hentikan
intervensi.

3.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan gejala terkait penyakit.


Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam di harapkan
masalah gangguan pola tidur dapat teratasi dengan criteria hasil :
Control cemas
Tabel 3.8
indikator IR ER
Jumlah tidur 1 5
Pola tidur 1 5
Perasaan fresh 1 5
Keterangan :
1: keluhan ektrim
2: keluhan berat
3: keluhan sedang
4 : keluhan ringan
5: tidak ada keluhan
Intervensi
Sleep enhanenment
1.      Kaji penyebab kesulitan tidur pasien.
2.      Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat.
3.      Fasilitasi untuk mempertahankan aktifitas.
4.      Ciptakan lingkungan yang nyaman.
5.      Berikan pengobatan disteksi relaksasi
6.      Anjurkan keluarga untuk menemani pasien
7.      Kolaborari dengan dokter terkait pemberian obat yang sesuai
Implementasi
1.      Mengkaji penyebab kesulita tidur pasien.
2.      Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat.
3.      Menciptakan lingkungan yang nyaman.
4.      Memberikan pengobatan disteksi relaksasi.
5.      Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
6.      Berkolaborasi dengan dokter terkait pemberian obat yang sesuai
Evaluasi
S : pasien mengatakan masih sulit tidur,jika tidur hanya sebentar dan sering terbangun
lagi.
O : pasien terlihat sangant mengantuk ingin tidur namun sering terbangun kembali.
A : masalah belum teratasi
Tabel 3.9
Indicator IR ER A
Jumlah tidur 1 5 3
Pola tidur 1 5 3
Perasaan fresh 1 5 3
                
P : lanjutkan intervensi
1.      Kolaboraikan dengan dokter terkait peberian obat jika perlu
2.      Jelaskan pentingnya tidur bagi tubuh
3.      Ciptakan lingkungan yang nyaman
4.      Anjurkan keluarga untuk selalu menemani

BAB IV
PEMBAHASAN
              Dalam bab ini penulis akan membahas tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan pada Tn.k dengan diagnose medis hemaptoe susp TB yang di mulai
dari pengkajian sampai dengan evaluasi.pembahasan ini,penulis mencoba
mengaitkan antara referensi  yang di dapat dari hasil pengkajian pada pasien dengan
kondisi sebenarnya.

A.    Pengkajian
Penulis melakukan pengkajian pada Tn.K di mulai pada tanggal 01 agustus
sampai dengan tanggal 3 agustus 2017 di ruang cempaka RSUD BANYUMAS
penulis melakukan pengkajian dengan menggunakan teknik wawancara langsung
pada pasien dan di dapatkan data focus sebagai berikut : Nama : Tn.K, umur : 66
Tahun, Jenis kelamin : laki-laki, Status : pasien telah menikah, Alamat : Tanjung
jatilawang rt 06 rw 05, Agama : Islam, Suku/bangsa : Jawa, pendidikan : SMP,
Pekerjaan : Kuli bangunan di Jakarta, tanggal masuk : 01 agustus 2017, Diagnose
medis : Hemaptoe.
1.      Riwayat kesehatan
A.    Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengeluh batuk berdahak sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit jika batuk
batuk berdarh awalnya kental berwarnamerah kecoklatan kemudian saat masuk rumah
sakit batuk berdarah berwarna merah encer,pasen demam,pasien batuk sudah lam
sejak 2 minggu lalu namun tidak berdarah.Keluhan utama : sesek nafas, Keluhan
tambahan : batuk berdahak, susah tidur, demam, susah beraktivitas. Riwayat penyakit
dahulu : pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit yang saat
ini di rasakan. Riwayat penyakit keluarga : pasien dan keluarga mengatakan dalam
keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang sama dengan penyakit pasien
saat ini.

B.     Pengkajian saat ini


Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan : Pasien mengatakan kesehatanya
sangat penting Karena kesehata itu mahal harganya,pasien jika sakit langsung
perisa pada layanan kesehatan.pola nutrisi  : sebelum sakit pasien mengatakan
makan kurang lebih 3 x sehari dengan porsi sedang tidak ada masalah napsu
makan. Selama sakit pasien mengatakan susah makan, makan hanya sedikit
rasanya sudah tidak enak. Pola eliminasi : sebelum sakit pasien mengatakan BAK
kurang lebih 6 x sehari dan BAB 3 sampai 4 x sehari. sedangkan selama sakit
pasien mengatakan BAB dan BAK mengalami sedikit perubahan karena pasien
tidak napsu makan dan minum. Pola latihan dan aktivitas : sebelum sakit pasien
mengatakan tidak mengalami gangguan pasien bekerja sebagai kuli banguna di
Jakarta.selama sakit pasien mengatakan sulit beraktivitas mandiri badan terasa
berat dan dadanya terasa sesak.
  Table 4.1
Kemampuan perawatan diri                                       0      1       2        3       4

Makan /minum                                                                
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas ditempat tidur
Ambulasi / ROM
                 Jumlah                                                                               10

 Keterangan :
0 : mandiri
1 : denan bantuan alat
2 : dengan bantuan orang lain
3 : dengan bantuan alat dan orang lain
4 : ketergantungan total
Pola persepsi sensasi dan kognitif : sebelum sakit pasien mengatakan tidak ada
gangguan persepsi pancainda pasien memiliki alergi terhadap semen bangunan.selama
sakit : pasien mengatakan tidak ada perubahan pada pancaindranya.pola istirahat dan
tidur : sebelum sakit pasien mengatakan jika dirumah mulai tidur jam 10an sampai
subuh sudah bangun jika lembur jarang tidur.selama sakit pasien mengatakan tidak
bisa tidur  karena sesak nafas sampai sakit perut dan dadanya.pola konsep diri :
sebelum sakit pasien mengatakan tidak minder dengan keadaanya sekarang karena
sedang sakit.selama sakit pasien mengatakan tidak ada perasaan minder dengan
keadaanya yang sekarang.pola hubungan peran : sebelum sakit pasien mengatakan
banyak memiliki tetangga dan menjalin hubungan dengan baik dengan tetangga dan
lingkungan sekitarnya. Selama sakit pasien hubunganya dengan lingkungan dan
tetangga masih baik hanya pasien tidak dapat ikut serta dalam kegiatan kemasarakan
yang ada saat pasien sakit. Pola reproduksi : sebelum sakit pasien mengatakan sudah
memiliki keluarga dan memiliki anak,selama sakit pasien mengatakan tidak ada
gangguan pada organ reproduksinya hanya saja tidak dapat menjadi seorang kepala
rumah tanga karena sedang sakit. Koping stress dan toleransi : sebelum sakit pasien
mengatakan jika stress dapat mengatasinya dengan mencar hiburan, selama sakit :
pasien mengatakan masih bisa mengurangi stress denga bantuan istri dan anaknya.
Pola keyakinan dan nilai : sebelum sakit pasien mengatakan solat teratur jika ingat
selama sakit pasien mengatakan tidak menjalankan solat karena sesak.

C.     Pemeriksaan fisik
Kesadaran umum : composmeltis, kesadaran : sadar penuh, GCS : E4 M6 V5, tanda
vital : TD 130/70 mmHg, nadi 116 x/menit, RR 38x/menit, suhu 37,10c. Tinggi
badan ; 160 cm.  Berat badan : Sebelum sakit 60 kg, selama sakit 50 kg lila :  lingkar
kepala : lingkar dada : kepala : rambut sedikit lembab tidak rontok dan  tidak ada luka
tidak ada nyeri tekan tidak ada kutu dan ketombe. Mata :simetris antara kanan dan kiri
konjungtiva anemis kornra mata tidak ada kelainan ukuran dan tidak ada dangguan
melihat. Wajah : simetris tidak ada luka dan nyeri tekan pada wajah dan tidak ada
penurunan sensasi pada area wajah. Hidung : simetris tidak ada pengeluaran cairan
melalui hidung tidak ada penuruna indra penciumanya. Mulut dan gigi : mulut bersih
tidak ada stomatitis gigi bersih ada yang tanggal gusi tidak ada yang luka. Telinga :
simetris tidak ada penurun pendengaran tidak ada sumbatan dan kotoran. Leher : tidak
ada gangguan menelan tidak ada pembengkakan kelenjar tirod dan tidak ada nyeri
tekan. Dada : simetris tidak ada nyeri tekan auskultasi bunyi redup pada apical paru
terdengar suara tambahan pada paru kana dan kiri. Abndomen : simetris tidak ada
luka terdengar bising usus tiap 2 menit tidak ada nyeri tekan terdengar bunyi tompani.
Ektermitas atas dan bawah terdapat udim dan eksudat  pada tangak karena alergi
seman tidak ada mengalami gangguan beraktifitas,pada kaki tidak ada luka tidaka ada
nyeri tekan. Genetalia : tidak ada perubahan dan penurunan sensasi.

D.    Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan labolatorium tanggal 01 agustus 2017 jam 15:16
Table 4.2
Nama        Hasil           Nilai normal                                     satuan
WBC      14,8      3,70-10,1                                                    10e3/ul
NEU       11,5      1,63-6,96   39,3-73,7                                 77,9 %
LYM      964       1,09-2,99  18,0-48,3                                   6,50 %
MONO   2,11      240-790    4,40-12,7                                   14,2 %
EOS       001        030-440  600-7,30                                      010 %
BASO    210        0,00-080  0,00-1,70                                   1,41 %

RBC       4,84      4,06-5,58                                                  10e3/ul


HGB      15,1      12,9-15,9                                                     g/dl
HCT      3,94       37,7-53,7                                                        %
MCV     81,4       81,1-96,0                                                        fl
MCH     31,3       27,0-31,2                                                         pg
MCHC  38,5       31,8-35,4                                                       g/dl
RDW    10,4       11,5-14,5                                                         %

PLT      190        155-366                                                   10e3/ul


MPV    7,80        6,90-10,6                                         fl

Table 4.3

Nama                                                         result               nilai normal               satuan


Asc :aspatate aminotranferase                36                         0-50                              u/l
Alt   : alamn aminotranferase                      32                     0-50                              u/l
Bun : blood urea nitrigen                           20  h1                 7-15                             
mg/dl
Cre   : kreatinin                                           2,71 h1                 0,35-1,30                    
mg/dl
Na    :  natrium                                               129
K      : kalium                                                   3,5
Cl     klorida                                                      91

E.     Pemeriksaan radiologi
Rontgen tanggal 01 agustus 2017  hasil :, Tampak konsolidasi infiltrasi di kedua paru,
Sinus dan diagfragma tertutup, Besar  co normal, Mediastinum normal sistema tulang
intake, Kesan : TB parut tk advance
F.      Program terapi
Injeksi kalnekx 500 mg per 5 jam, injeksi cefotaxime per 6 jam, injeksi ranitidine 50
mg per 6 jam, injeksi methylprednisolone 62,5 gr per 6 jam, nebulizer per 6 jam, obat
oral sabutamol ambroxoldan pamol per 5 jam
B.     Diagnose keperawatan
              Diagnose keperawatan di definisikan sebagai penilaian klinis tentang
pengalaman ataupun respon individu, keluarga, kelompok, atau komunitas terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan actual atau potensial dan dan pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang dapat di pertanggung jawabkan
( NANDA,2012 ).
1.      Diagnosa keperawatan yang di temukan pada kasus Tn.K yang sesuai dengan
teori
a.       Bersihan jalan nafas berhubungan akumulasi secret
DEFINISI:  ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari
saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan
( nanda,2012 )
Definisi : Ketidak mampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran
pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas ( nanda, 2014 ).
Insprasi Dan ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi yang adekuat
 ( nanda,2015 ).
Penulis mengangkat diagnosa bersihan jalan nafas menjadi prioritas uatama karena
saat di lakukan pengkajian pada pasien sengat mengeluhkan berihan jalan nafas
sangat di keluhkan berat.

b.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidak nyamana


Definisi : Keterbatasan dalam kebebasan untuk pergerakan fisik tertentu pada bagian
tubuh atau satu atau lebih ekstremitas
( Nanda,2010 ).
Mobilisas
Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi
seseorang ( Ansari, 2011 ).
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan dengan
bebas ( Ida 2009 )
 Imobilisasi

Imobilitas didefinisikan secara luas sebagai tingkat aktivitas yang kurang


darimobilitas optimal ( Ansari, 2011 ).
Suatu keadaan keterbatasan kemampuan pergerakan fisik secara mandiri yang dialami
seseorang ( Pusva, 2009 ).
 Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan

kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari
kebiasaan normalnya
( Mubarak, 2008 ).
      Penullis mengangkat diagnosa hambatan mobilitas menjagi prioritas kedua karena
kondisi pasien yang mengalami hambatan mobilitas dan menjadi keluhan tambahan.
c.       Gangguan pola tidur berhubungan dengan gejala terkait penyakit
Tidur merupakan salah satu fungsi dari otak,dimana dengan bila fungsi ini terganggu
tentunya dapat menyebabkan masalah pada diri kita. Pemahaman tentang proses tidur
dan terjaga menimbulkan identifikasi dan klasifikasi terhadap berbagai macam
gangguan tidur. Penilaian tahapan tidur secara klasik menggunakan teknik ini yang
membagi proses dari terjaga menuju tidur, yang terdiri atas empat tahap tidur non-
gerakan mata yang cepat (NREM) dan satu tahap tidur rapid eye movement (REM)
( Lewis P, 2007 ).
Gangguan tidur merupakan masalah umum pada pasien yang berusia tua. Gangguan
ini dapat menyebabkan kesusahan dan ketidaknyamanan, fungsi siang hari terganggu,
dan komplikasi serius. Pada zaman Yunani kuno, Democritus percaya bahwa penyakit
fisik adalah penyebab kantuk di siang hari dan gizi buruk adalah penyebab utama
insomnia. Akan tetapi pada sebagian besar dari catatan sejarah masalah tidur ini
masih dianggap sebagai akibat dari penyakit medis atau kejiwaan ketimbang
gangguan primer. Tidur dipandang sebagai proses pasif, mirip dengan kematian, dan
gagasan bahwa fisiologi tidur teratur dapat menyebabkan sindrom spesifik masih
belum diketahui (Christopher,2007 ).
Menurut wikipedia, 2015 insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa
kesulitan berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada
kesempatan untuk itu. Gejala tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional
saat bangun. Insomnia sering disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau
akibat adanya permasalahan psikologis.
Penulis mengangkat gangguan pola tidur karena sat melakukan pengkajian
pasien tampak mengeluhkan ganggun pola tidur dan pasien tampak kesutan
tidur baik di siang hari maupun di malam hari.
2.      Diagnosa keperawatan yang tidak di temukan pada kasus Tn.K tetapi ada
dalam konsep teori.
a.       Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen dalam tubuh
Intoleransi aktivitas adalah penurunan kapasitas fisiologis seseorang untuk
mempertahankan aktivitas sampai ketingkat yang diinginkan (Resti,2015).
Definisi : Penurunan dalam kapasitas fisiologi seseorang untuk melakukan aktivitas
sampai tingkat yang diinginkan atau yang dibutuhkan.

b.      Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif


Definisi : kurangnya informasi tentang penyakit atau masalh kesehatan.
( Nanda,2014 ).
kurang pengetahuan merupakan tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif
sehubungan topik spesifik. ( Nanda,2010 ).
3.      Diagnose keperawatan yang di temukan pada kasus Tn.K tapi tidak ada di konsep
teori.
a.       Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidak nyamana
Definisi : Keterbatasan dalam kebebasan untuk pergerakan fisik tertentu pada bagian
tubuh atau satu atau lebih ekstremitas
( Nanda,2010 ).
Mobilisas
Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi
seseorang ( Ansari, 2011 ).
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan dengan
bebas ( Ida 2009 )
 Imobilisasi
Imobilitas didefinisikan secara luas sebagai tingkat aktivitas yang kurang
darimobilitas optimal ( Ansari, 2011 ).
Suatu keadaan keterbatasan kemampuan pergerakan fisik secara mandiri yang dialami
seseorang ( Pusva, 2009 ).
 Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan

kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari
kebiasaan normalnya
( Mubarak, 2008 ).
      Penullis mengangkat diagnosa hambatan mobilitas menjagi prioritas kedua karena
kondisi pasien yang mengalami hambatan mobilitas dan menjadi keluhan tambahan.

b.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan gejala terkait penyakit


Tidur merupakan salah satu fungsi dari otak,dimana dengan bila fungsi ini terganggu
tentunya dapat menyebabkan masalah pada diri kita. Pemahaman tentang proses tidur
dan terjaga menimbulkan identifikasi dan klasifikasi terhadap berbagai macam
gangguan tidur. Penilaian tahapan tidur secara klasik menggunakan teknik ini yang
membagi proses dari terjaga menuju tidur, yang terdiri atas empat tahap tidur non-
gerakan mata yang cepat (NREM) dan satu tahap tidur rapid eye movement (REM)
( Lewis P, 2007 ).
Gangguan tidur merupakan masalah umum pada pasien yang berusia tua. Gangguan
ini dapat menyebabkan kesusahan dan ketidaknyamanan, fungsi siang hari terganggu,
dan komplikasi serius. Pada zaman Yunani kuno, Democritus percaya bahwa penyakit
fisik adalah penyebab kantuk di siang hari dan gizi buruk adalah penyebab utama
insomnia. Akan tetapi pada sebagian besar dari catatan sejarah masalah tidur ini
masih dianggap sebagai akibat dari penyakit medis atau kejiwaan ketimbang
gangguan primer. Tidur dipandang sebagai proses pasif, mirip dengan kematian, dan
gagasan bahwa fisiologi tidur teratur dapat menyebabkan sindrom spesifik masih
belum diketahui (Christopher,2007 ).
Menurut wikipedia, 2015 insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa
kesulitan berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada
kesempatan untuk itu. Gejala tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional
saat bangun. Insomnia sering disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau
akibat adanya permasalahan psikologis.
Penulis mengangkat gangguan pola tidur karena sat melakukan pengkajian
pasien tampak mengeluhkan ganggun pola tidur dan pasien tampak kesutan
tidur baik di siang hari maupun di malam hari.

C.     Rencana keperawatan
merupakan rangkaian tindakan yang akan dilakukan pada pasien guna
melakukan tindakan pengobatan.
a.    Bersihan jala nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret
    Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan  selama 3 x 24 jam di
harapkan masalah bersihan jalan nafas dapat teratasi Intervensi bebaskan jalan
nafas pasien dengan cara memposisikan pasien setegah duduk ( semi
fowler ),identifikasi pemberian oksigen pada pasien, posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi, ajarkan cara batuk efektif yang benar, auskultasi
suara nafas tambahan pada pasien, berikan bronkodilator bila perlu,
kolaborasikan dengan dokter pemberan oksigen dan brokodilator serta obat-
obatan yang sesuai indikasi pasien
a.       Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidak nyamanan
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selam 3 x 24 jam di harapkan
masalah hambatan mobilitas fisik dapat teratasi intervensi Monitor vital sign sebelum
dan sesudah beraktifitas, Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, Bantu pasien
dalam beraktifitas di tempat tidur, Ajarkan pasien untuk ambulansi, Latih pasien
dalam pemenuhan kebutuhan, Menganjurkan keluarga untuk selalu mendampingi
pasien, Berkolaborasi dengan fisioterapi tentang rencana ambulansi.
b.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan gejala terkait penyakit.
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam di harapkan
masalah gangguan pola tidur dapat teratasi. Intervensi Kaji penyebab kesulita tidur
pasien, Jelaskan pentingnya tidura yang adekuat, Fasilitasiuntuk mempertahankan
aktifitas, Ciptakan lingkungan yang nyaman, Berikan pengobatan disteksi relak sasi
dan hibnoterapi, Anjurkan keluarga untuk menemani pasien, Kolaborasi dengan
dokter terkait pemberian obat yang sesuai.

D.    Implementasi keperawatan
Merupakan tindakan yang di lakukan pada pasien guna melaksankan tindakan
pengobatan,implementasi telah disesuaikan pada situasi pasien perlengkapan yang
mendukung dan sumber referensi yang mendukung penulis untuk melakukan
implementasi  pada Tn.K di RSUD BANYUMAS.
a.       Bersihan jala nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi
sekret Implementasi : membebaskan jalan nafas pasien dengan cara
memposisikan pasien setegah duduk ( semi fowler ), mengidentifikasi
pemberian oksigenasi pada pasien yang sesui program terapi, memposisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi, mengajarkan cara batuk efektif
yang benar, mendengarkan suara nafas tambahan pada pasien, memberikan
bronkodilator sesuai dengan program terapi
b.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidak nyamanan
Implementasi : Memonitor vital sign sebelum dan sesudah beraktifitas,
Mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi di tempat tidur, membantu
pasien dalam beraktifitas di tempat tidur, mengajarkan pasien untuk
ambulansi di tempat tidur, Melatih pasien dalam pemenuhan kebutuhan,
Menganjurkan keluarga untuk selalu mendampingi pasien, Berkolaborasi
dengan fisioterapi tentang rencana ambulansi.
c.       Gangguan pola tidur berhubungan dengan gejala terkait penyakit
Implementasi : Mengkaji penyebab kesulita tidur pasien, Menjelaskan
pentingnya tidura yang adekuat, Menciptakan lingkungan yang nyaman,
Memberikan pengobatan disteksi relak sasi dan hibnoterapi, Menganjurkan
jeluarga untuk menemani pasien, Berkolaborasi dengan dokter terkait
pemberian obat yang sesuai.
E.     Evaluasi keperawatan
Merupakan tahap terkhir dalm asahan keperawatan yaitu tahap pemantauan sejauh
mana keberhasilan tindakan yang telah dilakukan kepada pasien dan perencanaan
tindak lanjut.
a.       Bersihan jala nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret penulis
melakukan tindakan keperawatan  selama 3 x 24 jam di harapkan masalah bersihan
jalan nafas dapat teratasi. Namun pada hari ke tiga masalah belum terasi dan penulis
merencanakan melanjutkan intervensi yang meliputi : melakukan batuk efektif,
auskultasi suara nafas tambahan, dan berikan bronkodilator bila di perluakan
b.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidak nyamanan penulis
melakukan tindakan keperawatan selam 3 x 24 jam di harapkan masalah hambatan
mobilitas fisik dapat teratasi dan pada hari ketiga masalah hambatan mobilitas dapat
teratasi dan penulis merencakan menghentikan intervesi dan mempertahankan
intervesi
c.       Gangguan pola tidur berhubungan dengan gejala terkait penyakit. Penulis
melakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam di harapkan masalah gangguan
pola tidur dapat teratasi.namun pada hari ketiga masalah pola tidur belum teratasi dan
penulis merencanakan untuk melanjutkan intervensi yang terdiri dari : berkolaborasi
dengan dokter terkait dengan pemberian obat bila perlu, jelaskan pentingnya tidur
bagi tubuh, ciptakan lingkungan yang nyaman, anjurkan keluarga untuk terus
menemani.

BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Hemaptoe ( hemaptisis ) adalah batuk dengan sputum yang mengandung darah yang
berasal dari paru atau percabangan bronkus
( Kusmiati dan Laksmi,2011 ).
Hemaptoe (batuk darah) adalah darah yang di batukan yang berasal dari saluran
pernafasan bagian bawah,di katakana batuk darah massif apabila jumlah darah yang
keluar > 600 ml dalam waktu 24 jam hemaptoe adalah ekspetorasi darah/mucus yang
berdarah
( Anonimous,2012 ).
Jadi hemaptoe merupakan batuk berdahak yang tercamour oleh darah yang mengalir
dari robeknya pembuluh pada paru ataupun bronkus dan tercampr oleh dahak/secret
yang terdapat pada paru.
B.     Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai
bahan pertimbangan yanga da kaitanya dengan masalah hemaptoe adapun saran yang
akan penulis sampaikan adalah :
1.      Bagi akademi keperawatan serulingmas
Diharapkan akan di adakanya pencehaan dan pendididkan tentang penyakit hemaptoe
dan pencegahanya di malai dari sejak dini agar dapat memperbaiki generasi yang
lebih sehat.
2.      Bagi rumah sakit
Meningkatkan kembali pembatasan jumlah pengunjung pada penderita hemaptoe
terutama yang telah kronis dan telah menjadi TB akut.
3.      Bagi mawasiswa
Diharapkan dapat memberikan informasi yang telah di dapatkan tentang penyakit
hemaptoe dan penceganya serta dapat meningkatkan status kesehatanya bagi diri
sendiri dan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2012. Memahami Berbagai Macam penyakit. Jakarta : PT Indeks. 
Azizah dkk, 2009. keperawatan lanjut usia edisi 1. yogyakarta: GrahaIlmu.
Christopher G. Goetz, MD (2007). Textbook of Clinical Neurology, 3rd ed.
Saunders. ISBN 
Crowin,Elizabeth .2009. buku saku patofisiologi edisi 3. Alih bahasa subekti,nike budi            dkk. Jakarta:
EGC
Dzen, J. M., 2009, Bakteriologik Medik, Malang : Bayumedia
Departemen Kesehatan R.I., 2009, Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.
Keliat,budianna dkk. 2015 diagnosis keperawatan: klasifikasiondan klasifikasi
NANDA 2015-2017edisi 10,   Jakarta : EGC
Kushariyadi. 2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika
Kusmiati & Laksmi, 2011.batuk dengan sputum yang mengandung darah yang berasal
dari paru atau percabangan bronkus Jakarta : EGC 
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.   Jakarta:
Prima Medika
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku saku diagnosa keperawatan dengan intervensi NIC
dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai