oleh
Irsalina Nabilah Ali, S.Kep
NIM 192311101194
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
LAPORAN PENDAHULUAN...................................................................... 5
A. Definisi Stroke Intracerebral Hemorrhage............................................ 5
B. Review Anatomi Fisiologi.................................................................... 6
C. Epidemiologi......................................................................................... 10
D. Etiologi................................................................................................. 10
E. Tanda dan Gejala.................................................................................. 12
F. Patofisiologi dan Clinical Pathway....................................................... 14
G. Pemeriksaan Penunjang........................................................................ 16
H. Penatalaksanaan Medis......................................................................... 17
I. Penatalaksanaan Keperawatan.............................................................. 21
a. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)....................... 25
b. Perencanaan/Nursing Care Plan..................................................... 27
1
Otak
Otak merupakan organ yang terletak di dalam rongga kepala dan terlindungi
oleh kranium, meninges, dn cairan serebrospinal (Yusa dan Maniam, 2016).
Lapisan meninges pada otak terdiri dari tiga
lapis yaitu:
(Yueniwati, 2016)
3
1.3 Epidemiologi
1.4 Etiologi
a. Usia
Menurut Sotirios, umur merupakan faktor resiko yang paling kuat untuk
stroke. Sekitar 30% dari stroke terjadi sebelum usia 65 tahun, 70% terjadi
pada mereka yang 65 tahun keatas. Risiko stroke naik menjadi dua kali lipat
untuk setiap 10 tahun diatas 55 tahun.
7
b. Hipertensi
Hipertensi merupakan penyebab 2/3 atau 75% dari kasus stroke ICH. Area
yang biasanya terkena adalah Thalamus, ganglia basalis, dan serebellum.
Sebagai respon terhadap tekanan darah yang tinggi, arteri-arteri kecil ini akan
mengalami hiperplasia tunika intima, hialinisasi tunika intima, dan degenerasi
tunika media yang meningkatkan risiko nekrosis fokal pada dinding vaskular
dan akhirnya ruptur
f. Cerebral Amyloidosis
g. Aneurisma
Gejala atau manifestasi klinis stroke ICH seringkali muncul secara mendadak
dan cepat, oleh karena itu penting untu mengenali tanda gejala dari stroke.
Menurut Indrawati dkk (2016) terdapat beberapa menifestasi klinis dari stroke
ICH:
(Yueniwati, 2016)
1.6 Patofisiologi
ICH memiliki tiga fase, yaitu pendarahan awal, ekspansi hematoma, dan
edema peri-hematoma. Pendarahan awal biasanya disebabkan adanya beberapa
faktor resiko yang disebutkan dalam etiologi. Prognosis pasien sangat dipengaruhi
oleh fase kedua yakni ekspansi hematoma. Ekspansi hematoma merupakan fase
kedua yang terjadi setelah beberapa jam pendarahan awal terjadi dan akan
meningkatkan tekanan intrakranial (TIK) otak yang pada akhirnya akan merusak
Blood Braind Barrier. Peningkatan TIK ini berpotensi menyebabkan herniasi.
Kerusakan BBB ini kemudian dapat menyebabkan fase berikutnya yakni
pembentukan edema peri-hematoma karena terjadi ketidakseimbangan regulasi
membran permiabel. Fase ketiga ini bisa terjadi dalam beberapa hari setelah fase
pertama terjadi dan merupakan penyebab utama perburukan neurologis akibat
penekanan batang otak (Yueniwati, 2016).
10
Clinical Pathway
Penurunan suplai O2
Sitotoksik edema
b. MRI
MRI merupakan pilihan pencitraan stroke selain CT scan. Namun
pelaksanaan MRI lebih lama dari CT scan dan tidak dapat digunakan pada pasien
dengan prothesis logam. Meski begitu MRI lebih unggul dalam menunjukan letak
edema dan herniasi. Pada saat ini MRI umumnya digunakan sebagai follow up dan
mencari penyebab pendarahan, misalnya malformasi vaskular atau cerebral
amyloidsis. Gambaran intraserebral hemoragik pada MRI lebih kompleks karena
dipengaruhi oleh tingkat oksidasi hemoglobin dan kadar protein.
13
Gambar 7. Perbandingan hasil CT scan dan MRI pada pasien dengan ICH
(Yueniwati, 2016)
Terapi bedah yang dapat dilakukan pada pasien stroke hemoragik, tujuannya
adalah mengeluarkan darah yang dapat merusak jaringan otak dan jika
memungkinkan penghentikan pendarahan. Hasil pembedahan pada stroke
hemoragik tergantung tingkat kesadaran, tempat pendarahan, diameter memar
otak (< 2 cm tidak memerlukan operasi, operasi dianjurkan pada memar otak
14
dengan diameter > 3 cm), volume darah (lebih dari 50ml), dan waktu yang tepat
untuk operasi (< 7 jam setelah serangan stroke)
15
2.1 Pengkajian
Pengumpulan data klien baik subjektif maupun objektif pada gangguan sistem
sehubungan dengan cedera kepala tergantung pada bentuk,lokasi, jenis injuri,dan
adanya komplikasi pada organ vital lainnya. Pengkajian keperawatan cedera
kepala meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
diagnostik, dan pengkajian psikososial
a. Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur, (kebanyakan terjadi pada usia muda),
jenis kelamin (banyak laki-laki, karena sering kebut-kebutan dengan motor
tanpapengaman helm), pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosis medis. Keluhan
utama yang sering menjadi alasan klien untuk memintapertolongan kesehatan
tergantung dari seberapa jauh dampak trauma kepala disertai penurunan tingkat
kesadaran
3) Pola eliminasi
Kaji pola eliminasi pasien meliputi frekuensi, jumlah, warna, bau, karakter,
alat bantu, dan kemandirian
f. Pemeriksaan persistem
1) B1 (Breath) : Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan
gangguan irama jantung, sehingga terjadi perubahan pada pola napas,
kedalaman, frekuensi maupun iramanya, bisa berupa Cheyne Stokes atau
Ataxia breathing. Napas berbunyi, stridor, ronkhi, wheezing.
2) B2 (Blood) : Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan
darah bervariasi. Tekanan pada pusat vasomotor akan meningkatkan
transmisi rangsangan parasimpatik ke jantung yang akan mengakibatkan
denyut nadi menjadi lambat, merupakan tanda peningkatan tekanan
intrakranial. Perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang
diselingi dengan bradikardia, disritmia).
3) B3 (Brain) : Gangguan kesadaran merupakan salah satu bentuk
manifestasi adanya gangguan ota. Kehilangan kesadaran sementara,
amnesia seputar kejadian, vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan
pendengaran, baal pada ekstrimitas. Bila perdarahan hebat/luas dan
mengenai batang otak akan terjadi gangguan pada nervus cranialis, maka
dapat terjadi :
a) Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian,
konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan
memori).
b) Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia,
kehilangan sebagian lapang pandang, foto fobia.
c) Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata.
d) Terjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh.
e) Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada nervus vagus
menyebabkan kompresi spasmodik diafragma.
18
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum meliputi kesadaran, dan tanda-tanda vital. Tekanan darah bisa
mengalami hipertensi bila ada peningkatan tekanan Intrakranial dan bisa
normal pada keadaan yang lebih ringan, nadi bisa terjadi bradicardi,
tachicardi
2) Kepala
Inspeksi: Inspeksi adanya pembengkakan, kaji adanya luka akibat penurunan
kesadaran
3) Wajah
Inspeksi: kaji adanya contusion cerebri, pendarahan, bengkak
Palpasi : Adanya mati rasa, benjolan, nyeri tekan
4) Mata
Inspeksi : Terjadi penurunan fungsi penglihatan, reflek cahaya menurun,
keterbatasan lapang pandang. Dapat terjadi perubahan ukuran pupil, bola
mata tidak dapat mengikuti perintah. Ketidaksimetrisan pupil atau reflek
19
6) Hidung
Inspeksi: Pada cedera kepala yang mengalami lobus oksipital yang
merupakan tempat interpretasi penciuman dapat terjadi penurunan fungsi
penciuman
7) Mulut
Inspeksi : -
8) Leher
Inspeksi: -
9) Dada
Inspeksi :kaji adanya penggunaan otot bantu napas
Auskultasi: kaji adanya suara napas tambahan (wheezing atau ronkhi)
10) Abdomen
Auskultasi : Kaji bising usus. Pasien biasanya mengalami penurunan bising
usus
11) Ekstremitas
Inspeksi : -
2.2 Diagnosa
a. Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif dengan faktor risika hiposia
jaringan otak
b. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan
c. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular
d. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan neuromuskular
20
Gelisah dan 1 4
Cemas
22
2. Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen jalan napas (I.01011)
efektif (D.0005) selama .....x24 jam, pola napas pasien kembali 1. Memonitor pola napas
efektif dengan kriteria hasil: (frekuensi, kedalaman, dan
usaha napas)
Pola Napas (L.01004) Skala Skala 2. Memonitor adanya bunyi napas
Awal Akhir tambahan (misal gurgling,
wheezing, mengi, ronkhi) Ns. Irsa
3. Posisikan semi fowler
Pasien tidak mengalami 1 5 4. Berikan terapi oksigen
dispnea 5. Kolaborasikan pemberian
bronkodilator jika diperlukan
Tidak ada penggunaan 1 5
otot bantu napas
Frekuensi napas dalam 1 5
rentang 14-20 kali
permenit
2.4 Evaluasi
Evaluasi keperawatan dilakukan secara sistematis dan periodik setelah
pasien diberikan intervensi dengan berdasarkan pada berdasarkan pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, dan implementasi keperawatan.
Evaluasi keperawatan ditulis dengan format SOAP, yaitu:
pasien
DAFTAR PUSTAKA
Imdrawati L., Sari W., Dewi C.S., 2016. Care Yourself Stroke Cegah dan Obati
Sendiri. Jakarta: Panebar Plus (Penebar Swadaya Group)
Lesmana R., Goenawan H., Abdulah R., 2017. Fisiologi Dasar Untuk Mahasiswa
Farmasi, Keperawatan, dan Kebidanan. Jakarta: Deepublish Publisher
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indinesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Yusa, Maniam M.B.S., Alwhinanto F., dkk., 2016. Buku Siswa Aktif dan Kreatif
Belajar Biologi 2 untuk SMA/MA Kelas XI Peminatan Matematika dan
Ilmu-Ilmu Alam. Bandung: Grafindo Media Pratama