Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

A
DENGAN DIAGNOSA MEDIS FEBRIS
DI PUSKESMAS KAYON
PALANGKA RAYA

Disusun Oleh :
Erlisa
2019.C.11a.1008

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022

LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini disusun oleh :
Nama : Erlisa
Nim : 2019.C.11a.1008
Prodi : S1 Keperawatan Tingkat 3A
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Diagnosa
Medis Febris di Puskesmas Kayon Palangka Raya.

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menempuh Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II) Pada Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Ika Paskaria. S.,Kep.Ners Sri Wulandari T, S.Kep.,Ners

KATA PENGANTAR

2
Segala Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan dengan judul “Laporan Pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Diagnosa Medis Febris di Puskesmas
Kayon Palangka Raya”. Laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini disusun
guna melengkapi tugas Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II).
Penyusunan Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka
Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ika Paskaria. S.,Kep.Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
4. Sri Wulandari T, S.Kep.,Ners selaku Pembimbing Lahan di Puskesmas Kayon
Palangka Raya.
Penyusun menyadari bahwa Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
ini banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan masukan dan
saran pembaca yang kontributif untuk kesempurnaan dimasa yang akan datang.
Penyusun sangat berharap semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.

Palangka Raya, 11 Oktober 2021

Erlisa

3
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................1
1.1 Konsep Dasar............................................................................................1
1.1.1 Konsep Dasar Febris..........................................................................1
1. Definisi Febris....................................................................................1
2. Anatomi dan Fisiologi Febris.............................................................1
3. Etiologi Febris....................................................................................3
4. Klasifikasi Febris...............................................................................4
5. Patofisiologi Febris (WOC)...............................................................4
6. Manifestasi klinis Febris....................................................................6
7. Komplikasi Febris..............................................................................7
8. Pemeriksaan Penunjang Febris..........................................................7
9. Penatalaksanaan Medis Febris...........................................................9
1.1.2 Konsep Dasar Keperawatan Anak.....................................................9
1. Paradigma Keperawatan anak............................................................9
2. Prinsip Keperawatan Anak...............................................................10
3. Peran Perawat Anak.........................................................................10
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan....................................................19
1. Pengkajian........................................................................................19
2. Diagnosa Keperawatan....................................................................23
3. Intervensi..........................................................................................24
4. Implementasi....................................................................................29
5. Evaluasi............................................................................................29
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................30
2.1 Pengkajian..............................................................................................l30
2.2 Analisis Data...........................................................................................37
2.3 Intervensi.................................................................................................39
2.4 Implementasi dan Evaluasi......................................................................40
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP).......................................................41
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Dasar
1.1.1 Konsep Dasar Febris
1. Definisi
Febris atau biasa di sebut dengan demam dapat di definisikan dengan suatu keadaan
suhu tubuh di atas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu pada
hipotalamus anterior di otak, febris adalah meningkatnya temperatur tubuh secara abnormal
(Sodikin, 2012).
Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas
(termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam
dapat menyerang sistem tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan
perkembangan imunitas dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi
(Sodikin dalam Wardiyah, 2016).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam
tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal. Demam terjadi pada suhu > 37,
5°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, parasit), penyakit autoimun, kanker,
ataupun obat – obatan (Surinah dalam Hartini, 2015).
Dapat di simpulkan bahwa febris atau demam adalah suatu keadaan saat suhu badan
melebihi 37,5 0C yang umumnya disebabkan oleh penyakit atau peradangan. Kadang,
keadaan normal suhu tubuh manusia mengalami fluktuasi (berubah-ubah), seperti pada pagi
hari suhu tubuh biasanya lebih rendah, sedangkan di sore hari sedikit lebih tinggi. Ini
merupakan gejala yang wajar dapat di sebabkan oleh dehidrasi. Namun, bila suhu terus
menanjak lebih dari 37,5 derajat Celsius, itu artinya sedang dilanda demam, bukan tidak
mungkin ada penyakit lain yang harus diatasi.
2. Anatomi dan Fisiologi

Gambar 1.1 Anatomi Hipolatalamus

Hipotalamus merupakan bagian ujung anterior diensefalon dan di depan nucleus


interpedunkularis. Hipotalamus terbagi dalam berbagai inti dan dareah inti. Hipotalamus
terletak pada anterior dan inferior thalamus. Berfungsi mengontrol dan mengatur system
saraf autonom, Pengaturan diri terhadap homeostatic, sangat kuat dengan emosi dan dasar
pengantaran tulang, Sangat penting berpengaruh antara system syaraf dan endokrin.
Hipotalamus juga bekerjasama dengan hipofisis untuk mempertahankan keseimbangan
5
cairan, mempertahankan pengaturan suhu tubuh melalui peningkatan vasokonstriksi atau
vasodilatasi dan mempengaruhi sekresi hormonal dengan kelenjar hipofisis. Hipotalamus
juga sebagai pusat lapar dan mengontrol berat badan. Sebagai pengatur tidur, tekanan
darah, perilaku agresif dan seksual dan pusat respons emosional (rasa malu, marah, depresi,
panic dan takut).
Adapun fungsi dari hipotalamus antara lain adalah:
1) Mengontrol suhu tubuh
2) Mengontrol rasa haus dan pengeluaran urin
3) Mengontrol asupan makanan
4) Mengontrol sekresi hormon-hormon hipofisis anterior
5) Menghasilkan hormon-hormon hipofisis posterior
6) Mengontrol kontraksi uterus pengeluaran susu
7) Pusat koordinasi sistem saraf otonom utama, kemudian mempengaruhi semua otot
polos, otot jantung, sel eksokrin
8) Berperan dalam pola perilaku dan emosi
3. Etiologi
Peningkatan suhu tubuh disebabkan oleh beredarnya suatu molekul kecil di dalam
tubuh kita yang disebut dengan Pirogen, yaitu zat pencetus panas. Ada dua jenis pirogen
yaitu pirogen eksogen dan endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh dan
berkemampuan untuk merangsang interleukin-1 (pembawa pesan yang mengaktifkan
sistem kekebalan terhadap invasi asing). Sedangkan pirogen endogen berasal dari dalam
tubuh dan memiliki kemampuan untuk merangsang febris dengan mempengaruhi kerja
pusat pengatur suhu di hipotalamus (Sodikin, 2012).
Dilihat dari faktor penyebabnya, febris bisa dibedakan menjadi dua. Pertama, febris
sebagai akibat dari suatu infeksi oleh kuman, virus, parasit, atau mikroorganisme lain.
Kedua, febris yang di sebabkan oleh faktor non infeksi antara lain faktor alergi, imunisasi,
dehidrasi pada anak. Febris hanya bisa disebabkan oleh alergi terhadap benda-benda
tertentu seperti serbuk sari dari pohon, ilalang, rumput, bulu binatang, debu rumah dan
jamur (Sudarmoko, 2013). Biasanya penyebab demam sudah bisa diketahui dalam waktu
satu atau dua hari dengan pemeriksaan medis.
4. Klasifikasi Febris
Setiap pasien yang mengalami demam menunjukkan karakteristik tertentu yang dapat
diketahui bila diamati dengan seksama secara terus menerus. Ada 5 tipe demam yang
tergantung pada penyebabnya.
1. Demam Kontinua, Pada demam tipe ini suhu tubuh tetap diatas normal sepanjang hari
dan tidak ada fluktuasi suhu lebih dari 1 0C dalam 24 jam. Tipe demam ini dapat
disebabkan oleh infeksi saluran kemih, demam tifoid, brucellosis, infective
endocarditis, pneumonia lobaris, demam tifus, dan lain-lain.
2. Demam Intermiten, Pada demam tipe ini kenaikan suhu tubuh hanya beberapa jam
dalam sehari dan kembali ke normal dalam beberapa jam. Puncak kenaikan suhu tubuh
dan kembali ke normal bisa beragam. Bila puncak kenaikan suhu dan kembali normal
terjadi setiap hari, disebut quotidian, jika berkelang sehari disebut tertian dan jika

6
terjadi setiap 3 hari disebut quartan intermittent fever. Tipe demam seperti ini acap
ditemukan pada penyakit malaria, kala azar, pyemia, sepsis dan lain-lain.
3. Demam Remiten, Pada demam remiten, suhu tubuh naik diatas normal sepanjang hari
dengan fluktuasinya lebih dari 1 0C. Jenis demam ini banyak ditemukan di klinik,
seperti pada tifoid, endokarditis, dan sebagainya.
4. Demam Septik, Pada tipe ini fluktuasi suhu tubuh antara puncak dan nadir sangat tinggi
dan biasanya lebih dari 5 0C. Keadaan ini dapat dijumpai pada keadaan sepsis.
5. Demam Pel Ebstein, Pada demam Pel Ebstein terjadi demam dengan periode bebas
demam selama 3-4 hari, untuk kemudian suhu tubuh kembali meningkat selama 7 – 10
hari. Demam tipe ini ditemukan pada infeksi mononucleosis.
5. Patofisiologi
Febris dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen. Saat mekanisme ini
berlangsung bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit, makrofag, serta
limfosit pembunuh yang memiliki granula dalam ukuran besar. Seluruh sel ini kemudian
mencerna hasil pemecahan bakteri, dan melepaskan zat interleukin-1 ke dalam cairan tubuh
(zat pirogen leukosit/pirogen endogen). Mekanisme febris terlihat jelas pada saat
interleukin-1 sudah sampai ke hipotalamus akan menimbulkan febris dengan cara
meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8– 10 menit (Sodikin, 2012). Febris sering
kali dikaitkan dengan adanya gangguan pada “set point” hipotalamus oleh karena infeksi,
alergi, endotoxin atau tumor (Sudarmoko, 2013).
Sewaktu febris berlangsung, akan terlihat berbagai gejala klinis tergantung dari fase
febris nya. Ada 3 fase yang terjadi selama febris berlangsung, yaitu :
1) Fase I ( awitan dingin atau menggigil ), Pada fase awal ini febris akan disertai dengan
Peningkatan denyut jantung, Peningkatan laju dan kedalaman pernafasan, Menggigil
akibat tegangan dan kontraksi otot, Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi,
Merasakan sensasi dingin, Dasar kuku mengalami sianosis (kebiruan) karena
vasokonstriksi (gangguan pada pembuluh darah), Rambut kulit berdiri, Pengeluaran
keringat berlebihan, Peningkatan suhu tubuh.
2) Fase II (proses febris), pada fase ini Proses menggigil hilang, Kulit terasa hangat
(panas), Merasa tidak panas (dingin), Peningkatan nadi dan laju pernafasan,
Peningkatan rasa haus, Dehidrasi ringan sampai berat, Mengantuk, delirium, atau
kejang akibat iritasi sel saraf, Kehilangan nafsu makan ( bila demam memanjang ).
3) Fase III ( pemulihan ), Saat fase pemulihan maka akan disertai Kulit tampak merah dan
hangat, Berkeringat, Mengigil ringan, Kemungkinan mengalami dehidrasi.

7
WOC
Febris atau biasa di sebut dengan demam dapat di definisikan dengan suatu keadaan suhu tubuh di
atas normal. 2 penyebab febris yaitu akibat dari suatu infeksi oleh kuman, virus, parasit, atau
mikroorganisme lain, dan febris yang di sebabkan oleh faktor non infeksi antara lain faktor alergi,
imunisasi, dehidrasi pada anak.

Febris

B1(Breating) B2 (Blood) B3(Brain) B4(Bladder) B5(BowelI B6(Bone)

Infeksi bakteri/virus Agen Infeksi


Agen Infeksi Dehidrasi
Agen infeksi Demam

Virus ke jaringan Penyebaran


Infeksi bakteri Sitokin, pirogen hematologi ke ginjal Demam
Meningkatnya metabolisme tubuh

Lapisan epitel rusak


Sekresi mucus berlebih Meransang Infeksi ginjal anoreksia Kelemahan
hipotalamus dan
aliran darah Infeksi pada
tenggorokan
Sesak nafas Penurunan fungsi ginjal Intake makanan MK. Intoleransi Aktivitas
MK. Hipertermia berkurang
Nyeri menelan
MK. Bersihan jalan nafas tidak Mk.
efektif Ketidakseimbangan MK. Defisit Nutrisi
MK.Nyeri Akut elektrolit

1
6. Manifestasi klinis febris
Menurut Suriadi dan Sodikin (2012) gejala demam sebagai berikut :
1. Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal (>37,5 oC – 40 oC)
2. Menggigil.
3. Berkeringat.
4. Gelisah atau lethargy/lelah (rasa tidak nyaman pada tubuh)
5. Tidak ada nafsu makan (demam mempengaruhi indera pengecapan)
6. Nadi dan pernapasan cepat (respon tubuh mengeluarkan panas)
7. Komplikasi febris
Menurut Nurarif (2015) komplikasi dari demam adalah:
a. Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam : terjadi karena kenaikan drastis pada temperatur tubuh. Jarang sekali
terjadi (1 dari 30 anak demam), sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun.
Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang.
c. Risiko persisten bakteremia, yaitu terdapat bakteri di dalam aliran darah akibat adanya
penyebaran infeksi dari bagian tubuh tertentu.
8. Pemeriksaan Penunjang
Tujuan pemeriksaan laboratorium, diantaranya untuk mendeteksi adanya penyakit,
menentukan faktor risiko penyakit, memantau perkembangan penyakit dan memantau
efektivitas pengobatan. Hasil pemeriksaan laboratorium memiliki peranan penting dalam
pengambilan keputusan medis, karena itu akurasi hasil menjadi suatu keharusan. Hasil
pemeriksaan yang tidak akurat dikarenakan persiapan pemeriksaan yang kurang optimal
akan menyebabkan tujuan pemeriksaan tidak tercapai dan dapat mengakibatkan diagnosa
yang kurang tepat dan berujung pada penanganan medis yang kurang tepat pula.
Pemeriksaan penunjang dilakukan pada anak yang mengalami demam bila secara
klinis faktor risiko tampak serta penyebab demam tidak diketahui secara spesifik.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu:
1. Pemeriksaan awal
Darah rutin, urin dan feses rutin, morfologi darah tepi, hitung jenis lekosit
2. Pemeriksaan atas indikasi
Kultur darah, urin atau feses, pengambilan cairan serebro spinal, toraks foto.
9. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan febris menurut Suriadi, Yuliani, dan Sodikin (2012) sebagai berikut :
1. Secara Fisik
1) Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
2) Pakaian anak diusahakan tidak tebal
3) Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
4) Kompres hangat (Tepid Water Sponge ) dengan cara :
a. Menyiapkan air hangat
b. Mencelupkan waslap atau handuk kecil ke waskom dan mengkompresnya di daerah
dahi, dada, dan ketiak.
c. Melakukan tindakan di atas beberapa kali (setelah kulit kering ).
1
d. Menghentikan prosedur bila suhu tubuh mendekati normal
2. Obat-obatan
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam
dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan
kardiopulmonal kronis, kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang
berisiko kejang demam. Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari
golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan kimianya tetapi
mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya.
Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase Asetaminofen merupakan
derivat para-aminofenol yang bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis
dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam
maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90 mgr/kbBB/hari. Pada umumnya dosis ini dapat
ditoleransi dengan baik. Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan
kerusakkan hepar. Pemberiannya dapat secara per oral maupun rektal.
Turunan asam propionat seperti ibuprofen juga bekerja menekan pembentukan
prostaglandin. Obat ini bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping yang
timbul berupa mual, perut kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan
aspirin. Efek samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia aplastik.
Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila dikombinasikan dengan
asetaminopen). Dosis terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam.
Metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukkan prostaglandin. Mempunyai
efek antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping pemberiannya berupa
agranulositosis, anemia aplastik dan perdarahan saluran cerna. Dosis terapeutik 10
mgr/kgBB/kali tiap 6-8 jam dan tidak dianjurkan untuk anak kurang dari 6 bulan.
Pemberiannya secara per oral, intramuskular atau intravena.
Asam mefenamat suatu obat golongan fenamat. Khasiat analgetiknya lebih kuat
dibandingkan sebagai antipiretik. Efek sampingnya berupa dispepsia dan anemia hemolitik.
Dosis pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan
tidak boleh diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.

1.1.2 Konsep Dasar Keperawatan Anak


1. Paradigma Keperawatan Anak
Paradigma keperawatan anak merupakan suatu landasan berpikir dalam penerapan
ilmu keperawatan anak. Landasan berpikir tersebut terdiri dari empat komponen, di
antaranya manusia dalam hal ini anak, keperawatan, sehat-sakit dan lingkungan yang dapat
digambarkan berikut ini:
1) Manusia (Anak)
Dalam keperawatan anak yang menjadi individu (klien) adalah anak yang diartikan
sebagai seseorang yang usianya kurang dari 18 (delapan belas) tahun dalam masa tumbuh
kembang, dengan kebutuhan khusus yaitu kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual.
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan
yang dimulai dari bayi hingga remaja. Dalam proses berkembang anak memiliki ciri fisik,
2
kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku sosial. Ciri fisik pada semua anak tidak
mungkin pertumbuhan fisiknya sama, demikian pula pada perkembangan kognitif
adakalanya cepat atau lambat. Perkembangan konsep diri sudah ada sejak bayi akan tetapi
belum terbentuk sempurna dan akan mengalami perkembangan seiring bertambahnya usia
anak. Pola koping juga sudah terbentuk sejak bayi di mana bayi akan menangis saat lapar.
Perilaku sosial anak juga mengalami perkembangan yang terbentuk mulai bayi seperti
anak mau diajak orang lain. Sedangkan respons emosi terhadap penyakit bervariasi
tergantung pada usia dan pencapaian tugas perkembangan anak, seperti pada bayi saat
perpisahan dengan orang tua maka responsnya akan menangis, berteriak, menarik diri dan
menyerah pada situasi yaitu diam.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan anak selalu diutamakan, mengingat
kemampuan dalam mengatasi masalah masih dalam proses kematangan yang berbeda
dibanding orang dewasa karena struktur fisik anak dan dewasa berbeda mulai dari
besarnya ukuran hingga aspek kematangan fisik. Proses fisiologis anak dengan dewasa
mempunyai perbedaan dalam hal fungsi tubuh dimana orang dewasa cenderung sudah
mencapai kematangan. Kemampuan berpikir anak dengan dewasa berbeda dimana fungsi
otak dewasa sudah matang sedangkan anak masih dalam proses perkembangan.
Demikian pula dalam hal tanggapan terhadap pengalaman masa lalu berbeda, pada
anak cenderung kepada dampak psikologis yang apabila kurang mendukung maka akan
berdampak pada tumbuh kembang anak sedangkan pada dewasa cenderung sudah
mempunyai mekanisme koping yang baik dan matang.
2) Sehat-sakit
Rentang sehat-sakit merupakan batasan yang dapat diberikan bantuan pelayanan
keperawatan pada anak adalah suatu kondisi anak berada dalam status kesehatan yang
meliputi sejahtera, sehat optimal, sehat, sakit, sakit kronis dan meninggal. Rentang ini
suatu alat ukur dalam menilai status kesehatan yang bersifat dinamis dalam setiap waktu.
Selama dalam batas rentang tersebut anak membutuhkan bantuan perawat baik secara
langsung maupun tidak langsung, seperti apabila anak dalam rentang sehat maka upaya
perawat untuk meningkatkan derajat kesehatan sampai mencapai taraf kesejahteraan baik
fisik, sosial maupun spiritual. Demikian sebaliknya apabila anak dalam kondisi kritis atau
meninggal maka perawat selalu memberikan bantuan dan dukungan pada keluarga. Jadi
batasan sehat secara umum dapat diartikan suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental
dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.
3) Lingkungan
Lingkungan dalam paradigma keperawatan anak yang dimaksud adalah lingkungan
eksternal maupun internal yang berperan dalam perubahan status kesehatan anak.
Lingkungan internal seperti anak lahir dengan kelainan bawaan maka di kemudian hari
akan terjadi perubahan status kesehatan yang cenderung sakit, sedang lingkungan eksternal
seperti gizi buruk, peran orang tua, saudara, teman sebaya dan masyarakat akan
mempengaruhi status kesehatan anak.
4) Keperawatan
Komponen ini merupakan bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan kepada anak
dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal dengan melibatkan
3
keluarga. Upaya tersebut dapat tercapai dengan keterlibatan langsung pada keluarga
mengingat keluarga merupakan sistem terbuka yang anggotanya dapat dirawat secara
efektif dan keluarga sangat berperan dalam menentukan keberhasilan asuhan keperawatan,
di samping keluarga mempunyai peran sangat penting dalam perlindungan anak dan
mempunyai peran memenuhi kebutuhan anak. Peran lainnya adalah mempertahankan
kelangsungan hidup bagi anak dan keluarga, menjaga keselamatan anak dan
mensejahterakan anak untuk mencapai masa depan anak yang lebih baik, melalui interaksi
tersebut dalam terwujud kesejahteraan anak.
2. Prinsip Keperawatan Anak
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak tentu berbeda dibandingkan
dengan orang dewasa. Banyak perbedaan-perbedaan yang diperhatikan dimana harus
disesuaikan dengan usia anak serta pertumbuhan dan perkembangan karena perawatan yang
tidak optimal akan berdampak tidak baik secara fisiologis maupun psikologis anak itu
sendiri. Perawat harus memperhatikan beberapa prinsip, mari kita pelajari prinsip tersebut.
Perawat harus memahami dan mengingat beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan
asuhan keperawatan anak, dimana prinsip tersebut terdiri dari:
1) Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik, artinya bahwa
tidak boleh memandang anak dari segi fisiknya saja melainkan sebagai individu yang
unik yang mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proses
kematangan.
2) Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai tahap
perkembangannya. Sebagai individu yang unik, anak memiliki berbagai kebutuhan
yang berbeda satu dengan yang lain sesuai tumbuh kembang. Kebutuhan fisiologis
seperti nutrisi dan cairan, aktivitas, eliminasi, tidur dan lain-lain, sedangkan kebutuhan
psikologis, sosial dan spiritual yang akan terlihat sesuai tumbuh kembangnya.
3) Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian pada anak mengingat anak adalah penerus generasi bangsa.
4) Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada
kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif dalam
memberikan asuhan keperawatan anak. Dalam mensejahterakan anak maka
keperawatan selalu mengutamakan kepentingan anak dan upayanya tidak terlepas dari
peran keluarga sehingga selalu melibatkan keluarga.
5) Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga untuk
mencegah, mengkaji, mengintervensi dan meningkatkan kesejahteraan hidup, dengan
menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek
hukum (legal).
6) Tujuan keperawatan anak dan keluarga adalah untuk meningkatkan maturasi atau
kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai makhluk biopsikososial dan
spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat. Upaya kematangan anak adalah
dengan selalu memperhatikan lingkungan yang baik secara internal maupun eksternal
dimana kematangan anak ditentukan oleh lingkungan yang baik.

4
7) Pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak berfokus pada ilmu
tumbuh kembang, sebab ini yang akan mempelajari aspek kehidupan anak.

3. Peran Perawat Anak


Perawat merupakan anggota dari tim pemberi asuhan keperawatan anak dan orang
tuanya. Perawat dapat berperan dalam berbagai aspek dalam memberikan pelayanan
kesehatan dan bekerjasama dengan anggota tim lain, dengan keluarga terutama dalam
membantu memecahkan masalah yang berkaitan dengan perawatan anak. Mari kita bahas
secara jelas tentang peran perawat anak. Perawat merupakan salah satu anggota tim
kesehatan yang bekerja dengan anak dan orang tua. Beberapa peran penting seorang
perawat, meliputi:
1) Sebagai pendidik.
Perawat berperan sebagai pendidik, baik secara langsung dengan memberi
penyuluhan/pendidikan kesehatan pada orang tua maupun secara tidak langsung dengan
menolong orang tua/anak memahami pengobatan dan perawatan anaknya. Kebutuhan orang
tua terhadap pendidikan kesehatan dapat mencakup pengertian dasar penyakit anaknya,
perawatan anak selama dirawat di rumah sakit, serta perawatan lanjut untuk persiapan
pulang ke rumah. Tiga domain yang dapat dirubah oleh perawat melalui pendidikan
kesehatan adalah pengetahuan, keterampilan serta sikap keluarga dalam hal kesehatan
khususnya perawatan anak sakit.
2) Sebagai konselor
Suatu waktu anak dan keluarganya mempunyai kebutuhan psikologis berupa
dukungan/dorongan mental. Sebagai konselor, perawat dapat memberikan konseling
keperawatan ketika anak dan keluarganya membutuhkan. Hal inilah yang membedakan
layanan konseling dengan pendidikan kesehatan. Dengan cara mendengarkan segala
keluhan, melakukan sentuhan dan hadir secara fisik maka perawat dapat saling bertukar
pikiran dan pendapat dengan orang tua tentang masalah anak dan keluarganya dan
membantu mencarikan alternatif pemecahannya.
3) Melakukan koordinasi atau kolaborasi.
Dengan pendekatan interdisiplin, perawat melakukan koordinasi dan kolaborasi
dengan anggota tim kesehatan lain dengan tujuan terlaksananya asuhan yang holistik dan
komprehensif. Perawat berada pada posisi kunci untuk menjadi koordinator pelayanan
kesehatan karena 24 jam berada di samping pasien. Keluarga adalah mitra perawat, oleh
karena itu kerjasama dengan keluarga juga harus terbina dengan baik tidak hanya saat
perawat membutuhkan informasi dari keluarga saja, melainkan seluruh rangkaian proses
perawatan anak harus melibatkan keluarga secara aktif.
4) Sebagai pembuat keputusan etik.
Perawat dituntut untuk dapat berperan sebagai pembuat keputusan etik dengan
berdasarkan pada nilai normal yang diyakini dengan penekanan pada hak pasien untuk
mendapat otonomi, menghindari hal-hal yang merugikan pasien dan keuntungan asuhan
keperawatan yaitu meningkatkan kesejahteraan pasien. Perawat juga harus terlibat dalam
perumusan rencana pelayanan kesehatan di tingkat kebijakan. Perawat harus mempunyai
suara untuk didengar oleh para pemegang kebijakan dan harus aktif dalam gerakan yang
5
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anak. Perawat yang paling mengerti tentang
pelayanan keperawatan anak. Oleh karena itu perawat harus dapat meyakinkan pemegang
kebijakan bahwa usulan tentang perencanaan pelayanan keperawatan yang diajukan dapat
memberi dampak terhadap peningkatan kualitas pelayanan kesehatan anak.
5) Sebagai peneliti.
Sebagai peneliti perawat anak membutuhkan keterlibatan penuh dalam upaya
menemukan masalah-masalah keperawatan anak yang harus diteliti, melaksanakan
penelitian langsung dan menggunakan hasil penelitian kesehatan/keperawatan anak dengan
tujuan meningkatkan kualitas praktik/asuhan keperawatan pada anak. Pada peran ini
diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam melihat fenomena yang ada dalam layanan
asuhan keperawatan anak sehari-hari dan menelusuri penelitian yang telah dilakukan serta
menggunakan literatur untuk memvalidasi masalah penelitian yang ditemukan. Pada tingkat
kualifikasi tertentu, perawat harus dapat melaksanakan penelitian yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas praktik keperawatan anak.

1.1.3. Manajemen Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1) Identitas klien
Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, umur, jenis kelamin, nama orang tua,
perkerjaan orang tua, alamat, suku, bangsa, agama.
2) Keluhan utama
Klien yang biasanya menderita febris mengeluh suhu tubuh panas > 37,5 °C,
berkeringat, mual/muntah.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Pada umumnya didapatkan peningktan suhu tubuh diatas 37,5 °C, gejala febris yang
biasanya yang kan timbul menggigil, mual/muntah, berkeringat, nafsu makan berkurang,
gelisah, nyeri otot dan sendi.
4) Riwayat kesehatan dulu
Pengakajian yang ditanyakan apabila klien pernah mengalmi penyakit sebelumnya.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit yang pernah di derita oleh keluarga baik itu penyakit keturunan ataupun
penyakit menular, ataupun penyakit yang sama.
6) Genogram
Petunjuk anggota keluarga klien.
7) Riwayat kehamilan dan kelahiran
Meliputi : prenatal, natal, postnatal, serta data pemebrian imunisasi pada anak.
8) Riwayat sosial
Pengkajian terhadap perkembangan dan keadaan sosial klien
9) Kebutuhan dasar
a. Makanan dan minuman
Biasa klien dengan febris mengalami nafsu makan, dan susuh untuk makan
sehingga kekurang asupan nutrisi.
b. Pola tidur
6
Biasa klien dengan febris mengalami susah untuk tidur karena klien merasa gelisah
dan berkeringat.
c. Mandi
Apakah klien menjaga kebersihan diri.
d. Eliminasi
Eliminasi klien febris biasanya susah untuk buang air besar dan juga bisa
mengakibatkan terjadi konsitensi bab menjadi cair.
10) Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran
Biasanya kesadran klien dengan febris 13-15
b. Berat badan serta tinggi badan
c. Tanda – tanda vital
Biasa klien dengan febris suhunya > 37,5 °C, nadi > 80 x menit
d. Head to toe
a) Kepala dan leher
Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau tidak
b) Kulit, rambut, kuku
Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada gangguan / kelainan.
c) Mata
Umumnya mulai terlihat cekung atau tidak.
d) Telinga, hidung, tenggorokan dan mulut
Bentuk, kebersihan, fungsi indranya adanya gangguan atau tidak, biasanya pada
klien dengan febris mukosa bibir klien akan kering dan pucat.
e) Thorak dan abdomen
Biasa pernafasan cepat dan dalam, abdomen biasanya nyeri dan ada peningkatan
bising usus bising (usus normal pada anak 5 – 15 x menit).
f) Sistem respirasi
Umumnya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam.
g) Sistem kardiovaskuler
Pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya meningkat
h) Sistem musculoskeletal
Terjadi gangguan apa tidak.
e. Pemeriksaan tingkat perkembangan
a) Kemandirian dan bergaul
Aktivitas sosial klien
b) Motorik halus
Gerakan yang menggunakan otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang
dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya : memindahkan
benda dari tangn satu ke yang lain, mencoret – coret, menggunting
c) Motorik kasar
Gerakan tubuh yang menggunakan otot – otot besar atau sebagian besar atau seluruh
anggota tubuh yang di pengaruhi oleh kematangan fisik anak contohnya
kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga.
7
d) Kognitif dan bahasa
Kemampuan klien untuk berbicara dan berhitung.
f. Data penunjang
Biasanaya dilakukan pemeriksaan labor urine, feses, darah, dan biasanya leokosit
nya > 10.000 ( meningkat ) , sedangkan Hb, Ht menurun.
g. Data pengobatan
Biasanya diberikan obat antipiretik untuk mengurangi shu tubuh klien, seperti
ibuprofen, paracetamol.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, proses penyakit (mis. Infeksi, kanker) ditandai dengan peningkatan
suhu tubuh diatas nilai normal. (D.0130)
2. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan
(mis. Dehidrasi), diare, muntah. (D.0037)
3. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis (mis. Stres, keengganan untuk
makan). (D.0032)
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan mengeluh lelah,
merasa lemas. (D.0056)

8
3. Intervensi
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
1. Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan ….. MANAJEMEN HIPERTERMIA (I.15506)
dengan peningkatan laju x…. jam diharapkan suhu tubuh tetap berada Observasi :
metabolisme, dehidrasi, pada rentang normal dengan kriteria hasil :  Identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi terpapar
terpapar lingkungan panas, 1. Suhu tubuh dalam batas normal (36°C– lingkungan panas penggunaan incubator)
proses penyakit (mis. 37.5° C).  Monitor suhu tubuh
Infeksi, kanker) ditandai 2. Suhu kulit membaik (tidak panas/hangat)  Monitor kadar elektrolit
dengan peningkatan suhu 3. Menggigil menurun.  Monitor haluaran urine
tubuh diatas nilai normal.
Terapeutik :
(D.0130)
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
 Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia
atau kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen,aksila)
 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin

1
 Batasi oksigen, jika perlu

Edukasi :
 Anjurkan tirah baring

Kolaborasi :
 Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
2. Risiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan ….. MANAJEMEN CAIRAN (I.03098)
elektrolit berhubungan x…. jam diharapkan keseimbangan elektrolit Observasi :
dengan ketidakseimbangan meningkat dengan kriteria hasil :  Monitor status hidrasi (mis, frekuensi nadi, kekuatan
cairan (mis. Dehidrasi), 1. Asupan cairan meningkat nadi, akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa,
diare, muntah. (D.0037) 2. Kelembaban membran mukosa meningkat turgor kulit, tekanan darah)
3. Dehidrasi menurun  Monitor berat badan harian
4. Turgor kulit membaik  Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis.
Hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urin , BUN)
 Monitor status hemodinamik ( Mis. MAP, CVP, PCWP
jika tersedia)

Terapeutik :
 Catat intake output dan hitung balans cairan dalam 24
jam
 Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan

2
 Berikan cairan intravena, jika perlu

Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
3. Risiko defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan ….. MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)
berhubungan dengan x…. jam diharapkan status nutrisi membaik Observasi :
ketidakmampuan menelan dengan kriteria hasil :  Identifikasi status nutrisi
makanan, ketidakmampuan 1. Nafsu makan membaik  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
mencerna makanan, faktor 2. Verbalisasi keinginan untuk  Identifikasi makanan yang disukai
psikologis (mis. Stres, meningkatkan nutrisi meningkat  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
keengganan untuk makan). 3. Frekuensi makan membaik.
 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
(D.0032)
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik :
 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

3
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik
jika asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi :
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.
Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan ….. MANAJEMEN ENERGI (I. 05178)
berhubungan dengan x…. jam diharapkan toleransi aktivitas Observasi :
kelemahan ditandai dengan meningkat dengan kriteria hasil :  Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
mengeluh lelah, merasa 1. Kemudahan dalam melakukan aktivitas kelelahan
lemas. (D.0056) sehari-hari meningkat  Monitor kelelahan fisik dan emosional
2. Perasaan lemah menurun  Monitor pola dan jam tidur
3. Frekuensi nafas membaik  Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan

4
aktivitas

Terapeutik :
 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.
cahaya, suara, kunjungan)
 Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
 Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan

Edukasi :
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi :
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan

5
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012). Pedoman implementasi
keperawatan menurut Dermawan (2012) sebagai berikut:
1) Tindakan yang dilakukan konsisten dengan rencana dan dilakukan setelah memvalidasi rencana.
Validasi menentukan apakah rencana masih relevan, masalah mendesak, berdasar pada rasional yang baik dan diindividualisasikan. Perawat memastikan bahwa tindakan yang sedang
diimplementasikan, baik oleh pasien, perawat atau yang lain, berorientasi pada tujuan dan hasil. Tindakan selama implementasi diarahkan untuk mencapai tujuan.
2) Keterampilan interpersonal, intelektual dan teknis dilakukan dengan kompeten dan efisien di lingkungan yang sesuai.
Perawat harus kompeten dan mampu melaksanakan keterampilan ini secara efisien guna menjalankan rencana. Kesadaran diri dan kekuatan serta keterbatasan perawat menunjang
pemberian asuhan yang kompeten dan efisien sekaligus memerankan peran keperawatan profesional.
3) Keamanan fisik dan psikologis pasien dilindungi.
Selama melaksanakan implementasi, keamanan fisik dan psikologis dipastikan dengan mempersiapkan pasien secara adekuat, melakukan asuhan keperawatan dengan terampil dan
efisien, menerapkan prinsip yang baik, mengindividualisasikan tindakan dan mendukung pasien selama tindakan tersebut.
4) Dokumentasi tindakan dan respon pasien dicantumkan dalam catatan perawatan kesehatan dan rencana asuhan.
Dokumentasi dalam catatan perawatan kesehatan terdiri atas deskripsi tindakan yang diimplementasikan dan respon pasien terhadap tindakan tersebut. Tindakan yang tidak
diimplementasikan juga dicatat disertai alasan. Dokumentasi rencana asuhan untuk meningkatkan kesinambungan asuhan dan untuk mencatat perkembangan pasien guna mencapai
kriteria hasil.

5) Evaluasi

6
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan,
merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011).
Ada tiga yang dapat terjadi pada tahap evaluasi, yaitu :
1) Masalah teratasi seluruhnya.
2) Masalah teratasi sebagian.
3) Masalah tidak teratasi.

7
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3227707
E-Mail : stikesekaharap110@yahoo.com

FORMAT PENGKAJIAN ANAK

Nama Mahasiswa : Erlisa


Nim : 2019.C.11a.1008
Tempat Praktek : PKM Kayon (Anak)
Tanggal Pengkajian & Jam : 04 Oktober 2021

8
2.1 Pengkajian
2.1.1 Anamnesa
2.1.1.1 Identitas Pasien
Nama Klien : An. A
TTL : 01 September 2020
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Suku/Bangsa : Dayak
Pendidikan : -
Alamat : Jl. Piranha Ujung no.30
Diagnosa Medis : Febris
2.1.1.2 Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. Benji
TTL : -
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Suku/Bangsa : Dayak
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Piranha Ujung no.30
Hubungan Keluarga : Ayah

2.1.1.3 Keluhan Utama


Ayah klien mengatakan anaknya malas makan sejak sakit.
2.1.1.4 Riwayat Kesehatan

9
1) Riwayat Kesehatan sekarang
Ayah klien mengatakan anaknya demam 2 hari yang lalu, sekarang tidak ada namun badan masih hangat. Ayah klien juga mengatakan anaknya pilek bening dan malas makan
sejak sakit. Lalu klien di bawa ke puskesmas kayon pada tanggal 02 oktober 2021 untuk memeriksa kondisi kesehatan. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan suhu tubuh :
37,9 oC, Nadi : 90x/menit, Pernapasan (RR) : 28x/menit, Bising Usus (BU) : 9x/menit. Berat Badan (BB) : 10,5 kg, Panjang Badan (PB) : 78 cm, tampak gusi bengkak, bibir
merah, kulit kering, kulit teraba hangat, tampak gelisah dan rewel, tidak ada mencret atau batuk.
2) Riwayat Kesehatan lalu
Ayah klien mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat penyakit seperti penyakit jantung, asma, ataupun kejang. Klien tidak pernah dirawat dirumah sakit, dan tidak memiliki
alergi makanan atau obat-obatan.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah klien mengatakan di keluarga tidak ada riwayat penyakit menular seperti HIV maupun Hepatitis.
4) Susunan Genogram
KET :
= Laki-Laki
= Perempuan
= Meninggal
= Pasien
= Tinggal Serumah

GENOGRAM KELUARGA

10
Gambar. 2.1Genogram keluarga

2.1.2 Pemeriksaan Fisik


2.1.2.1 Keadaan Umum
Turgor kulit kembali ‹2 detik (baik), tampak pilek bening, tampak gelisah dan rewel, kulit teraba hangat,
Tanda-tanda Vital
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 37,9 0C
Respirasi: 28 x/menit
2.1.2.2 Kepala dan Wajah
Bentuk kepala bulat, tidak ada benjolan, keadaan bersih, tidak ada ketombe, tidak ada rambut rontok, berwarna hitam. kedua mata simetris kanan dan kiri, tidak ada menggunakan
alat bantu penglihatan, dan fungsi penglihatan baik. Hidung sama kiri dan kanan, tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan, tampak pilek bening. Telingan sama kiri dan kanan, tidak
terdapat kotoran, tidak ada keluar cairan, fungsi pendengaran normal dan tidak terpasang alat bantu pendengaran.

11
2.1.2.3 Leher dan Tenggorokan
Tidak ada pembesaran kelenjar, mobilitas leher bebas, tidak ada peradangan pada tenggorokan.
2.1.2.4 Mulut dan Faring
Bibir merah, gusi bengkak, gigi mulai tumbuh, permukaan lidah berwarna merah,
2.1.2.5 Dada
Bentuk simetris, suara pernafasan normal, bunyi jantung normal (lup dup), tidak ada nyeri dada, tidak ada batuk, tidak menggunakan alat bantu pernafasan, pada saat diperkusi
tidak ada cairan dan tidak terdapat masa, pada saat auskultasi inspirasi dan ekspirasi normal.
2.1.2.6 Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran ataupun tonjolan, bising usus 9x/menit (normal), tidak ada udara di perut atau usus.
2.1.2.7 Eliminasi
BAB 1xhari, warna kecoklatan, konsistensi lembek, tidak ada mencret
BAK 4-6x/hari, warna jernih, tidak ada nyeri saat buang air kecil.
2.1.2.8.Ekstremitas
Kemampuan menggerakan sendi bebas, tidak ada nyeri, tidak ada pembengkakan, tidak ada kekakuan, tidak ada patah tulang

2.1.2.7 Genetalia
Laki-laki, tidak mengalami gatal-gatal, tidak ada iritasi, tidak ada kemerahan pada genetalia.
2.1.3 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
2.1.3.1 Gizi Selera makan
Pola Makan Sehari- Sesudah Sakit Sebelum Sakit
hari

12
Frekuensi/hari 2 x sehari 3-4 x sehari
Porsi 1/2 piring makan 1 piring makan
Nafsu makan Menurun Baik
Jenis Makanan Bubur, sup, lauk pauk Nasi, lauk pauk,
buah
Jenis Minuman Air putih Air putih
Jumlah minuman 900 cc/24 jam 1300 cc/24 jam
Kebiasaan makan Menurun Baik
Keluhan/masalah Malas makan Baik

2.1.3.2 Kemandirian dalam bergaul


Ayah klien mengatakan klien dapat berinteraksi atau bermain dengan baik dengan orang tua, keluarga dan orang lain.
2.1.3.3 Motorik halus
Klien dapat menjalankan motorik halus dengan baik seperti memindahkan benda (mainan), bertepuk tangan.
2.1.3.4 Motorik Kasar
Perkembangan motorik kasar klien baik, ayah klien mengatakan klien mulai bisa melangkah sambil berpegangan pada benda.
2.1.3.5 Kognitif dan Bahasa
Ayah klien mengatakan klien mampu membedakan orang tua dengan orang lain, klien mampu mengucapkan beberapa kata namun masih belum jelas.
2.1.3.6 Psikososial
Ayah klien mengatakan perkembangan psikososial anak baik dan tidak ada masalah.

13
2.1.4 Pola Aktivitas Sehari-hari
No Pola Kebiasaan Keterangan

Nutrisi
a. Frekuensi
a. 2x/hari
b. Nafsu Makan/selera
b. Malas makan sejak sakit
c. Jenis Makanan
c. Bubur, sup, lauk pauk
Eliminasi
a. BAB
a. 1 x/hari
b. BAK
b. 4-6x sehari.
Istirahat dan tidur
a. Siang/jam a. 1-2 jam
b. Malam/jam b. 6-7 jam
Personal Hyigene
a. Mandi
a. 2 x/hari
b. Oral Hygene
b. 2 x/hari

2.1.5 Data Penunjang


-
2.1.6 Penatalaksanaan Medis
NO Jenis Obat Dosis Indikasi

14
1 Ibuprofen sirup 2x1 sdk Untuk menurunkan demam,
nyeri, sakit kepala dan sakit
gigi.
2 Trifed sirup 2x1 sdk Mengandung zat aktif yang
digunakan untuk mengobati
gejala peradangan saluran
pernafasan bagian atas.

3 Becefort sirup 1x1 sdk Suplemen untuk membantu


memenuhi kebutuhan vitamin
C dan Vitamin B kompleks
anak dalam menunjang
tumbuh kembang.

Mahasiswa,

Erlisa

.......................................................................

15
ANALISA DATA

DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN MASALAH


OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Ayah klien mengatakan anaknya Penurunan asupan cairan Risiko
malas makan sejak sakit. dan eletrolit ketidakseimbangan
DO : ↓ elektrolit
 Tampak gusi bengkak Dehidrasi (gusi bengkak,
 Bibir merah bibir merah, kulit kering)

 Kulit kering ↓

 Jumlah minum setelah sakit 900 Resiko ketidakseimbangan

cc/24 jam Elektrolit

 Jumlah minum sebelum sakit 1300


cc/24 jam
 Bising usus (BU) : 9x/menit
 Berat Badan (BB) : 10,5 kg
 Panjang Badan (PB) : 78 cm
DS : Ayah klien mengatakan anaknya Dehidrasi Hipertermia
demam 2 hari yang lalu, sekarang ↓
tidak ada. Tubuh kehilangan cairan
DO : ↓
 Kulit teraba hangat Penurunan cairan intrasel

16
 Nadi : 90 x/menit ↓
 Suhu tubuh : 37,9 oC Peningkatan suhu tubuh

 Pernapasan (RR) : 28x/menit (37,9 oC)



Hipertermia
DS : Ayah klien mengatakan badan Peningkatan suhu tubuh Gangguan rasa
anaknya masih hangat. (37,9 oC) nyaman
DO : ↓
 Tampak pilek bening Badan hangat
 kulit teraba hangat ↓

 tampak gelisah dan rewel Gelisah

 Nadi : 90 x/menit ↓
Gangguan rasa nyaman
 Suhu tubuh : 37,9 oC
 Pernapasan (RR) : 28x/menit

17
PRIORITAS MASALAH

18
Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan
cairan (Dehidrasi) ditandai dengan kulit kering, gusi bengkak, bibir merah.
(D.0037)
Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi ditandai dengan peningkatan suhu
tubuh diatas nilai normal (37,9 Oc) dan kulit terasa hangat. (D.0130)
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh ditandai
dengan gelisah dan kulit hangat. (SDKI D.0074)

19
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien: An. A

Ruang Rawat: -

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional


Risiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN CAIRAN (I.03098) 1. Dengan memonitor status
elektrolit berhubungan keperawatan selama 2 x Observasi : hidrasi kita dapat mengetahui
dengan ketidakseimbangan pertemuan diharapkan  Monitor status hidrasi (mis, sejauh mana kondisi pasien
cairan (Dehidrasi) ditandai keseimbangan elektrolit turgor kulit, mukosa mulut, dan dapat menentukan
dengan kulit kering, gusi meningkat. gusi) tindakan yang tepat.
bengkak, bibir merah. KRITERIA HASIL: 2. Pemberian cairan sesuai
Terapeutik :
(D.0037) 1. Asupan cairan kebutuhan dapat mempercepat
 Berikan asupan cairan sesuai
meningkat pemulihan pasien.
kebutuhan
2. Dehidrasi menurun 3. Pemberian suplemen elektrolit
3. Turgor kulit membaik Kolaborasi : dan daya tahan tubuh dapat
4. Gusi bengkak menurun  Kolaborasi pemberian suplemen membantu memenuhi
eletrolit dan daya tahan tubuh, kecukupan elektrolit dan
jika perlu nutrisi tubuh pasien.
Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN HIPERTERMIA 1. Supaya kita mengetahui
dengan dehidrasi ditandai keperawatan selama 2 x (I.15506) kondisi pasien.
dengan peningkatan suhu pertemuan diharapkan suhu Observasi : 2. Pemberian cairan oral dapat

20
tubuh diatas nilai normal tubuh tetap berada pada  Monitor suhu tubuh mempercepat pemulihan
(37,9 Oc) dan kulit terasa rentang normal. pasien dan mengurangi gejala
Terapeutik :
hangat. (D.0130) KRITERIA HASIL: yang dialami pasien.
 Berikan cairan oral
1. Suhu tubuh dalam batas 3. Untuk mengurangi pergerakan
normal (36°C–37.5° C). Edukasi : pasien.
2. Suhu kulit membaik  Anjurkan tirah baring 4. Untuk menurunkan
(tidak panas/hangat) peningkatan suhu tubuh
Kolaborasi :
pasien.
 Kolaborasi pemberian obat
penurun panas, jika perlu
Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan Perawatan Kenyamanan 1. Dengan mengidentifikasi
berhubungan dengan keperawatan selama 2 x (I.08245) gejala yang tidak
peningkatan suhu tubuh pertemuan diharapkan suhu Observasi : menyenangkan kita dapat
ditandai dengan gelisah dan tubuh tetap berada pada  Identifikasi gejala yang tidak menentukan jenis tidakan
kulit hangat. (SDKI D.0074) rentang normal. menyenangkan (demam) yang tepat.
KRITERIA HASIL: Terapeutik : 2. Untuk membantu menurunkan
3. Suhu tubuh dalam batas  Berikan kompres dingin atau suhu tubuh pasien dan
normal (36°C–37.5° C). hangat mengurangi gejala.
4. Suhu kulit membaik Edukasi : 3. Agar keluarga pasien
(tidak panas/hangat)  Jelaskan mengenai kondisi mengetahui tentang kondisi
5. Tidak ada gelisah dan pilihan terapi/pengobatan pasien dan tindakan yang

21
5. 4. Tidak ada pilek Kolaborasi : diberikan.
 Kolaborasi pemberian 4. Kandungan dari anthistamin
anthistamin, jika perlu membantu mengatasi gejala
yang di alami pasien.

22
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No. Tanda tangan dan


Hari/Tanggal
Dx Implementasi Evaluasi (SOAP) Nama Perawat
Jam
Risiko Sabtu, 02 Oktober  Memonitor status hidrasi (turgor kulit, S : Ayah klien mengatakan nafsu makan
anaknya mulai membaik.
ketidakseimban 2021 mukosa mulut, gusi ) O:
gan elektrolit Pukul 09.00 wib  Memberikan asupan cairan sesuai - Pasien minum suplemen sesuai
kebutuhan takaran.
 Berkolaborasi pemberian suplemen - Asupan cairan pasien meningkat
eletrolit dan daya tahan tubuh. Erlisa
- Turgor kulit membaik

- Gusi bengkak menurun.


A : Masalah teratasi.
P : Pertahankan Intervensi
Hipertermia Sabtu, 02 Oktober  Memonitor suhu tubuh S : Ayah klien mengatakan badan anaknya
2021  Memberikan cairan oral tidak hangat lagi
Pukul 09.00 wib  Menganjurkan tirah baring O:

 Berkolaborasi pemberian obat penurun - Suhu : 37 oC

panas - Kulit teraba tidak hangat


Erlisa
- Asupan cairan pasien meningkat
A : Masalah teratasi.

23
P : Hentikan intervensi
Gangguan rasa Sabtu, 02 Oktober  Memberikan kompres hangat. S : Ayah klien mengatakan anaknya
nyaman 2021  Menjelaskan mengenai kondisi dan masih rewel
Pukul 09.00 wib pilihan terapi/pengobatan O:
 Berkolaborasi pemberian anthistamin - Pasien tampak masih gelisah

- Tampak masih pilek bening


A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Erlisa
- Memberikan kompres hangat.

- Menjelaskan mengenai kondisi


dan pilihan terapi/pengobatan
- Berkolaborasi pemberian
anthistamin

24
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PERAWATAN FEBRIS

Disusun Oleh :

Erlisa
2019. C.11a.1008
Tingkat III A/ Semester V

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022

25
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Pendidikan Kesehatan Perawatan Febris


Hari, tanggal : Rabu, 13 Oktober 2021
Waktu : 20 Menit
Sasaran : Keluarga Pasien
Tempat : Rumah Pasien
Penyuluh : Erlisa, Mahasiswa Prodi Sarjana Keperawatan STIKes Eka
Harap Palangka Raya.

1. Tujuan Intruksional Umum


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 20 menit. Keluarga An A dapat
mengatahui bagaimana perawatan febris.
2. Tujuan Insruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit keluarga pasien dapat memahami
dan mengetahui :
1. Apa itu febris.
2. Bagaimana perawatan febris.
3. Materi Penyuluhan (Terlampir)
1. Pengertian febris
2. Perawatan febris
4. Metode
1) Ceramah
2) Tanya Jawab
Penyuluhan dilakukan dengan media diskusi secara terbuka, yaitu dengan
memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga klien dapat mengajukan
pertanyaan setelah penyampain materi selesai.
5. Media
1) Leaflet
Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini dalam bentuk
selebaran mengenai informasi perawatan febris.
6. Kegiatan Penyuluhan

26
Hari/Tanggal : Rabu, 13 Oktober 2021
Pukul : 10.00-10.20 WIB
Alokasi Waktu : 20 menit
No Kegiatan Waktu Sasaran
1 Pembukaan : 1. Menjawab salam
1. Membuka kegiatan dengan 3 menit 2. Mendengarkan dan
mengucapkan salam memperhatikan
2. Menjelaskan tujuan dari
tujuan penyuluhan
3. Menyebutkan materi yang
akan diberikan
4. Kontrak waktu penyampaian
Materi
2 Pelaksanaan :
1. Mendengar
Menjelaskan tentang : 10 menit
1. Pengertian febris 2. Memperhatikan
2. Perawatan febris
3. Memberikan
3. Memberikan kesempatan
Pertanyaan
bertanya atau feedback
kepada sasaran

Evaluasi :
3 1 Menjawab pertanyaan. 5 menit Tanya Jawab

2 Menanyakan pada peserta


tentang materi yang telah
diberikan, dan meminta

27
kembali peserta untuk
mengulang materi yang telah
disampaikan.
4 Terminasi :
2 menit
1. Mengucapkan terima kasih 1. Mendengarkan
atas perhatian peserta 2. Menjawab salam

2. Mengucapkan salam penutup


7. Tugas Perorganisasian
1) Moderator : Erlisa
a. Membuka acara penyuluhan
b. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok
c. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
d. Mengatur jalannya acara.
2) Penyaji : Erlisa
1 Menyampaikan materi penyuluhan
2 Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3 Mengucapkan salam penutup
3) Simulator : Erlisa
Simulator adalah sebagai simulasi atau objek fisik benda nyata yang
didemonstrasikan
4) Fasilitator : Erlisa
Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang, memahami
tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat rencana guna
mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu dalam diskusi.
Tugas :
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir
3. Membuat dan megedarkan absen peserta penyuluhan
5) Dokumentasi : Erlisa

28
Dokumentator adalah orang yang mendokumentasikan suatu kegiatan yang
berkaitan dengan foto, pengumpulan data, dan menyimpan kumpulan dokumen
pada saat kegiatan berlangsung agar dapat disimpan sebagai arsip.
Tugas :
Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan pendidikan
kesehatan.
6) Notulen : Erlisa
Notulen adalah sebutan tentang perjalanan suatu kegiatan penyuluhan, seminar,
diskusi, atau sidang yang dimulai dari awal sampai akhir acara. Ditulis oleh
seorang Notulis yang mencatat seperti mencatat hal-hal penting. Dan mencatat
segala pertanyaan dari peserta kegiatan.
Tugas :
1. Mencatat poin-poin penting pada saat penyuluhan berlangsung.
2. Mencatat pertanyaan-pertanyaan dari audience dalam kegiatan penyuluhan
8. SETTING TEMPAT

Keterangan :
: Kamera

: Moderator,Penyaji,Simulator, Fasilitator, Dokumentator dan


Notulen

: Keluarga pasien

9. Rencana Evaluasi
1) Evaluasi Struktur

29
1. Tempat dan alat sesuai rencana.
2. Peran dan tugas sesuai rencana.
3. Setting tempat sesuai dengan rencana.
2) Evaluasi Proses
1. Selama kegiatan semua peserta dapat mengikuti seluruh kegiatan.
2. Selama kegiatan semua peserta aktif.
3. Bagaimana berlangsungnya proses penyuluhan, ada hambatan atau tidak ada
hambatan, keaktifan keluarga pasien dalam proses pembelajaran, hingga tanya
jawab.
3) Evaluasi Hasil
Keluarga pasien mampu mengetahui tentang perawatan febris.

Palangka Raya, 13 Oktober 2021


Mahasiswa,

Erlisa
2019.C.11a.1008

30
Lampiran

MATERI PENYULUHAN
PERAWATAN FEBRIS
1. Definisi Febris
Febris atau biasa di sebut dengan demam dapat di definisikan sebagai suatu
keadaan suhu tubuh di atas normal (>37,5 oC) yang disebabkan oleh infeksi seperti
kuman, virus, parasit, atau mikroorganisme lain. Selain itu, febris di sebabkan oleh
faktor non infeksi antara lain faktor alergi, imunisasi, dehidrasi. Gejala lain dari febris
selain peningkatan suhu tubuh yaitu menggigil, berkeringat, gelisah atau lethargy/lelah
(rasa tidak nyaman pada tubuh), tidak ada nafsu makan (demam mempengaruhi indera
pengecapan).
2. Perawatan Febris
1) Kompres hangat
Terapi kompres adalah suatu metode fisik turunkan suhu tubuh bila anak demam.
Untuk mengeluarkan panas dalam tubuh, area yang baik untuk kompres yaitu :
a. Kulit yang berada di leher
b. Ketiak (axila)
c. Selangkangan
 Cara memberi kompres hangat
Persiapan :
- Waskom kecil berisi air hangat

- Waslap atau handuk kecil secukupnya (2 buah)


Cara kerja :
1. Buka semua pakaian anak.
2. Basahi waslap dengan air hangat pada waskom.
3. Ambil 2 buah waslap yang telah dibasahi dan di peras, kemudian letakkan pada
kedua lipatan ketiak atau kedua selangkangan.
4. Ganti waslap tiap 3 menit atau waslap sudah mulai kering.
5. Lakukan berulang hingga anak tidak panas lagi atau suhu tubuh sudah mencapai
keadaan normal.

31
 Mengapa menggunakan air hangat :
Fungsi kompres hangat adalah melebarkan pembuluh darah, sehingga aliran darah
ke sel dan jaringan tubuh menjadi lancer. Jika menggunakan air dingin, maka akan
menyebabkan pembuluh darah menyempit sehingga pengeluaran panas tubuh sulit.
2) Obat penurun panas
Obat penurun panas diberikan pada anak dengan riwayat kejang demam
sebelumnya, pada demam yang jelas disebabkan oleh penyakit seperti malaria, tifoid,
tuberculosis, tonsillitis lakunaris, dan sebagainya.
Perlu di ketahui penggunaan obat penurun panas secara berlebihan atau tidak
sesuai dosis dapat menyebabkan masalah lebih serius bahkan dapat memperparah
kondisi. Anak dengan demam karena infeksi virus tidak selalu harus di berikan penurun
panas, terutama bila tidak terdapat keluhan terlalu banyak.
 Dampak obat penurun panas :
a. Pada anak dengan infeksi akan memperpanjang masa penyakitnya.
b. Dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya autism dan kerusakan
perkembangan saraf.
c. Menghambat pertumbuhan tubuh karena aktivitas pembelahan sel seperti sel
tulang dan otot akan terhambat.
d. Menghambat perkembangan mekanisme pertahanan tubuh yang optimal.
e. Perkembangan kekebalan spesifik tidak optimal karena aktivitas sel efektor
spesifik membentuk antibodi dan terhambat sel memori
f. Melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Jika demam tidak membaik dalam 3 hari setelah dilakukan kompres hangat dan
pemberian obat penurun panas segera bawa ke puskesmas ataupun dokter terdekat.

32
LEAFLET

33
DAFTAR PUSTAKA
Ns. Yuliastati,S.Kep, M.Kep,, Amelia Arnis, M.Nurs (2016). Buku ajar: Konsep Dasar
Keperawatan Anak. EGC, Jakarta.
Sodikin, 2012. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Pustaka Belajar. Yogyakarta.
Anisa, K. (2019). Efektifitas Kompres Hangat Untuk Menurunkan Suhu Tubuh Pada
an.D Dengan Hipertermia. Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan,
5(2), 122–127.
Dewi, A. K. (2016). Perbeedaan Penurunan Suhu Tubuh Antara Pemberian Kompres
Hangat Dengan Tepid Sponge Bath Pada Anak Demam. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, 1(1), 63–71.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

34

Anda mungkin juga menyukai