A
DENGAN DIAGNOSA MEDIS FEBRIS
DI PUSKESMAS KAYON
PALANGKA RAYA
Disusun Oleh :
Erlisa
2019.C.11a.1008
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini disusun oleh :
Nama : Erlisa
Nim : 2019.C.11a.1008
Prodi : S1 Keperawatan Tingkat 3A
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Diagnosa
Medis Febris di Puskesmas Kayon Palangka Raya.
KATA PENGANTAR
2
Segala Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan dengan judul “Laporan Pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Diagnosa Medis Febris di Puskesmas
Kayon Palangka Raya”. Laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini disusun
guna melengkapi tugas Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II).
Penyusunan Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka
Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ika Paskaria. S.,Kep.Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
4. Sri Wulandari T, S.Kep.,Ners selaku Pembimbing Lahan di Puskesmas Kayon
Palangka Raya.
Penyusun menyadari bahwa Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
ini banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan masukan dan
saran pembaca yang kontributif untuk kesempurnaan dimasa yang akan datang.
Penyusun sangat berharap semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Erlisa
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................1
1.1 Konsep Dasar............................................................................................1
1.1.1 Konsep Dasar Febris..........................................................................1
1. Definisi Febris....................................................................................1
2. Anatomi dan Fisiologi Febris.............................................................1
3. Etiologi Febris....................................................................................3
4. Klasifikasi Febris...............................................................................4
5. Patofisiologi Febris (WOC)...............................................................4
6. Manifestasi klinis Febris....................................................................6
7. Komplikasi Febris..............................................................................7
8. Pemeriksaan Penunjang Febris..........................................................7
9. Penatalaksanaan Medis Febris...........................................................9
1.1.2 Konsep Dasar Keperawatan Anak.....................................................9
1. Paradigma Keperawatan anak............................................................9
2. Prinsip Keperawatan Anak...............................................................10
3. Peran Perawat Anak.........................................................................10
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan....................................................19
1. Pengkajian........................................................................................19
2. Diagnosa Keperawatan....................................................................23
3. Intervensi..........................................................................................24
4. Implementasi....................................................................................29
5. Evaluasi............................................................................................29
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................30
2.1 Pengkajian..............................................................................................l30
2.2 Analisis Data...........................................................................................37
2.3 Intervensi.................................................................................................39
2.4 Implementasi dan Evaluasi......................................................................40
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP).......................................................41
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Dasar
1.1.1 Konsep Dasar Febris
1. Definisi
Febris atau biasa di sebut dengan demam dapat di definisikan dengan suatu keadaan
suhu tubuh di atas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu pada
hipotalamus anterior di otak, febris adalah meningkatnya temperatur tubuh secara abnormal
(Sodikin, 2012).
Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas
(termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam
dapat menyerang sistem tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan
perkembangan imunitas dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi
(Sodikin dalam Wardiyah, 2016).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam
tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal. Demam terjadi pada suhu > 37,
5°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, parasit), penyakit autoimun, kanker,
ataupun obat – obatan (Surinah dalam Hartini, 2015).
Dapat di simpulkan bahwa febris atau demam adalah suatu keadaan saat suhu badan
melebihi 37,5 0C yang umumnya disebabkan oleh penyakit atau peradangan. Kadang,
keadaan normal suhu tubuh manusia mengalami fluktuasi (berubah-ubah), seperti pada pagi
hari suhu tubuh biasanya lebih rendah, sedangkan di sore hari sedikit lebih tinggi. Ini
merupakan gejala yang wajar dapat di sebabkan oleh dehidrasi. Namun, bila suhu terus
menanjak lebih dari 37,5 derajat Celsius, itu artinya sedang dilanda demam, bukan tidak
mungkin ada penyakit lain yang harus diatasi.
2. Anatomi dan Fisiologi
6
terjadi setiap 3 hari disebut quartan intermittent fever. Tipe demam seperti ini acap
ditemukan pada penyakit malaria, kala azar, pyemia, sepsis dan lain-lain.
3. Demam Remiten, Pada demam remiten, suhu tubuh naik diatas normal sepanjang hari
dengan fluktuasinya lebih dari 1 0C. Jenis demam ini banyak ditemukan di klinik,
seperti pada tifoid, endokarditis, dan sebagainya.
4. Demam Septik, Pada tipe ini fluktuasi suhu tubuh antara puncak dan nadir sangat tinggi
dan biasanya lebih dari 5 0C. Keadaan ini dapat dijumpai pada keadaan sepsis.
5. Demam Pel Ebstein, Pada demam Pel Ebstein terjadi demam dengan periode bebas
demam selama 3-4 hari, untuk kemudian suhu tubuh kembali meningkat selama 7 – 10
hari. Demam tipe ini ditemukan pada infeksi mononucleosis.
5. Patofisiologi
Febris dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen. Saat mekanisme ini
berlangsung bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit, makrofag, serta
limfosit pembunuh yang memiliki granula dalam ukuran besar. Seluruh sel ini kemudian
mencerna hasil pemecahan bakteri, dan melepaskan zat interleukin-1 ke dalam cairan tubuh
(zat pirogen leukosit/pirogen endogen). Mekanisme febris terlihat jelas pada saat
interleukin-1 sudah sampai ke hipotalamus akan menimbulkan febris dengan cara
meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8– 10 menit (Sodikin, 2012). Febris sering
kali dikaitkan dengan adanya gangguan pada “set point” hipotalamus oleh karena infeksi,
alergi, endotoxin atau tumor (Sudarmoko, 2013).
Sewaktu febris berlangsung, akan terlihat berbagai gejala klinis tergantung dari fase
febris nya. Ada 3 fase yang terjadi selama febris berlangsung, yaitu :
1) Fase I ( awitan dingin atau menggigil ), Pada fase awal ini febris akan disertai dengan
Peningkatan denyut jantung, Peningkatan laju dan kedalaman pernafasan, Menggigil
akibat tegangan dan kontraksi otot, Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi,
Merasakan sensasi dingin, Dasar kuku mengalami sianosis (kebiruan) karena
vasokonstriksi (gangguan pada pembuluh darah), Rambut kulit berdiri, Pengeluaran
keringat berlebihan, Peningkatan suhu tubuh.
2) Fase II (proses febris), pada fase ini Proses menggigil hilang, Kulit terasa hangat
(panas), Merasa tidak panas (dingin), Peningkatan nadi dan laju pernafasan,
Peningkatan rasa haus, Dehidrasi ringan sampai berat, Mengantuk, delirium, atau
kejang akibat iritasi sel saraf, Kehilangan nafsu makan ( bila demam memanjang ).
3) Fase III ( pemulihan ), Saat fase pemulihan maka akan disertai Kulit tampak merah dan
hangat, Berkeringat, Mengigil ringan, Kemungkinan mengalami dehidrasi.
7
WOC
Febris atau biasa di sebut dengan demam dapat di definisikan dengan suatu keadaan suhu tubuh di
atas normal. 2 penyebab febris yaitu akibat dari suatu infeksi oleh kuman, virus, parasit, atau
mikroorganisme lain, dan febris yang di sebabkan oleh faktor non infeksi antara lain faktor alergi,
imunisasi, dehidrasi pada anak.
Febris
1
6. Manifestasi klinis febris
Menurut Suriadi dan Sodikin (2012) gejala demam sebagai berikut :
1. Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal (>37,5 oC – 40 oC)
2. Menggigil.
3. Berkeringat.
4. Gelisah atau lethargy/lelah (rasa tidak nyaman pada tubuh)
5. Tidak ada nafsu makan (demam mempengaruhi indera pengecapan)
6. Nadi dan pernapasan cepat (respon tubuh mengeluarkan panas)
7. Komplikasi febris
Menurut Nurarif (2015) komplikasi dari demam adalah:
a. Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam : terjadi karena kenaikan drastis pada temperatur tubuh. Jarang sekali
terjadi (1 dari 30 anak demam), sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun.
Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang.
c. Risiko persisten bakteremia, yaitu terdapat bakteri di dalam aliran darah akibat adanya
penyebaran infeksi dari bagian tubuh tertentu.
8. Pemeriksaan Penunjang
Tujuan pemeriksaan laboratorium, diantaranya untuk mendeteksi adanya penyakit,
menentukan faktor risiko penyakit, memantau perkembangan penyakit dan memantau
efektivitas pengobatan. Hasil pemeriksaan laboratorium memiliki peranan penting dalam
pengambilan keputusan medis, karena itu akurasi hasil menjadi suatu keharusan. Hasil
pemeriksaan yang tidak akurat dikarenakan persiapan pemeriksaan yang kurang optimal
akan menyebabkan tujuan pemeriksaan tidak tercapai dan dapat mengakibatkan diagnosa
yang kurang tepat dan berujung pada penanganan medis yang kurang tepat pula.
Pemeriksaan penunjang dilakukan pada anak yang mengalami demam bila secara
klinis faktor risiko tampak serta penyebab demam tidak diketahui secara spesifik.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu:
1. Pemeriksaan awal
Darah rutin, urin dan feses rutin, morfologi darah tepi, hitung jenis lekosit
2. Pemeriksaan atas indikasi
Kultur darah, urin atau feses, pengambilan cairan serebro spinal, toraks foto.
9. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan febris menurut Suriadi, Yuliani, dan Sodikin (2012) sebagai berikut :
1. Secara Fisik
1) Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
2) Pakaian anak diusahakan tidak tebal
3) Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
4) Kompres hangat (Tepid Water Sponge ) dengan cara :
a. Menyiapkan air hangat
b. Mencelupkan waslap atau handuk kecil ke waskom dan mengkompresnya di daerah
dahi, dada, dan ketiak.
c. Melakukan tindakan di atas beberapa kali (setelah kulit kering ).
1
d. Menghentikan prosedur bila suhu tubuh mendekati normal
2. Obat-obatan
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam
dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan
kardiopulmonal kronis, kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang
berisiko kejang demam. Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari
golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan kimianya tetapi
mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya.
Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase Asetaminofen merupakan
derivat para-aminofenol yang bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis
dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam
maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90 mgr/kbBB/hari. Pada umumnya dosis ini dapat
ditoleransi dengan baik. Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan
kerusakkan hepar. Pemberiannya dapat secara per oral maupun rektal.
Turunan asam propionat seperti ibuprofen juga bekerja menekan pembentukan
prostaglandin. Obat ini bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping yang
timbul berupa mual, perut kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan
aspirin. Efek samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia aplastik.
Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila dikombinasikan dengan
asetaminopen). Dosis terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam.
Metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukkan prostaglandin. Mempunyai
efek antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping pemberiannya berupa
agranulositosis, anemia aplastik dan perdarahan saluran cerna. Dosis terapeutik 10
mgr/kgBB/kali tiap 6-8 jam dan tidak dianjurkan untuk anak kurang dari 6 bulan.
Pemberiannya secara per oral, intramuskular atau intravena.
Asam mefenamat suatu obat golongan fenamat. Khasiat analgetiknya lebih kuat
dibandingkan sebagai antipiretik. Efek sampingnya berupa dispepsia dan anemia hemolitik.
Dosis pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan
tidak boleh diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.
4
7) Pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak berfokus pada ilmu
tumbuh kembang, sebab ini yang akan mempelajari aspek kehidupan anak.
8
3. Intervensi
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
1. Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan ….. MANAJEMEN HIPERTERMIA (I.15506)
dengan peningkatan laju x…. jam diharapkan suhu tubuh tetap berada Observasi :
metabolisme, dehidrasi, pada rentang normal dengan kriteria hasil : Identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi terpapar
terpapar lingkungan panas, 1. Suhu tubuh dalam batas normal (36°C– lingkungan panas penggunaan incubator)
proses penyakit (mis. 37.5° C). Monitor suhu tubuh
Infeksi, kanker) ditandai 2. Suhu kulit membaik (tidak panas/hangat) Monitor kadar elektrolit
dengan peningkatan suhu 3. Menggigil menurun. Monitor haluaran urine
tubuh diatas nilai normal.
Terapeutik :
(D.0130)
Sediakan lingkungan yang dingin
Longgarkan atau lepaskan pakaian
Basahi dan kipasi permukaan tubuh
Berikan cairan oral
Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia
atau kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen,aksila)
Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
1
Batasi oksigen, jika perlu
Edukasi :
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
2. Risiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan ….. MANAJEMEN CAIRAN (I.03098)
elektrolit berhubungan x…. jam diharapkan keseimbangan elektrolit Observasi :
dengan ketidakseimbangan meningkat dengan kriteria hasil : Monitor status hidrasi (mis, frekuensi nadi, kekuatan
cairan (mis. Dehidrasi), 1. Asupan cairan meningkat nadi, akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa,
diare, muntah. (D.0037) 2. Kelembaban membran mukosa meningkat turgor kulit, tekanan darah)
3. Dehidrasi menurun Monitor berat badan harian
4. Turgor kulit membaik Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis.
Hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urin , BUN)
Monitor status hemodinamik ( Mis. MAP, CVP, PCWP
jika tersedia)
Terapeutik :
Catat intake output dan hitung balans cairan dalam 24
jam
Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
2
Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
3. Risiko defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan ….. MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)
berhubungan dengan x…. jam diharapkan status nutrisi membaik Observasi :
ketidakmampuan menelan dengan kriteria hasil : Identifikasi status nutrisi
makanan, ketidakmampuan 1. Nafsu makan membaik Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
mencerna makanan, faktor 2. Verbalisasi keinginan untuk Identifikasi makanan yang disukai
psikologis (mis. Stres, meningkatkan nutrisi meningkat Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
keengganan untuk makan). 3. Frekuensi makan membaik.
Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
(D.0032)
Monitor asupan makanan
Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik :
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
3
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik
jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi :
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.
Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan ….. MANAJEMEN ENERGI (I. 05178)
berhubungan dengan x…. jam diharapkan toleransi aktivitas Observasi :
kelemahan ditandai dengan meningkat dengan kriteria hasil : Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
mengeluh lelah, merasa 1. Kemudahan dalam melakukan aktivitas kelelahan
lemas. (D.0056) sehari-hari meningkat Monitor kelelahan fisik dan emosional
2. Perasaan lemah menurun Monitor pola dan jam tidur
3. Frekuensi nafas membaik Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
4
aktivitas
Terapeutik :
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.
cahaya, suara, kunjungan)
Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi :
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
5
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012). Pedoman implementasi
keperawatan menurut Dermawan (2012) sebagai berikut:
1) Tindakan yang dilakukan konsisten dengan rencana dan dilakukan setelah memvalidasi rencana.
Validasi menentukan apakah rencana masih relevan, masalah mendesak, berdasar pada rasional yang baik dan diindividualisasikan. Perawat memastikan bahwa tindakan yang sedang
diimplementasikan, baik oleh pasien, perawat atau yang lain, berorientasi pada tujuan dan hasil. Tindakan selama implementasi diarahkan untuk mencapai tujuan.
2) Keterampilan interpersonal, intelektual dan teknis dilakukan dengan kompeten dan efisien di lingkungan yang sesuai.
Perawat harus kompeten dan mampu melaksanakan keterampilan ini secara efisien guna menjalankan rencana. Kesadaran diri dan kekuatan serta keterbatasan perawat menunjang
pemberian asuhan yang kompeten dan efisien sekaligus memerankan peran keperawatan profesional.
3) Keamanan fisik dan psikologis pasien dilindungi.
Selama melaksanakan implementasi, keamanan fisik dan psikologis dipastikan dengan mempersiapkan pasien secara adekuat, melakukan asuhan keperawatan dengan terampil dan
efisien, menerapkan prinsip yang baik, mengindividualisasikan tindakan dan mendukung pasien selama tindakan tersebut.
4) Dokumentasi tindakan dan respon pasien dicantumkan dalam catatan perawatan kesehatan dan rencana asuhan.
Dokumentasi dalam catatan perawatan kesehatan terdiri atas deskripsi tindakan yang diimplementasikan dan respon pasien terhadap tindakan tersebut. Tindakan yang tidak
diimplementasikan juga dicatat disertai alasan. Dokumentasi rencana asuhan untuk meningkatkan kesinambungan asuhan dan untuk mencatat perkembangan pasien guna mencapai
kriteria hasil.
5) Evaluasi
6
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan,
merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011).
Ada tiga yang dapat terjadi pada tahap evaluasi, yaitu :
1) Masalah teratasi seluruhnya.
2) Masalah teratasi sebagian.
3) Masalah tidak teratasi.
7
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
8
2.1 Pengkajian
2.1.1 Anamnesa
2.1.1.1 Identitas Pasien
Nama Klien : An. A
TTL : 01 September 2020
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Suku/Bangsa : Dayak
Pendidikan : -
Alamat : Jl. Piranha Ujung no.30
Diagnosa Medis : Febris
2.1.1.2 Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. Benji
TTL : -
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Suku/Bangsa : Dayak
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Piranha Ujung no.30
Hubungan Keluarga : Ayah
9
1) Riwayat Kesehatan sekarang
Ayah klien mengatakan anaknya demam 2 hari yang lalu, sekarang tidak ada namun badan masih hangat. Ayah klien juga mengatakan anaknya pilek bening dan malas makan
sejak sakit. Lalu klien di bawa ke puskesmas kayon pada tanggal 02 oktober 2021 untuk memeriksa kondisi kesehatan. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan suhu tubuh :
37,9 oC, Nadi : 90x/menit, Pernapasan (RR) : 28x/menit, Bising Usus (BU) : 9x/menit. Berat Badan (BB) : 10,5 kg, Panjang Badan (PB) : 78 cm, tampak gusi bengkak, bibir
merah, kulit kering, kulit teraba hangat, tampak gelisah dan rewel, tidak ada mencret atau batuk.
2) Riwayat Kesehatan lalu
Ayah klien mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat penyakit seperti penyakit jantung, asma, ataupun kejang. Klien tidak pernah dirawat dirumah sakit, dan tidak memiliki
alergi makanan atau obat-obatan.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah klien mengatakan di keluarga tidak ada riwayat penyakit menular seperti HIV maupun Hepatitis.
4) Susunan Genogram
KET :
= Laki-Laki
= Perempuan
= Meninggal
= Pasien
= Tinggal Serumah
GENOGRAM KELUARGA
10
Gambar. 2.1Genogram keluarga
11
2.1.2.3 Leher dan Tenggorokan
Tidak ada pembesaran kelenjar, mobilitas leher bebas, tidak ada peradangan pada tenggorokan.
2.1.2.4 Mulut dan Faring
Bibir merah, gusi bengkak, gigi mulai tumbuh, permukaan lidah berwarna merah,
2.1.2.5 Dada
Bentuk simetris, suara pernafasan normal, bunyi jantung normal (lup dup), tidak ada nyeri dada, tidak ada batuk, tidak menggunakan alat bantu pernafasan, pada saat diperkusi
tidak ada cairan dan tidak terdapat masa, pada saat auskultasi inspirasi dan ekspirasi normal.
2.1.2.6 Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran ataupun tonjolan, bising usus 9x/menit (normal), tidak ada udara di perut atau usus.
2.1.2.7 Eliminasi
BAB 1xhari, warna kecoklatan, konsistensi lembek, tidak ada mencret
BAK 4-6x/hari, warna jernih, tidak ada nyeri saat buang air kecil.
2.1.2.8.Ekstremitas
Kemampuan menggerakan sendi bebas, tidak ada nyeri, tidak ada pembengkakan, tidak ada kekakuan, tidak ada patah tulang
2.1.2.7 Genetalia
Laki-laki, tidak mengalami gatal-gatal, tidak ada iritasi, tidak ada kemerahan pada genetalia.
2.1.3 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
2.1.3.1 Gizi Selera makan
Pola Makan Sehari- Sesudah Sakit Sebelum Sakit
hari
12
Frekuensi/hari 2 x sehari 3-4 x sehari
Porsi 1/2 piring makan 1 piring makan
Nafsu makan Menurun Baik
Jenis Makanan Bubur, sup, lauk pauk Nasi, lauk pauk,
buah
Jenis Minuman Air putih Air putih
Jumlah minuman 900 cc/24 jam 1300 cc/24 jam
Kebiasaan makan Menurun Baik
Keluhan/masalah Malas makan Baik
13
2.1.4 Pola Aktivitas Sehari-hari
No Pola Kebiasaan Keterangan
Nutrisi
a. Frekuensi
a. 2x/hari
b. Nafsu Makan/selera
b. Malas makan sejak sakit
c. Jenis Makanan
c. Bubur, sup, lauk pauk
Eliminasi
a. BAB
a. 1 x/hari
b. BAK
b. 4-6x sehari.
Istirahat dan tidur
a. Siang/jam a. 1-2 jam
b. Malam/jam b. 6-7 jam
Personal Hyigene
a. Mandi
a. 2 x/hari
b. Oral Hygene
b. 2 x/hari
14
1 Ibuprofen sirup 2x1 sdk Untuk menurunkan demam,
nyeri, sakit kepala dan sakit
gigi.
2 Trifed sirup 2x1 sdk Mengandung zat aktif yang
digunakan untuk mengobati
gejala peradangan saluran
pernafasan bagian atas.
Mahasiswa,
Erlisa
.......................................................................
15
ANALISA DATA
Kulit kering ↓
16
Nadi : 90 x/menit ↓
Suhu tubuh : 37,9 oC Peningkatan suhu tubuh
Nadi : 90 x/menit ↓
Gangguan rasa nyaman
Suhu tubuh : 37,9 oC
Pernapasan (RR) : 28x/menit
17
PRIORITAS MASALAH
18
Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan
cairan (Dehidrasi) ditandai dengan kulit kering, gusi bengkak, bibir merah.
(D.0037)
Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi ditandai dengan peningkatan suhu
tubuh diatas nilai normal (37,9 Oc) dan kulit terasa hangat. (D.0130)
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh ditandai
dengan gelisah dan kulit hangat. (SDKI D.0074)
19
RENCANA KEPERAWATAN
Ruang Rawat: -
20
tubuh diatas nilai normal tubuh tetap berada pada Monitor suhu tubuh mempercepat pemulihan
(37,9 Oc) dan kulit terasa rentang normal. pasien dan mengurangi gejala
Terapeutik :
hangat. (D.0130) KRITERIA HASIL: yang dialami pasien.
Berikan cairan oral
1. Suhu tubuh dalam batas 3. Untuk mengurangi pergerakan
normal (36°C–37.5° C). Edukasi : pasien.
2. Suhu kulit membaik Anjurkan tirah baring 4. Untuk menurunkan
(tidak panas/hangat) peningkatan suhu tubuh
Kolaborasi :
pasien.
Kolaborasi pemberian obat
penurun panas, jika perlu
Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan Perawatan Kenyamanan 1. Dengan mengidentifikasi
berhubungan dengan keperawatan selama 2 x (I.08245) gejala yang tidak
peningkatan suhu tubuh pertemuan diharapkan suhu Observasi : menyenangkan kita dapat
ditandai dengan gelisah dan tubuh tetap berada pada Identifikasi gejala yang tidak menentukan jenis tidakan
kulit hangat. (SDKI D.0074) rentang normal. menyenangkan (demam) yang tepat.
KRITERIA HASIL: Terapeutik : 2. Untuk membantu menurunkan
3. Suhu tubuh dalam batas Berikan kompres dingin atau suhu tubuh pasien dan
normal (36°C–37.5° C). hangat mengurangi gejala.
4. Suhu kulit membaik Edukasi : 3. Agar keluarga pasien
(tidak panas/hangat) Jelaskan mengenai kondisi mengetahui tentang kondisi
5. Tidak ada gelisah dan pilihan terapi/pengobatan pasien dan tindakan yang
21
5. 4. Tidak ada pilek Kolaborasi : diberikan.
Kolaborasi pemberian 4. Kandungan dari anthistamin
anthistamin, jika perlu membantu mengatasi gejala
yang di alami pasien.
22
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
23
P : Hentikan intervensi
Gangguan rasa Sabtu, 02 Oktober Memberikan kompres hangat. S : Ayah klien mengatakan anaknya
nyaman 2021 Menjelaskan mengenai kondisi dan masih rewel
Pukul 09.00 wib pilihan terapi/pengobatan O:
Berkolaborasi pemberian anthistamin - Pasien tampak masih gelisah
24
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PERAWATAN FEBRIS
Disusun Oleh :
Erlisa
2019. C.11a.1008
Tingkat III A/ Semester V
25
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
26
Hari/Tanggal : Rabu, 13 Oktober 2021
Pukul : 10.00-10.20 WIB
Alokasi Waktu : 20 menit
No Kegiatan Waktu Sasaran
1 Pembukaan : 1. Menjawab salam
1. Membuka kegiatan dengan 3 menit 2. Mendengarkan dan
mengucapkan salam memperhatikan
2. Menjelaskan tujuan dari
tujuan penyuluhan
3. Menyebutkan materi yang
akan diberikan
4. Kontrak waktu penyampaian
Materi
2 Pelaksanaan :
1. Mendengar
Menjelaskan tentang : 10 menit
1. Pengertian febris 2. Memperhatikan
2. Perawatan febris
3. Memberikan
3. Memberikan kesempatan
Pertanyaan
bertanya atau feedback
kepada sasaran
Evaluasi :
3 1 Menjawab pertanyaan. 5 menit Tanya Jawab
27
kembali peserta untuk
mengulang materi yang telah
disampaikan.
4 Terminasi :
2 menit
1. Mengucapkan terima kasih 1. Mendengarkan
atas perhatian peserta 2. Menjawab salam
28
Dokumentator adalah orang yang mendokumentasikan suatu kegiatan yang
berkaitan dengan foto, pengumpulan data, dan menyimpan kumpulan dokumen
pada saat kegiatan berlangsung agar dapat disimpan sebagai arsip.
Tugas :
Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan pendidikan
kesehatan.
6) Notulen : Erlisa
Notulen adalah sebutan tentang perjalanan suatu kegiatan penyuluhan, seminar,
diskusi, atau sidang yang dimulai dari awal sampai akhir acara. Ditulis oleh
seorang Notulis yang mencatat seperti mencatat hal-hal penting. Dan mencatat
segala pertanyaan dari peserta kegiatan.
Tugas :
1. Mencatat poin-poin penting pada saat penyuluhan berlangsung.
2. Mencatat pertanyaan-pertanyaan dari audience dalam kegiatan penyuluhan
8. SETTING TEMPAT
Keterangan :
: Kamera
: Keluarga pasien
9. Rencana Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
29
1. Tempat dan alat sesuai rencana.
2. Peran dan tugas sesuai rencana.
3. Setting tempat sesuai dengan rencana.
2) Evaluasi Proses
1. Selama kegiatan semua peserta dapat mengikuti seluruh kegiatan.
2. Selama kegiatan semua peserta aktif.
3. Bagaimana berlangsungnya proses penyuluhan, ada hambatan atau tidak ada
hambatan, keaktifan keluarga pasien dalam proses pembelajaran, hingga tanya
jawab.
3) Evaluasi Hasil
Keluarga pasien mampu mengetahui tentang perawatan febris.
Erlisa
2019.C.11a.1008
30
Lampiran
MATERI PENYULUHAN
PERAWATAN FEBRIS
1. Definisi Febris
Febris atau biasa di sebut dengan demam dapat di definisikan sebagai suatu
keadaan suhu tubuh di atas normal (>37,5 oC) yang disebabkan oleh infeksi seperti
kuman, virus, parasit, atau mikroorganisme lain. Selain itu, febris di sebabkan oleh
faktor non infeksi antara lain faktor alergi, imunisasi, dehidrasi. Gejala lain dari febris
selain peningkatan suhu tubuh yaitu menggigil, berkeringat, gelisah atau lethargy/lelah
(rasa tidak nyaman pada tubuh), tidak ada nafsu makan (demam mempengaruhi indera
pengecapan).
2. Perawatan Febris
1) Kompres hangat
Terapi kompres adalah suatu metode fisik turunkan suhu tubuh bila anak demam.
Untuk mengeluarkan panas dalam tubuh, area yang baik untuk kompres yaitu :
a. Kulit yang berada di leher
b. Ketiak (axila)
c. Selangkangan
Cara memberi kompres hangat
Persiapan :
- Waskom kecil berisi air hangat
31
Mengapa menggunakan air hangat :
Fungsi kompres hangat adalah melebarkan pembuluh darah, sehingga aliran darah
ke sel dan jaringan tubuh menjadi lancer. Jika menggunakan air dingin, maka akan
menyebabkan pembuluh darah menyempit sehingga pengeluaran panas tubuh sulit.
2) Obat penurun panas
Obat penurun panas diberikan pada anak dengan riwayat kejang demam
sebelumnya, pada demam yang jelas disebabkan oleh penyakit seperti malaria, tifoid,
tuberculosis, tonsillitis lakunaris, dan sebagainya.
Perlu di ketahui penggunaan obat penurun panas secara berlebihan atau tidak
sesuai dosis dapat menyebabkan masalah lebih serius bahkan dapat memperparah
kondisi. Anak dengan demam karena infeksi virus tidak selalu harus di berikan penurun
panas, terutama bila tidak terdapat keluhan terlalu banyak.
Dampak obat penurun panas :
a. Pada anak dengan infeksi akan memperpanjang masa penyakitnya.
b. Dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya autism dan kerusakan
perkembangan saraf.
c. Menghambat pertumbuhan tubuh karena aktivitas pembelahan sel seperti sel
tulang dan otot akan terhambat.
d. Menghambat perkembangan mekanisme pertahanan tubuh yang optimal.
e. Perkembangan kekebalan spesifik tidak optimal karena aktivitas sel efektor
spesifik membentuk antibodi dan terhambat sel memori
f. Melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Jika demam tidak membaik dalam 3 hari setelah dilakukan kompres hangat dan
pemberian obat penurun panas segera bawa ke puskesmas ataupun dokter terdekat.
32
LEAFLET
33
DAFTAR PUSTAKA
Ns. Yuliastati,S.Kep, M.Kep,, Amelia Arnis, M.Nurs (2016). Buku ajar: Konsep Dasar
Keperawatan Anak. EGC, Jakarta.
Sodikin, 2012. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Pustaka Belajar. Yogyakarta.
Anisa, K. (2019). Efektifitas Kompres Hangat Untuk Menurunkan Suhu Tubuh Pada
an.D Dengan Hipertermia. Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan,
5(2), 122–127.
Dewi, A. K. (2016). Perbeedaan Penurunan Suhu Tubuh Antara Pemberian Kompres
Hangat Dengan Tepid Sponge Bath Pada Anak Demam. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, 1(1), 63–71.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
34