Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ASFIKSIA

Untuk Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kep. Anak 1

Dosen Pengampu :Hani Handayani, M. Kep.

Oleh :

Putri Nabila C1914201045

Nurazizah C1914201058

KELAS 2B

PRODI S1-ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “MAKALAH ASFIKISIA” ini dengan lancar. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas ujian tengah semester
yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Anak 1 .

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat


kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan, untuk ini saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi untuk perbaikan pada masa yang akan
datang.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, dan untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk

maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Tasikmalaya, April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI:

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

A. Laporan Pendahuluan ..................................................................... 3


1. Pengertian ................................................................................. 3
2. Klasifikasi ................................................................................ 4
3. Penyebab .................................................................................. 5
4. Patofisiologi ............................................................................. 6
5. Pathway .................................................................................... 7
6. Tanda dan Gejala...................................................................... 7
7. Komplikasi ............................................................................... 8
8. Pemeriksaan Diagnostik ........................................................... 8
9. Penatalaksanaan ....................................................................... 8
10. Penatalaksanaan Resusitasi ...................................................... 9
B. Konsep Asuhan Keperawatan ........................................................ 11
1. Pengkajian ................................................................................ 11
2. Diagnosa Keperawatan............................................................. 13
3. Perencanaan Keperawatan ....................................................... 13
4. Pelaksanaan keperawatan ........................................................ 16
5. Evaluasi keperawatan .............................................................. 16
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 18

A. Kesimpulan..................................................................................... 18
B. Saran ............................................................................................... 18

Daftar Pustaka................................................................................................ iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan
factor-faktor yang timbul dalam kehamilan persalinan atau segera
setelah bayi lahir. Akibat kurangnya daya angkut oksigen untuk paru-paru
sehingga jantung neonatus tersebut tidak bekerja secara optimal yang
akibatnya aliran darah tidak dapat disalurkan ke otak yang kemudian
menimbulkan kerusakan otak karena otak tidak dapat melakukan metabolisme
sel dan jaringan. Sehingga tidak terjadi pembentukan sel dan jaringan dalam
tubuh neonatus karena tidak ada bahan (oksigen ) untuk melakukan
metabolisme.
Angka kematian bayi (AKB) atau infant mortality rate (IMR) adalah
jumlah kematian bayi di bawah usia satu tahu pada setiap 1000 kelahiran
hidup. Angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 32 per
1000 kelahiran hidup. Artinya terdapat 32 bayi yang meninggal dalam setiap
1000 kelahiran hidup. Pencapaian AKB pada Tahun 2012 tidak sesuai dengan
target renstra kemenkes yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2014
(SDKI,2012).
Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120
juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian
meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57%
meninggal pada masa neonatal (usia di bawah 1 bulan). Dikatakan usia
dibawah 1 bulan karena dalam usia tersebut bayi dan organ-organ bayi masih
dalam masa pengadaptasian dengan lingkungan barunya yang tidak lagi
dalam kandungan ibu. Setiap 6 menit terdapat 1 neonatus yang
meninggal. Penyebab kematian neonatal di Indonesia adalah berat bayi
lahir rendah 29%, asfiksia 27%, trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi
lain, dan kealainan congenital.

1
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan
mengatasi penyebab utama kematian bayi baru lahir dan penanganan
segera, meliputi pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan
normal atau dasar, dan pelayanan asuhan neonatal oleh tenaga
professional. Untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir karena
asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir,
kemampuan dan keterampilan ini harus digunakan setiap kali menolong
persalinan.
Oleh karena itu, keterampilan dan kemampuan penanganan
resusitasi pada neonatal sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga
professional yang terlibat dalam penanganan bayi baru lahir. Karena
resusitasi ini adalah penanganan yang pertama kali dilakukan saat bayi
baru lahir tersebut mengalami asfiksia.
B. Rumusan masalah
1. Mengetahui apa pengertian dari asfiksia?
2. Bagaimana konsep dasar dari penyakit asfiksia dan apa saja dampak untuk
faktor KDM?
3. Bagaimana konsep asuhan keperawatan untuk penyakit Asfiksia?
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada
bayi dengan asfiksia secara komprehensif
2. Tujuan Khusus
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa dapat :
a. Mengidentifikasi penyebab asfiksia pada bayi,
b. Mengidentifikasi masalah potensial bayi dengan asfiksia,
c. Mengidentifikasi kebutuhan segera pada bayi dengan asfiksia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Laporan Pendahuluan Asfiksia


1. Pengertian
Asfiksia Neonatorum adalah kegagalan nafas secara spontan dan
teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang di tandai
dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis (Maryunani, 2013).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak
dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini
biasanya disertai dengan keadaan hipoksia dan hiperkapnu serta sering
berakhir dengan asidosis (Marwiyah, 2016).
Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan
pernapasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau
beberapa saat sesudah lahir. Bayi mungkin lahir dalam kondisi asfiksia
(asfiksia primer) atau mungkin dapat bernapas tetapi kemudian mengalami
asfiksia beberapa saat setelah lahir (asfiksia sekunder) (Fauziah dan
Sudarti, 2014).
Asfiksia merupakan keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir keadaan tersebut dapat
disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis.
(Fauziah dan Sudarti,2014).
Jadi, dapat disimpulkan dari beberapa pengertian diatas Asfiksia
Neonatorum adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang di tandai dengan
hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis. Keadaan ini biasanya disertai
dengan keadaan hipoksia dan hiperkapnu serta sering berakhir dengan
asidosis. Bayi mungkin lahir dalam kondisi asfiksia atau mungkin dapat
bernapas tetapi kemudian mengalami asfiksia beberapa saat setelah lahir .

3
2. Klasifikasi
Menurut Maryunani, 2013 klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR
yaitu :
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0
b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Berikut tabel penilaian APGAR Score pada BBL:
Tabel 2.1
APGAR SCORE
Nilai 0 1 2
Nafas Tidak ada Tidak teratur Teratur
Denyut jantung Tidak ada <100 >100
Warna kulit Biru/pucat Tubuh merah Merah jambu
jambu, dan kaki
tangan biru
Gerakan/ tonus Tidak ada Sedikit fleksi Fleksi
otot
Refleks Tidak ada Lemah/lambat Kuat
(menangis)
(Sumber: Maryunani, 2013)
Berikut penilaian gawat nafas menggunakan Down Score:
Tabel 2.2
Down Score pada Neonatus
Nilai 0 1 2
Frekuensi Nafas < 60 x/menit 60-80 x/menit >80 xmenit
Sianosis Tidak sianosis Sianosis hilang Sianosis
dengan O2 menetap
walaupun diberi
O2

4
Retraksi Tidak ada Retraksi ringan Retraksi berat
retraksi
Air Entry Udara masuk Penurunan Tidak ada udara
bilateral baik ringan udara masuk
masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengan Dapat didengar
stetoskop tanpa alat bantu
(Sumber: Scribd, 2017)
Keterangan:
0-4: Distress napas ringan, membutuhkan O2 nasal atau headbox
4-7: Distress napas sedang, membutuhkan nasal CPAP
>7: Distress napas berat, ancaman gagal napas, membutuhkan intubasi
(perlu pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD))
3. Penyebab
Penyebab secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran
gas atau pengangkutanO₂dari ibu ke janin, pada masa kehamilan,
persalinan atau segera setelah lahir. Penyebab kegagalan pernafasan pada
bayi (Marwiyah 2016) :
a. Faktor ibu
Hipoksia ibu akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya. Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat
pemberian analgetika atau anesthesi dalam gangguan kontraksi uterus,
hipotensi mendadak karena pendarahan, hipertensi karena eklamsia,
penyakit jantung dan lain-lain.
b. Faktor plasenta
Yang meliputi solutio plasenta, pendarahan pada plasenta previa,
plasenta tipis, plasenta kecil, plasenta tak menempel pada tempatnya.
c. Faktor janin dan neonatus
Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit ke leher, kompresi
tali pusat antara janin dan jalan lahir, gamelli, IUGR, kelainan
kongenitaldaan lain-lain.

5
d. Faktor persalinan
Meliputi partus lama, partus tindakan dan lain-lain.
4. Patofisiologi
Segera setelah lahir bayi akan menarik napas yang pertama kali
(menangis), pada saat ini paru janin mulai berfungsi untuk resoirasi.
Alveoli akan mengembang udara akan masuk dan cairan yang ada didalam
alveoli akan meninggalkan alveli secara bertahap. Bersamaan dengan ini
arteriol paru akan mengembang dan aliran darah ke dalam paru meningkat
secara memadai.
Bila janin kekurangan O₂dan kadar CO₂bertambah , maka
timbullah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung
janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O₂terus berlangsung maka nervus
vagus tidak dapat di pengaruhi lagi. Timbullah kini rangsangan dari nervu
simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat dan akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernapasan intrauterine dan bila kita
periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
berkembang.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernapasan yang dalam,
denyut jantung terus menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan
bayi akan terlihat lemas. Pernapasan makin lama makin lemah sampai bayi
memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut
jantung, tekanan darah dan kadar O₂dalam darah (PaO₂) terus menurun.
Bayi sekarang tidak dapat bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukkan upaya pernapasan secara spontan (Sudarti dan Fauziah,
2012).

6
5. Pathway

Gambar 5.1. Pathway Asfiksia


(Sumber: Sudarti dan Fauziah, 2013)
6. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada bayi baru lahir dengan asfiksia menurut
Sukarni & Sudarti(2012). antara lain :
a. Tidak bernafas atau napas megap-megap atau pernapasan cepat,
pernapasan cuping hidung.
b. Pernapasan tidak teratur atau adanya retraksi dinding dada
c. Tangisan lemah atau merintih
d. Warna kulit pucat atau biru
e. Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai
f. Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardia) kurangdari 100 kali
per menit.
Sedangkan, tanda dan gejalabayi baru lahir dengan asfiksia(Sudarti dan
Fauziah 2012)antara lain:
a. Pernapasan cuping hidung

7
b. Pernapasan cepat
c. Nadi cepat
d. Sianosis
e. Nilai APGAR kurang dari 6
7. Komplikasi
Dampak yang akan terjadi jika bayi baru lahir dengan asfiksia tidak
di tangani dengan cepat maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut antara
lain: perdarahan otak, anuragia, dan onoksia, hyperbilirubinemia, kejang
sampai koma. Komplikasi tersebut akan mengakibatkan gangguan
pertumbuhan bahkan kematian pada bayi (Surasmi, 2013)
8. Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa pemeriksaan diagnostik adanya asfiksia pada bayi (Sudarti dan
Fauziah, 2013) yaitu :
a. Pemeriksaan analisa gas darah
b. Pemeriksaan elektrolit darah
c. Berat badan bayi
d. Penilaiaan APGAR Score
e. Pemeriksaan EGC dan CT-Scan
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asfiksia(Surasmi, 2013)adalah :
a. Membersihkan jalan napas dengan pengisapan lendir dan kasa steril
b. Potong tali pusat dengan teknik aseptik dan dengan antiseptik
c. Apabila bayi tidak menangis lakukan sebagai berikut :
1) Rangsangan taktil dengan cara menepuk-nepuk kaki, mengelus-
elus dada, perut dan punggung
2) Bila dengan rangsangan taktil belum menangis lakukan resusitasi
mouth to mouth
3) Pertahankan suhu tubuh agar tidak perburuk keadaan asfiksia
dengan cara : membungkus bayi dengan kain hangat, badan bayi
harus dalam keadaan kering, jangan memandikan bayi dengan air

8
dingin gunakan minyak atau baby oil untuk membersihkan tubuh
bayi, kepala bayi ditutup dengan baik atau kenakantopi,
d. Apabila nilai APGAR pada menit ke lima sudah baik (7-10) lakukan
perawatan selanjutnya : bersihkan badan bayi, perawatan tali pusat,
pemberian ASI sedini mungkin dan adekuat, melaksanakan
antromentri dan pengkajian kesehatan, memasang pakaian bayidan
mengenakan tanda pengenal bayi.
10. Penatalaksanaan Resusitasi
Segera setelah bayi baru lahir perlu diidentifikasi atau dikenal
secara cepat supaya bisa dibedakan antara bayi yang perlu diresusitasi atau
tidak. Tindakan ini merupakan langkah awal resusitas bayi baru lahir.
Tujuannya supaya intervensi yang diberikan bisa dilaksanakan secara tepat
dan cepat (tidak terlambat).
a. Membuka jalan nafas
Tujuan : Untuk memastikan terbuka tidaknya jalan nafas.
Metode : Meletakkan bayi pada posisi yang benar: letakkan bayi secara
terlentang atau miring dengan leher agak eksetensi/ tengadah.
Perhatikan leher bayi agar tidak mengalami ekstensi yang berlebihan
atau kurang. Ekstensi karena keduanya akan menyebabkan udara
yangmasuk ke paru-paru terhalangi. Letakkan selimut atau handuk
yang digulug dibawah bahu sehinggaterangkat 2-3 cm diatas matras.
Apabila cairan/lendir terdapat banyak dalam mulut, sebaiknya kepala
bayi dimiringkan supaya lendir berkumpul di mulut (tidak berkumpul
di farings bagian belakang) sehingga mudah disingkirkan.
b. Membersihkan jalan nafas
Apabila air ketuban tidak bercampur mekonium hisap cairan dari
mulut dan hidung, mulut dilakukan terlebih dahulu kemudian hidung.
Apabila air ketuban tercampur mekonium, hanya hisap cairan dari
trakea, sebaiknya menggunakan alat pipa endotrakel (pipa ET).
Urutan kedua metode membuka jalan nafas ini bisa dibalik,
penghisapan terlebih dahulu baru meletakkan bayi dalam posisi yang

9
benar, pembersihan jalan nafas pada semua bayi yang sudah
mengeluarkan mekoneum, segera setelah lahir (sebelum baru
dilahirkan) dilakukan dengan menggunakan keteter penghisap no 10 F
atau lebih. Cara pembersihannya dengan menghisap mulut, farings dan
hidung.
c. Mencegah kehilangan suhu tubuh
Tujuan : Mencegah komplikasi metabolisme akibat kehilangan panas.
Metode : meletakkan bayi terlentang dibawah pemancar panas (Infant
warmer) dengan temperatur untuk bayi aterm 34°C, untuk bayi preterm
35°C. Tubuh dan kepala bayi dikeringkan dengan menggunakan
handuk dan selimut hangat, keuntungannya bayi bersih dari air
ketuban, mencegah kehilangan suhu tubuh melalui evaporosi serta
dapat pula sebagai pemberian rangsangan taktik yang dapat
menimbulkan atau mempertahankan pernafasan. Untuk bayi sangat
kecil (berat badan kurang dari 1500 gram) atau apabila suhu ruangan
sangat dingin dianjurkan menutup bayi dengan sehelai plastik tipis
yang tembus pandang.
d. Pemberian tindakan VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
Tujuan : untuk membantu bayi baru lahir memulai pernafasan.
Metode : Pastikan bayi diletakkan dalam posisi yang benar. Agar VTP
efektif kecepatan memompa (Kecepatan Ventilasi dan tekanan
ventilasi harus sesuai, kecepatan ventilasi sebaiknya 40-60
kail/menit.Tekanan ventilasi yang dibutuhkan sebagai berikut :Nafas
pertama setelah lahir membutuhkan 30-40 cm H2O, setelah nafas
pertama membutuhkan 15-20 cm H2O, bayi dengan kondisi / penyakit
paru-paru yang berakibat turunnya compliance membutuhkan 20-40
cm H2O,tekanan ventilasi hanya dapat diukur apabila digunakan balon
yang mempunyai pengukur tekanan.
e. Observasi gerak dada bayi
Adanya gerakan dada bayi naik turun merupakan bukti bahwa sungkup
terpasang dengan baik dan paru-paru mengembang. Bayi seperti

10
menarik nafas dangkal. Apabila dada bergerak maksimum, bayi seperti
menarik nafas panjang, menunjukkan paru-paru terlalu mengembang,
yang berarti tekanan diberikan terlalu tinggi. Hal ini dapat
menyebabkan pneumotorax.
f. Observasi gerak perut bayiGerak perut tidak dapat dipakai sebagai
pedoman ventilasi yang efektif. Gerak perut mungkin disebabkan
masuknya udara kedalam lambung.
g. Penilaian suara nafas bilatera
Suara nafas didengar dengan menggunakan stetoskop. Adanya suara
nafas di kedua paru-paru merupakan indikasi bahwa bayi mendapat
ventilasi yang benar.
h. Observasi pengembangan dada bayi
Apabila dada terlalu berkembang, kurangi tekanan dengan mengurangi
meremas balon. Apabila dada kurang berkembang, mungkin
disebabkan oleh salah satu sebab berikut : perlekatan sungkup kurang
sempurna, arus udara terhambat dan tidak cukup tekanan.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian bayi risiko tinggi : Asfiksia menurut Wong, 2008 meliputi :
a. Biodata : nama bayi, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak
keberapa dan identitas orangtua. Yang lebih ditekankan pada umur
bayi karena berkaitan dengan diagnosa asfiksia neonatorum.
b. Keluhan utama : pada bayi dengan asfiksia yang sering tampak adalah
sesak napas.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan : bagaimana proses persalinan
apakah spontan, prematur, aterm, letak bayi dan posisi bayi
d. Kebutuhan dasar : pola nutrisi pada neonatus dengan
asfiksiamembatasi intake oral karena organ tubuh terutama lambung
belum sempurna, selain itu bertujuan untuk mencegah terjadinya
aspirasi pneumoni. Pola eliminasi : umumnya bayi mengalami
gangguan BAB karena organ tubuh terutama pencernaan belum

11
sempurna. Kerbersihan diri : perawat dan keluarga bayi harus menjaga
kebersihan terutama saat BAB dan BAK. Pola tidur : biasanya
terganggu karena bayi sesak napas.
e. Pemeriksaan fisik :
1) Pengkajian umum : ukur panjang dan lingkar kepala secara
periodik, adanya tanda distres:warna buruk, mulut terbuka, kepala
terangguk-angguk, meringis, alis berkerut.
2) Pengkajian pernapasan : bentuk dada (barrel, cembung),
kesimetrisan, adanya insisi, selang dada, penggunaan otot aksesoris
: pernapasan cuping hidung, atau substernal, interkostal, atau
retraksi subklavikular,frekuensi dan keteraturan pernapasan,
auskultasi dan gambarkan bunyi napas : stridor, krekels, mengi,
bunyi menurun basah, mengorok, keseimbangan bunyi napas.
f. Data penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam
menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat
memberikan obat yang tepat pula. Pemeriksaan yang diperlukan adalah
:
1) Darah rutin. Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari : Hb
(normal 15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb
cenderung turun karena O2dalam darah sedikit. Leukosit lebih dari
10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena bayi preterm
imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.Trombosit (normal
350 x 10 gr/ct)Trombosit pada bayi preterm dengan post
asfiksiacenderung turun karena sering terjadi hipoglikemi.
2) Pemeriksaan analisa gas darah (AGD)Nilai analisa gas darah pada
bayi post asfiksia terdiri dari : pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH
cenderung turun terjadi asidosis metabolik. PCO2(normal 35-45
mmHg) kadar PCO2pada bayi post asfiksia cenderung naik sering
terjadi hiperapnea. PO2(normal 75-100 mmHg), kadar PO2pada

12
bayi post asfiksia cenderung turun karena terjadi hipoksia
progresif.HCO3(normal 24-28 mEq/L).
3) Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :Natrium
(normal 134-150 mEq/L) . Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L).
Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
4) Photo thorax : Pulmonal tidak tampak gambaran,jantung ukuran
normal.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada bayi baru lahir dengan asfiksia
(Wong, 2008) adalah :
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru
danneuromuskular, penurunan energi, dan keletihan
b. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu yang
imaturdan penurunan lemak tubuh subkutan
c. Risiko tinggi infeksi berhungngan dengan pertahanan imunologi
yangkurang
d. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (resiko
tinggi)berhubungandengan ketidakmampuan mencerna nutrisi karena
imaturitasdan ataupenyakit.
e. Resiko tinggi kekurangan atau kelebihan volume berhubungan
dengankarakteristik fisiologis imatur dari bayi preterm dan atau
imaturitas ataupenyakit.
3. Perencanaan Keperawatan
Intervensi yang ditetapkan pada bayi baru lahir dengan asfiksia (Wong,
2008) adalah :
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru
danneuromuskular, penurunan energi, dan keletihan
Tujuan : pasien akanmemperlihatkan parameter oksigen yang adekuat
Hasil yang diharapkan :
1) Jalan napas tetap paten

13
2) Pernapasan memberikan oksigenasi dan pembuangan CO₂yang
adekuat
3) Frekuensi dan pola napas dalam batas normal
4) Oksigen jaringan adekuat
Intervensi :
1) Atur posisi untuk pertukaran udara yang optimal (posisikan
terlentangdengan leher sedikit ekstensi. R/ untuk mencegah
penyempitan jalan napas
2) Hindari hiperekstensi leher. R/ akan mengurangi diameter trakea
3) Observasi adanya tanda gawat napas (pernapasan cuping
hidung,retraksi dinding dada, takpnea, apnea, grunting, sianosis,
saturasi oksigen yang rendah.
4) Lakukan pengisapan. R/ untuk menghilangkan mukus yang
terakumulasidari nasofaring, trakea.
5) Gunakan posisi semi-telungkup atau miring. R/ untuk mencegah
aspirasipada bayi dengan mukus berlebihan atau yang sedang
diberi makan.
6) Pertahankan suhu lingkungan yang netral. R/ untuk
menghematpenggunaanO₂.
b. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu yang
imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan
Tujuan : pasien mempertahankan suhu tubuh yang normal
Hasil yang diharapkan :
1) Suhu aksila bayi tetap dalan rentang normal
Intervensi :
1) Tempatkan bayi didalam inkubator, ataupenghangat radian atau
pakaianhangat dalam keranjang terbuka. R/ untuk mempertahankan
suhu tubuh bayi
2) Pantau suhu aksila pada bayi yang tidak stabil dan kontrol suhu
udara.R/untuk mempertahankan suhu kulit dalam rentang ternal
yang dapat diterima

14
3) Gunakan pelindung panas plastik bila tepat. R/ untuk
menurunkankehilangan panas
4) Pantau tanda-tanda hipertermia mis, kemerahan, ruam, diaforesis
(jarang)
c. Risiko tinggi infeksi berhubungandengan pertahanan imunologi yang
kurang
Tujuan : pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi nosokomial
Hasil yang diharapkan :
1) Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda infeksinosokomial
Intervensi :
1) Pastikan bahwa semua pemberi perawatan mencuci tangan
sebelum dansesudah mengurus bayi. R/ untuk meminimalkan
pemajanan pada organisme infektif
2) Pastikan semua alat yang kontak dengan bayi sudah bersih dan
steril.
3) Isolasi bayi lain yang mengalami infeksi sesuai kebijakan
institusional
4) Instruksikan pekerja perawat kesehatan dan orang tua dalam
prosedurkontrol infeksi
5) Beri antibiotik sesuai instruksi
d. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (resiko tinggi)
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas dan atau penyakit
Tujuan : pasien mendapatkan nutrisi yang adekuat, dengan masukan
kalori untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif, dan
menunjukkan penambahan berat badan yang tepat
Hasil yang diharapkan :
1) Bayi mendapat kalori dan nutrisi esensial yang adekuat
2) Bayi menunjukkan penambahan berat badan yang mantap (kira-
kira 20sampai 30 gr/hari) pada saat fase pasca akut penyakit.
Intervensi :

15
1) Pertahankan cairan parenteral atau nutrisi parenteralsesuai instruksi
2) Pantau adaya tanda-tanda intoleransi terhadap terapi parenteral
total,terutama protein dan glukosa
3) Kaji kesiapan bayi untuk menyusu pada payudara ibu
khususnyakemampuan untuk mengkoordinasikan menelan dan
pernapas
4) Susukan bayi pada payudara ibu jika pengisapan kuat
e. Risiko tinggi kekurangan atau kelebihan volume cairan berhubungan
dengan karakteristik fisiologis imatur dari bayi preterm dan atau
imaturitas atau penyakit
Tujuan : pasien menunjukkan status hidrasi adekuat
Hasil yang diharapkan :
1) Bayi menunjukkan bukti homeostasis
Intervensi:
1) Pantau dengan ketat cairan dan elektrolit dengan terapi yang
meningkatkan kehilangan air tak kasat mata
2) Pastikan masukan cairan oral/parenteral yang adekuat
3) Kaji status hidrasi (mis, turgor kulit, tekanan darah, edema, berat
badan,membran mukosa, berat jenis urine, elektrolit, fontaneil)
4) Atur cairan parenteral dengan kertat
5) Hindari pemberian cairan hipertonik (mis, obat tidak diencerkan,
infus glukosa terkonsetrasi)
6) Pantau keluaran urin dan nilai laboratorium untuk bukti dehidrasi
4. Pelaksanaan keperawatan
Tahap ini perawat mencari inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditunjukan pada nursing orders untuk membantu
pasien mencapai tujuan yang telahditetapkan.
5. Evaluasi keperawatan
Tahap ini perawat melakukan tindakan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa

16
keperawatan, rencana keperawatan, dan pelaksanaanya sudah berhasil
dicapai.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum
lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.
Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,
kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan
bayi selama atau sesudah persalinan. Penanganannya adalah dengan
tindakan resusitasi. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan
tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :
1. Memastikan saluran terbuka.
2. Memulai pernafasan
3. Mempertahankan sirkulasi
Langkah-langkah resusitasi, meliputi 2 tahap. Tahap pertama adalah
langkah awal, dan tahap kedua adalah ventilasi.
B. Saran
Tenaga kesehatan seperti perawat dan yang lainnya diharapkan dapat lebih
proaktif dalam bekerja sama dengan instansi kesehatan, sehingga apabila
terdapat pasien yang perlu segera dirujuk dapat dilakukan rujukan secara
cepat dan tepat dengan harapan pasien dapat segera ditangani.

18
Daftar Pustaka:

Nule M, 2018. ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY. E. N DENGAN


ASFIKSIA SEDANG DI RUANGAN NICURSUD. PROF DR. W. Z
JOHANES KUPANG. Karya Tulis Ilmiah. Tersedia pada:
http://repository.poltekeskupang.ac.id/105/1/MATERNUS%20NULE.pdf

Marwiyah. (2016). Hubungan Penyakit Kehamilan dan Jenis Persalinan Dengan


Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr. Dradjat Prawiranegara
Serang. NurseLine Journal, 2(1).

Sudarti, Afroh Fauziah. 2013. Asuhan Kebidanan, Neonatus, Bayi, dan Anak
Balita.Yogyakarta: Nuha Medika.

Sukarni, I & Sudarti. (2012). Patologi kehamilan, persalinan, nifas, dan neonatus
resiko tinggi. Yogyakarta : Nuha Medika.

Surasmi. (2013). Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC.

Maryunani. (2013). Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal . (T.


Ismail, Ed.). Jakarta: CV Trans Info Media.
Wong. (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik. Volume 2. Jakarta: EGC.

Yuni S R, 2019. ASUHAN KEPERAWATAN NEONATUS DENGAN


ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG NICU RSUD dr.
RASIDIN PADANG. Karya Tulis Ilmiah. Tersedia pada:
http://pustaka.poltekkespdg.ac.id/index.php?p=show_detail&id=6168&ke
ywords

iv

Anda mungkin juga menyukai