Anda di halaman 1dari 21

RESENSI NOVEL

REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Anggia Suci Pratiwi, M. Pd.

Oleh:

Almerriza Aziz (C1914201053)


Mila Herlina (C1914201038)
Putri Nabila (C1914201045)
Tessa Triani Solehudin (C1914201049)
Tsalsa Putri Damayanti (C1914201057)
Vira Dwi (C1914201072)
Willy Algifari (C1914201068)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2019
A. Pengertian Resensi
Resensi menurut Panuti Sudjiman (1984) adalah hasil pembahasan dan
penilaian yang pendek tentang suatu karya tulis. Konteks ini memberi arti
penilaian, mengungkap secara sekilas, membahas, atau mengkritik buku.
Dalam buku Bahasa dan Sastra Indoneisa (yang ditulis Euis Sulastri dkk)
Istilah resensi berasal dari bahasa Belanda, resentie, yang berarti kupasan atau
pembahasan. Jadi, pengertian resensi adalah kupasan atau pembahasan tentang
buku, film, atau drama yang biasanya disiarkan melalui media massa, seperti
surat kabar atau majalah.
Resensi adalah suatu penilaian terhadap sebuah karya. Karya yang
dimaksud disini bisa berupa berupa buku dan karya seni film dan drama.
Menulis resensi terdiri dari kelebihan, kekurangan dan informasi yang
diperoleh dari buku dan disampaikan kepada masyarakat.
Jadi, resensi buku novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu adalah menilai
novelnya dengan menceritakan kekurangan dan kelebihan novel dari Tere-
Liye.

B. Identitas
1. Data Identitas Buku
Judul : Rembulan Tenggelam Di Wajahmu
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : Republika
Tahun terbit : Jakarta, 2009
Cetakan : XXX
Ukuran : 20,5 x 13,5 cm
Tebal : iv + 426 halaman
No. ISBN : 9789791102469
Harga : Rp 60.000
2. Identitas Pengarang
Tere Liye merupakan nama populer seorang penulis berbakat ditanah
air, yaitu Darwis. Yang lahir di Pedalaman Sumatera, 21 Mei 1979. Anak
ke enam dari tujuh bersaudara yang lahir dan dibesarkan dikampung yang
dikelilingi hutan, yaitu, Tandaraja Palembang. Tere Liye menyelesaikan
pendidikan di SDN 2, SMPN 2 Kikim Timur, Sumatera Selatan.
Kemudian melanjutkan ke SMUN 9 Bandar Lampung. Setelah lulus, Tere
Liye melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di Universitas
Indonesia, Fakultas Ekonomi dan mengambil jurusan Akutansi.
Tere Liye menikah dengan Ny. Riski Amelia dan dikaruniai seorang
putra bernama Abdullah Pasai. Tere Liye berasal dari keluarga yang
sederhana, yang terlahir anak dari seorang petani biasa. Tere Liye berbeda
dari kebanyakan penulis yang sudah ada. Biasanya setiap penulis akan
memasang foto, nomor kontak yang bisa dihubungi atau riwayat hidup
singkat dibagian belakang setiap karyanya. Namun Tere Liye seperti
menghindari dan menutupi kehidupanya. Berikut adalah, karya-karya Tere
Liye :Rembulan Tenggelam di Wajahmu (Grafindo,2006; Republika 2009)
Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Gramedia Pustaka
Umum, 2010) Hafalan Shalat Delisa (Penerbit Republika, 2005) Senja
Bersama Rosie (Penerbit Grafindo, 2008) dan Mimpi-Mimpi Si Patah Hati
( Add Print, 2006).

C. Orientasi
Novel Rembulan Tenggelam Di Wajahmu merupakan salah satu novel
best seller Indonesia karya Tere Liye. Novel ini bertemakan kehidupan
dan problematikanya. Rembulan tenggelam di wajahmu memberikan
gambaran bahwa hidup ini adalah serangkaian persitiwa yang saling
berhubungan satu sama lain. Tujuan Tere Liye mengarang novel ini adalah
untuk dijadikan bahan renungan bagi pembacanya setelah selesai
membacanya.
D. Tafsiran Isi
Isi Resensi
1. Sinopsis
Novel ini memceritakan tentang perjalanan hidup seseorang, disini
disebutkan bahwa pemeran tokoh utamanya adalah “Ray / Reihan”.
Ray yang merasa hidupnya dipenuhi dengan berbagai ujian, yang
menyebabkan ia berfikir langit telah mengutuknya. Tuhan tidak pernah
memihaknya, dan berbagai pertanyaan muncul dihidupnya. Ya, 5
pertanyaan yang menemaninya melewati perjalanan panjang kembali
ke masalalu yang kemudian mampu menjawab 5 pertanyaan dengan 5
jawaban yang muncul dari dalam dirinya. Disetiap perjalanan
hidupnya, selalu muncul tokoh dan entah siapa itu yang seringkali
disebutkan “malaikat” / pasien berumur sekian tahun “orang dengan
wajah menyenangkan” yang menjadi pemeran serba tahu.
Perjalanan hidup yang panjang bagi seorang Ray, dengan segala
macam rasa pahit-manisnya kehidupan telah dirasanya dari sejak ia
masih kecil. Ray anak yatim-piatu yang tinggal disebuah panti asuhan
dengan penjaga panti yang seringkali memukulinya, kemudian ia
kabur.. pergi dari panti tersebut. Yang kemudian menjadi bandar judi
disebuah terminal kota, kemudian melanjutkan perjalanan kerumah
singgah. Dimana rumah tersebut memberikan banyak warna, dan
memberikan arti keluarga untuk pertama kalinya bagi Ray. Tertulis
sebuah kalimat “ Kalian akan menjadi saudara di mana pun berada,
kalian sungguh akan menjadi saudara. Tidak ada yang pergi dari hati.
Tidak ada yang hilang adri sebuah kenangan. Kalian sungguh akan
tetap menjadi saudara”. Namun setelah 6tahun bertempat tinggal
dirumah singgah, Ray terlibat dengan perkelahian yang tiada henti,
yang akhirnya memutuskan ia untuk pergi.
Perjalanan masih berlanjut 6tahun kemudian ia jalani dengan
menjadi pengamen jalanan digerbong kereta api. Hingga akhirnya ia
bertemu dengan sesosok lelaki paruh baya, yang akhirnya menjadi
sahabatnya ,“Plee”. Plee merupakan pedagang besar yang berbeda
dengan pedagang lain, ia hanya menjual berlian tanpa harus membeli.
Ya, Plee adalah seorang pencuri yang hebat, bahkan ia merencakan
dengan jeli pencurian yang luar biasa yakni pencurian berlian seribu
karat yang berada tepat dipusaran ibukota, yang semua itu melibatkan
keahlian Ray. Hampir meraih keberhasilan, mereka tertangkap basah
oleh petugas, namun Ray terselamatkan, dan Plee menjerat hukuman
eksekusi mati. Pahitnya lagi, Plee merupakan pelaku utama terjadinya
kebakaran besar yang telah melenyapkan segala harta bendanya,
rumah, dan merenggut nyawa kedua orangtuanya.
Ray mencoba melanjutkan perjalanan hidup, hingga akhirnya ia
bertemu dengan seorang gadis cantik disebuah gerbong makan, ia
mencoba mendekatinya, meski awalnya gadis itu enggan, karena
ternyata gadis itu adalah seorang pelacur. Namun, setelah mendengar
penjelasan dari wanita yang amat sangat dicintainya tersebutlah
mereka tetap melanjutkan kisah kasih mereka kejenjang pernikahan.
Ray yang sekarang menjadi mandor sukses ditemani istrinya yang
amat sayang peduli terhadapnya. Wanita sederhana yang selalu ada,
yang membuat hari-hari Ray menjadi lebih bersemangat.Namun
sayang, kebahagiaan Ray hanyar berkisar 6 tahun, istrinya meninggal,
dan itu artinya ia sendiri lagi. Berbagai cobaan kembali
menghampirinya, pertanyaan-pertanyaan yang lalu kembali
menyelimuti fikiranya. Perusahaannya hancur, Kerabat satu persatu
meninggal dunia, kemudian ia terbaring lemah dirumah sakit menjalani
operasi, hingga terserang komplikasi, dan ia menderita penyakit juga
selama 6tahun, lagi dan lagi ia kembali sendiri. Hingga 5 jawaban dari
5 pertanyaan perjalanan hidupnya terjawab satu persatu.
“Kau benar, Ray. Ada satu janji Tuhan. Janji Tuhan yang sungguh
hebat, yang nilainya beribu kali tak terhingga dibandingkan menatap
rembulan ciptaanNya. Tahukah kau ? Itulah janji menatap wajahNya.
Menatap Wajah Tuhan. Tanpa tabir, tanpa pembatas.. Saat itu terjadi
maka sungguh seluruh rembulan di semesta alam tenggelam tiada
artinya. Sungguh seluruh pesona dunia akan layu. Percayalah selalu
atas janji itu, Ray, maka hidup kita akan terasa indah....” Orang dengan
wajah menyenangkan itu menyentuh lembut bahu pasien
dihadapannya.
2. Rumusan Kerangka Novel (Kerangka per bab)
Novel ini disusun secara berurutan, terdiri dari 37 bab. Dimulai
dari bab pertama yang menceritakan kisah gadis kecil bernama Rinai
anak yang terlahir yatim-piatu, yang akibatnya diceritakan pada bab
36, yang merupakan kelalaian Ray dalam mengendalikan mobilnya
yang katanya hampir saja menabrak mobil yang tiba-tiba muncul dari
sisi lain, Ray melaju dengan kencang melesat pergi tak peduli,
sedangkan mobil yang hampir ditabraknya tadi membanting stir terus
melaju tak terkendali hingga menghantam jeruji besi yang menyeruak
dari tepi jalan. Merenggut nyawa kedua orangtua Rinai. Bab
selanjutnya menceritakan perjalanan hidup Ray yang penuh dengan
pahit-manisnya hidup.
BAB 1 : Aku Rinai
Mengisahkan tentang gadis kecil yang tinggal di panti asuhan saat
menjelang hari raya. Gadis kecil yang sedih karena tidak paham apa
itu hari raya dan amat merindukan Ayah-Bundanya. Gadis kecil yang
cerdas dan penuh rasa keingintahuan, selalu sibuk bertanya “M-e-n-g-
a-p-a ia tidak memiliki Ayah dan Bunda ?”. Gadis kecil itu bernama
Rinai.
Di detik, menit, dan jam yang bersamaan. Ribuan kilometer di
rumah sakit terbaik Ibu-kota dengan segenap fasilitasnya. Tampak
seorang pasien berumur enam puluh yang setelah sekian lama
menunggu, akhirnya kondisinya membaik. Dia adalah pemilik kongsi
bisnis terbesar yang pernah ada yang sedang sekarat.
Satu kutipan menarik disini
“Menggetarkan sekali mendengar pertanyaan yang tidak terucap itu.
Menggetarkan sekali menyimak percakapan tanpa suara itu. Karena,
Engkau selalu menjawab setiap pertanyaan. Sungguh, satu jawaban
untuk satu pertanyaan. Jawaban yang sempurna. Tidak lebih, tidak
kurang.”
BAB 2 : Aku Rehan
Mengisahkan tentang remaja tanggung yang tinggal di panti asuhan
saat menjelang hari raya. Remaja tanggung yang memendam rasa
kebencian kepada penjaga panti yang dianggapnya sok-suci. Hari itu
remaja tanggung itu dicaci maki, dipecut dengan sebilah rotan dan
tidak diperbolehkan masuk rumah. Tidak ada baju baru. Tidak ada
makanan. Tidak ada semuanya. Hal itu dilakukan penjaga panti
terhadapnya karena, ia dianggap telah mencuri semua kiriman parsel
untuk panti. Kenyataannya, ia memang telah mencuri semua parsel
tersebut dan telah ia jual ke penadah di Pasar Induk dekat panti.
Uangnya telah habis untuk main-main dan berjudi di sudut terminal.
Hal itu dilakukannya karena ia sangat menbenci penjaga panti yang
sejak lama menyimpan mimpi secara berlebihan. Mimpi yang
membuatnya mati-matian untuk naik haji, tidak peduli dari mana asal
uang itu. Ia juga sangat membenci kenyataan bahwa dirinya selama ini
harus tinggal di panti itu, karena merasa setiap harinya ia hanya
dipukuli, dimarahi, dan jadi kuli. Makanan dijatah setiap harinya.
Malam itu, setelah semua yang telah penjaga panti lakukan
kepadanya, hal itu membuat remaja tanggung yang dipenuhi rasa
amarah semakin bulat akan tekadnya untuk segera meninggalkan panti
itu, menuju kehidupan bebas yang didambakannya. Dia, remaja
tanggung itu bernama Rehan.
BAB 3 : Aku Pasien
Mengisahkan tentang kondisi seorang pasien berumur enam puluh
yang mengalami progress. Perlahahan pasien itu terbangun dalam
ketidaksadarannya. Pasien itu sangat bingung melihat keberadaannya
saat ini, berdiri di tengah keramaian terminal. Tempat yang sangat ia
kenal. Persis. Sempurna seperti memori otaknya pertama kali
merekam tempat itu. Semuanya seperti mimpi baginya.
BAB 4 : Aku Diar
Mengisahkan tentang remaja tanggung berusia dua belas yang amat
merindukan Rehan. Teman satu kamarnya di panti. Hari itu, dia
bertemu orang yang dirindukannya. Orang yang telah meninggalkan
panti sejak sebulan yang lalu. Orang yang kini tampak berbeda
penampilannya dan juga sikapnya. Tidak peduli dengan rindunya yang
mendamba. Orang yang dikasihinya itu malah dengan paksa membuka
kotak uang toilet umum terminal yang dijaganya. Dia tidak pernah
mampu mencegah Rehan. Tidak puas dengan itu, Rehan juga mencuri
celana seorang sopir bus yang hendak mandi di toilet umum itu. Dia
berusaha menghentikan Rehan, hingga tubuhnya yang ringkih
didorong dengan kasar oleh Rehan. Namun, dia tetap mencoba
menghentikan Rehan, mengejar langkah Rehan yang gesit berlari
meninggalkannya dan juga sopir bus yang kini sadar bahwa celananya
dicuri. Dengan panik dan beringas sopir bus itu mengejar tanpa sadar
dengan tubuh telanjangnya, dan busa sabun yang mulai berjatuhan.
Hal itu membuatnya tidak hanya menjadi bahan tontonan tetapi juga
bahan tertawaan. Membuat sopir bus semakin geram.
BAB 5 : Aku Terminal Kota
Mengisahkan tentang Ray, pasien berumur enam puluh yang
sedang mengenang masa lalu di terminal. Bayangan saat sopir bus itu
telanjang dengan busa sabun yang mulai berjatuhan tanpa sadar
membuatnya terwata. Ray menganggap itu peristiwa konyol yang lucu
untukknya. Ray menyadari keberadaanya di terminal saat itu sangatlah
aneh, orang-orang yang berlalu lalang sedikitpun tidak
menghiraukannya. Bahkan menyadari dirinya bisa bicara dan berdiri
tanpa tongkat. Padahal, seingatnya, berbulan-bulan yang lalu pita
suaranya hilang, dan kakinya lumpuh total. Kebingungannya tidak
sampai disitu, ada seseorang yang tampak aneh baginya menepuk
pundaknya, menegurnya. Mukanya terlihat seolah bercahaya oleh
gurat kearifan. Tampak seusianya. Dia sangat mengetahui tentang
Ray.
BAB 6 : Aku Bayi Yang Selamat
Mengisahkan tentang penemuan sebuah file penting di panti. Map
yang berisi kertas-kertas entahlah tidak diketahui persis olehnya. Ada
surat dari petugas apalah. Ada keterangan dari dinas apalah. Surat
pengantar. Catatan kesehatan. Tidak banyak. Hanya lima-enam
lembar. Terakhir malah bukan kertas surat-menyurat, melainkan
potongan koran, ‘Kebakaran besar lima belas tahun silam’. Hanya
beberapa orang yang selamat. Salah satunya bayi kecil yang
ditemukan di pinggir bantaran kali dekat lokasi kebakaran. Bayi kecil
yang menangis pilu. Bayi kecil itu adalah dirinya, Rehan Rauja.
Setahun berlalu sejak mengetahui sepotong cerita masa lalunya, tidak
banyak yang berubah dari perangai Rehan. Tingkah Rehan malah
menjadi-jadi. Pagi itu Rehan melaksanakan aksi besar yang telah ia
rencanakan sejak lama. Mencuri brankas milik penjaga panti yang
selama ini tersimpan rapi. Setelah berhasil mengambilnya, Rehan
segera meninggalkan panti yang dianggapnya menyebalkan itu.
BAB 7 : Aku Penjudi Ulung
Mengisahkan tentang pemberhentian pertama Ray. Tempat
pertama kali dia merasakan hidupnya yang berasa sungguh
menyenangkan. Di terminal. Setelah mendapatkan uang dari hasil
curiannya di panti, yang ternyata hanya belasan ribu, Rehan gunakan
sebagai modal untuk berjudi di lapau terminal. Beruntung, malam itu
Rehan amat bertuah. Sepuluh putaran Rehan menang telak, menguras
habis uang bandar lepau terminal. Uangnya kini sudah beranak-pinak.
Tidak puas dengan itu, Rehan kembali melakukan peruntungannya
untuk berjudi lempar dadu di ruko pedagang Cina yang lebih besar.
Tiga puluh putaran, sempurna sudah Rehan memenangkan seluruh
taruhan. Uangnya kini sudah berbilang juta.
BAB 8 : Aku Pertanyaan Pertama
Mengisahkan tentang pertanyaan pertama Ray. Mengapa dirinya
harus menghabiskan masa kanak-kanak di panti yang menyebalkan
itu?.
Setelah kemenangan yang berlimpah malam itu. Keesokan harinya
Rehan kembali ke ruko itu. Wajah Rehan sudah tidak asing lagi bagi
pengunjung ruko judi, karena dirinya sudah dikenal sebagai raja judi.
Kemenangan itu kembali diraih Rehan. Namun, sayang ketika malam
berikutnya, semua tuah benar-benar luntur. Rehan kehabisan uangnya.
Kehidupan jalanan baru dimulai. Rehan mulai berani mencopet di
angkutan umum, mencuri di ruko-ruko terminal. Satu bulan berlalu,
Rehan sempurna menghilang ari panti. Hari itu, Rehan akhirnya
memaksakan diri mampir ke toilet terminal yang dijaga Diar. Rehan
terdesak, kelaparan. Rehana mengambil paksa uang dalam kotak toilet
yang dijaga Diar. Kemudian mencuri celana milik sopir bus siang itu.
Rehan lari meninggalkan Diar begitu saja, tanpa mengetahui kejadian
berikutnya. Diar menjadi sasaran amuk sopir bus yang kecurian
celananya dan juga orang-orang yang berkerumun. Tanpa sempat Diar
jelaskan, hanya dalam sekejap kotak uang itu sudah melesat
menghantam kepala Diar. Itulah jawaban atas pertanyaan pertama
Ray. Semua itu karena dirinya menjadi sebab bagi garis kehidupan
Diar. Ray menjadi sebab anak ringkih, lemah dan polos itu menjemput
takdir hidup. Diusianya yang masih amat muda.
Kutipan menarik disini :
“Kehidupan ini tidak sia-sia. Besar-kecil, semua berarti”.
“Bagi manusia, hidup ini juga sebab-akibat, Ray. Bedanya, bagi
manusia sebabakibat itu membentuk peta dengan ukuran raksasa.
Kehidupanmu menyebabkan perubahan garis kehidupan orang lain,
kehidupan orang lain menyebabkan garis kehidupan orang lainnya
lagi, kemudian entah pada siklus keberapa, kembali lagi ke garis
kehidupanmu... Saling mempengaruhi, saling berinteraksi,,, “
BAB 9 : Aku Tasbih Yang Rusak
Mengisahkan tentang dua anak panti yang terkapar di ranjang
rumah sakit. Diar dan Rehan. Malam itu, setelah mendapatkan banyak
uang hasil mencuri celana sopir bus, Rehan kembali ke ruko cina
untuk berjudi putaran roda. Dan dia beruntung hingga dapat
menggandakan uangnya itu seratus kali lipat. Benar-benar menguras
habis, membuat dengki pemilik ruko. Pada kenyataannya selama ini
Rehan memang selalu memenangkan judi. Hari kekalahannya
terdahulu sebenarnya karena kecurangan pemilik ruko. Malam itu
Rehan disergap tiga orang tak dikenal suruhan pemilik ruko, dalam
kondisi mabuk Rehan tidak dapat membalas. Pisau belati itu beringas
menusuk perut, paha dan seluruh tubuhnya.
Diar sempat tersadar dari masa kritisnya. Dalam kondisi yang
masih lemah seperti itu, Diar masih tetap mengkhawatirkan Rehan.
Memohon kepada penjaga panti untuk bisa menyelamatkan Rehan.
Hati penjaga panti tersentuh. Diar mengakui kesalahannya pada
penjaga panti. Kesalahan bahwa dirinyalah yang telah merusak tasbih
arab milik penjaga panti. Diar menjelaskan bahwa Rehan telah
melindunginya, dengan mengakui sesuatu kesalahan yang tidak
pernah dilakukannya dan pada akhirnya menerima hukuman dari
penjaga panti yang amat memilukan. Malam itu Diar bersumpah
dalam hati, akan selalu menghargai Rehan. Akan selalu
menghormatinya. Diar menghembuskan nafas terakhirnya di depan
penjaga panti. Meluluhkan hati penjaga panti yang keras. Untuk
pertama kalinya penjaga panti itu terisak. Menangis. Tersungkur. Diar
telah menjadi sebab bagi penjaga panti kembali.
Kutipan yang menarik disini :
“Sayang, kau tidak menyadari nasihat lama: keberuntungan yang
berlebihan selalu mengundang dengki.”
BAB 10 : Aku Arab Tua Tidak Berguna
Mengisahkan tentang penjaga panti yang telah terbuka hatinya
karena Diar. Diar menjadi sebab pertobatan, sebab Tuhan berkenan
menemukan penjaga panti itu kembali. Tanpa sepengetahuan Rehan,
penjaga panti ternyata telah memutuskan untuk membatalkan
keberangkatan hajinya. Uang itu, uang yang ditabungnya selama
berpuluh-puluh tahun untuk perjalanan besar tersebut digunakan untuk
biaya operasi ginjal Rehan di Ibukota. Kenyataan itu menghantam hati
Ray.
Kutipan yang menarik disini :
“Siklus sebab-akibat itu sudah ditentukan. Tidak ada yang bisa
merubahnya, kecuali satu: Yaitu kebaikan. Kebaikan bisa merubah
takdir.... Nanti kau akan mengerti, btapa banyak kebaikan yang kau
lakukan tanpa sengaja telah merubah siklus sebab-akibat milikmu.
Apalagi kebaikan-kebaikan yang meman dilakukan dengan sengaja.”
BAB 11: Aku Rumah Singgah
Rumah singgah. Disanalah hidup Ray berlanjut enam bulan
terakhir. Rumah itu di pinggiran kota, diantara rumah-rumah
penduduk. Tempat itu menyenangkan. Bang Ape, kakak-kakak itu
ramah dan banyak senyum. Disini Ray mulai melanjutkan
pendidikan informal di kantor Kelurahan.
BAB 12 : Aku Perkelahian – Perkelahian
Saat itu Ilham salah satu anak di Rumah Singgah dihajar oleh
sekumpulan preman dan merusak lukisannya yang akan dibawa ke
pameran. Ray yang tidak terima atas perlakuan tersebut langsung
balas dendam dan menghajar kembali preman-preman itu hingga ada
yang terluka parah dan dilarikan ke rumah sakit.
BAB 13 : Aku Kapak Bermata Satu
Tiga tukang pukul yang tersisa mengambil sesuatu dari balik
baju mereka. Kapak bermata satu. Teriakan ketakutan terdengar
semakin memekakkan telinga. Kepala penumpang tertunduk dalam-
dalam, menggigil ketakutan di kursi masing-masing. Tubuh-tubuh
gemetar mencium aroma kematian. Ray tidak takut. Insting
“membunuh” yang dimilikinya muncul tak terhankan. Hingga
terjadilah perkelahian hebat. Hingga Ray harus kembali mendekam
di penjara.
BAB 14 : Aku Kereta Listrik
Kereta listrik dari arah utara menderu mendekat. Suara
lenguhannya mengagetkan. Ray menyambar gitar yang diletakkan
sembarang kursi. Meletakkan gelas es cendol yang bersisa separuh.
Merongoh saku celana. Lantas terburu-buru berdiri, bersiap. Kerta
merapat. Ray melompat gesit ke dalam. Lagu berikutnya. Gerbong
berikutnya. Kereta berikutnya.
BAB 15 : Aku Pertanyaan Kedua
“Apakah hidup ini adil?” itulah pertanyaan kedua dari Ray. Ray
yang selalu merasa bahwa hidup ini tidak adil. Lalu orang dengan
wajah menyenangkan itu menjelaskan. Mungkin menjadi orang jahat
lebih menyenangkan. Itulah yang terbesit dalam pikiran Ray pada
malam saat hujan deras itu.
BAB 16 : Aku Berlian Seribu Karat
Perkenalan dengan Plee membuat hidup Ray berubah. Sudah
lama Ray tidak memiliki kawan berbincang seperti pada waktu itu di
Rumah Singgah. Malam itu, Ray menatap ke depan. Tangan Plee
memegang sebuah kotak kecil. Di dalamnya terdapat subuah berlian
seharga ratusan juta. Itulah pekerjaan Plee, seorang perampok. Ia
pun mengajak Ray untuk mengambil berlian seribu karat.
BAB 17 : Aku Sepotong Koran Tua
Seumur hidup sejak menemukannya di tumpukkan berkas
bertuliskan namanya di panti asuhan, potongan koran itu tidak
pernah terpisahkan. Potongan koran tua itu masih menjadi misteri
baginya.
BAB 18 : Aku Pencurian Yang Hebat
Semenjak saat itu Ray menajdi seorang pencuri mengikuti jejak
Plee. Suatu malam mereka melakukan aksinya untuk mencuri
berlian. Namun sayang keberuntungan bukan milik mereka. Aksi
mereka diketahui, hingga pistolnya mengenai Ray. Plee dengan
sigap langsung memapah Ray segera membawanya kabur. Dan
berhasil lari dari kejaran polisi.
BAB 19 : Aku Plee
Suara sirene polisi tiba-tiba terdengar dari kejauhan. Mendekat
kea rah rumah Plee. Tangan Plee gemetar mengangkat tubuh Ray. Ia
membawa Ray ke sebuah kamar rahasia. Hanya dia dan Ray yang
tahu. Lalu Plee menembakkan pistol kebagian tubuh yang sama
persis saat mengenai tubuh Ray. Disaat itulah Plee menyerahkan diri.
Plee melakukan itu semua untuk menebus dosa dimasa lalunya. Dan
setelah proses pengadilan yang panjang, menjemput tiang gantungan
enam tahun kemudian.
BAB 20 : Aku Ayah Bunda
Pada bagian ini menceritakan tentang ayah dan ibu Ray.
Kehidupan Ray sebelum di panti asuhan. Dan sebelum kebakaran itu
terjadi yang merenggut nyawa ayah dan ibu Ray.
BAB 21 : Aku Eksekusi Mati
Menceritakan tentang berita eksekusi yang akan dilakukan
kepada Plee. Ray yang semakin kemelut oleh berita itu, memutuskan
untuk pergi dan meninggalkan rumah Plee. Hingga ia memulai hidup
barunya menjadi seorang pengamen lagi.
BAB 22 : Aku Gerbong Makan
Di gerbong makan inilah dia pertama kali mengenal gadis itu.
Cinta pertamanya. Cinta yang membuat sekujur tubuhnya merinding.
BAB 23 : Aku Cinta Pertama
Tiga bulan setelah kejadian itu, Ray menjadi mandor junior yang
membawahi 24 buruh. Ray tinggsl di konstruksi gedung yang
mereka bangun. Kebiasaan Ray menatap rembulan kembali. Ia
mempunyai tempat hebat untuk menatapnya. Tiba- tiba Jo melihat
ada seorang gadis cantik yang sedang berjalan menuju rumah sakit.
Ia pun memberitahu Ray. Akhirnya Ray sadar bahwa gadis cantik itu
ada gadis yang ia temui tiga bulan lalu di gerbong makanan. Gadis
yang menurut Ray adalah cinta pertamanya.
BAB 24 : Aku Puding Pisang
Gadis itu sering pergi ke bangsal anak-anak untuk membagikan
balon kepada mereka dan menghiburnya. Sejak saat itu Ray sering
mengikutinya. Awalnya, gadis itu tidak merespon Ray. Namun
akhirnya mereka berkenalan. Ray pun pergi ke rumahnya. Dan
disana ia disuguhkan pudding pisang yang dibuat gadis itu.
BAB 25 : Aku Pesta Kembang Api
Pesta kembang api perayaan hari jadi ke-500 kota dimulai.
Persis dihadapan mereka. Lima kembang api raksasa serentak
melesat ke angkasa. Berdebum. Ray duduk di kursi sebelah gadis itu.
Dan syal yang dipakai gadis itu tertinggal. Ray memutuskan untuk
mengembalikannya. Namun setelah sampai di rumahnya, Ray amat
terpukul ketika melihat gadis itu tengah berduaan dengan lelaki
setengah baya. Keesokan harinya Ray mengetahui bahwa kehidupan
gadis itu sangatlah buruk. Tidak seperti yang dibayangkan oleh Ray.
Namun, meskipun begitu Ray tetap mencintai gadis itu begitupun
sebaliknya.
BAB 26 : Aku Pernikahan
Ray dan Gadis itu pun menikah. Gadis yang ia panggil dengan
“gigi kelinci”. Dan mereka menjadi keluarga muda yang bahagia.
BAB 27 : Aku Anak – Anak Surga
Istrinya pun hamil, namun sayang mereka kehilangan anak
pertamanya yang berjenis kelamin perempuan.
BAB 28 : Aku Lomba Busana Oriental
Ray memutuskan untuk pindah. Mereka membeli rumah di
lereng perbukitan kota. Tiga tahun setelah itu istrinya hamil kembali.
Kali ini Ray jauh lebih siap belajar dari pengalaman kemarin. Hari
ini mereka berencana pergi ke salah satu Pusat Perbelanjaan. Ada
acara penting. Cucu pemilik gedung 18 lantai, yang berumur 9 tahun
mengikuti Lomba Busana Oriental.
Namun sayang malam itu tiba-tiba istrinya menangis kesakitan. Ray
pun bergegas membawanya ke rumah sakit. Namun sayang istri dan
anaknya tidak terselamatkan dan meninggal dunia.
BAB 29 : Aku Pertanyaan Ketiga
Pada bagian ini menceritakan pertanyaan ketiga dari Ray
“kenapa langit tega sekali mengambil istriku. Kenapa takdir
menyakitkan itu harus terjadi?”
BAB 30 : Aku Seribu Bulan
Setelah hari itu Ray memutuskan untuk pergi meninggalkan kota
yang pernuh kenangan bersama istrinya itu. Disinilah Ray memulai
kembali hidupnya. Dan kembali bertemu dengan Jo.
BAB 31 : Aku Mister Liem
Ray sungguh membatukan dirinya dalam perkerjaan. Berbagai
proyek-proyek besar sukses ditangannya. Hingga Ray bertemu
dengan Mister Liem seorang Taipan yang ingin berbisnis dengannya.
BAB 32 : Aku Anggrek Putih Dari Timur
Ray pulang ke kota lama tempat dimana istrinya dimakamkan.
Untuk menghadiri ulang tahun cucunya Koh Cheu. Nama gadis itu
panjang, yang jika diartikan “Anggrek Putih Dari Timur”. Gadis itu
cucu Koh Cheu yang sewaktu dulu mengikuti Lomba Busana
Oriental. Gadis itulah yang berbaik hati mengurus makam istrinya
Ray. Gadis itu bernama Vin. Dan ternyata Vin amat mencintai Ray.
BAB 33 : Aku Pertanyaan Keempat
Disini Koh Cheu menceritakan bahwa ialah dalang dibalik
kebakaran yang menimpa perumahan serta merenggut nyawa orang
tua Ray.
BAB 34 : Aku Dua Pemahat
Disini diceritakan mengapa siapakah Koh Cheu sebenarmya. Dan
penyebab kematian orang tua Vin.
BAB 35 : Aku Suami-Istri Koh Cheu
Koh cheu menjual seluruh kekayaan yang dimilikinya untuk
menutupi semua hutang Ray kepada konsorsium. 4 tahun berlalu
berlalu dan Koh Cheu dikabarkan meninggal. Dan seluruh asset yang
dimiliki oleh Koh Cheu diberikan kepada Ray. Tak lama setelah itu
istri Koh Cheu meninggal dunia. Dan akhirnya Vin hidup sebatang
kara. Vin hidup dalam kessunyian hingga akhirnya ia
menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit.
BAB 36 : Aku Enam Tahun Penghabisan
Enam tahun ini Ray sering sakit-sakitan. Sehingga ia harus
melakukan operasi cangkok ginjal. Tak lama setelah itu ia menderita
radang tenggorokan yang membuatnya tidak bisa bicara lagi.
BAB 37 : Aku Pertanyaan Kelima
Pertanyaan kelima dari Ray “ kenapa aku harus mengalami
sakit berkepanjangan? Kenapa takdir sakit itu mengungkungmu?”
BAB 38 : Aku Rembulan Tenggelam Di Wajahmu
Seseorang dengan wajah menyenangkan itu berkata “ Ray
kenapa kau sampai mendapatkan kesempatan perjalanan mengenang
masa lalu. Kenapa kau berhak mendapatkannya? Itu semua karena
rembulan. Setiap kali kau memandangnya, kau selalu berterimakasih
pada Tuhan. Setiap kali kau menyimaknya, kau selalu merasa bahwa
kuasa tuhan menjejak setiap sudut bumi dimana cahaya rembulan
menyentuhnya. Kau memiliki cara berinteraksi yang luar biasa
dengan kuasa langit, Ray. Kau memang mengutuk, membantah,
berprasangka buruk kepada Tuhan, tetapi kau jujur. Kau tidak pernah
berdusta saat menatap rembulan. Tidak pernah munafik. Apa
adanya.”
3. Tinjauan Bahasa
Bahasa yang digunakan juga sulit dipahami,banyak ditemukan
kata-kata yang memang benar-benar memutar otak untuk bisa
memahaminya. Ya, gaya bahasa yang digunakan terlalu tinggi bagi
para pemula. Misal, Bintang tumpah mengukir angkasa membentuk
ribuan formasi (hal. 1), Sungguh kalau kulukiskan peta itu maka ia
bagai bola raksasa dengan benang jutaan warna yang saling melilit,
saling menjalin, lingkar-melingkar. (hal. 57) Mempunyai harta benda
itu baik, miskin itu jelek. Benar-benar ukuran yang tidak hakiki. (Hal.
416) dan masih banyak lainya.
4. Membandingkan dengan Novel lain
Novel Rembulan Tenggelam diwajahmu ini sangat menarik, meski
awalnya sedikit membingungkan karena novel ini menggunakan sudut
pandang orang ketiga serba tahu, dimana narator mengetahui
semuanya dengan semua peran yang muncul tiba-tiba disetiap bab-nya,
dan yang kemudian mampu menjawab 5 pertanyaan dengan 5 jawaban,
melalui kesempatan perjalanan masalalu. Novel ini awalnya juga
menceritakan beberapa tokoh, namun hanya muncul diawal dan
kemudian menghilang, dan muncul lagi dibab terakhir. Hebatnya,
tokoh tersebut berkaitan dengan pemeran utama “Ray”.
5. Memaparkan Keunikan Novel
Novel ini terbilang unik, karena novel ini menggunakan sudut
pandang orang ketiga serba tahu. Cukup membingungkan, namun
membuat para pembaca penasaran dengan segala macam alur yang
disampaikan. Novel ini mengajarkan apa arti syukur, kesederhanaan,
ikhlas, dan menghargai apa yang telah kita miliki. Novel ini juga
benar-benar mengajak kita pergi kedunia fantasi, berkhayal mengikuti
alur ceritanya. Sungguh penasaran dibuatnya.
6. Tema Novel
Munculnya 5 pertanyaan, dan kemudian kelima pertanyaan
terjawab melalui perjalanan panjang tokoh utama “Ray” . Sosok ray
yang benar-benar mengagumi indahnya cahaya rembulan, yang setiap
kali memandangnya, ia selalu berterimakasih kepada Tuhan.
Merasakan kuasa Tuhan selalu menjejak setiap sudut bumi dimana
cahaya rembulan menyentuhnya. Sosok Ray memang mengutuk,
membantah, berprasangka buruk kepada Tuhan, tetapi ia selalu jujur
dan tidak pernah berdusta setiap kali ia menatap rembulan, ia selalu
memujinya dan merasakan sebuah ketenangan dibalik Indahnya cahaya
rembulan yang menyelimutinya.
7. Kritik
Novel ini awalnya memang benar-benar membosankan, ceritanya
yang sulit sekali dipahami. Dan ada bagian bab yang diceritakan terlalu
singkat, dibeberapa bab diceritakan, dibab selanjutnya sudah tidak ada
dan muncul kembali di bab terakhir. Bahasa yang digunakan juga sulit
dipahami,banyak ditemukan kata-kata yang menurut saya, memang
benar-benar memutar otak untuk bisa memahaminya. Ya, terlalu tinggi
gaya bahasa yang digunakan bagi para pemula seperti saya.

E. Evaluasi
1. Keunggulan
Novel ini, mampu membawa pembaca benar-benar terbang
kedunia fantasi, berkhayal membayangkan, mengikuti alur cerita
yang disampaikan. Novel ini juga mengajarkan kita apa itu hidup ?
bagaimana seharusnya menghadapi pahit-manisnya hidup ? belajar
bersyukur, ikhlas, dan juga kesederhanaan. Didalam novel ini,
juga terdapat banyak sekali nasehat dari penulis yang disampaikan
dalam sebuah cerita. Meski awal ceritanya sedikit membosankan,
namun jika terus kita baca kita akan menemukan banyak sekali
kejutan didalamnya. Salah satu nasehat yang terdapat didalam isi
novel ini adalah : “ Ketika kau merasa hidupmu menyakitkan dan
merasa muak dengan semua penderitaan maka itu saatnya kau
harus melihat keatas, pasti ada kabar baik untukmu, janji-janji,
masa depan. Dan sebaliknya, ketika kau merasa hidupmu
menyenangkan dan selalu merasa kurang dengan semua
kesenangan maka itulah saatnya kau harus melihat kebawah, pasti
ada yang lebih tidak beruntung darimu”. Nasihat yang lain, yaitu
“ Kalian mungkin memiliki masa lalu yang buruk, tapi kalian
memiliki kepal tangan untuk merubahnya”. Hanya sesederhana
itu. Dengan begitu, kau akan pandai bersyukur dan kembali
bangkit menjalani tantangan hidup.
2. Kelemahan
Diawal cerita, novel ini benar-benar membosankan karena alur
ceritanya, gaya bahasanya, sulit sekali dipahami.

F. Rangkuman
1. Kesimpulan
Novel ini pantas untuk dibaca siapa saja. Sesuai konsepnya yang
inspirasional, novel ini memberikan kita banyak inspirasi, pesan dan
kesan yang dapat mengalir hingga ke ubuk hati dan pikiran.
DAFTAR PUSTAKA

Liye, Tere. 2009. Rembulan Tenggelam Di Wajahmu. Jakarta : Republika


Mutaqin, Zaenal. 2013. Judul. http://tanya-biografi.blogspot.co.id/2013/01/biografi-
tere-liye.html#.VjLr7H2YTIU (Diakses pada tanggal 03 Desember 2019, pukul
11.30 WIB)

Anda mungkin juga menyukai