Anda di halaman 1dari 15

Psikologi Kerja

Zahrotul Mahmudati
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

PENDAHULUAN
Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata
psyche Yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Karena itu psikologi bisa
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan (Hamilton). Akan
tetapi, seiring dengan perkembangan zaman, arti dari psikologi mengalami
kemajuan dan memiliki berbagai macam arti. Salah satunya, psikologi adalah
ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan binatang (Wertheimer, 1972).
Setiap makhluk hidup di dunia ini mempunyai kemampuan untuk berfikir,
berkembang, bertambah umur, memiliki emosi seperti ketakutan dan marah,
kemampuan untuk menyelesaikan suatu masalah, dan mengambil suatu langkah
penting yang dapat membuat sel-sel tubuh memanas. Seperti yang di
kemukakan oleh Plato (Hutchins,1952) bahwa Kita ini terbentuk dari hasrat,
emosi, dan pengetahuan. Hasrat datang dari pinggul, emosi datang dari aliran
dan tekanan darah didalam hati, dan pengetahuan datang dari kepala. Kemudian
untuk memperkuat pernyataannya itu, Plato juga menambahkan bahwa Apakah
darah merupakan elemen yang mana kita pikir, ataukah udara, ataukah api?
Atau mungkin otaklah yang mungkin merupakan sumber kekuatan utama dalam
pendengaran, penglihatan, penciuman, pengingat, dan muncullah pendapat dari
itu semua. Dengan pernyataan Plato ini, dapat diketahui bahwa sumber dari
segala tingkah laku berasal dari otak. Apa yang di dengar, di cium, dan di lihat,
semuanya terekam dalam kepala.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Psikologi Kerja
Kerja merupakan suatu hal yang pasti dilakukan setiap orang. Karena
dengan bekerja seseorang akan mendapatkan upah guna mempertahankan
hidupnya. Selain itu, dengan bekerja maka kita akan menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi orang lain. Karena itu psikologi kerja secara umum dapat diartikan
sebagai gabungan dari beberapa ide, metode, atau konsep, dan memiliki
pengertian yang sangat mendalam mengenai ekonomi, sosial, dan psikologi.

Psikologi kerja merupakan psikologi yang dikaitkan dengan keadaan


kerja. Psikologi kerja erat kaitannya dengan keadaan mental tenaga kerja.
Keadaan mental tenaga kerja selain dipengaruhi oleh faktor-faktor di dalam
lingkungan kerja, juga dipengaruhi oleh factor-faktor di luar kerja. Kondisi mental
tenaga kerja yang tidak baik dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
kesehatan jiwa, dan dapat berpengaruh terhadap sasaran atau tujuan kesehatan
kerja, sehingga psikologi kerja juga erat kaitannya dengan kesehatan kerja.

Dalam psikologi kerja terdapat dua hal yang mudah untuk diingat, yaitu
menyesuaikan orang dengan pekerjaannya dan menyesuaikan pekerjaan
dengan orangnya. Kedua hal tersebut hanya merupakan sebagian dari psikologi
kerja. Cherrington (1989:27 mengemukakan pendapatnya mengenai psikologi
kerja, yaitu Perilaku organisasi yang merupakan perkembangan dari psikologi,
sosiologi, dan antropologi. Dimana setiap disiplin ilmu itu menyumbangkan
idenya untuk organisasi dan kemudia bergabung menjadi perilaku organisasi.
Selain itu juga, ada tiga disiplin ilmu yang mempunyai pengaruh kecil dalam
perkembangan perilaku organisasi yang ekonomi, poltik, dan sejarah. Dari
pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa psikologi kerja merupakan
pengembangan dari psikologi, sosiologi, dan antropologi. Selain itu juga, didalam
psikologi kerja juga terdapat ekonomi, politik, dan sejarah yang bergabung dan
membentuk perilaku suatu organisasi.

Kondisi Untuk Menggambarkan Psikologi Kerja Seorang Tenaga Kerja

1. Bakat
Bakat dalam pengertian bahasa atau dalam pengertian yang umum kita
pahami, adalah kelebihan / keunggulan alamiah yang melekat pada diri kita dan
menjadi pembeda antara kita dengan orang lain. Bakat (aptitude) adalah
kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masihperlu dikembangka n
atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuandan keterampilan
khusus, bukan merupa kan manipulasi lingkungan sesudah anakdilahirkan.
Misalnya kemampuan berbahasa, bermain musik, melukis, dan
lainlain.Seseorang yang berbakat musik misalnya, dengan latihan yang sama
dengan orang lain yang tidak berbakat musik, akan lebih cepat menguasai
keterampilantersebut.
2. Minat
John Holland, ahli yang banyak meneliti mengenai minat memberikan
pengertiansebagai aktivitas atau tugas tugas yang membangkitkan perasaan
ingin tahu,perhatian, dan memberi kesenangan atau kenikmatan. Minat dapat
menjadiindikator dari kekuatan seseorang di area tertentu dimana ia akan
termotivasiu ntuk mempelajarinya dan menunjukkan kinerja yang tinggi. Minat
bersifategosentris karena perbedaa n minat pada setiap anak tergantung pada
kebutuhandan apa yang dirasa menguntungkan bafi anak. Psikolog Verauli,
M.Psi mengatakan minat dan bakat memiliki perbedaan. Menurutnya,
bakatbersifat majemuk, dapat mencakup bakat musik, berpikir logis matematis,
interpersonal, intrapersonal, dan sebagainya. Sedangkan minat
adalahkecenderungan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu atau
bisadisamakan dengan kesenangan, yang sifatnya bisa berubah ubah dan
dapatdipengaruhi oleh lingkungan. Minat bisa merupakan dorongan dari naluri
namunbisa pula dorongan dari pemikiran yang disertai perasaan. Minat yang
hanyamuncul dari dorongan perasaan tanpa pemikiran mudah berubah sesuai
denganperubahan perasaannya.
3. Kepribadian
Kepribadian merupakan pola khas seseorang dalam berpikir, merasakan
dan berperilaku yang relatif stabil dan dapat diperkirakan (Dorland, 2002).
Kepribadian juga merupakan jumlah total kecenderungan bawaan atau herediter
dengan berbagai pengaruh dari lingkungan serta pendidikan, yang membentuk
kondisi kejiwaan seseorang dan mempengaruhi sikapnya terhadap kehidupan
(Weller, 2005). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kepribadian meliputi segala corak perilaku dan sifat yang khas dan dapat
diperkirakan pada diri seseorang, yang digunakan untuk bereaksi dan
menyesuaikan diri terhadap rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya itu
merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu.
4. Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa latin “Movere” yang artinya menimbulkan
pergerakan. Motivasi didefinisikan sebagai kekuatan psikologis yang
menggerakkan seseorang kearah beberapa jenis tindakan (Haggard, 1989) dan
sebagai suatu kesediaan peserta didik untuk menerima pembelajaran, dengan
kesiapan sebagai bukti dari motivasi (Redman, 1993). Menurut Kort (1987),
motivasi adalah hasil faktor internal dan faktor eksternal dan bukan hasil
eksternal saja. Hal yang tersirat dari motivasi adalah gerakan untuk memenuhi
suatu kebutuhan atau untuk mencapai suatu tujuan. Setiap pimpinan perlu
memahami proses-proses psikologikal apabila berkeinginan untuk membina
karyawan secara berhasil dalam upaya pencapaian sasaran-sasaran
keorganisasian. Motivasi juga didefinisikan sebagai dorongan dari dalam diri
individu berdasarkan mana dari berperilaku dengan cara te rtentu untuk
memenuhi keinginan dan kebutuhanya. Adapun pemotivasian dapat diartikan
sebagai pemberian motif-motif sebagai pendorong agar orang bertindak,
berusaha untuk mencapai tujuan organisasional (Silalahi, 2002).
5. Intelegensia
Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak
secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara
efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu
kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh
karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus
disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari
proses berpikir rasional itu Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai
kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang
amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada
individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan,
kecakapan, atau ketrampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang
disebut Bakat atau Aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk
menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera
diketahui lewat tes inteligensi.
6. Edukasi
Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang
melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta
atau kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri
(self direction), aktif memberikan informasi-informasi atau ide baru (Craven dan
Hirnle, 1996 dalam Suliha, 2002). Edukasi merupakan serangkaian upaya yang
ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok,
keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat (Setiawati,
2008).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Psikologi Kerja Seorang Tenaga Kerja


1. motivasi kerja

Motif seringkali diistilahkan sebagai dorongan. Dorongan atau tenaga


tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat, sehingga motif
tersebut merupakan driving force yang menggerakkan manusia untuk
bertingkah laku dan didalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu
(Moch. As’ad, 1995: 45). Motivasi secara sederhana dapat diartikan
“Motivating” yang secara implisit berarti bahwa pimpinan suatu organisasi
berada di tengah-tengah bawahannya, dengan demikian dapat memberikan
bimbingan, instruksi, nasehat dan koreksi jika diperlukan (Siagian, 1985:
129). Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa motivasi adalah
keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsang untuk
melakukan tindakan (Winardi, 2000: 312). Motivasi adalah dorongan yang
ada dalam diri manusia yang menyebabkan ia melakukan sesuatu
(Wursanto, 1987: 132).
Motivasi kerja merupakan motivasi yang terjadi pada situasi dan
lingkungan kerja yang terdapat pada suatu organisasi ataulembaga.
Keberhasilan dan kegagalan pendidikan memang sering dikaitkan dengan
motivasi kerja guru. Pada dasarnya manusia selalu menginginkan hal yang
baik-baik saja, sehingga daya pendorong atau penggerak yang memotivasi
semangat kerjanya tergantung dari harapan yang akan diperoleh mendatang
jika harapan itu menjadi kenyataan maka seseorang akan cenderung
meningkatkan motivasi kerjanya.
Motivasi kerja diartikan sebagai keadaan dalam diri individu yang
mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu
guna mencapai tujuan. Motivasi yang ada pada seseorang akan diwujudkan
dalam satu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan
(Reksohadiprodjo dan Handoko,1990).
2. Kepuasan Kerja
Menurut Kreitner dan Kinicki (2001;271) kepuasan kerja adalah
“suatu efektifitas atau respons emosional terhadap berbagai aspek
pekerjaan”. Davis dan Newstrom (1985;105) mendeskripsikan “kepuasan
kerja adalah seperangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan atau
tidaknya pekerjaan mereka”. Menurut Robbins (2003;78) kepuasan kerja
adalah “sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukkan
perbedaan antara jumlah penghargaan yag diterima pekerja dan jumlah
yang mereka yakini seharusnya mereka terima”.

3. Seleksi dan Penempatan Pegawai


Seleksi adalah suatu rekomendasi atau suatu keputusan untuk
menerima atau menolak seseorang calon untuk pekerjaan tertentu
berdasarkan suatu dugaan tentang kemungkinan-kemungkinan dari calon
untuk menjadi tenaga kerja yang berhasil pada pekerjaannya. Tugas
seleksi ialah menilai sebanyak mungkin calon untuk memilih seseorang
atau sejumlah orang (sesuai dengan jumlah yang diperlukan) yang paling
memenuhi persyaratan pekerjaan yang ditetapkan semula. Penempatan
adalah suatu rekomendasi atau keputusan untuk mendistribusikan para
calon pada pekerjaan yang berbeda-beda berdasarkan suatu dugaan
tentang kemungkinan-kemungkinan dari calon untuk berhasil pada setiap
pekerjaan yang berbeda. Tugas dari penempatan adalah untuk menilai
para calon dan untuk mencocokan kualifikasi mereka dengan persyaratan
yang telah ditetapkan semula dari setiap pekerjaan. Pada seleksi
sejumlah calon dinilai sejauh mana kesesuaian mereka (sejauh mana
mereka memenuhi persyaratan pekerjaan yang telah ditetapkan semula)
dengan suatu pekerjaan. Pada penempatan setiap calon dinilai derajat
kesesuaiannya untuk sejumlah pekerjaan yang berbeda-beda. Dari
jumlah calon dipilih sejumlah orang yang dinilai secara keseluruhan paling
sesuai untuk pekerjaan yang berbeda-beda yang tersedia.
4. Pelatihan dan Pengembangan
Pelatihan dan pengembangan adalah usaha yang terencana dari
organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan pegawai. Pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan
kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang spesifik pada saat ini.
Pengembangan lebih ditekankan pada peningkatan pengetahuan untuk
melakukan pekerjaan di masa yang akan datang.

5. Produktivitas kerja
Produktivitas kerja merupakan suatu konsep yang menunjukkan
adanya kaitanoutput dengan input yang dibutuhkan seorang tenaga kerja
untuk menghasilkan produk. Pengukuran produktivitas dilakukan dengan
melihat jumlah output yang dihasilkan oleh setiap pegawai selama
sebulan. Seorang pegawai dapat dikatakan produktiv apabila ia mampu
menghasilkan jumlah produk yang lebih banyak dibandingkan dengan
pegawai lain dalam waktu yang sama ( J. Ravianto, 1986 ).

6. Stres Kerja
Menurut Anwar (1993:93) Stres kerja adalah suatu perasaan yang
menekan atau rasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi
pekerjaannya. Yoder dan Staudohar (1982 : 308) mendefinisikan Stres Kerja
adalah Job stress refers to a physical or psychological deviation from the
normal human state that is caused by stimuli in the work environment. yang
kurang lebih memiliki arti suatu tekanan akibat bekerja juga akan
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi fisik seseorang, di mana
tekanan itu berasal dari lingkungan pekerjaan tempat individu tersebut
berada. Beehr dan Franz (dikutip Bambang Tarupolo, 2002:17),
mendefinisikan stres kerja sebagai suatu proses yang menyebabkan orang
merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau
situasi kerja yang tertentu. Stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Jika seseorang
/ karyawan mengalami stres yang terlalu besar maka akan dapat menganggu
kemampuan seseorang / karyawan tersebut untuk menghadapi
lingkungannya dan pekerjaan yang akan dilakukannya (Handoko 1997:200)
Menurut Pandji Anoraga (2001:108), stres kerja adalah suatu bentuk
tanggapan seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di
lingkunganya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya
terancam. Gibson dkk (1996:339), menyatakan bahwa stres kerja adalah
suatu tanggapan penyesuaian diperantarai oleh perbedaan- perbedaan
individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari
setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi, atau peristiwa yang
menetapkan permintaan psikologis dan
atau fisik berlebihan kepada seseorang. Beehr dan Franz (dalam
Retnaningtyas, 2005 : 8), mendefinisikan stres kerjasebagai suatu proses
yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atautegang karena
pekerjaannya, tempat kerja atau situasi kerja tertentu.

Efek Kondisi Psikologi Kerja Memburuk


1. Stres Kerja

Timbulnya stress kerja pada seorang tenaga kerja melalui tiga tahap yaitu
tahap pertama, reaksi awal yang merupakan fase inisial dengan timbulnya
beberapa gejala/tanda,namun masih dapat diatasi oleh mekanisme pertahanan
diri. Tahap kedua, reaksi pertahanan yang merupakan adaptasi maksimum dan
pada masa tertentu dapat kembali kepada keseimbangan. Bila stress ini terus
berlanjut terus dan mekanisme pertahanan diri tidak sanggup berfungsi lagi maka
berlanjut ke tahap ketiga, yaitu kelelahan yang timbul akibat mekanisme adaptasi
telah kolaps (layu).

Menurut Anoraga ( 2001) dalam Oktaria (2009), gejala stres adalah sebagai
berikut:

a. Menjadi mudah marah dan tersinggung


b. Bertindak secara agresif dan defensive
c. Merasa selalu lelah
d. Sukar konsentrasi ,pelupa
e. Jantung berdebar-debar
f. Otot tegang,nyeri sendi
g. Sakit kepala,perut dan diare.
Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stress kerja
dapat berupa:

 Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun


operasional kerja.
 Mengganggu kenormalan aktivitas kerja.
 Menurunkan tingkat produktivitas.
 Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan.

2. Kelelahan/keletihan kerja
Menurut Mangkunegara (2005:108) bahwa keletihan kerja terdiri atas dua
macam yaitu keletihan psikis dan keletihan fisiologis. Penyebab keletihan psikis
adalah kebosanan kerja akibat kerja yang monoton, sedangkan keletihan
fisiologis dapat menyebabkan meningkatnya absensi, turn over, dan kecelakaan
kerja. Kelelahan merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan, yang
secara umum terjadi pada setiap individu, yang lelah tidak sanggup lagi untuk
melakukan aktivitasnya. Kelelahan yang terjadi pada setiap orang diakibatkan
oleh dua hal, yaitu kelelahan fisik dan kelelahan mental. Kelelahan fisik
berkenaan dengan jasmani seseorang, seperti badan pegal-pegal, otot tegang
dan lain-lain. Sedangkan kelelahan mental berkenaan dengan perasaan
seseorang seperti kurang semangat, kurang motivasi yang berakibat kemalasan
dalam bekerja. Banyak cara yang dilakukan untuk mengatasi kelelahan kerja.
Pemilihan cara mengatasi kelelahan yang tepat dapat mempercepat proses
pemulihan kelelahan kerja baik kelelahan fisik maupun kelelahan mental.
Pemulihan fatigue atau perasaan lelah ini dapat di atasi dengan istirahat. Periode
istirahat ini dibutuhkan bagi pekerjaan yang mengerahkan tenaga atau pikirannya
dan harus dilakukan apabila terjadi kelelahan. Semakin besar rasa lelah, maka
waktu yang dibutuhkan pada waktu istirahat untuk pemulihan akan menjadi
semakin lama. Selain itu, sikap seseorang terhadap pekerjaannya akan
menentukan tingkat kebutuhan akan periode istirahat yang dilakukan.

Dampak Kelelahan ( fatigue ) :


Beberapa bentuk kelelahan yang terjadi pada dunia kerja merupakan
suatu kondisi kronis ilmiah. Keadaan ini tidak hanya disebabkan oleh suatu
sebab tunggal seperti terlalu kerasnya beban kerja, namun juga oleh tekanan-
tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada suatu masa yang panjang. Bila
keadaan seperti ini berlarut-larut maka akan muncul tanda-tanda memburuknya
kesehatan yang lebih tepat disebut “ kelelahan Klinis atau Kronis ”. Pada
keadaan seperti ini, gejalanya tidak hanya muncul selama periode stress atau
sesaat setelah masa stress, tetapi cepat atau lambat akan sangat mengancam
setiap saat perasaan lelah kerap kali muncul ketika bangun di pagi hari, justru
sebelum saatnya bekerja, misalnya berupa perasaan “ kebencian ” yang
bersumber dari terganggunya emosi. Sejumlah orang kerap kali menunjukkan
gejala-gejala sebagai berikut :

 Munculnya tanda-tanda kelelahan psikosomatis diatas berpengaruh pula


pada waktu-waktu absent dari pekerja. Hal ini menunjukkan bahwa
penyebab ketidak hadiran ditempat kerja, karena yang bersangkutan
membutuhkan waktu istirahat yang lebih banyak.
 Tenaga kerja yang mempunyai masalah psikologis dan kesulitan-
kesulitan lainnya amatlah mudah untuk mengidap suatu bentuk kelelahan
kronis dan sangatlah sulit melepaskan keterkaitannya dengan maslah
kejiwaan.

Gambaran mengenai gejala kelelahan secara subjektif dan objektif antara lain :

1. Perasaan lesu, ngantuk dan pusing


2. Tidak / kurang mampu berkonsentrasi
3. Berkurangnya tingkat kewaspadaan
4. Persepsi yang buruk dan lambat
5. Tidak ada / berkurangnya gairah untuk bekerja
6. Menurunnya kinerja jasmani dan rohani
7. Gejala-gejala yang timbul ini dapat menyebabkan penurunan efisiensi dan
efektivitas kerja fisik dan mental. Sejumlah gejala tersebut menifestasinya
timbul berupa keluhan oleh tenaga kerja dan seringnya tenaga kerja tidak
masuk kerja.
Efek Kondisi Kerja Membaik
1. Kepuasan Kerja
Kepuasan Kerja merupakan sikap (positif) tenaga kerja terhadap
pekerjaannya, yang timbul berdasarkan penilaian terhadap situasi kerja.
Penilaian tersebut dapat dilakukan terhadap salah satu pekerjaannya,
penilaian dilakukan sebagai rasa menghargai dalam mencapai salah satu
nilai-nilai penting dalam pekerjaan. Karyawan yang puas lebih menyukai
situasi kerjanya daripada tidak menyukainya. Perasaan-perasaan yang
berhubungan dengan kepuasan dan ketidakpuasan kerja cenderung
mencerminkan penaksiran dari tenaga kerja tentang pengalaman-
pengalaman kerja pada waktu sekarang dan lampau daripada harapan-
harapan untuk masa depan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
dua unsur penting dalam kepuasan kerja, yaitu nilai-nilai pekerjaan dan
kebutuhan-kebutuhan dasar.
Kondisi kerja yang baik dapat membuat kita bekerja lebih
maksimal dan kondisi kerja yang baik juga akan mempengaruhi pada
motivasi serta hasil kerja karyawan itu sendiri. Menurut Siswanto
(2000:35), semangat kerja sebagai keadaan psikologis seseorang.
Semangat kerja dianggap sebagai keadaan psikologis yang baik bila
semangat kerja tersebut menimbulkan kesenangan yang mendorong
seseorang untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai
tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan. Sedangkan menurut Nitisemito
(2002:56), semangat kerja adalah kondisi seseorang yang menunjang
dirinya untuk melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik di dalam
sebuah perusahaan. Semangat kerja yang tinggi. Apabila karyawan
merasa bergairah, bahagia, optimis.

Instrumen-Instrumen Untuk Mengetahui Kondisi Psikologi Kerja


1. Illumination

Menurut Newstrom (1996:469-478), cahaya atau penerangan sangat


besar manfaatnya bagi para karyawan guna menbdapat keselamatan dan
kelancaran kerja. Pada dasarnya, cahaya dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu: cahaya yang berasal dari sinar matahari dan cahaya buatan
berupa lampu. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan
(cahaya) yang terang tetpai tidak menyilaukan. Dengan penerangan yang
baik para karyawan akan dapat bekerja dengan cermat dan teliti sehingga
hasil kerjanya mempunyai kualitas yang memuaskan. Cahaya yang kurang
jelas (kurang cukup) mengakibatkan penglihatan kurang jelas, sehingga
pekerjaan menjadi lambat, banyak mengalami kesalajhan, dan pada
akhirtnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanbkan pekerjaan,
sehingga tujuan dari badan usaha sulit dicapai.

2. Temperature
Menurut Newstrom (1996:469-478), bekerja pada suhu yang panas
atau dingin dapat menimbulkan penurunan kinerja. Secara umum, kondisi
yang panas dan lembab cenderung meningkatkan penggunaan tenaga fisik
yang lebih berat, sehingga pekerja akan merasa sangat letih dan kinerjanya
akan menurun.

3. Noise
Menurut newstrom (1996:469-478) bising dapat didefinisikan
sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi
yang menjengkelkan suara bising adalah suatu hal yang dihindari oleh
siapapun, lebih-lebih dalam melaksanakan suatu pekerjaan, karena
konsentrasi perusahaan akan dapat terganggu. Dengan terganggunya
konsentrasi ini maka pekerjaan yang dilakukkan akan banyak timbul
kesalahan ataupun kerusakan sehingga akan menimbulkan kerugian.
4. Motion
Menurut Newstrom (1996:469-478) kondisi gerakan secara umum
adalah getaran. Getaran-getaran dapat menyebabkan pengaruh yang
buruk bagi kinerja, terutama untuk aktivitas yang melibatkan penggunaan
mata dan gerakan tangan secara terus-menerus.

5. Pollution
Menurut Newstrom (1996:469-478) pencemaran ini dapat
disebabkan karena tingkat pemakaian bahan-bahan kimia di tempat kerja
dan keaneksragaman zat yang dipakai pada berbagai bagian yang ada di
tempat kerja dan pekerjaan yang menghasilkan perabot atau perkakas.
Bahan baku-bahan baku bangunan yang digunakan di beberapa kantor
dapat dipastikan mengandung bahan kimia yang beracun. Situasi
tersebut akan sangat berbahaya jika di tempat tersebut tidak terdapat
ventilasi yang memadai.

6. AestheticFactors
Menurut newstrom (1996:469-478) faktor keindahan ini meliputi:
musik, warna dan bau-bauan. Musik, warna dan bau-bauan yang
menyenangkan dapat meningkatkan kepuasan kerja dalam melaksankan
pekerjaanya.

Kondisi Psikologis Dari Lingkungan Kerja


Rancangan fisik dan desain dari pekerjaan, sejumlah ruangan kerja yang
tersedia dan jenis-jenis dari perlengkapan dapat mempengaruhi perilaku pekerja
dalam menciptakan macam-macam kondisi psikologi. Menurut newstrom
(1996:494) Psychological conditions of the work environment that can affect work
performance include feelings of privacy or crowding, the status associated with
the amount or location of workspace, and the amount of control over the work
environment. Kondisi psikologis dari lingkungan kerja dapat mempengaruhi
kinerja yang meliputi perasaan yang bersifat pribadi atau kelompok, status
dihubungkan dengan sejumlah lokasi ruang kerja dan sejumlah pengawasan
atau lingkungan kerja.

Faktor-Faktor Dari Kondisi Psikologis Meliputi:

1. Feeling of privac
Menurut Newstrom (1996:478), privasi dari pekerja dapat dirasakan dari
desain ruang kerja. Ada ruang kerja yang didesain untuk seorang pekerja,
adapula yang didesain untuk beberapa orang, sehingga penyelia untuk
mengawasi interaksi antar karyawan.
2. Sense of status and impotance
Menurut Newstrom (1996: 478), para karywan tingkat bawah senang
dengan desain ruang yang terbuka karena memberi kesempatan kepada
karyawan untuk berkomunikasi secara informal. Sebaliknya para manajer
merasa tidak puas dengan desain ruang yang terbuka karena banyak
gangguan suara dan privasi yang dimiliki terbatas.

Kondisi Sementara Dari Lingkungan Kerja

Menurut Newstrom (1996:480), “The temporal condition-the time structure


of the work day. Some of the more flexible work schedules have developed in an
effort to give workers a greater sense of control over the planning and timing of
their work days”. Kondisi sementara meliputi stuktur waktu pada hari kerja.
Mayoritas dari pekerja bekerja dengan jadwal 5-9 jam dimana pekerja akan diberi
waktu 1 jam untuk istirahat dan makan siang.Faktor-faktor dari kondisi sementara
meliputi:

1. Shift
Menurut Newstrom (1996:481) dalam satu hari sistem kerja shift dapat
dibagi menjadi 3 yaitu shift pagi, shift psore, dan shift malam. Dan
berdasarkan banyak penelitian bahwa shift malam dianggap banyak
menimbulkan masalah seperti stres yang tinggi, ketidakpuasan kerja dan
kinerja yang jelek.
2. Compressed work weeks
Menurut Newstrom (1996:481), maksudnya adalah mengurangi jumlah
hari kerja dalam seminggu, tetapi menambah jumlah jam kerja perhari.
Mengurangi hari kerja dalam seminggu mempunyai dampak yang positif dari
karyawan yaitu karyawan akan merasa segar kembali pada waktu bekerja
karena masa liburnya lebih lama dan juga dapat mengurangi tingkat absensi
dari karyawan.

3. Flextime
Menurut Newstrom (1996:481) adalah suatu jadwal kerja dimana karywan
dapat memutuskan kapan mulai bkerja dan kapan mengakhiri pekerjaannya
selama karywan dapat memenuhi jumlah jam kerja yang ditetapkan oleh
badan usaha. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang
diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang
bersangkutan. Kondisi kerja dipandang mempunyai peranan yang cukup
penting terhadap kenyamanan, ketenangan, dan keamanan kerja.
Terciptanya kondisi kerja yang nyaman akan membantu para karyawan
untuk bekerja dengan lebih giat sehingga produktivitas dan kepuasan kerja
bisa lebih meningkat. Kondisi kerja yang baik merupakan kondisi kerja yang
bebas dari gangguan fisik seperti kebisingan, kurangnya penerangan,
maupun polusi seta bebas dari gangguan yang bersifat psikologis maupun
temporary seperti privasi yang dimiliki karyawan tersebut maupunpengaturan
jam kerja.

KESIMPULAN

1. Psikologi kerja merupakan psikologi yang dikaitkan dengan keadaan


kerja.
2. Dalam psikologi kerja terdapat dua hal yang mudah untuk diingat, yaitu
menyesuaikan orang dengan pekerjaannya dan menyesuaikan pekerjaan
dengan orangnya.
3. Kondisi yang dapat menggambarkan psikologis kerja seseorang adalah
bakat, minat, intelegensia, motivasi, edukasi, dan kepribadian

SUMBER PUSTAKA

http://anahuraki.lecture.ub.ac.id/files/2012/04/7.pelatihan-dan-pengembangan.pdf
http://eprints.uny.ac.id/9579/2/bab%202%20-07104244063.pdf
http://eprints.uny.ac.id/9035/3/BAB%202%20-08404241017.pdf
http://arsip.uii.ac.id/files/2012/08/05.2-bab-297.pdf
http://eprints.uny.ac.id/7518/3/BAB%202-09409131010.pdf
parhusip.files.wordpress.com/2008/10/psikologi-kerja.pps
thesis.binus.ac.id/asli/bab2/2010-2-00330-jp%20bab%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai