Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah bagian dari kebutuhan fisiologis dari
Hiraki Maslow. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk
aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan
oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan
akhirnya pasien akan meninggal (Asmadi, 2008). Menurut Somantri (2007), bahwa
mekanisme dasar pernapasan meliputi ventilasi paru (proses pertukaran gas antara
alveoli dan atmosfir), proses difusi dari oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan
kapiler, transpor oksigen dan karbondioksida dalam darah dan jaringan, serta
pengaturan ventilasi.
Dalam kaitannya pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada setting
kegawatdaruratan tidak terlepas dari peranan fungsi sistem pernafasan dan
kardiovaskuler yang menyuplai kebutuhan oksigen tubuh. Salah satu penyebab
gangguan oksigenasi adalah masalah pada sistem kardiovaskuler. Ketidakmampuan
jantung dalam memompa darah ke seluruh jaringan menyebabkan tubuh merespon
untuk melakukan ventilasi berlebih (hiperventilasi) untuk memenuhi kebutuhan
oksigen oleh tubuh. Selain itu dampak dari hal ini adalah timbunan asam laktat akibat
metabolisme anaerob dan timbulnya perasaan nyeri (Brunner & Suddarth, 2013). Maka
dari itu masalah pola napas ini merupakan masalah keperawatan kompleks yang harus
ditinjau dari mana masalah terebut berakar. Perawat profesional harus bisa mengenali
ciri-ciri dari pasien dengan masalah pola napas seperti bradipnea, dispneu, perubahan
ekspirasi memanjang, ortopnea, penggunaan otot bantu nafas, penggunaan posisi tiga
titik, peningkatan diameter anterior dan posterior, penurunan kapasitas vital, penurunan
tekanan ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi, penurunan ventilasi semenit,
pernafasan bibir, pernafasan cuping hidung, perubahan ekskursi dada, pola nafas tidak
abnormal, dan takipnea.
Peran perawat untuk mengatasi masalah ketidakefektifan pola nafas klien
adalah monitor pernafasan, pemberian terapi oksigen, dan menggali penyebab dari
timbulnya masalah. Pengetahuan dan ketrampilan perawat berguna untuk mengatasi
masalah kegawatdaruratan dari ketidakefektifan pola nafas, dan mencegah timbulnya
komplikasi dari masalah tersebut. Maka dari itu laporan ini disusun untuk mengetahui
asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan ketidakefektifan pola
nafas sesuai dengan pengaplikasian NANDA, NIC dan NOC.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Setelah mempelajari makalah ini, mahasiswa mampu melakukan asuhan
keperawatan kepada klien dengan diagnosa keperawatan ketidakefektifan pola
nafas di ruang GD
2. Tujuan Khusus
Setelah mempelajari makalah ini, mahasiswa :
a. Mampu menjelaskan konsep teori pasien dengan masalah keperawatan
ketidakefektifan pola nafas di ruang IGD
b. Mampu melakukan pengkajian kepada pasien dengan diagnosa keperawatan
ketidakefektifan pola nafas di ruang IGD
c. Mampu menganalisa masalah keperawatan berdasarkan kegawatdaruratan pada
pasien dengan masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas.
d. Mampu merencakan tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien
kegawatdaruratan dengan masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas.
e. Mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan kepada psaien
kgawatdaruratan dengan masalah keperawatan ketidakefektifan pola napas
f. Melaksanakan evaluasi pada pasien dengan masalah keperawatan
ketidakefektifan pola napas
g. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
ketidakefektifan pola nafas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Ketidakefektifan pola nafas adalah suatu keadaan dimana inspirasi dan atau
ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi secara adekuat baik aktual atau potensial
yang berhubungan dengan perubahan pola napas (Herdman & Kamitsuru, 2018 dan
Stuttgart, 2018).
B. Batasan Karakteristik (Herdman & Kamitsuru, 2018)
a. Bradipnea
b. Dispnea
c. Fase ekspirasi memanjang
d. Ortopnea
e. Penggunaan otot bantu nafas
f. Penggunaan posisi tiga titik
g. Peningkatan diameter anterior dan posterior
h. Penurunan kapasitas vital
i. Penurunan tekanan ekspirasi
j. Penurunan tekanan inspirasi
k. Penurunan ventilasi semenit
l. Pernafasan bibir
m. Pernafasan cuping hidung
n. Perubahan ekskursi dada
o. Pola nafas tidak abnormal
p. Takipnea

C. Faktor-faktor yang Berhubungan

Faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakefektifan pola nafas:


a. Ansietas
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respon otonom dari perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya
(Herdman & Kamitsuru, 2018). Ansietas menjadi suatu beban berat yang
menyebabkan stres berkepanjangan. Asnsietas yang berkaitan dengan stres ini akan
menimbulkan respon fisik maupun psikologis. Secara psikologis seseorang akan
merasa kawatir, ketakutan, dan tegang. Sedangkan respon fisik dari kecemasan ini
adalah muncul keringat dingin, peningkatan nadi, pusing, mual, grogi, dan
kesulitan bernapas/ dipsnea (Ifdil , 2015).
b. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
Pemilihan posisi untuk penderita degan masalah pernapasan sangat penting
untukmemfasilitasi pernapasan yang adekuat. Terdapat berbagai macam posisi
tidur mulai dari supinase, lateral, dan fowler. Posisi supinase dan lateral akan
menhambat ekspansi paru dan menyebabkan sesak semakin berat, sedangkan posisi
semi fowler merupakan pilihan posisi terbaik untuk seseorang yang merasa sesak
karena akan memaksimalkan ekspansi paru (Kozier, 2010).
c. Hiperventilasi
Sindrom hiperventilasi adalah suatu episoda yang ditandai dengan adanya
hyperpnea berupa pernapasan yang cepat dan biasanya dangkal, yang diikuti
dengan sensasi subjektif berupa rasa takut atau panik, serta adanya bermacam-
macam keluhan fisik. Sindrom hiperventilasi ini biasanya terjadi beberapa menit,
dan sering berulang. Hiperventilasi ini menyebabkan penurunan PCO2 arteri, dan
menyebabkan rangsangan terhadap pusat pernafasan menurun dan menyebabkan
ketidakefektifan pola nafas (Indrawanto, 2015)
d. Obesitas
Obesitas merupakan kondisi ketika individu mengalami penumpukan lemak
abnormal dan berlebihan terkait usia dan gender yang melampaui kelebihan berat
badan (Herdman & Kamitsuru, 2018). Kondisi ini dapat menyebabkan sesak napas
karena penmpukan lemak di dada. Hal ini menyebabkan pompa darah menjadi sulit
karena pengisian rongga jantung tidak maksimal. Selain itu obesitas dapat
menyebabkan penumpukan LDL, dan arterosklerosis yang akhirnya berdampak
pada penyakit jantung koroner. Masalah ini mengakibatkan jantung tidak dapat
memompa darah ke seluruh jaringan yang menyebabkan respon sesak muncul.
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko terjadinya obstruktif sleep apnea,
sehingga menyebabkan terjadinya risiko pola nafas yang tidak efektif. (Pieter dkk,
2011)
e. Nyeri
Nyeri merupakan sensasi subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan
yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan awitan yang tiba-tiba atau lambat
dengan intensitas ringan hingga berat (Herdman & Kamitsuru, 2018). Nyeri
merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan melindungi tubuh. Apabila
seseorang merasakan nyeri, maka perilakunya akan berubah. Beberapa perilaku
yang sering terjadi saat pasien mengalami nyeri adalah perilaku melindungi bagian
tubuh, dan melakukan pernapasan cepat, dan dangkal untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan (Kozier, 2010).
f. Kelelahan otot pernafasan
Keletihan otot pernafasan dapat terjadi karena kelemahan otot, kelumpuhan otot
yang disebabkan oleh gangguan persayarafan, dan gangguan neuromuskular.
Keletihan otot pernapasan sendiri merupakan dampak dari bentuk kompensasi
tubuh dalam mencukupi kebutuhan oksigen bila terjadi hipoksia dan hipoksemia
(Somantri, 2007). Pasien yang mengalami gangguan persarafan seperti cedera
tulang belakang dapat mengalami kelumpuhan karena gangguan pada saraf yang
mempengaruhi otot interkosta, hal ini menyebabkan pengembangan dinding dada
tidak bisa terjadi dan akibatnya pasien menggunakan otot bantu pernapasan (Urden
dkk, 2015).
g. Keletihan
Keletihan adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan toleransi
dan unit fungsional dalam melakukan kerja fisik dan tugasnya. Keletihan terjadi
karena tubuh dipaksa bekerja, dan tubuh tidak memiliki cukup energi untuk
memenuhi kebutuhannya. Dampak dari energi yang tidak terpenuhi adalah
penimbunan asam laktat (yang disebabkan metabolisme anaerob). Selain itu
keletihan menyebabkan rasa mengantuk yang berlebih, penurunan produktivitas,
ketegangan otot, dan sesak napas (dyspnea) (Somantri, 2007).
Kerangka Pikir Nursing Fenomena Ketidakefektifan Pola Nafas
Intervensi Keperawatan untuk mengatasi Ketidakefektifan Pola Napas
(Bulechek dkk, 2013)
1. Monitor pernafasan (3350)
a. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan dalam bernafas
b. Monitor pergerakan dada, penggunaan otot bantu pernafasan dan adanya
retraksi dinding dada
c. Monitor adanya suara nafas tambahan
d. Monitor pola nafas
e. Monitor saturasi oksigen
f. Auskultasi suara nafas
g. Monitor keluhan sesak napas pasien, termasuk kegiatan yang meningkatkan
atau memperburuk sesak napas tersebut

2. Terapi oksigen (3320)


a. Pertahankan kepatenan jalan nafas
b. Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui sistem humidifier
c. Berikan oksigen tambahan
d. Monitor aliran oksigen
e. Monitor efektivitas peberian terapi oksigen
f. Pantau adanya tanda-tanda keracunan oksigen dan kejadian atelektasis
g. Monitor kecemasan pasien yang berkaitan dengan menggunakan terapi
oksigen
h. Sediakan oksigen ketika pasien dibawa pindah
KEPUSTAKAAN

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta : Salemba Medika.

Brunner & Suddarth, 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Ed 8 Vol 2. Jakarta :
EGC

Bulechek, M. Gloria., Butcher, Dochterman, Wagner. 2013. Nursing Interventions


Classification (NIC), Ed 6. United Kingdom : Mosby

Herdman, T. Hreather., Shigemi, Kamitsuru. 2018. NANDA Internasional Inc. Diagnosa


Keperawatan: Definisi & Kalisifikasi 2018-2020, Ed. 11. Jakarta:EGC

Ifdil, B Khairul. 2015. The Effectiveness of Peer-Helping to Reduce Academic-Stress of


Students Addictive Disorders & Their Treatment. 14(4), 176-181.

Indrawanto I. 2015. Sindroma Hiperventilasi. 2(11),78-84.

Kozier, B., Erb, G., Berman, Audrey., Snyder. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan,
Konsep, Proses, dan Praktik, Ed7. Vol1. Jakarta: EGC.

Pieter H. Zan., Janiwarti, Saragih. 2011. Psikopatologi untuk Keperawatan. Jakarta :


Kencana.

Somantri, Irman. 2007. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika

Stuttgart. Delhi. Rio de Janeiro. 2018. Nursing diagnoses definition and classifications
eleventh edition 2018-2020.

Anda mungkin juga menyukai