Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi yang
prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health Organitation
(WHO, 2012) sepertiga populasi dunia yaitu sekitar dua milyar penduduk terinfeksi
Mycobacterium Tuberculosis. Lebih dari 8 juta populasi terkena TB aktif setiap
tahunnya dan sekitar 2 juta meninggal. Lebih dari 90% kasus TB dan kematian berasal
dari negara berkembang salah satunya Indonesia.
Menurut World Health Organization sejak tahun 2010 hingga Maret 2011, di
Indonesia tercatat 430.000 penderita TB paru dengan korban meninggal sejumlah
61.000. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan kejadian tahun 2009 yang mencapai
528.063 penderita TB paru dengan 91.369 orang meninggal (WHO Tuberculosis
Profile, 2012). Di Indonesia, tuberculosis merupakan masalah utama kesehatan
masyarakat dengan jumlah menempati urutan ke-3 terbanyak di dunia setelah Cina dan
India, dengan jumlah sekitar 10% dari total jumlah pasien tuberculosis di dunia.
Diperkirakan terdapat 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang setiap
tahunnya. Jumlah kejadian TB paru di Indonesia yang ditandai dengan adanya Basil
Tahan Asam (BTA) positif pada pasien adalah 110 per 100.000 2 penduduk (Riskesdas,
2013). Di Jawa Tengah angka penemuan penderita TB paru dengan BTA positif tahun
2005 sebanyak 14.227 penderita, dengan rata-rata kasus atau case detection rate (CDR)
sebesar 40,09% meningkat menjadi 17.318 penderita dengan CDR 49,82% tahun 2006.
Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang
(basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis (Hiswani, 2004).
Penularan melalui perantara ludah atau dahak penderita yang mengandung basil
tuberculosis paru. Pengobatan TB paru dapat dilaksanakan secara tuntas dengan
kerjasama yang baik antara penderita TB Paru 3 dan tenaga kesehatan atau lembaga
kesehatan, sehingga penyembuhan pasien dapat dilakukan secara maksimal.
Penanganan TB paru oleh tenaga dan lembaga kesehatan dilakukan menggunakan
metode Direct Observe Treatment Shortcourse (DOTS) atau observasi langsung untuk
penanganan jangka pendek. DOTS terdiri dari lima hal, yaitu komitmen politik,
pemeriksaan dahak di laboratorium, pengobatan berkesinambungan yang harus
disediakan oleh negara, pengawasan minum obat dan pencatatan laporan.
Keberhasilan pengobatan tuberculosis tergantung pada pengetahuan pasien dan
dukungan dari keluarga. Tidak ada upaya dari diri sendiri atau motivasi dari keluarga
yang kurang memberikan dukungan untuk berobat secara tuntas akan mempengaruhi

1
2

kepatuhan pasien untuk mengkonsumsi obat. Apabila ini dibiarkan, dampak yang akan
muncul jika penderita berhenti minum obat adalah munculnya kuman tuberculosis
yang resisten terhadap obat, jika ini terus terjadi dan kuman tersebut terus menyebar
pengendalian obat tuberculosis akan 4 semakin sulit dilaksanakan dan meningkatnya
angka kematian terus bertambah akibat penyakit tuberculosis. Selain itu penderita juga
mengatakan tidak mengetahui tentang apa itu TB paru, apa gejalanya, bagaimana
penularanya dan bagaimana cara pengobatannya. Penderita TB paru mengatakan tidak
tahu upaya apa yang harus dilakukan untuk menyembuhkan penyakitnya. Mereka juga
tidak tahu jangka waktu pengobatanya oleh karena itu mereka tidak disiplin dalam
minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang kepatuhan pengobatan
penyakit TB paru masih sangat kurang.

1.3 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang mengalami TB Paru dan
Anemia dan tindakan keperawatan.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan TB Paru
dan Anemia

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik klien yang mengalami TB Paru dan Anemia
b. Mengidentifikasi intervensi yang dapat dilakukan pada klien yang
mengalami masalah TB Paru dan Anemia
c. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan kepada klien dengan masalah
TB Paru dan Anemia

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Kedepannya laporan kasus ini dapat sebagai acuan dalam pembuatan asuhan
keperawatan medikal bedah dengan TB Paru dan Anemia.
1.3.2 Manfaat Praktis
1. Manfaat bagi klien
Klien mendapatkan informasi mengenai TB Paru dan Anemia serta cara
mengontrolnya.
2. Manfaat bagi lahan praktek
3

Lahan praktek lebih mengenal asuhan keperawatan pada klien dengan


TB Paru dan Anemia.
3. Manfaat bagi profesi keperawatan
4. Sebagai acuan dan gambaran untuk profesi keperawatan dalam
pemberian asuhan keperawatan kesehatan medikal bedah TB Paru dan
Anemia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGIS

Gambar 2.1 anatomi dan fisiologi


Sistem pernafasan terutama berfungsi untuk pengambilan oksigen (O2) oleh
darah dan pembuangan karbondioksida (CO2). Paru dihubungkan dengan
lingkungan luarnya melalui serangkaian saluran, berturut-turut hidung, farings,
larings, trakea dan bronki. Saluran –saluran itu relatif kaku dan tetap terbuka dan
keseluruhannya meerupakan bagian konduksi dari sistem pernafasan (Nurarif dan
Hardhi, 2016).
Hidung merupakan saluran pernafasan yang pertama, mempunyai dua
lubang/cavum nasi. Didalam terdapat bulu yang berguna untuk menyaring udara,
debu dan kotoran yang masuk dalam lubang hidung. hidung dapat menghangatkan
udara pernafasan oleh mukosa (Nurarif dan Hardhi, 2016).
Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan
makanan, faring terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan
mulut sebelah depan ruas tulang leher. Faring dibagi atas tiga bagian yaitu sebelah
atas yang sejajar dengan koana yaitu nasofaring, bagian tengah dengan istimus
fausium disebut orofaring, dan dibagian bawah sekali dinamakan laringofaring
(Nurarif dan Hardhi, 2016).
Trakea merupakan cincin tulang rawan yang tidak lengkap (16-20cincin),
panjang 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot
polos dan lapisan mukosa. trakea dipisahkan oleh karina menjadi dua bronkus yaitu
bronkus kanan dan bronkus kiri (Nurarif dan Hardhi, 2016).

4
5

Bronkus merupakan lanjutan dari trakea yang membentuk bronkus utama


kanan dan kiri, bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri
cabang bronkus yang lebih kecil disebut bronkiolus yang pada ujung–ujung nya
terdapat gelembung paru atau gelembung alveoli (Nurarif dan Hardhi, 2016).
Paru- paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung–gelembung. Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru-paru kanan tiga
lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Paru-paru terletak pada rongga dada yang
diantaranya menghadap ke tengah rongga dada/ kavum mediastinum. Paru-paru
mendapatkan darah dari arteri bronkialis yang kaya akan darah dibandingkan
dengan darah arteri pulmonalis yang berasal dari atrium kiri.besar daya muat udara
oleh paru-paru ialah 4500 ml sampai 5000 ml udara. Hanya sebagian kecil udara ini,
kira-kira 1/10 nya atau 500 ml adalah udara pasang surut. sedangkan kapasitas paru-
paru adalah volume udara yang dapat di capai masuk dan keluar paru-paru yang
dalam keadaan normal kedua paru-paru dapat menampung sebanyak kurang lebih 5
liter (Nurarif dan Hardhi, 2016).
Menurut Nurarif dan Hardhi (2016) pernafasan ( respirasi ) adalah peristiwa
menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh ( inspirasi)
serta mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida sisa oksidasi keluar
tubuh (ekspirasi ) yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga
pleura dan paru-paru .proses pernafasan tersebut terdiri dari 3 bagian yaitu:
1. Ventilasi pulmoner.
Ventilasi merupakan proses inspirasi dan ekspirasi yang merupakan
proses aktif dan pasif yang mana otot-otot interkosta interna berkontraksi dan
mendorong dinding dada sedikit ke arah luar, akibatnya diafragma turun dan
otot diafragma berkontraksi. Pada ekspirasi diafragma dan otot-otot interkosta
eksterna relaksasi dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka
udara terdorong keluar.
2. Difusi Gas
Difusi Gas adalah bergeraknya gas CO2 dan CO3 atau partikel lain dari
area yang bertekanan tinggi kearah yang bertekanann rendah. Difusi gas
melalui membran pernafasan yang dipengaruhi oleh factor ketebalan membran,
luas permukaan membran, komposisi membran, koefisien difusi O2 dan CO2
serta perbedaan tekanan gas O2 dan CO2. Dalam Difusi gas ini pernfasan yang
berperan penting yaitu alveoli dan darah.
3. Transportasi Gas
Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari
jaringan ke paru dengan bantuan darah ( aliran darah ). Masuknya O2 kedalam
6

sel darah yang bergabung dengan hemoglobin yang kemudian membentuk oksi
hemoglobin sebanyak 97% dan sisa 3 % yang ditransportasikan ke dalam cairan
plasma dalam sel.

2.2 Tuberkulosis (TB Paru)


2.2.1 Pengertian
Menurut Nurarif dan Hardhi (2016) Tuberkulosis adalah penyakit infeksi
yang menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Menurut Wijaya dan Yessie (2013) Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah
penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberkulosis
merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberculosa
yang merupakan bakteri batang tahan asam, dapat merupakan organisme patogen
atau saprofit.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tuberkulosis paru
adalah suatu penyakit infeksi pada saluran nafas bawah yang menular disebabkan
mycobakterium tuberkulosa yaitu bakteri batang tahan asam baik bersifat patogen
atau saprofit dan terutama menyerang parenkim paru.

2.2.2 Etiologi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang yang berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar
kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
terhadap asam (asam alkkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan
ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat bertahan
hidup pada udara kering maupun dingin (dapat tahan bertaun-tahun dalam lemari
es). Hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman
dapat bangkit lagi dan menjadikan tuberculosis menjadi aktif lagi. Sifat lain kuman
ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan
yang tinggi oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi
dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi
penyakit tuberkulosis (Wijaya dan Yessie, 2013).
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin
(dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada
dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan
menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini
menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan
7

oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada
bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit
tuberkulosis (Wijaya dan Yessie, 2013).
Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran
napas (droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon)
selanjutnya menyebar kekelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer
kompleks (ranke). keduanya dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam
perjalanannya sebagian besar akan mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru
primer, peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap
basil mikobakterium (Wijaya dan Yessie, 2013).
Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pada usia 1-3 tahun. Sedangkan
yang disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru
oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan
spesifik terhadap basil tersebut (Wijaya dan Yessie, 2013).
Menurut Wijaya dan Yessie (2013) faktor predisposisi penyebab penyakit
tuberkulosis antara lain:
1) Mereka yang kontak dekat dengan seorang yang mempunyai TB aktif
2) Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien kanker, individu
dalam terapi kartikoteroid atau terinfeksi HIV)
3) Pengguna obat-obat IV dan alkoholik
4) Individu tanpa perawatan yang adekuat
5) Individu dengan gangguan medis seperti : DM, GGK, penyimpanan
gizi, by pass gatrektomi.
6) Imigran dari negara dengan TB yang tinggi (Asia Tenggara, Amerika
Latin Karibia)
7) Individu yang tinggal di institusi (Institusi psikiatrik, penjara)
8) Individu yang tinggal di daerah kumuh
9) Petugas kesehatan

2.2.3 Klasifikasi
Menurut Nurarif dan Hardhi (2016) di Indonesia klasifikasi yang banyak dipakai
adalah :
1. TB paru : sputum BTA (+)
2. TB paru tersangka : sputum BTA (-) dengan klinis dan radiologis (+)
3. Bekas TB paru : riwayat obat anti tuberkulosis (OAT) adekuat dengan sputum
(-), klinis (-), radiologis menetap.
8

Klasifikasi TB paru yaitu :


1. TB paru
1. Bekas TB paru
2. TB tersangka, yang terbagi dalam :
a. TB paru tersangka yang diobati : sputum BTA (-), tapi tanda-tanda lain (+)
b. TB paru tersangka yang tidak diobati : sputum BTA (-) dan tanda-tanda lain
juga meragukan.

2.2.4 Manifestasi Klinis


Menurut Wijaya dan Yessie (2013) keluhan yang diraskan pasien pasien
tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak ditemukan TB paru
tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan .keluhan yang
terbanyak:
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang

pana badan dapat mencapai 40-410 Celsius. Serangan demam pertama


dapat sembuh sebentar ,tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah
seterusnya hilang timbul demam influenza ini ,sehingga pasien merasa tidak
pernah terbeba dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat
terpengaruh oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman
tuberkolosis masuk.
2. Batuk/batuk berdarah
Gejala ini bayak ditemukan.batuk terjadi karena adanya iritasi pada
bronkus.batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang
keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama.mungkin
saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru
yakni setelah minggu-mimggu atau berbulan-bulan peradangan
bermula.sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian
setelah timbul peradagan menjadi produktif(menghasilkal sputum). keadaan
yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuuh darah yang
pecah.kebanyakan batuk darah pada tuberkulusis terjadi pada
kavitas,tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3. Sesak bernafas
Pada penyakit ringan (baru tumbuh)belum dirasakan sesak nafas.sesak nafas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,yang infiltrasinya sudah
meliputi setengah bagian paru-paru dan takipneu.
2. Nyeri dada
9

Gejala ini agak jarang ditemukan.nyeri dada timbul bila infiltrasinya radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis .terjadi gesekan
kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
3. Malaise dan kelelahan
Penyakit tuberculosis bersifat radang menahun, gejala malaise sering
ditemukan berupa anaoreksia tidak ada nafsu makan,badan makin
kurus (berat badan turun), sakit kepala, keringat malam, dll. Selain itu juga
terjadi kselitan tidur pada malam hari (Price, 2005). Gejala malaise ini
makin lama makin berat dan terjadi ilang timbul secara tidak teratur.
4. Takikardia
Udara tercemar Virus Dihirup individu rentan Kontak Dgn Pend.TB
TB Melalui Droplet 10

Droplet/Virus TB
masuk ke saluran
pernafasan

Virus TB menempel pd Masuk ke alveoli


dinding bronkus terminalis

Virus tidak dapat di


Proses inflamasi pada fagosit
bronkus
Sembuh sempurna
Virus TB berkembang
biak dlm makrofag
Sembuh dengan focus
Ghon
Lisis makrofag

Virus TB membentuk
Respon inflamasi lesi pd alveoli
terminalis

Meluas ke tulang
belakang
Pertukaran O2 dan CO2
Peningkatan suhu tubuh Peningkatan produksi tidak adekuat
sekret
Depresi sumsum tulang
belakang
Sesak nafas
Hipertermi Batuk
Malabsorbsi dan
Ketidakefektifan
kegagalan pemanfaatan
pola nafas zat besi

Peningkatan kontraksi Ketidakefektifan


dada dan otot bersihan jalan Menghambat
pernafasan nafas diferensiasi dan
proliferasi eritrosit

Nyeri akut
Anemia

Transport O2 terganggu

Hipoksia
Ketidakseimbangan
kebutuhan nutrisi
kurang dari SSP mengirim respon
kebutuhan tubuh ke hipotalamus

Intake menurun Mual/Muntah Pusing

Lemas

Intoleransi
aktivitas
11

2.2.5 Penatalaksanaan
Menurut Nurarif dan Hardhi (2016) penatalaksaan TB paru meliputi:
1. Penatalaksanaan keperawatan diantaranya dapat dilakukan dengan cara:
a. Promotif
1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
2. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC,
cara penularan, cara pencegahan, faktor resiko
3. Mensosialisasiklan BCG di masyarakat. b. Preventif
1. Vaksinasi BCG
2. Menggunakan isoniazid (INH)
3. Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
4. Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar
dapat diketahui secara dini.
2. Penatalaksanaan secara medik
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
1. Jangka pendek.
Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1 –
3 bulan.
* Streptomisin injeksi 750 mg.
* Pas 10 mg.
* Ethambutol 1000 mg.
* Isoniazid 400 mg.
2. Jangka panjang
Tata cara pengobatan : setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18
bulan, tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi.
Terapi TB paru dapat dilakukan dengan minum obat saja, obat
yang diberikan dengan jenis :
* INH.
* Rifampicin.
* Ethambutol.
Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan
kesembuhan menjadi 6-9 bulan.
3. Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila
ditemukan dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi
obat :
* Rifampicin.
* Isoniazid (INH).
12

* Ethambutol.
* Pyridoxin (B6).
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga
mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta
memutuskan mata rantai penularan. Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi
2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat
yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang
digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin,
INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis
obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam
Klavulanat, derivat Rifampisin/INH.
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu
berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan
bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping
itu perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai
Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan
oleh WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu:
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam
penanggulangan TB.
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung
sedang pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan
kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan
langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan
pertama dimana penderita harus minum obat setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.
Efek Samping OAT :
Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek
samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu
pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan. Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek
samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simtomatik maka pemberian OAT
dapat dilanjutkan.adapun efek samping OAT antara lain yaitu:
1. Isoniazid (INH)
v Efek samping ringan dapat berupa tanda-tanda keracunan pada syaraf tepi,
kesemutan, rasa terbakar di kaki dan nyeri otot. Efek ini dapat dikurangi
13

dengan pemberian piridoksin dengan dosis 100 mg perhari atau dengan


vitamin B kompleks. Pada keadaan tersebut pengobatan dapat diteruskan.
Kelainan lain ialah menyerupai defisiensi piridoksin (syndrom pellagra).
v Efek samping berat dapat berupa hepatitis imbas obat yang dapat timbul
pada kurang lebih 0,5% pasien. Bila terjadi hepatitis imbas obat
atau ikterik, hentikan OAT dan pengobatan sesuai dengan pedoman TB
pada keadaan khusus.
2. Rifampisin
v Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan
pengobatan simtomatik ialah : Sindrom flu berupa demam,
menggigil dan nyeri tulang, Sindrom perut berupa sakit perut, mual,
tidak nafsu makan, muntah kadang-kadang diare, Sindrom kulit seperti
gatal-gatal kemerahan
v Efek samping yang berat tetapi jarang terjadi ialah :
- Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT
harus distop dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada
keadaan khusus
- Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila
salah satu dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera
dihentikan dan jangan diberikan lagi walaupun gejalanya telah
menghilang
- Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak napas
- Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni,
keringat, air mata, air liur. Warna merah tersebut terjadi karena
proses metabolisme obat dan tidak berbahaya. Hal ini harus
diberitahukan kepada pasien agar dimengerti dan tidak perlu
khawatir.
3. Pirazinamid
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai
pedoman TB pada keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri
aspirin) dan kadang-kadang dapat menyebabkan serangan arthritis Gout, hal
ini kemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam
urat. Kadang-kadang terjadi reaksi demam, mual, kemerahan dan reaksi
kulit yang lain.
4. Etambutol
Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan
berupa berkurangnya ketajaman, buta warna untuk warna
14

merah dan hijau. Meskipun demikian keracunan okuler tersebut


tergantung pada dosis yang dipakai, jarang sekali terjadi bila dosisnya 15-
25 mg/kg BB perhari atau 30 mg/kg BB yang diberikan 3 kali seminggu.
Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu setelah
obat dihentikan. Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak karena
risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi
5. Streptomisin
Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan
dengan keseimbangan dan pendengaran.
Risiko efek samping tersebut akan meningkat seiring dengan
peningkatan dosis yang digunakan dan umur pasien. Risiko tersebut akan
meningkat pada pasien dengan gangguan fungsi ekskresi ginjal. Gejala
efek samping yang terlihat ialah telinga mendenging (tinitus), pusing dan
kehilangan keseimbangan. Keadaan ini dapat dipulihkan bila obat segera
dihentikan atau dosisnya dikurangi 0,25gr. Jika pengobatan diteruskan maka
kerusakan alat keseimbangan makin parah dan menetap (kehilangan
keseimbangan dan tuli).
Reaksi hipersensitiviti kadang terjadi berupa demam yang timbul
tiba- tiba disertai sakit kepala, muntah dan eritema pada kulit. Efek samping
sementara dan ringan (jarang terjadi) seperti kesemutan sekitar mulut dan
telinga yang mendenging dapat terjadi segera setelah suntikan. Bila reaksi
ini mengganggu maka dosis dapat dikurangi 0,25gr.
Streptomisin dapat menembus barrier plasenta sehingga tidak boleh
diberikan pada wanita hamil sebab dapat merusak syaraf pendengaran janin.

2.2.6 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Wijaya dan Yessie (2013) pemeriksaan penunjang antara lain:
1. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk
menemukan lesi tuberkulosis. Pada awal penyakit dimana lesi masih
merupakan sarang-sarang pneumonia gambaran radiologis adalah berupa
bercak-bercak seperti awan dengan batas yang tidak tegas. Bila telah berlanjut,
bercak-bercak awan jadi lebih padat dan batasnya jadi lebih jelas. Bila lesi
sudah diliputi jaringan ikat akan terlihat bulatan dengan batas yang tegas. Lesi
ini dikenal dengan nema tuberkuloma.
Pada satu foto dada sering didapatkan bermacam-macam bayangan
sekaligus (pada tuberkulosa lebih lanjut) seperti infiltrat + garis-garis fibrotik +
15

klasifikasi + kavitas (sklerotik/nonsklerotik). Tuberkulosis sering memberikan


gambaran yang aneh-aneh, sehingga dikatakan ”tuberkulosis is the greatest
imitator”
Pemeriksaan radiologis dapat menunjukkan gambarang yang
bermacam-macam dan tidak dapat dijadikan gambaran diagnostik yang absolut
dari tuberkulosis.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Darah
Pada pemeriksaan darah yang diperiksa adalah jumlah leukosit dan
limfosit yang meningkat pada saat tuberkulosis mulai (aktif). Pada
pemeriksaan Laju Endap Darah mengalami peningkatan, tapi Laju Endap
Daanh yang normal bukan berarti menyingkirkan adanya proses
tuberkulosis. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit mulai normal
dan jumlah limfosit masih tetap tinggi dan Laju Endap Darah mulai turun
ke arah normal lagi.
b. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya
kuman BTA diagnosis tuberkulosis sudah bisa dipastikan. Penemuan
adanya BTA pada dahak, bilasan bronkus, bilasan lambung cairan pleura
atau jaringan paru adalah sangat penting untuk mendiagnosa TBC paru.
Pemeriksaan dahak dilakukan tiga kali yaitu : dahak sewaktu datang,
dahak pagi dan dahak sewaktu berkunjung hari kedua. Bila didapatkan hasil
dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu pisitif,
dua kali negatif maka pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada
pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka dikatakan
mikroskopik BTA positif, sedangkan bila tiga kali negatif dikatakan
mikroskopik BTA negatif. Untuk memastikan jenis kuman yang
menginfeksi perlu diakukan pemeriksaan biakan/kultur kuman atau biakan
yang diambil.
c. Tes Tuberkulin
Biasanya dipakai cara mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1cc
tuberkulin PPD (Purified Protein Derivate) intra cutan. Setelah 48-72 jam
tuberkulin disuntikkan, akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang
terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara antibody dan
antigen tuberkulin.
Hasil tes mentoux dibagi dalam :
1) Indurasi 0-5 mm (diameternya) : mantoux negative
16

2) Indurasi 6-9 mm : hasil meragukan


3) Indurasi 10-15 mm : hasil mantoux positive
4) Indurasi lebih dari 16 mm : hasil mantoux positif kuat
Biasanya hampir seluruh penderita memberikan reaksi mantoux yamg
positif (99,8%) Kelemahan tes ini juga dapat positif palsu yakni pemberian
BCG atau terinfeksi dengan Mycobacterium lain. Negatif palsu lebih
banyak ditemukan daripada positif palsu (Bahar,1996:721).

2.3 Anemia
2.3.1 Pengertian
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) dibawah normal. Anemia menunjukkan
suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh. Anemia merupakan keadaan
dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi
fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Secara laboratoris,
anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta hitung eritrosit dan
hematokrit di bawah normal (Wijaya dan Yessie, 2013).
Batasan umum seseorang dikatakan anemia dapat menggunakan kriteria
WHO pada tahun 1968, dengan kriteria sebagai berikut (Wijaya dan Yessie, 2013):
 Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dl
 Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl
 Perempuan dewasa hamil Hb < 11 gr/dl
 Anak usia 6-14 tahun Hb < 12 gr/dl
 Anak usia 6 bulan – 6 tahun Hb < 11 gr/dl
Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada umumnya
dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut (Wijaya dan Yessie, 2013):
 Hb < 10 gr/dl
 Hematokrit < 30%
 Eritrosit < 2,8 juta/mm2
Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang umum
dipakai adalah (Wijaya dan Yessie, 2013):
 Ringan sekali Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl
 Ringan Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl
 Sedang Hb 6 gr/dl – 7,9 dr/dl
 Berat Hb < 6 gr/dl
17

2.3.2 Etiologi
Menurut Wijaya dan Yessie (2013) penyebab anemia dapat dikelompokan sebagai
berikut:
1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:
a. Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi difisiensi Fe,
Thalasemia, dan anemi infeksi kronik.
b. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat
menimbulkan anemi pernisiosa dan anemi asam folat.
c. Fungsi sel induk (stem sel) terganggu , sehingga dapat menimbulkan
anemia aplastik dan leukemia.
d. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.
2. Kehilangan darah
a. Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang terjadi secara
mendadak.
b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.
3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis)
Hemolisis dapat terjadi karena:
a. Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah
kerusakan eritrosit.
b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit
misalnya, ureum pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan
obat acetosal.
4. Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada
Bahan baku yang dimaksud adalah protein , asam folat, vitamin B12, dan
mineral Fe. Sebagian besar anemia anak disebabkan oleh kekurangan satu atau
lebih zat gizi esensial (zat besi, asam folat, B12) yang digunakan dalam
pembentukan sel-sel darah merah. Anemia bisa juga disebabkan oleh kondisi
lain seperti penyakit malaria, infeksi cacing tambang.

2.3.3 Klasifikasi
Menurut Wijaya dan Yessie (2013), klasifikasi anemia adalah:
1. Anemia Aplastik
Anemia aplastik (hipoproliferatif) disebabkan oleh penurunan pada prekusor
sel-sel sumsum tulang dan penggantian sumsum dengan lemak. Anemia ini
dapat disebabkan oleh kongenital atau didapat, idiopati akibat dari infeksi
tertentu, obat-obatan dan zat kimia, serta kerusakan akibat radiasi.
Penyembuhan sempurna dan cepat mungkin dapat diantisipasi jika pemajanan
18

pada pasien dihentikan secara dini. Jika pemajanan tetap berlangsung setelah
terjadi tanda-tanda hipoplasi, depresi sumsum tulang hampir dapat
berkembang menjadi gagal sumsum tulang dan irreversible.
2. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah kondisi dimana kandungan besi dalam tubuh
menurun dibawah kadar normal. Zat besi yang tidak adekuat menyebabkan
berkurangnya sintesis Hb sehingga menghambat proses pematangan eritrosit.
Ini merupakan tipe anemia yang paling umum. Anemia ini dapat ditemukan
pada pria dan wanita pasca menopause karena perdarahan (misal, ulkus,
gastritis, tumor gastrointestinal), malabsopsi atau diit sangat tinggi serat
(mencegah absorpsi besi). Alkoholisme kronis juga dapat menyebabkan
masukan besi yang tidak adekuat dan kehilangan besi melalui darah dari
saluran gastrointestinal.
3. Anemia Megaloblastik (Defisiensi Vitamin B12 dan Defisiensi Asam Folat)
Anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
memperlihatkan perubahan-perubahan sumsum tulang dan darah perifer yang
identik. Defisiensi vitamin B12 sangat jarang terjadi tetapi dapat terjadi akibat
ketidakadekuatan masukan pada vegetarian yang ketat, kegagalan absorpsi
saluran gantrointestinal, penyakit yang melibatkan ilium atau pankreas yang
dapat merusak absorpsi vitamin B12. Tanpa pengobatan pasien akan
meninggal setelah beberapa tahun, biasanya akibat gagal jantung kongesti
sekunder akibat dari anemia. Sedangkan defisiensi asam folat terjadi karena
asupan makanan yang kurang gizi asam folat, terutama dapat ditemukan pada
orang tua, individu yang jarang makan sayuran dan buah, alkoholisme,
anoreksia nervosa, pasien hemodialisis.
4. Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang diakibatkan oleh defek
molekul Hb dan berkenaan dengan serangan nyeri. Anemia ini ditemukan
terutama pada orang Mediterania dan populasi di Afrika, serta terutama pada
orang-orang kulit hitam. Anemia sel sabit merupaka gangguan resesif otosom
yang disebabkan oleh pewarisan dua salinan gen hemoglobin defektis, satu
buah dari masing-masing orang tua. Hemoglobin yang cacat itu disebut
hemoglobin S (HbS), menjadi kaku dan membentuk konfigurasi seperti sabit
apabila terpajan oksigen berkadar rendah.
5. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolysis,
yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. Anemia
19

hemolitik adalah jenis yang tidak sering dijumpai, tetapi bila dijumpai
memerlukan pendekatan diagnostik yang tepat. Anemia hemolitik dapat
disebabkan oleh anemia sel sabit, malaria, penyakit hemolitik pada bayi baru
lahir, dan reaksi transfuse.

2.3.4 Manifestasi Klinis


Menurut Wijaya dan Yessie (2013), tanda dan gejala dari anemia, meliputi:
1. Lemah, Letih, Lesu, Lelah, Lunglai (5L).
2. Sering mengeluhkan pusing dan mata berkunang-kunang.
3. Gejala lebih lanjut, adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan
menjadi pucat.

Sedangkan menurut Nurarif dan Hardhi (2016), tanda dan gejala anemia dibagi
menjadi tiga golongan besar, yaitu sebagai berikut:
1. Gejala umum anemia
Gejala umum anemia atau dapat disebur juga sindrom anemia adalah gejala
yang timbul pada semua jenis anemia pada kadar Hb yang sudah menurun di
bawah titik tertentu. Gejala-gejala tersebut dapat diklasifikasikan menurut
organ yang terkena, yaitu:
 Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak nafas
saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
 Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-
kunang, kelemahan otot, iritabilatas, lesu, serta perasaan dingin pada
ekstremitas.
 Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
 Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun,
serta rambut tipis dan halus.
2. Gejala khas masing-masing anemia
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai
berikut:
 Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis,
keletihan, kebas dan kesemutan pada ekstremitas
 Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffy tongue).
 Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
 Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.
3. Gejala akibat penyakit yang mendasari
20

Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersbut.


Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang
berat akan menimbulkan gejala seperti pembesaran parotis dan telapak tangan
berwatna kuning seperti jerami.

2.3.5 Penatalaksaan
Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk pasien anemia sesuai jenisnya, dapat
dilakukan dengan (Wijaya dan Yessie, 2013):
1. Anemia Aplastik
 Transplantasi sumsum tulang.
 Pemberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit (ATG).
 Hentikan semua obat yang menyebabkan anemia tersebut.
 Cegah timbulnya gejala-gejala dengan melakukan transfuse sel-sel darah
merah dan trombosit.
 Lindungi pasien yang rentan terhadap leukopenia dari kontak dengan
orang-orang yang menderita infeksi.
2. Anemia defisiensi besi
 Teliti sumber penyebab yang mungkin dapat berupa malignasi
gastrointestinal, fibroid uteri, atau kanker yang dapat disembuhkan.
 Lakukan pemeriksaan feses untuk mengetahui darah samar.
 Berikan preparat besi orang yang diresepkan.
 Hindari tablet dengan salut enteric, karena diserap dengan buruk.
 Lanjutkan terapi besi sampai setahun setelah perdarahan terkontrol.
3. Anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat)
Anemia defisiensi vitamin B12:
 Pemberian suplemen vitamin atau susu kedelai difortifikasi (pada vege
tarian ketat).
 Suntikan vitamin B12 secara IM untuk kelainan absorpsi atau tidak
terdapatnya faktor-faktor instriksik.
 Cegah kambuhan dengan vitamin B12 selama hidup untuk pasien anemia
pernisiosa atau malabsorpsi yang tidak dapat diperbaiki.
Anemia defisiensi asam folat:
 Pemberian diit nutrisi dan 1 mg gram asam folat setiap hari.
 Asam folat IM untuk sindrom malabsorpsi.
 Asam folat oral diberikan dalam bentuk tablet (kecuali vitamin prenatal).
4. Anemia sel sabit
21

 Arus utama terapi adalah hidrasi dan analgesia.


 Hidrasi dengan 3-5L cairan intravena dewasa per hari.
 Berikan dosis adekuat analgesik narkotik.
 Gunakan obat anti inflamasi non steroid untuk nyeri yang lebih ringan.
 Transfusi dipertahankan untuk krisis aplastik, krisis yang tidak responsive
terhadap terapi, pada preoperasi untuk mengencerkan darah sabit, dan
kadang-kadang setengah dari masa kehamilan untuk mencegah krisis.

2.3.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaa penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnose anemia
adalah(Wijaya dan Yessie, 2013):
1. Pemeriksaan laboratorium hematologis
 Tes penyaring: dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen, seperti
kadar hemoglobin, indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC), asupan
darah tepi.
 Pemeriksaan rutin: untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit dan
trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah
(LED), hitung diferensial, dan hitung retikulosit.
 Pemeriksaan sumsum tulang: dilakukan pada kasus anemia dengan
diagnosis definitive meskipun ada beberapa kasus diagnosisnya tidak
memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis
 Faal ginjal
 Faal endokrin
 Asam urat
 Faat hati
 Biakan kuman
3. Pemeriksaan penunjang lain
 Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi.
 Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi.
 Pemeriksaan sitogenetik.
 Pemeriksaan biologi molekuler (PCR: polymerase chain reaction, FISH:
fluorescence in situ hybridization).
22

2.4 Teori Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1. Identitas klien: selain nama klien, asal kota dan daerah, jumlah
keluarga.
2. Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
3. Riwayat penyakit sekarang:
Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada
tempat- tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub
mandibula.
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.
* Riwayat keluarga.
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.
* Aspek psikososial.
Merasa dikucilkan dan tidak dapat berkomunikasi dengan bebas,
menarik diri.
* Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh
perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak.Tidak bersemangat
dan putus harapan.
* Lingkungan:
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang
padat, ventilasi rumah yang kurang sehingga pertukaran udara
kurang, daerah di dalam rumah lembab, tidak cukup sinar
matahari, jumlah anggota keluarga yang banyak.
6. Pola fungsi kesehatan.
1) Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
Kurang menerapkan PHBS yang baik, rumah kumuh, jumlah
anggota keluarga banyak, lingkungan dalam rumah lembab,
jendela jarang dibuka sehingga sinar matahari tidak dapat
masuk, ventilasi minim menybabkan pertukaran udara kurang,
sejak kecil anggita keluarga tidak dibiasakan imunisasi.
2) Pola nutrisi - metabolik.
Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit
kering dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan.
3) Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan
23

atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan
splenomegali.
4) Pola aktifitas – latihan
Pola aktivitas pada pasien TB Paru mengalami penurunan karena sesak
nafas, mudah lelah, tachicardia, jika melakukan aktifitas berat timbul
sesak nafas (nafas pendek).
5) Pola tidur dan istirahat
Sulit tidur, frekwensi tidur berkurang dari biasanya, sering
berkeringat pada malam hari.
6) Pola kognitif – perceptual
Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum,
sedangkan dalam hal daya panca indera (perciuman, perabaan, rasa,
penglihatan dan pendengaran) jarang ditemukan adanya gangguan
7) Pola persepsi diri
Pasien tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah, selain itu Ketakutan
dan kecemasan akan muncul pada penderita TB paru dikarenakan
kurangnya pengetahuan tentang pernyakitnya yang akhirnya membuat
kondisi penderita menjadi perasaan tak berbedanya dan tak ada harapan.
(Marilyn. E. Doenges, 2000)
8) Pola peran – hubungan
Penderita dengan TB paru akan mengalami gangguan dalam
hal hubungan dan peran yang dikarenakan adanya isolasi untuk
menghindari penularan terhadap anggota keluarga yang lain.
(Marilyn. E. Doenges,
1999).
9) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan dan kelelahan
Tanda : Kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari
dan berkeringat pada malam hari
10) Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan
Tanda : Penurunan BB
11) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk, gangguan tidur pada
malam hari
Tanda : pasien meringis, tidur tidak nyenyak
12) Pernapasan
24

Gejala : batuk berdarah, Batuk produktif, Sesak nafas, Takipnea


13) Cardiovaskuler Gejala: takikardia
7. Pemeriksaan Fisik
* Inspeksi
Konjungtiva mata pucat karena anemia, malaise, badan kurus/ berat
badan menurun. Bila mengenai pleura, paru yang sakit terlihat agak
tertinggal dalam pernapasan.
* Perkusi
Terdengar suara redup terutama pada apeks paru, bila terdapat
kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonar dan
timpani. Bila mengenai pleura, perkusi memberikan suara pekak.
* Auskultasi
Terdengar suara napas bronchial. Akan didapatkan suara napas
tambahan berupa rhonci basah, kasar dan nyaring. Tetapi bila
infiltrasi ini diliputi oleh penebalan pleura, suara napas menjadi
vesikuler melemah. Bila terdapat kavitasyang cukup besar,
auskultasi memberikan suara amforik. Bila mengenai pleura,
auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak
terdengar sama sekali.
* Palpasi
badan teraba hangat (demam)
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
* Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada
tahap aktif penyakit
* Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk
usapan cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
* Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area
indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi
intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya
antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif.
Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti
bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan
oleh mikobakterium yang berbeda.
* Anemia bila penyakit berjalan menahun
* Leukosit ringan dengan predominasi limfosit
* LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai
25

tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan.


* GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa
kerusakan paru.
* Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB;
adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.
* Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan
beratnya infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak
normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.
b. Radiologi
* Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan
kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan perubahan menunjukan
lebih luas
TB dapat termasuk rongga akan fibrosa. Perubahan
mengindikasikan TB yang lebih berat dapat mencakup area
berlubang dan fibrous. Pada foto thorax tampak pada sisi yang sakit
bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.
* Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk
melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB.
* Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC
adalah penebalan pleura, efusi pleura atau
empisema, penumothoraks
(bayangan hitam radio lusen dipinggir paru atau pleura).
c. Pemeriksaan fungsi paru
Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan
rasio udara residu: kapasitas paru total dan penurunan saturasi
oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan
jaringan paru dan penyakit pleural.

2. Diagnosis keperawatan
a. Ketidakefektifan Pola Nafas (Nanda, 2018-2020)
Domain
Definisi 4. Kelas 4. Kode diagnosis 00032
Definisi
Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
Batasan Karakteristik
- Pola nafas abnormal
- Perubahan ekskursi dada
26

- Bradypnea
- Penurunan tekanan ekspirasi
- Penurunan tekanan inspirasi
- Penurunan venilasi semenit
- Penurunan kapasitas vital
- Dyspnea
- Peningkatan diameter anterior-posterior
- Pernafasan cuping hidung
- Ortopnea
- Fase ekpirasi memanjang
- Pernafasan bibir
- Takipnea
- Penggunaan otot bantu pernafasan
- Penggunaan posisi tiga-titik
Faktor yang berhubungan
- Ansietas
- Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
- Keletihan
- Hiperventilasi
- Obesitas
- Nyeri
- Keletihan otot pernafasan
Kondisi terkait
- Deformitas tulang
- Deformitas dinding dada
- Sindrom hipoventilasi
- Gangguan musculoskeletal
- Imaturitas neurologis
- Gangguan neurologis
- Disfungsi neuromuscular
- Cedera medulla spinalis
b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (Nanda, 2018 – 2020)
Domain II. Kelas 2. Kode diagnosis 00031
Deinisi:
Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas
untuk mempertahankan bershian jalan napas.
Batasan Karaktersitik
27

 Tidak ada bauk


 Suara napas tambahan
 Perubahan pola napas
 Perubahan frekuensi napas
 Sianosis
 Kesulitan verbalisasi
 Penurunan bunyi napas
 Dispnea
 Sputum dalam jumlah yang berlebihan
 Batuk yang tidak efektif
 Ortopnea
 Gelisah
 Mata terbuka lebar
Faktor yang berhubungan
 Mukus berlebihan
 Terpajan asap
 Benda asing dalam jalan napas
 Sekresi yang tertahan
 Perokok pasif
 Perok
Kondisi terkait
 Spasme jalan napas
 Jalan napas alergik
 Asma
 Penyakit paru obstruksi kronis
 Eksudat dalam alveoli
 Hiperplasia pada dinding bronkus
 Infeksi
 Disfungsi neuromuskular
 Adanya jalan napas buatan
c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (Nanda, 2018 – 2020)
Domain 2. Kelas 1. Kode diagnosis 00002
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Batasan karakteristik
 Kram abdomen
 Nyeri abdomen
28

 Gangguna sensasi rasa


 Kurang minat pada makanan
 Tonus otot menurun
 Kesalahan informasi
 Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal
 Kerapuhan kapiler
 Diare
 Kehilangan rambut berlebihan
 Enggan makan
 Asupan makanan kurang dari recommended daily allowance (ROA)
 Bising usus hiperaktif
 Kurang informasi
 Kesalahan persepsi
 Membran mukosa pucat
 Ketidakmampuan memakan makanan
 Cepat kenyang setelah makan
 Sariawan rongga mulut
 Kelemahan otot pengunyah
 Kelemahan otot untuk menelan
 Penurunan berat badan dengan asupan adekuat
Faktor berhubungan
 Asupan diet kurang
Populasi beresiko
 Faktor biologis
 Kesulitan ekonomi
Kondisi terkait
 Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
 Ketidakmampuan mencerna makanan
 Ketidakmampuan makan
 Gangguan psikososial

1) Rencana tindakan keperawatan


a. Pola nafas, ketidakefektifan
Status pernapasan : Kepatenan jalan napas (0401)
Kreteria hasil :
1. Ansietas (5)
29

2. Ketakutan (5)
3. Tersedak (5)
4. Suara napas tambahan (5)
5. Pernapasa cuping hidung (5)
6. Dispnea saat istirahat (5)
7. Dispena denga aktivitas ringan (5)
8. Batuk (5)
Keterangan :
1 : sangat berat
2 : berat
3 : cukup
4 : ringan
5 : tidak ada
Intervensi Rasional
1. Ajarkan klien mengenai 1. Memudahkan klien dalam
penggunaan perangkat oksigen pernafasan dan mengurangi
yang memudahkan mobilitas sesak napas
2. Monitor saturasi oksigen, 2. Mencegah terjadinya sianosis
status pernafasan dan pada jaringan perifer
oksignasi, sebagaimana 3. Posisikan klien semifowler
mestinya untuk mempermudah
3. Posisikan klien untuk pernafasan
memaksimalkan ventilasi 4. Pemasangan oksigen dengan
4. Berikan oksigen tambahan nasal canula tau masker dapat
seperti yang diperintahkan mengurangi dyspnea klien
5. Kolaborasikan dengan tim 5. Terapi intravena dapat
kesehatan lainnya untuk mempercepat kerja obat yang
pemberian terapi IV seperti diberikan
yang ditentukan
Tabel 2.1 Intervensi Ketidakefektifan Pola Nafas

b. Bersihan jalan napas, ketidakefektifan


Status pernapasan : Kepatenan jalan napas (0401)
Kreteria hasil :
9. Ansietas (5)
10. Ketakutan (5)
11. Tersedak (5)
12. Suara napas tambahan (5)
13. Pernapasa cuping hidung (5)
14. Dispnea saat istirahat (5)
15. Dispena denga aktivitas ringan (5)
16. Batuk (5)
30

Keterangan :
1 : sangat berat
2 : berat
3 : cukup
4 : ringan
5 : tidak ada
Intervensi
Intervensi Rasional
1.Instruksikan bagaimana agar bisa 1. Batuk adalah mekanisme
melakukan batuk efektif pemberian jalan napas alami,
membantu silia untuk
mempermudah jalan napas
2. Monitor status pernapasan dan paten.
okisgenasi sebagimana mestinya 2. Takipnea biasanya ada pada
beberpa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan
atau selama stres/ adanya proses
3.Posisikan untuk meringankan sesak infeksi akut.
napas 3. Posisi semifowler membatu
klien memaksimalkan ventilasi
sehingga kebutuhan oksigen
4.Lakukan Fisioterapi dada, terpenuhi melalui proses
sebagiamana mestinya pernapasan.
4. Fisioterapi dada dapat
memudahkan klien dalam
5.Kelola pemberian bronkodilator, mengeluarkan sekret yang sulit
sebagaimana mestinya dikeluarkan secara mandiri.
5. Bronkodilator dapat
memvasodilatasi saluran
pernapasan sehingga jalan
napas paten dan kebuthan
oksigen terpenuhi.
Tabel 2.2 Intervensi Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas

c. Nutrisi : ketidakseimbangan, Kurang dari kebutuhan tubuh


Status nutrisi (1004)
Keriteria hasil :
1. Asupan gizi (5)
2. Asupan makanan (5)
3. Asupan cairan (5)
4. Energi (5)
5. Rasio berat badan/tinggi badan (5)
6. Hidrasi (5)
Keterangan :
1: sangat menyimpang dari rentang normal
31

2: banyak menyimpang dari rentang normal


3: cukup menyimpang dari rentang normal
4: sedikit menyimpang dari rentang normal
5: tidak menyimpang dari renatang normal
Intervensi
Intervensi Rasional
1. Ajarkan dan dukung konsep 1. Meningkatkan pengatahuan agar
nutrisi yang baik dengan klien klien lebih paham dan menjaga
(dan orang terdejat klien dengan keseimbangan nutrisi tubuhnya.
tepat) 2. Meminimalisir asupan kebutuhan
2. Monitor intake/asupan dan cairan klien
asupan cairan secara tepat 3. Menyeimbangkan asupan kalori
3. Monitor asupan kalori makanan klien
harian 4. Beri kesempatan klien untuk
4. Berikan dukungan terhadap memperbaruhi gaya hidup serta
penigkatan berat badan dan pola makan klien
perilaku yang meningkatkan berat 5. Mengembangkan rencana perawat
badan dengan orang – orang terdekatnya.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan
lain untuk mengembangkan
rencana perawatan dengan
melibatkan klien dan orang –
orang terdekatnya dengan tepat
Tabel 2.3 Intervensi Ketidakseimbangan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama mahasiswa : kelompok 4


NIM : 17037141029
Tgl/jam pengkajian : 16 Desember 2019/ 11.00 WIB
Diagnosa medis : diagnosa masuk : TB Paru + dyspnea + anemia
Diagnose sekarang: S. tumor paru + dyspnea + anemia
Tgl/jam MRS : 14 Desember 2019/ 09.00 WIB
No. RM : 16002xxx
Ruangan/kelas : Mawar/ III
No.kamar : 7

I. IDENTITAS
1. Nama : Sdr. M
2. Umur : 18 tahun
3. Jenis kelamin : laki-laki
4. Status : belum menikah
5. Agama : islam
6. Suku/bangsa : Madura/ Indonesia
7. Bahasa : Bahasa madura
8. Pendidikan : SMP
9. Pekerjaan : Pelajar
10. Alamat dan no. Telp : Kemiri Paanti, Jember
11. Penanggung jawab : Ny. S

II. RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN


1. Keluhan utama :
Klien mengatakan sesak napas

2. Riwayat penyakit sekarang :


Keluarga klien mengatakan pada tanggal 7 Agustus 2019 klien dibawa ke Puskesmas Panti
karena sudah 1 bulan batuk tidak kunjung membaik. Di puskesmas Panti klien diberikan obat
OAT berwarna merah dan disarankan untuk rawat jalan. Klien rutin kontrol ke Puskesmas Panti
1 minggu 1 kali. Pada tanggal 1 Desember 2019 klien meramber 2019 sesak dan batuk
mengeluarkan dahak berwarna kuning dengan konsistensi kental. Pada tanggal 14 Desember
klien merasa sesak dan batuk bertambah parah dan dibawa ke Puskesmas Panti. Di Puskesmas

32
33

Panti mendapat tindakan pemasangan infus dan pemberian oksigen nasal kanul 3 lpm. Karena
ketersediaan alat yang kurang dan kondisi klien bertambah sesak, Puskesmas Panti merujuk klien
ke RS Paru Jember pada jam 09.00 WIB. Di IGD RS Paru Jember klien mendapat tindakan
pemberian oksigen simple masker 8 lpm dan dilakukan photo rontgen thoraks dengan hasil
bacaan Pneumoni dengan efusi pleura bilateral. Pada jam 10.00 WIB klien dibawa ke ruang
Mawar. Pada tanggal 16 Desember 2019 jam 11.00 WIB dilakukan pengkajian, klien
mengatakan sesak napas dan batuk mengeluarkan banyak dahak. Klien mengatakan tidak dapat
tidur dengan posisi berbaring, tidur harus posisi duduk, susah tidur dan hanya tidur 3 jam karena
sesak. Klien mengatakan badannya lemas dan melakukan BAK ditempat tidur dibantu oleh
ibunya. Keluarga klien mengatakan klien mengalami gangguan pendengaran sejak meminum
obat rutin.

3. Riwayat penyakit dahulu :


Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah di rawat dirumah sakit atau sakit seperti sekarang
ini.

4. Riwayat kesehatan keluarga :


Keluarga klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti DM,
hipertensi dan asma.

5. Susunan Keluarga (Genogram) :

x x x x

x
18
th

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

x : Laki-laki meninggal
34

: Perempuan meninggal
x
: garis keturunan
: garis pernikahan
: serumah
: klien dengan umur ?

6. Riwayat alergi :
Klien mengatakan tidak memiliki alergi obat maupun makanan.

III. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Persepsi Terhadap Kesehatan (Keyakinan Terhadap Kesehatan & Sakitnya)
Klien mengatakan jika sakit dibawa ke Tenaga kesehatan seperti rumah sakit terdekat. Klien
tidak mempunyai pantangan terhadap makanan.

2. Pola Aktivitas Dan Latihan


a. Kemampuan perawatan diri
SMRS MRS
Aktivitas
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4

Mandi √ √

Berpakaian/berdandan √ √

Eliminasi/toileting √ √

Mobilitas di tempat tidur √ √

Berpindah √ √

Berjalan √ √

Naik tangga √ √

Berbelanja √ √

Memasak √ √

Pemeliharaan rumah √ √
35

Skor 0 = mandiri 3 = dibantu orang lain & alat


1 = alat bantu 4 = tergantung/tidak mampu
2 = dibantu orang lain
Alat bantu : (√) tidak ( ) kruk ( ) tongkat

( ) pispot disamping tempat tidur ( ) kursi roda

b. Kebersihan diri
Di rumah Di rumah sakit

Mandi : 2  /hr Mandi : 1  /hr

Gosok gigi : 2  /hr Gosok gigi : -  /hr

Keramas : 3  /mgg Keramas : -  /mgg

Potong kuku : 1  /mgg Potong kuku : -  /mgg

c. Aktivitas sehari-hari
Sebelum sakit : pelajar disekolah menengah atas

Saat sakit : berbaring ditempat tidur

d. Rekreasi
Jalan-jalan Bersama teman-teman klien

e. Olahraga : (√) tidak ( ) ya


...................................................................................................................................................

3. Pola Istirahat Dan Tidur


Di rumah

Waktu tidur : Siang 16.00 – 17.00

Malam 22.00 – 04.00

Jumlah jam tidur : 7 jam

Di rumah sakit

Waktu tidur : Siang –

Malam 01.00 – 04.00

Jumlah jam tidur : 3 jam


36

Masalah di RS : ( ) tidak ada ( ) terbangun dini ( ) mimpi buruk

(√) insomnia ( ) Lainnya, ...............................

4. Pola Nutrisi – Metabolik


a. Pola makan
Di rumah
Frekuensi : 3 x/ hari

Jenis : nasi, lauk dan sayur

Porsi : 1 porsi habis

Pantangan : tidak ada

Makanan disukai : telur goreng

Di rumah sakit

Frekuensi : 3 x/ hari

Jenis : nasi, lauk dan sayur

Porsi : 1 porsi habis

Diit khusus : tinggi energi tinggi protein

Nafsu makan di RS : (√) normal ( ) bertambah ( ) berkurang

( ) mual ( ) muntah, .............. cc ( ) stomatitis

Kesulitan menelan : (√) tidak ( ) ya

Gigi palsu : (√) tidak ( ) ya

NG tube : (√) tidak ( ) ya

b. Pola minum
Di rumah Di rumah sakit

Frekuensi : 4-5 gelas/ hari Frekuensi : 2-3 gelas/ hari

Jenis : air putih Jenis : air putih

Jumlah : ± 1250 cc/ hari. Jumlah : ± 750 cc/ hari

Pantangan : tidak ada

Minuman disukai : air putih


37

5. Pola Eliminasi
a. Buang air besar
Di rumah

Frekuensi : 1 x/ hari

Konsistensi : lunak berbentuk

Warna : kuning kecoklatan

Di rumah sakit

Frekuensi : 2 hari tidak BAB

Konsistensi : lunak berbentuk

Warna : (√) kuning

( ) bercampur darah

( ) lainnya, ..............

Masalah di RS : ( ) konstipasi ( ) diare ( ) inkontinen

Kolostomi : (√) tidak ( ) ya

b. Buang air kecil


Di rumah
Frekuensi : 4-6 x/ hari

Konsistensi : cair

Warna : kuning pucat

Di rumah sakit

Frekuensi : 3-4 x/ hari

Konsistensi : cair

Warna : kuning pucat

Masalah di RS : ( ) disuria ( ) nokturia ( ) hematuria

( ) retensi ( ) inkontinen

Kolostomi : (√) tidak ( ) ya, kateter ........................... produksi : .................. cc/hari


38

6. Pola Kognitif Perseptual


Berbicara : (√) normal ( ) gagap ( ) bicara tak jelas

Bahasa sehari-hari : ( ) Indonesia ( ) Jawa (√) lainnya, madura

Kemampuan membaca : (√) bisa ( ) tidak

Tingkat ansietas : ( ) ringan ( ) sedang ( ) berat ( ) panik

Sebab, ...................................................................................................

Kemampuan interaksi : (√) sesuai ( ) tidak, ...................................................................

Vertigo : (√) tidak ( ) ya

Nyeri : (√) tidak ( ) ya

Bila ya, P : .................................................................................................................................

Q : .................................................................................................................................

R : .................................................................................................................................

S : .................................................................................................................................

T : .................................................................................................................................

7. Pola Konsep Diri


o Gambaran diri : klien mengatakan tidak percaya diri karena harus selalu menggunakan
masker agar tidak menularkan penyakitnya.
o Harga diri : klien mengatakan dapat disayangi oleh anggota keluarganya saat sakit
keluarga datang menjenguk.
o Ideal diri : klien mengatakan ingin segera sembuh dan pulang ke rumah.
o Peran diri : klien mengatakan sebagai siswa dan sudah 1 bulan tidak masuk sekolah.
o Identitas diri : klien dapat mengenali diri sendiri.

8. Pola Koping
Masalah utama selama MRS (penyakit, biaya, perawatan diri)

Klien mengatakn sesak dan batuk yang sangat mengganggu. Keluarga klien mengatakan biaya
perawatan cukup ringan bagi keluarga karena klien mempunyai BPJS, terkait penyakit klien
optimis bahwa penyakit klien segera disembuhkan oleh Allah SWT hanya saja klien masih kurang
untuk perawatan dirinya karena klien tidak bisa melakukan kebersihan diri saat masuk rumah
sakit.
39

Kehilangan perubahan yang terjadi sebelumnya

Klien mengatakan tidak ada masalah, tidak mengalami kehilangan perubahan yang terjadi
sebelumnya, hanya saja klien selama di rawat di rumah sakit klien tidak bisa melakukan akyivitas
sehari-hari secara mandiri, memerlukan bantuan orang lain.

Kemampuan adaptasi

Klien mengatakan mampu beradaptasi dengan lingkungan dirumah sakit karena klien
yakinbahwa petugas kesehatan rumah sakit akan memberikan perawatan yang baik untuk
mempercepat kesembuhan klien.

9. Pola Seksual – Reproduksi


Menstruasi terakhir : tidak menstruasi

Masalah menstruasi : tidak menstruasi

Pap smear terakhir : tidak melakukan pemeriksaan pap smear

Pemeriksaan payudara/testis sendiri tiap bulan : ( ) ya (√) tidak

Masalah seksual yang berhubungan dengan penyakit : klien mengatakan tidak ada

10. Pola Peran – Hubungan


Pekerjaan : klien mengatakan seorang pelajar disekolah menengah atas

Kualitas bekerja : klien mengatakan tidak pernah bolos sekolah

Hubungan dengan orang lain : klien mengatakan hubungan dengan orang disekitarnya baik dan
tidak ada masalah.

Sistem pendukung : ( ) pasangan ( ) tetangga/teman ( ) tidak ada

(√) lainnya, orang tua

Masalah keluarga mengenai perawatan di RS : klien mengatakan tidak ada masalah

11. Pola Nilai – Kepercayaan


Agama : islam

Pelaksanaan ibadah : klien mengatakan sejak sakit tidak sholat

Pantangan agama : (√) tidak ( ) ya, ................................................................

Meminta kunjungan rohaniawan : (√) tidak ( ) ya


40

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum : komposmentis (GCS : 4 5 6)
2. Tanda-Tanda Vital
a. Suhu : 37,4 °C lokasi : axila
b. Nadi : 115  /menit irama : reguler pulsasi : teraba kuat
c. Tekanan darah : 99/60 mmHg lokasi : regio antebrachii
d. Frekuensi nafas : 24  /menit irama : ireguler
e. Tinggi badan : 150 cm SPO2 : 97% menggunakan simple masker 8lpm
f. Berat badan : SMRS : 50 kg MRS : 46 kg
3. Kepala
I : rambut hitam, rambut tampak lepek dan distribusi merata, rambut tidak terdapat ketombe,
wajah pucat dantampak mengantuk
P : tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada benjolan pada kepala
4. Mata
I : simetris antara kanan dan kiri, sklera putih, konjungtiva anemis, pupil miosis jika terdapat
cahaya dan bola mata dapat bergerak ke segala arah, terdapat kantung mata menghitam
P : tidak terdapat nyeri tekan pada bola mata
5. Telinga
I : simetris antara kanan dan kiri, terdapat serumen tetapi sedikit, terdapat darah yang keluar dari
telinga kanan, terdapat aurikula
P : tidak terdapat nyeri tekan pada telinga
6. Hidung
I : hidung bersih, tidak ada polip, lubang hidung simetris antara kanan dan kiri, tidak ada
peradangan, terdapat pernapasan cuping hidung dan terpasang simple masker 8 lpm
P : tidak terdapat nyeri tekan pada sinus, tidak teraba adanya massa dan benjolan.
7. Mulut
I : simetris, tidk terpasang gigi palsu, bibir tampak pucat dan kering
P : tidak terdapat nyeri tekan pada bagian mulut
8. Leher
I : simetris, tidak ada lesi dan tidak terdapat fraktur
P : tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat pembesaran vena jugularis, tidak terdapat
pembesaran kelenjar tyroid
9. Dada:
Jantung:
I : bentuk dada barrel chest, ictus cordis tidak tampak dan tidak terdapat lesi atau benjolan
P : pulsasi jantung teraba kuat pada ictus cordis teraba di ICS 4 dan 5 midclavicula sinistra
P: pekak
A : S1 S2 tunggal
41

Paru:
I : bentuk dada barrel chest, terdapat retraksi di intercosta simetris kanan dan kiri, klien batuk
mengeluarkan sputum berwarna kuning dengan konsistensi kental
P : vocal fremitus getaran dinding thorax lebih kuat kiri dibanding kanan dan tidak terdapat nyeri
tekan.
P : redup di paru kanan dan kiri
A : terdapat suara tambahan ronchi
+ +

10. Abdomen
I : tidak terdapat lesi atau massa
A : suara bising usus 13 x/ menit
P : timpani
P : tidak teraba adanya massa atau benjolan, tidak terdapat nyeri tekan
11. Urogenital
I : klien tidak memakai kateter, klien mengatakan mengatakan kelamin dan anusnya bersih dan
tidak ada masalah.
P : klien mengatakan tidak terdapat massa dan lesi.
12. Ekstremitas
Atas
I : simetris antara kanan dan kiri, terpasang infus di tangan kiri.
P : tidak terdapat nyeri tekan, akral hangat, dan terdapat oedem.
Bawah
I : simetris antara kanan dan kiri, tidak terdapat lesi.
P : tidak terdapat nyeri tekan, akral hangat, dan terdapat oedem.
Kekuatan Otot
5 5
5 5

13. Kulit dan kuku


Kulit : I : kulit tampak kering, kulit tampak berkeringat dan tidak terdapat lesi.
P : tidak terdapat nyeri tekan
Kuku : I : kuku tampak bersih, kuku berbentuk spoon nail

P : CRT > 2 detik dan akral hangat

14. Keadaan lokal


Keadaan umum : lemah
42

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Tanggal pemeriksaan laboratorium 14 Desember 2019

Nama Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


Kimia klinik
Pemeriksaan GDA 102 <200
Hematologi
LED 78/- mm/ jam 1 – 15
HB 7,4 g/ dl 11,2 – 17,3
Eritrosit 2,67 juta/ ul 4,4 – 5,9
Hematrokit 21,4 % 40 – 52
MCV 80,1 fL 80 – 100
MCH 27,7 pg 26 – 34
MCHC 34,6 g/ dl 32 – 36
Leukosit 20870 /ul 3800 – 10600
Hitung jenis:
Eosinofil 0,0 % 2–4
Basofil 0,1 % 0–1
Neutrofil 82,7 % 50 – 70
Limfosit 13,2 % 25 – 40
Monosit 4,0 % 2–8
Trombosit 155.000 /ul 150000 – 440000
Liver function test
Bilirubin direct 0,4 mg/ dl < 0,2
Bilirubin total 0,6 mg/ dl < 1,2
SGOT/ AST 28 U/ L < 35
SGPT/ ALT 20 U/ L < 41
Alkali phosphatase 110 U/L < 130
Renal function test
BUN 12,3 mg/ dl 7,94 – 20,1
Kreatinin 0,5 mg/ dl < 1,2
Uric Acid 3,8 mg/ dl 2,6 – 6,0

Photo

Dilakukan pemeriksaan photo rontgen thorak AP pada tanggal 14 Desember 2019 dengan hasil
bacaan:

Paru : tampak infiltrat dilapangan atas paru kanan kiri, konsolidasi dilapangan tengah bawah
paru kanan kiri
43

Jantung : batas kanan kiri tertutup konsolidasi dan perselubungan

Kesimpulan :

Pneumoni dengan efusi pleura bilateral

2. Lain-lain
Dilakukan pemeriksaan ECG pada tanggal 14 Desember 2019 dengan hasil:

- Sinus tachycardia (heart rate > 130)


- Right axis deviation
- Probable RVH
(Moderately abnormal ECG)

Dilakukan pemeriksaan CT Scan thoraks non kontras

- Paru – paru kanan kiri hiperinflasi (cavum toraks melebar), tampak ground glass opacity
dengan iar bronkogram dan cavitas multiple terutama di lobus superior paru kanan kiri,
segmen 8-9-10 paru kanan kiri. Pada lobus superior tampak gambaran nodul intracavity,
mengisi beberapa cavitas. Tampak nodul dengan air bronkogram di segmen 3 paru kiri.
Bronkus kanan kiri dn cabang-cabangnya tampak terbuka.
- Tak tampak limfadenopari
- Tak tampak densitas cairan di cavum pleura kanan kiri
- Jantung : ukuran ventrikel kanan kiri membesar, dengan densitas cairan di cavum pericard.

Kesimpulan :

Pneumoni dengan multiple cavity, dengan beberapa cavity berisi nodul DD. Fungus ball, susp.
ec.Mycosis

Usul : dapat dilakukan FNA pada area konsolidasi terluas segmen 3 paru kanan dengan panduan
USG dengan posisi pasien semifowler, karena dengan CT pasien tidak kuat posisi supine.

VI. TERAPI
Pemberian Terapi Dosis Rute Indikasi
Infus
Sodium Cloride 0,9% 1000 cc/ 24 jam IV Memenuhi ciran tubuh
Obat injeksi
Ceftazidime 3 x 1000 mg IV Mengobati infeksi
bakteri saluran
pernafasan bawah
Drip Aminophilin 240 mg/ flash IV Melebarkan saluran
udara pada paru-paru
44

Obat oral
Codein 3 x 10 mg Oral Meredakan nyeri
ringan hingga berat
Salbutamol 3 x 2 mg Oral Membuka saluran
pernafasan di paru-
paru, sehingga udara
dapat mengalir ke
dalam paru tanpa
hambatan
Nebulizer pulmicord 8 jam Mengurangi iritasi dan
dan Bisolvon pembengkakan pada
saluran nafas
Transfuse darah 2 kolf IV Meningkatkan kadar
(golongan darah A+) hemoglobin
45

ANALISA DATA

Nama Klien : Sdr. M Ruangan/kamar : Mawar/ 7

Umur : 18 tahun No. RM : 16002xxx

TGL/JAM DATA ETIOLOGI MASALAH

16/12/2019 DS : klien mengatakan sesak nafas TB Paru Ketidakefektifan Pola


Nafas (Nanda, 2018-
11.00 WIB DO :
2020)
- TTV Microbacterium
Domain 4. Kelas 4. Kode
TD : 99/ 60 mmHg tuberculosis
diagnosis 00032.
S : 37,4 OC
N : 115 x/ menit
RR : 24x/ menit
Terjadi reaksi
SPO2 : 97% menggunakan
infeksi atau
simple masker 8 lpm
inflamasi dan
- Paru - paru
merusak parenkim
I : bentuk dada barrel
paru
chest, terdapat retraksi di
intercosta simetris kanan
dan kiri
P : vocal fremitus getaran Perubahan cairan
dinding thorax lebih kuat intra pleura
kiri dibanding kanan dan
tidak terdapat nyeri tekan.
P : redup di paru kanan dan
kiri Sesak napas

- Hasil kesimpulan
pemeriksaan photo thorak:
Pneumoni dengan efusi
Ketidakefektifan
pleura bilateral
Pola Nafas

16/12/2019 DS : klien mengatakan batuk TB Paru Ketidakefektifan


mengeluarkan dahak berwarna Bersihan Jalan Nafas
11.00 WIB
kuning
(Nanda, 2018-2020)
DO : Microbacterium Domain 11. Kelas 2.
- KU : lemah tuberculosis
Kode diagnosis 00031.
- TTV
46

TD : 99/ 60 mmHg
S : 37,4 OC
N : 115 x/ menit Terjadi reaksi
RR : 24x/ menit infeksi atau
SPO2 : 97% menggunakan inflamasi dan
simple masker 8 lpm merusak parenkim
- Paru - paru paru
I : bentuk dada barrel
chest, terdapat retraksi di
intercosta simetris kanan
dan kiri, klien batuk Pertahanan primer

mengeluarkan sputum tidak adekuat

berwarna kuning dengan


konsistensi kental
P : vocal fremitus getaran
Pembentukan
dinding thorax lebih kuat
sputum berlebihan
kiri dibanding kanan dan
tidak terdapat nyeri tekan.
P : redup di paru kanan dan
kiri Mukus berlebihan
A : terdapat suara nafas
tambahan

+ + Ketidakefektifan
Bersihan Jalan
Nafas

16/12/2019 DS : klien mengatakan badannya Anemia Ketidakefektifan Perfusi


lemas dan melakukan BAK ditempat Jaringan Perifer (Nanda,
11.00 WIB
tidur dibantu oleh ibunya 2018-2020)

DO : Penurunan kadar Domain 4. Kelas 4. Kode

HB diagnosis 00204
- KU : lemah
- HB : 7,4 g/dl
- Wajah pucat
- Konjungtiva anemis
Kompensasi jantung
- Kuku :
I : kuku tampak bersih, kuku
berbentuk spoon nail
47

P : CRT > 2 detik dan akral Beban kerja dan


hangat curah jantung
- SPO2 : 97% menggunakan meningkat
simple masker 8 lpm

Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan
Perifer

16/12/2019 DS : keluarga klien mengatakan klien TB Paru Hambatan Persepsi


mengalami gangguan pendengaran Sensori (Nanda, 2018-
11.00 WIB
sejak meminum obat rutin 2020)

DO : Microbacterium Domain 5. Kelas 3. Kode

tuberculosis diagnosis 00122


- Terdapat darah yang keluar
dari telinga kanan
- Wajah pucat

Terjadi reaksi
infeksi atau
inflamasi dan
merusak parenkim
paru

Pengobatan OAT

Perdarahan pada
telinga efek
pengobatan OAT

Hambatan Persepsi
Sensori

16/12/2019 DS : klien mengatakan susah tidur TB Paru Insomnia (Nanda, 2018-


dan hanya tidur 3 jam karena sesak 2020)
11.00 WIB
48

DO : Domain 4. Kelas 1. Kode


diagnosis 00095
- Wajah pucat dan tampak
mengantuk Microbacterium

- Terdapat kantung mata tuberculosis

menghitam
- Normal tidur 7-8 jam,
terealisasikan hanya 3 jam
Terjadi reaksi
infeksi atau
inflamasi dan
merusak parenkim
paru

Perubahan cairan
intra pleura

Sesak nafas

Insomnia
49

DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN URUTAN PRIORITAS

Nama Klien : Sdr. M Ruangan/kamar : Mawar/ 7

Umur : 18 tahun No. RM : 16002xxx

NO TGL/JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF

1. 16/12/2019 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan Kelompok 4


otot pernafasan ditandai dengan hasil photo rontgen thorak
11.00 WIB
AP : Pneumoni dengan efusi pleura bilateral

2. 16/12/2019 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Kelompok 4


mucus berlebihan ditandai dengan klien batuk
11.00 WIB
mengeluarkan sputum berwarna kuning dengan konsistensi
kental

3. 16/12/2019 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan Kelompok 4


dengan penurunan kadar HB ditandai dengan HB : 7,4 g/dl
11.00 WIB

4. 16/12/2019 Hambatan persepsi sensori berhubungan dengan Kelompok 4


pengobatan OAT ditandai dengan terdapat darah yang
11.00 WIB
keluar dari telinga kanan

5. 16/12/2019 Insomnia berhubungan dengan sesak nafas ditandai dengan Kelompok 4


wajah pucat dan tampak mengantuk
11.00 WIB
50

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

TGL/ DIAGNOSA TUJUAN DAN


RENCANA TINDAKAN RASIONAL PARAF
JAM KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
16/12/2019 Ketidakefektifan pola Tujuan Manajemen Jalan Napas (3140)
11.00 WIB nafas berhubungan Pola nafas klien efektif dalam 1. Ajarkan klien mengenai 1. Memudahkan klien dalam
dengan keletihan otot minimal waktu 3 x 24 jam. penggunaan perangkat oksigen pernafasan dan mengurangi
pernafasan ditandai Kriteria hasil : yang memudahkan mobilitas sesak nafas
dengan hasil photo 1. Frekuensi pernafasan (5) 2. Monitor saturasi oksigen status 2. Mencegah terjadinya sianosis
rontgen thorak AP : 2. Suara auskultasi (5) pernafasan dan oksigen, pada jaringan perifer
Pneumoni dengan efusi 3. Saturasi oksigen (5) sebagimana mestinya 3. Posisikan klien semifowler
pleura bilateral 3. Posisikan klien untuk untuk mempermudah
Keterangan: memaksimalkan ventilasi pernafasan
1 : sangat berat 4. Berikan oksigenasi tambahan 4. Pemasangan oksigenasi
2 : berat seperti yang diperintahkan dengan nasal kanul atau
3 : cukup simple masker dapat
4 : ringan mengurangi sesak nafas klien
5 : tidak ada 5. Kolaborasi dengan tim kesehatan 5. Terapi intravena dapat
lainnya untuk peberian terapi IV mempercepat kerja obat yang
seperti yang ditentukan diberikan
16/12/2019 Ketidakefektifan Tujuan Fisioterapi Dada (1105)
11.00 WIB bersihan jalan nafas Bersihan jalan napas klien 1. Ajarkan bagaimana agar bisa 1. Meningkatkan pengetahuan
berhubungan dengan efektif dalam minimal waktu 3 melakukan batuk efektif agar klien lebih paham dan
mucus berlebihan x 24 jam.
51

ditandai dengan klien Kriteria hasil: menjaga keseimbangan nutrisi


batuk mengeluarkan 1. Batuk (5) tubuhnya
sputum berwarna kuning 2. Pergerakan sputum 2. Monitor oksigenasi sebagaimana 2. Meminimalisir asupan
dengan konsistensi keluar dari jalan nafas mestinya kebutuhan cairan klien
kental (5) 3. Posisikan untuk meringankan sesak 3. Menyeimbangkan asupan
3. Dispnea saat istirahat napas kalori klien
(5) 4. Lakukan fisisoterapi dada, 4. Beri kesempatan klien untuk
sebagaimana mestinya memperbarui gaya hidup serta
Keterangan: pola makan klien
1 : Sangat berat 5. Kolaborasi pemberian 5. Mengembangkan rencana
2 : Berat bronkodilator, sebagaimana perawat dengan orang-orang
3 : Cukup mestinya terdekatnya
4 : Ringan
5 : Tidak ada
16/12/2019 Ketidakefektifan perfusi Tujuan Monitor tanda-tanda vital (6650)
11.00 WIB jaringan perifer Perfusi jaringan perifer klien 1. Monitor tekanan darah, nadi, 1. Mengetahui status
berhubungan dengan efektif dalam minimal waktu 3 suhu, dan status pernafasan kardiorespirasi klien
penurunan kadar HB x 24 jam. 2. Monitor tekanan darah saat klien 2. Posisi duduk, berbaring dan
ditandai dengan HB : 7,4 Kriteria hasil : berbaring, duduk dan berdiri berdiri dapat mempengaruhi
g/dl 1. Kekuatan denyut nadi sebelum dan setelah perubahan tekanan darah
brakialis (5) posisi
2. Tekanan darah sistolik 3. Monitor keberadaan dan kualitas 3. Pulsasi nadi normalnya teraba
(5) nadi kuat
52

3. Tekanan darah diastolic 4. Monitor warna kulit, suhu dan 4. Mencegah terjadinya sianosis
(5) kelembapan pada ekstremitas atas dan
bawah
Keterangan : 5. Identifikasi kemungkinan 5. Penyebab perubahan tanda-
1 : Deviasi berat kisaran normal penyebab perubahan tanda-tanda tanda vital dapat disebabkan
2 : Deviasi yang cukup berat vital oleh perubahan posisi
dari kisaran normal 6. Kolaborasi dengan ahli gizi 6. Menambah asupan makanan
3 : Deviasi sedang berat dari pengaturan diet yang diperlukan diperlukan untuk
kisaran normal (yaitu : menyediakan makanan, meningkatkan hemoglobin
4 : Deviasi ringan berat dari protein tinggi, menambah kalori,
kisaran normal menambah vitamin, mineral atau
5 : Tidak ada deviasi dari suplemen)
kisaran normal 7. Kolaborasi dengan tim kesehatan 7. Pemberian transfusi darah
lainnya untuk pemberian dapat meingkatkan kadar
transfusi darah sesuai dengan hemoglobin dengan cepat
golongan darah
53

IMPLEMENTASI
NO. DX KEP TANGGAL/ JAM IMPLEMENTASI PARAF
1 16/12/2019
11.10 WIB 1. Mengajarkan klien mengenai penggunaan perangkat oksigen yang memudahkan mobilitas agar
mengurangi sesak klien
R : klien dan keluarga klien kooperatif dan mengerti
11.12 WIB 2. Memonitor saturasi oksigen, status pernafasan dan oksigenasi
R:
- RR : 24x/ menit
- SPO2 : 97 % menggunakan simple masker 8 lpm
11.15 WIB 3. Memposisikan klien semifowler
11.20 WIB 4. Memberikan oksigen 8 lpm menggunakan simple masker dan melalukan pemeriksaan paru-paru
R:
- Klien mengatakan sesak masih tidak berkurang
- Paru-paru :
I : bentuk dada barrel chest, terdapat retraksi di intercostal simetris kanan dan kiri, klien batuk
mengeluarkan sputum berwarna kuning dengan konsistensi kental
P : vocal fremitus getaran dinding thorax lebih kuat kiri ibanding kanan dan tidak terdapat nyeri
tekan.
P : redup di paru kanan dan kiri
A : terdapat suara tambahan ronchi
+ +
54

2 16/12/2019
13.30 WIB 1. Memberikan terapi nebulizer pulmicord dan bisolvon
13.37 WIB 2. Menginstruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif
R : klien dan keluarga mengerti
13.40 WIB 3. Melakukan fisioterapi dada agar dapat mempermudah klien mengeluarkan sputum yang sulit
dikeluarkan secara mandiri
R:
- Klien mengatakan masih sering batuk dan sesak ketika duduk
- Klien batuk mengeluarkan sputum berwarna kuning dengan konsistensi kental
3 16/12/2019
12.00 WIB 1. Memberikan asupan makan diit tinggi energi tinggi protein
12.30 WIB 2. Memonitor tanda-tanda vital :
R:
- TTV
TD : 101/ 60 mmHg
S : 37 OC
N : 110 x / menit
- Wajah pucat
- CRT > 2 detik
- Konjungtiva anemis
12.35 WIB 3. Memonitor keberadaan dan kualitas nadi
R:
- Nadi : 110 x/ menit
55

- Lokasi : nadi brakialis


- Pulsasi : teraba kuat
12.40 WIB 4. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda vital
R:
- Klien mengatakan badannya masih lemas
56

EVALUASI
NO. DX KEP TANGGAL/ JAM EVALUASI PARAF
1 16/ 12/ 2019
14.00 WIB S : Klien mengatakan sesak masih tidak berkurang
O:
- RR : 24x/ menit
- SPO2 : 97 % menggunakan simple masker 8 lpm
- Paru-paru :
I : bentuk dada barrel chest, terdapat retraksi di intercostal simetris kanan dan kiri, klien batuk mengeluarkan
sputum berwarna kuning dengan konsistensi kental
P : vocal fremitus getaran dinding thorax lebih kuat kiri ibanding kanan dan tidak terdapat nyeri tekan.
P : redup di paru kanan dan kiri
A: Masalah teratasi sebagian
Frekuensi pernafasan 3
Suara auskultasi paru 3
Saturasi oksigen 4

P : Intervensi 1, 2, 3, dan 5 dilanjutkan

2 16/ 12/ 2019


14.00 WIB S : Klien mengatakan masih sering batuk dan sesak ketika duduk
O:
- Klien batuk mengeluarkan sputum berwarna kuning dengan konsistensi kental
57

- Paru-paru :
I : bentuk dada barrel chest, terdapat retraksi di intercostal simetris kanan dan kiri, klien batuk mengeluarkan
sputum berwarna kuning dengan konsistensi kental
P : vocal fremitus getaran dinding thorax lebih kuat kiri ibanding kanan dan tidak terdapat nyeri tekan.
P : redup di paru kanan dan kiri
A : terdapat suara tambahan ronchi

+ +

A : Masalah teratasi sebagian


Batuk 3
Pergerakan sputum keluar dari jalan napas 4
Dyspnea saat istirahat 3

P : Intervensi 1, 2, 3, 4 dan 5 dilanjutkan


3 16/ 12/ 2019
14.00 WIB S : Klien mengatakan badannya masih lemas
O:
- TTV
TD : 101/ 60 mmHg
S : 37 OC
N : 110 x / menit
58

- Lokasi : nadi brakialis


- Pulsasi : teraba kuat
- Wajah pucat
- CRT > 2 detik
- Konjungtiva anemis
A : Masalah teratasi sebagian
Kekuatan denyut nadi brakialis 5
Tekanan darah sistolik 4
Tekanan darah diastolic 3

P : Intervensi 1, 2, 3, 5, dan 6 dilanjutkan


59

NO. DX KEP TANGGAL/ JAM IMPLEMENTASI PARAF


1 17/12/2019
07.30 WIB 1. Memberikan obat Ceftazidime 1000 mg melalui intravena
07.35 WIB 2. Mengganti cairan infus sodium chloride 0,9 % drip aminophilin 240 mg (1000 cc/ 24 jam 14 tpm)
11.00 WIB 3. Memonitor saturasi oksigen, status pernafasan dan oksigenasi
R:
- RR : 22x/ menit
- SPO2 : 98 % menggunakan simple masker 8 lpm
11. 15 WIB 4. Memonitor saturasi oksigen, status pernafasan dan oksigenasi
R:
- Klien mengatakan masih sesak
- Paru-paru :
I : bentuk dada barrel chest, terdapat retraksi di intercostal simetris kanan dan kiri, klien batuk
mengeluarkan sputum berwarna kuning dengan konsistensi kental
P : vocal fremitus getaran dinding thorax lebih kuat kiri ibanding kanan dan tidak terdapat nyeri
tekan.
P : redup di paru kanan dan kiri
60

A : terdapat suara tambahan ronchi


+ +

2 17/12/2019
13.30 WIB 1. Memberikan terapi nebulizer pulmicord dan bisolvon
13.40 WIB 2. Menginstruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif
R : klien dan keluarga memahami dan kooperatif
13.45 WIB 3. Melakukan fisioterapi dada agar dapat mempermudah klien mengeluarkan sputum yang sulit
dikeluarkan secara mandiri
R:
- Klien mengatakan masih sesak keika posisi duduk dan batuk terus menerus
- Klien batuk mengeluarkan sputum berwarna kuning dengan konsistensi kental
3 17/12/2019
11.05 WIB 1. Memonitor tanda-tanda vital :
R:
- TTV
TD : 115/ 63 mmHg
S : 37,3 OC
61

N : 108 x / menit
- Wajah pucat
- CRT > 2 detik
- Konjungtiva anemis
11.10 WIB 2. Memonitor keberadaan dan kualitas nadi
R:
- Nadi : 108 x/ menit
- Lokasi : nadi brakialis
- Pulsasi : teraba kuat
11.25 WIB 3. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda vital
R:
- Klien mengatakan badannya masih sangat lemas
12.00 4. Memberikan asupan makan diit tinggi energi tinggi protein
62

EVALUASI
NO. DX KEP TANGGAL/ JAM EVALUASI PARAF
1 17/ 12/ 2019
14.00 WIB S : Klien mengatakan masih sesak
O:
- RR : 22x/ menit
- SPO2 : 98 % menggunakan simple masker 8 lpm
- Paru-paru :
I : bentuk dada barrel chest, terdapat retraksi di intercostal simetris kanan dan kiri, klien batuk mengeluarkan
sputum berwarna kuning dengan konsistensi kental
P : vocal fremitus getaran dinding thorax lebih kuat kiri ibanding kanan dan tidak terdapat nyeri tekan.
P : redup di paru kanan dan kiri
A: Masalah teratasi sebagian
Frekuensi pernafasan 3
Suara auskultasi paru 3
Saturasi oksigen 5

P : Intervensi 1, 2, 3, dan 5 dilanjutkan


63

2 17/ 12/ 2019


14.00 WIB S : Klien mengatakan masih sesak keika posisi duduk dan batuk terus menerus
O:
- Klien batuk mengeluarkan sputum berwarna kuning dengan konsistensi kental
- Paru-paru :
I : bentuk dada barrel chest, terdapat retraksi di intercostal simetris kanan dan kiri, klien batuk mengeluarkan
sputum berwarna kuning dengan konsistensi kental
P : vocal fremitus getaran dinding thorax lebih kuat kiri ibanding kanan dan tidak terdapat nyeri tekan.
P : redup di paru kanan dan kiri
A : terdapat suara tambahan ronchi

+ +

A : Masalah teratasi sebagian


Batuk 3
Pergerakan sputum keluar dari jalan napas 4
Dyspnea saat istirahat 3
64

P : Intervensi 1, 2, 3, 4 dan 5 dilanjutkan


3 17/ 12/ 2019
14.00 WIB S : Klien mengatakan badannya masih sangat lemas
O:
- TTV
TD : 115/ 63 mmHg
S : 37,3 OC
N : 108 x / menit
- Lokasi : nadi brakialis
- Pulsasi : teraba kuat
- Wajah pucat
- CRT > 2 detik
- Konjungtiva anemis
A : Masalah teratasi sebagian
Kekuatan denyut nadi brakialis 5
Tekanan darah sistolik 4
Tekanan darah diastolic 3

P : Intervensi 1, 2, 3, 5, dan 6 dilanjutkan


65

NO. DX KEP TANGGAL/ JAM IMPLEMENTASI PARAF


1 18/12/2019
07.20 WIB 1. Memberikan obat Ceftazidime 1000 mg melalui intravena
07.25 WIB 2. Mengganti cairan infus sodium chloride 0,9 % drip aminophilin 240 mg (1000 cc/ 24 jam 14 tpm)
11.00 WIB 3. Memonitor saturasi oksigen, status pernafasan dan oksigenasi
R:
- RR : 21x/ menit
- SPO2 : 99 % menggunakan simple masker 8 lpm
11.03 WIB 4. Memonitor saturasi oksigen, status pernafasan dan oksigenasi
R:
- Klien mengatakan sesaknya berkurang
- Paru-paru :
I : bentuk dada barrel chest, terdapat retraksi di intercostal simetris kanan dan kiri, klien batuk
mengeluarkan sputum berwarna kuning dengan konsistensi kental
P : vocal fremitus getaran dinding thorax lebih kuat kiri ibanding kanan dan tidak terdapat nyeri
tekan.
P : redup di paru kanan dan kiri
66

A : terdapat suara tambahan ronchi


+ +

2 18/12/2019
13.35 WIB 1. Memberikan terapi nebulizer pulmicord dan bisolvon
13.45 WIB 2. Menginstruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif
R : klien dan keluarga kooperatif
13.50 WIB 3. Melakukan fisioterapi dada agar dapat mempermudah klien mengeluarkan sputum yang sulit
dikeluarkan secara mandiri
R:
- Klien mengatakan sesak berkurang ketika duduk dan batuk berkurang
- Klien batuk mengeluarkan sputum berwarna kuning dengan konsistensi kental
3 18/12/2019
11.05 WIB 1. Memonitor tanda-tanda vital :
R:
- TTV
TD : 98/ 60 mmHg
S : 37,4 OC
N : 118 x / menit
67

- Wajah pucat
- CRT > 2 detik
- Konjungtiva anemis
11.10 WIB 2. Memonitor keberadaan dan kualitas nadi
R:
- Nadi : 118 x/ menit
- Lokasi : nadi brakialis
- Pulsasi : teraba kuat
11.15 WIB 3. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda vital
R:
- Klien mengatakan badannya jauh lebih baik
12.02 WIB 4. Memberikan asupan makan diit tinggi energi tinggi protein
68

EVALUASI
NO. DX KEP TANGGAL/ JAM EVALUASI PARAF
1 17/ 12/ 2019
14.00 WIB S : Klien mengatakan sesaknya berkurang
O:
- RR : 21x/ menit
- SPO2 : 99 % menggunakan simple masker 8 lpm
- Paru-paru :
I : bentuk dada barrel chest, terdapat retraksi di intercostal simetris kanan dan kiri, klien batuk mengeluarkan
sputum berwarna kuning dengan konsistensi kental
P : vocal fremitus getaran dinding thorax lebih kuat kiri ibanding kanan dan tidak terdapat nyeri tekan.
P : redup di paru kanan dan kiri
A: Masalah teratasi sebagian
Frekuensi pernafasan 4
Suara auskultasi paru 3
Saturasi oksigen 5

P : Intervensi dihentikan, klien pindah ke ruang Melati


69

2 17/ 12/ 2019


14.00 WIB S : Klien mengatakan sesak berkurang ketika duduk dan batuk berkurang
O:
- Klien batuk mengeluarkan sputum berwarna kuning dengan konsistensi kental
- Paru-paru :
I : bentuk dada barrel chest, terdapat retraksi di intercostal simetris kanan dan kiri, klien batuk mengeluarkan
sputum berwarna kuning dengan konsistensi kental
P : vocal fremitus getaran dinding thorax lebih kuat kiri ibanding kanan dan tidak terdapat nyeri tekan.
P : redup di paru kanan dan kiri
A : terdapat suara tambahan ronchi

+ +

A : Masalah teratasi sebagian


Batuk 4
Pergerakan sputum keluar dari jalan napas 4
Dyspnea saat istirahat 4
70

P : Intervensi dihentikan, klien pindah ke ruang Melati


3 17/ 12/ 2019
14.00 WIB S : Klien mengatakan badannya jauh lebih baik
O:
- TTV
TD : 98/ 60 mmHg
S : 37,4 OC
N : 118 x / menit
- Lokasi : nadi brakialis
- Pulsasi : teraba kuat
- Wajah pucat
- CRT > 2 detik
- Konjungtiva anemis
A : Masalah teratasi sebagian
Kekuatan denyut nadi brakialis 5
Tekanan darah sistolik 4
Tekanan darah diastolic 3

P : Intervensi dihentikan, klien pindah ke ruang Melati


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil asuhan keperawatan pada Sdr. M dengan TB paru dan anemia, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Melakukan pengkajian pada Sdr. M terkait dengan TB paru dan anemia.
Dalam melakukan pengkajian dengan Sdr. M, penulis tidak mengalami
kesulitan dalam melakukan komunikasi dengan Sdr. M karena Sdr. M sangat
kooperatif. Tetapi, penulis tidak hanya melakukan wawancara pada klien saja,
tetapi juga pada anggota keluarga Sdr. M.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Sdr. M.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh penulis, penulis memprioritaskan 3
diagnosa yaitu Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot
pernafasan ditandai dengan hasil photo rontgen thorak AP : Pneumoni dengan
efusi pleura bilateral, Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan mucus berlebihan ditandai dengan klien batuk mengeluarkan sputum
berwarna kuning dengan konsistensi kental dan Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer berhubungan dengan penurunan kadar HB ditandai dengan HB
: 7,4 g/dl.
3. Melakukan perencanaan keperawatan pada Sdr. M.
Perencanaan yang dibuat disesuaikan dengan kondisi klien. Sehingga intervensi
yang dilakukan dapat terlaksana dengan baik berkat dukungan dan kerjasama
dari Sdr. M dan anggota keluarga Sdr. M dalam mengatasi penyakit yang
dideritanya. Saat penulis melakukan kontrak waktu untuk pemberian asuhan
keperawatan yang akan dilakukan selanjutnya, klien berkenan dan anggota
keluarga klien juga kooperatif.

4.2 Saran
1. Bagi perawat
Peran perawat sangat penting dalam proses penyembuhan klien oleh karena
itu untuk mencapai hasi keperawatan yang optimal, sebaiknya proses
keperawatan dilaksanakan secara berkesinambungan, mengingat angka
penyakit paru obstruksi kronik semakin meningkat setiap tahunnya.
2. Bagi klien
Untuk klien harus banyak mencari informasi tentang penyakit yang dialami,
harus menjaga pola hidup sehat dan makan makanan sehat sesuai dengan

71
72

kebutuhan tubuh, melakukan olah raga secara teratur, dan memeriksakan


kesehatan ke pelayanan kesehatan terdekat seperti puskesmas untuk
mengetahui status kesehatan.
3. Bagi keluarga klien
Untuk keluarga harus mensuport klien untuk menjaga kesehatan klien, dengan
cara mengingatkan hal-hal yang membuat atau menjadi penyebab TB Paru
dan anemia klien kambuh lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M. dkk. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC), 6th


Indonesia edition. St Louis Missouri: Mosby Elsevier.
Moorhead, Sue dkk. 2008. Nursing Outcome Classification (NOC), 5th Indonesia
edition. St Louis Missouri: Mosby Elsevier.
Nanda. 2018-2020. Nanda-I Diagnosis Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi 2018-
2020, Edisi 11. Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis jilid 2.
Yogyakarta: Mediaction.
Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta: Nuha Medika.

73

Anda mungkin juga menyukai