Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu dan teknologi sangat membantu dalam meningkatkan
pemberian asuhan keperawatan anak. Dimana dalam memberikan asuhan
keperawatan, perawat berperan dalam meminimalkan terjadinya kesalahan dalam
memberikan terapi, meminimalkan stressor, meminimalkan perasaan takut dan
nyeri terhadap perlakuan, mencegah perasaan kehilangan dan memaksimalkan
perawatan pada anak yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit (Utami,
2014).
Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana orang yang sakit dirawat dan
ditempatkan dalam ruangan yang berdekatan atau antara satu tempat tidur dengan
tempat tidur lainnya. Di tempat ini pasien mendapatkan terapi dan perawatan
untuk dapat sembuh, dimana enam puluh persen pasien yang dirawat di Rumah
Sakit menggunakan infus. Penggunaan infus terjadi disemua lingkungan
keperawatan kesehatan seperti perawatan akut, perawatan emergensi, perawatan
ambulatory dan perawatan kesehatan di rumah, (Scahffer, At.All, 2006). Infus atau
terapi intravena merupakan salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk
memasukkan obat atau vitamin kedalam tubuh pasien (Darmawan, 2008).
Fungsi infus sangatlah penting bagi pasien, maka proses pemasangan infus
harus dilakukan dengan benar untuk menghindari timbulnya komplikasi yang
dapat mempengaruhi keadaan pasien. Selain itu, pengontrolan dan pemantauan
penggunaan cairan infus harus dilakukan oleh perawat pada rumah
sakit/klinik/puskesmas dengan benar, dimana perawat harus memeriksa satu-
persatu kondisi infus pasien secara berkala. Keterbatasan waktu, jarak antara ruang
pasien dan monitoring room serta keterbatasan jumlah tenaga medis di rumah
sakit/puskesmas dapat menyebabkan pasien terlambat ditanggulangi. Apabila infus
habis, perawat diharuskan segera menggantinya dengan yang baru, dan kondisi
seperti inilah yang sering terlambat ditanggulangi oleh perawat.
Potensi kesalahan pemberian infus di Indonesia semakin meningkat,
mengingat pemberian infus sebagian besar dilakukan secara manual atau metode
gravitasi. Beberapa kesalahan-kesalahan berdasarkan pengalaman dan pengamatan
di Rumah Sakit selain faktor kesalahan dalam pengaturan infus juga dapat
disebabkan oleh: 1) Pasien/keluarga pasien, kesalahan tersebut biasanya dilakukan
oleh keluarga pasien dalam mengatur sendiri laju tetesa,n infus, 2) Peralatan,
tinggi tiang dapat mempengaruhi laju tetesan infus, termasuk juga viskositas
cairan, 3) Vena, spasme vena dapat menurunkan laju tetesan infus (Kathryn, 2007)
Saat ini penggunaan infus di rumah sakit masih manual beberapa juga
menggunakan infus pump seperti pada Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu,
pemasangan infus oleh perawat dalam menangani pasien merupakan kegiatan yang
paling sering dilakukan. Selain itu, tenaga kerja pershift yang berada di ruagan
lantai 7 ruang melati hanya ada 2-3 orang dengan jumlah pasien 30, hal ini
meyebabkan perawat tidak hanya berfokus dalam pendokumentasian pemberian
jumlah kolf infus.
Keterlambatan dan pemberian infus yang tidak sesuai dengan kebutuhan
pasien akan berdampak pada pasien. Dampak dari pemberian cairan infus yang
terlalu cepat atau terlalu lambat, tentunya akan sangat bergantung dari kondisi
pasien itu sendiri, terutama pada pasien anak. Kondisi yang disebabkan karena
kelebihan cairan infus yaitu, bisa menyebabkan edema, sesak nafas, sakit kepala,
kecemasan, penurunan kuantitas urin. Kondisi yang disebabkan karena kekurangan
cairan infus dapat menyebabkan komplikasi dehidrasi (Indira,2014).
Berdasarkan observasi dilapangan untuk penggunaan etiket sudah digunakan
dirumah sakit, dimana didalam etiket tertera nama pasien, tanggal pemasangan,
nomor rekam medik maupun obat tambahan, tetapi penerapan penulisan pada
etiket tersebut masih kurang optimal, dimana berdasarkan hasil observasi
ditemukan hamper semua perawat tidak mencantumkan pada etiket seperti jumlah
tetesan, lamanya pemberian, jumlah kolf yang sudah diberikan, jam pemberian dan
paraf perawat.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Pasar Minggu
didapatkan bahwa jumlah perawat di ruangan rawat inap anak lanati 7 ruang melati
berjumlah 25 orang yang terbagi dalam 3 shift. Hasil wawancara yang telah
dilakukan dengan dua perawat didapatkan bahwa terdapat penggunaan label pada
flabot botol di ruangan sudah ada dikarenakan terkadang perawat sering lupa
untuk menuliskan kembali obat tambahan maupun jumlah cairan yang diperlukan
pasien sesuai kebutuhan.
Berdasarkan hal tersebut, maka penting untuk diteliti bagaimana persepsi
perawat tentang menerapkan kembali label pada flabot infus di RSUD Pasar
Minggu, sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat mengatasi masalah yang
saat ini terjadi.

I.3 Tujuan Proyek Inovasi Manajemen Keperawatan


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dalam system manajemen pada penerapan
fasilitas label pada flabot infus di RSUD Pasar Minggu.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Teridentifikasi penggunaan form etiket infus diruangan anak lantai 7.
b. Teridentifikasi kepatuhan perawat dalam penerapan label infus
c. Adanya penanggungjawab yang terstruktur dalam penerapan penggunaan
form etiket infus.
d. Adanya perubahan perilaku perawat (knowledge, atitude dan psikomotor)
untuk menerapkan label pada flabot infus.

I.4 Manfaat Proyek Inovasi Manajemen Keperawatan


a. Bagi Profesi Keperawatan.
Bagi profesi keperawatan proyek inovasi ini dapat menjadi pembelajaran
b. Bagi Institusi Rumah Sakit
Bagi institusi rumah sakit dapat membantu menurunkan angka kejadian
komplikasi yang disebabkan karena ketidaktepatan penggunaan infus dalam
hal waktu pemakaian infus.
c. Bagi Perawat
Perawat dapat menerapkan label pada flabot infus untuk membantu
mempermudah perawat dalam mengidentifikasi dan menyesuaikan kebutuhan
cairan pasien.
d. Bagi Pendidikan
Hasil proyek inovasi ini dapat dijadikan sebagai bahan bagi perawat pelaksana
serta seluruh anggota tim yang bekerja sebagai perawat di ruang melati yaitu
ruang anak lantai 7 yang terlaksana dengan baik agar dapat mengidentifikasi
cairan infus yang dibutuhkan oleh pasien.

BAB II

RUNDOWN ACARA

No. Kegiatan Waktu


1. Pembukaan 5 menit

2. Sambutan

a. Sambutan oleh Ns. Nelly Febriani S.Kep., 5 menit


M.Kep., sebagai dosen koordinator
manajemen

b. Sambutan oleh perwakilan lantai 7 5 menit

c. Sambutan oleh perwakilan lantai 9 5 menit

d. Sambutan oleh perwakilan lantai 11 5 menit

3. Penyampaian materi dipimpin oleh moderator 30 menit

4. Sesi tanya jawab

a. Kelompok lantai 7 10 menit

b. Kelompok lantai 9 10 menit

c. Kelompok lantai 11 10 menit

5. Do’a 5 menit

6. Penutup 5 menit

Anda mungkin juga menyukai