0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
60 tayangan5 halaman
Dokumen tersebut membahas latar belakang perlunya penerapan label pada flabot infus di rumah sakit untuk mengatasi keterlambatan dan ketidaktepatan pemberian infus yang dapat berdampak buruk bagi pasien. Tujuan proyek ini adalah untuk mengidentifikasi penggunaan label infus dan meningkatkan kepatuhan perawat dalam penerapannya agar manfaatnya dapat dirasakan oleh perawat, rumah sakit, dan pasien.
Dokumen tersebut membahas latar belakang perlunya penerapan label pada flabot infus di rumah sakit untuk mengatasi keterlambatan dan ketidaktepatan pemberian infus yang dapat berdampak buruk bagi pasien. Tujuan proyek ini adalah untuk mengidentifikasi penggunaan label infus dan meningkatkan kepatuhan perawat dalam penerapannya agar manfaatnya dapat dirasakan oleh perawat, rumah sakit, dan pasien.
Dokumen tersebut membahas latar belakang perlunya penerapan label pada flabot infus di rumah sakit untuk mengatasi keterlambatan dan ketidaktepatan pemberian infus yang dapat berdampak buruk bagi pasien. Tujuan proyek ini adalah untuk mengidentifikasi penggunaan label infus dan meningkatkan kepatuhan perawat dalam penerapannya agar manfaatnya dapat dirasakan oleh perawat, rumah sakit, dan pasien.
Perkembangan ilmu dan teknologi sangat membantu dalam meningkatkan pemberian asuhan keperawatan anak. Dimana dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat berperan dalam meminimalkan terjadinya kesalahan dalam memberikan terapi, meminimalkan stressor, meminimalkan perasaan takut dan nyeri terhadap perlakuan, mencegah perasaan kehilangan dan memaksimalkan perawatan pada anak yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit (Utami, 2014). Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana orang yang sakit dirawat dan ditempatkan dalam ruangan yang berdekatan atau antara satu tempat tidur dengan tempat tidur lainnya. Di tempat ini pasien mendapatkan terapi dan perawatan untuk dapat sembuh, dimana enam puluh persen pasien yang dirawat di Rumah Sakit menggunakan infus. Penggunaan infus terjadi disemua lingkungan keperawatan kesehatan seperti perawatan akut, perawatan emergensi, perawatan ambulatory dan perawatan kesehatan di rumah, (Scahffer, At.All, 2006). Infus atau terapi intravena merupakan salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan obat atau vitamin kedalam tubuh pasien (Darmawan, 2008). Fungsi infus sangatlah penting bagi pasien, maka proses pemasangan infus harus dilakukan dengan benar untuk menghindari timbulnya komplikasi yang dapat mempengaruhi keadaan pasien. Selain itu, pengontrolan dan pemantauan penggunaan cairan infus harus dilakukan oleh perawat pada rumah sakit/klinik/puskesmas dengan benar, dimana perawat harus memeriksa satu- persatu kondisi infus pasien secara berkala. Keterbatasan waktu, jarak antara ruang pasien dan monitoring room serta keterbatasan jumlah tenaga medis di rumah sakit/puskesmas dapat menyebabkan pasien terlambat ditanggulangi. Apabila infus habis, perawat diharuskan segera menggantinya dengan yang baru, dan kondisi seperti inilah yang sering terlambat ditanggulangi oleh perawat. Potensi kesalahan pemberian infus di Indonesia semakin meningkat, mengingat pemberian infus sebagian besar dilakukan secara manual atau metode gravitasi. Beberapa kesalahan-kesalahan berdasarkan pengalaman dan pengamatan di Rumah Sakit selain faktor kesalahan dalam pengaturan infus juga dapat disebabkan oleh: 1) Pasien/keluarga pasien, kesalahan tersebut biasanya dilakukan oleh keluarga pasien dalam mengatur sendiri laju tetesa,n infus, 2) Peralatan, tinggi tiang dapat mempengaruhi laju tetesan infus, termasuk juga viskositas cairan, 3) Vena, spasme vena dapat menurunkan laju tetesan infus (Kathryn, 2007) Saat ini penggunaan infus di rumah sakit masih manual beberapa juga menggunakan infus pump seperti pada Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu, pemasangan infus oleh perawat dalam menangani pasien merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan. Selain itu, tenaga kerja pershift yang berada di ruagan lantai 7 ruang melati hanya ada 2-3 orang dengan jumlah pasien 30, hal ini meyebabkan perawat tidak hanya berfokus dalam pendokumentasian pemberian jumlah kolf infus. Keterlambatan dan pemberian infus yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasien akan berdampak pada pasien. Dampak dari pemberian cairan infus yang terlalu cepat atau terlalu lambat, tentunya akan sangat bergantung dari kondisi pasien itu sendiri, terutama pada pasien anak. Kondisi yang disebabkan karena kelebihan cairan infus yaitu, bisa menyebabkan edema, sesak nafas, sakit kepala, kecemasan, penurunan kuantitas urin. Kondisi yang disebabkan karena kekurangan cairan infus dapat menyebabkan komplikasi dehidrasi (Indira,2014). Berdasarkan observasi dilapangan untuk penggunaan etiket sudah digunakan dirumah sakit, dimana didalam etiket tertera nama pasien, tanggal pemasangan, nomor rekam medik maupun obat tambahan, tetapi penerapan penulisan pada etiket tersebut masih kurang optimal, dimana berdasarkan hasil observasi ditemukan hamper semua perawat tidak mencantumkan pada etiket seperti jumlah tetesan, lamanya pemberian, jumlah kolf yang sudah diberikan, jam pemberian dan paraf perawat. I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Pasar Minggu didapatkan bahwa jumlah perawat di ruangan rawat inap anak lanati 7 ruang melati berjumlah 25 orang yang terbagi dalam 3 shift. Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan dua perawat didapatkan bahwa terdapat penggunaan label pada flabot botol di ruangan sudah ada dikarenakan terkadang perawat sering lupa untuk menuliskan kembali obat tambahan maupun jumlah cairan yang diperlukan pasien sesuai kebutuhan. Berdasarkan hal tersebut, maka penting untuk diteliti bagaimana persepsi perawat tentang menerapkan kembali label pada flabot infus di RSUD Pasar Minggu, sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat mengatasi masalah yang saat ini terjadi.
I.3 Tujuan Proyek Inovasi Manajemen Keperawatan
1.3.1 Tujuan Umum Untuk mendapatkan gambaran dalam system manajemen pada penerapan fasilitas label pada flabot infus di RSUD Pasar Minggu. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Teridentifikasi penggunaan form etiket infus diruangan anak lantai 7. b. Teridentifikasi kepatuhan perawat dalam penerapan label infus c. Adanya penanggungjawab yang terstruktur dalam penerapan penggunaan form etiket infus. d. Adanya perubahan perilaku perawat (knowledge, atitude dan psikomotor) untuk menerapkan label pada flabot infus.
I.4 Manfaat Proyek Inovasi Manajemen Keperawatan
a. Bagi Profesi Keperawatan. Bagi profesi keperawatan proyek inovasi ini dapat menjadi pembelajaran b. Bagi Institusi Rumah Sakit Bagi institusi rumah sakit dapat membantu menurunkan angka kejadian komplikasi yang disebabkan karena ketidaktepatan penggunaan infus dalam hal waktu pemakaian infus. c. Bagi Perawat Perawat dapat menerapkan label pada flabot infus untuk membantu mempermudah perawat dalam mengidentifikasi dan menyesuaikan kebutuhan cairan pasien. d. Bagi Pendidikan Hasil proyek inovasi ini dapat dijadikan sebagai bahan bagi perawat pelaksana serta seluruh anggota tim yang bekerja sebagai perawat di ruang melati yaitu ruang anak lantai 7 yang terlaksana dengan baik agar dapat mengidentifikasi cairan infus yang dibutuhkan oleh pasien.
BAB II
RUNDOWN ACARA
No. Kegiatan Waktu
1. Pembukaan 5 menit
2. Sambutan
a. Sambutan oleh Ns. Nelly Febriani S.Kep., 5 menit
M.Kep., sebagai dosen koordinator manajemen
b. Sambutan oleh perwakilan lantai 7 5 menit
c. Sambutan oleh perwakilan lantai 9 5 menit
d. Sambutan oleh perwakilan lantai 11 5 menit
3. Penyampaian materi dipimpin oleh moderator 30 menit